KAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN SBR DAN NR TERHADAP SIFAT FISIKA KOMPON KARET PACKING CAP RADIATOR

PENGARUH PENGGUNAAN NR DAN EPDM TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET PEREDAM BENTURAN PADA PINTU KENDARAAN RODA EMPAT

PENGGUNAAN ARANG CANGKANG KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON SELANG KARET

PEMANFAATAN KARET LIMBAH INDUSTRI CRUMB RUBBER SEBAGAI SUBSTITUSI KARET SIR PADA PEMBUATAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR

PENGGUNAAN BAHAN PENGISI NANOKOMPOSIT SILIKA KARBIDA PADA PEMBUATAN KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA

PEMANFAATAN MINYAK KERNEL KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET UNTUK BAN DALAM SEPEDA

PENGARUH KARET ALAM HIDROGENASI TERHADAP KETAHANAN OKDISASI DAN OZON BARANG JADI KARET

Pembuatan seal tabung gas karet alam dengan filler pasir kuarsa sebagai pengganti karbon hitam

PENGEMBANGAN FORMULA COMPOUND RUBBER DALAM PEMBUATAN SOL SEPATU

KARAKTERISTIK KOMPON BAN DALAM KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DENGAN BAHAN PENGISI KARBON AMPAS TEBU

PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET MENGGUNAKAN BAHAN PENGISI ABU SABUT KELAPA

MINYAK BIJI KETAPANG (Terminalia catappa L) SEBAGAI BAHAN PELUNAK DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET

KOMPOSIT BATU APUNG DAN CLAY SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON LIS KACA MOBIL

MASA SIMPAN KOMPON KARET LIS KACA KENDARAAN BERMOTOR BERPENGISI SILIKA BATU APUNG DAN TANAH LIAT

BAB I. PENDAHULUAN. Produksi karet alam Indonesia sekitar ton di tahun 2011 dan

PENGGUNAAN KARET ALAM UNTUK PEMBUATAN RUBBER COTS MESIN RING SPINNING

PENGARUH SUHU DAN WAKTU VULKANISASI TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON SOL KARET CETAK BERBAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT

STUDI KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIK KOMPON KARET DENGAN VARIASI KOMPOSISI SULFUR DAN CARBON BLACK SEBAGAI BAHAN DASAR BAN LUAR

Febrina Delvitasari 1*, Maryanti 1, dan Winarto 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG CANGKANG SAWIT THE MAKING OF RUBBER COMPOUND USING PALM SHELL CHARCOAL AS A FILLER

BAB I PENDAHULUAN. Ban adalah bagian terpenting dari sebuah kendaraan, karena ban satu-satunya yang mempunyai kontak langsung dengan

PEMANFAATAN BRUSHING RUBBER DAN SILIKA DARI SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON GENTENG KARET

BAB 1 PENDAHULUAN. sandang sehari-hari, keperluan industri dan kegiatan lainnya.

ARANG AKTIF SERBUK GERGAJI SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR

PENENTUAN FORMULASI KARET PEGANGAN SETANG (GRIP HANDLE) DENGAN MENGGUNAKAN KARET ALAM DAN KARET SINTETIS BERDASARKAN SNI

BAB I PENDAHULUAN. karet alam terbesar di dunia yang dapat mengekspor hasil. komoditas perkebunan karet ke beberapa negara.

PEMANFAATAN TEPUNG KULIT KERANG SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KOMPON KARET DOT ANAK SAPI

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI (ARANG AKTIF) SEBAGAI BAHAN PENGISI UNTUK PEMBUATAN KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH KOMPOSISI KOMPON BAN PADA KOEFISIEN GRIP DENGAN LINTASAN SEMEN

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa. dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan susunan ( CH-C(CH3)=CH-

PENGGUNAAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI DAN ANTIOKSIDAN PADA PEMBUATAN KOMPON KARET

NANO BRUSHING RUBBER SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KARET TROMOL KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA

PENGARUH BATIKAN LURUS TERHADAP KOEFISIEN GRIP BAHAN BAN PADA DAN JALAN SEMEN UNTUK KONDISI JALAN KERING DAN BASAH

PERUBAHAN KEKERASAN KOMPON KARET DENGAN BAHAN PENGISI ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN NANO SILIKA SEKAM PADI

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Dari uraian pada hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

KEUNGGULAN KARET ALAM DIBANDING KARET SINTETIS. Oleh Administrator Senin, 23 September :16

PENGARUH KOMPOSISI BELERANG TERHADAP KEKERASAN DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN ASPAL

PENGARUH NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) TERHADAP MUTU BANTALAN MESIN THE EFFECT OF NITRILE BUTADIENE RUBBER (NBR) ON ENGINE MOUNTING QUALITY

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN KOMPOSIT KARET TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEAUSAN BAHAN KARET LUAR BAN PADA LINTASAN SEMEN

PEMBUATAN KARET EBONIT PADA BERBAGAI VARIASI KARET ALAM, KARET RIKLIM, DAN SULFUR UNTUK ISOLATOR PANAS

PEMANFAATAN PASIR KUARSA SEBAGAI BAHAN PENGISI DALAM PEMBUATAN KARPET KARET

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indonesia untuk menggantikan jalan aspal sebagai teknologi bahan. jalan sebelumnya, terutama dijalan-jalan yang mudah rusak saat

PENGARUH UKURAN PARTIKEL ARANG AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK VULKANISASI KOMPON BAN LUAR KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MINYAK BIJI KARET EPOKSI SEBAGAI BAHAN PELUNAK UNTUK PEMBUATAN SEAL RADIATOR EPOXIDED RUBBER SEEDS OIL AS A SOFTENER AGENT FOR RADIATOR SEAL

KAJIAN PEMBUATAN KOMPON KARET ALAM DARI BAHAN PENGISI ABU BRIKET BATUBARA DAN ARANG CANGKANG SAWIT

PENGARUH PERBANDINGAN JUMLAH CARBON BLACK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

Modifikasi Bahan Pengganti Karet Roller Track pada Tank AMX-13

BAB I. Penggunaan plastik pada umumnya berdampak negatif. sampah plastik, Sebagaimana yang diketahui bahan plastik yang mulai

BAB I PENDAHULUAN. cukup berat. Pelemahan pertumbuhan ekonomi di negara-negara industri

KARAKTERISTIK BAHAN BAKU KAOLIN UNTUK BAHAN PEMBUATAN BADAN ISOLATOR LISTRIK KERAMIK PORSELEN FUSE CUT OUT (FCO)

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

KARAKTERISTIK VULKANISAT LIS KACA KENDARAAN BERMOTOR SETELAH PENGUSANGAN

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan

KETAHANAN USANG BARANG JADI KARET PEGANGAN SETANG SEPEDA MOTOR DARI TEPUNG KULIT KERANG

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH SULFUR PADA KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK DENGAN KOMPOSISI 3Phr,4Phr,6Phr

KARAKTERISASI BAHAN KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR DARI KOMPOSISI MATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK

PENGARUH STEARIC ACID PADA KARET ANGKATAN SEPEDA MOTOR TERHADAP KEKERASAN DAN PENGUJIAN TARIK DENGAN KOMPOSISI 3Phr,4 Phr,6Phr

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH BAHAN PENGISI ARANG AKTIF TEMPURUNG KELAPA DAN PELUNAK MINYAK BIJI KARET PADA KARAKTERISTIK KARET WIPER BLADE

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

EFEKTIFITAS BAHAN PENGISI KARBON PADA LATEKS TERHADAP SIFAT FISIK SWELLING INDEKS

PEMANFAATAN SILIKA ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI RUBBER MEMBRANE FILTER PRESS UNTUK MEMISAHKAN MINYAK INTI SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Karet alam merupakan cairan getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis

Ir. Zainal Abidin Nasution 1,* ABSTRAK. Kata kunci : serbuk arang cangkang kelapa sawit, metode penyangraian danvulkanisat karet

BAB I PENDAHULUAN. bermotor telah menjadi kebutuhan sehari-hari untuk menjalini aktifitas. mempersingkat jarak dan waktu tempuh untuk sampai ke tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan pengekspor karet spesifikasi teknis terbesar ke

Tabel 3. Hasil uji karakteristik SIR 20

I. PENDAHULUAN. Banyak negara berkembang pada saat ini sebagaimana halnya negara maju

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN TEGEL KARET. The Used of Rice Husk Ash As Filler In Manufacture Of Rubber Floor Tile

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. UCAPAN TERIMAKASIH... ii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR GRAFIK...

PENGARUH SULFUR TERHADAP KEKERASAN PRODUK (RUBBER BUSHING) DENGAN PERBEDAAN JUMLAH SULFUR 8GRAM, 10GRAM DAN 12GRAM

THE EFFECT OF PALM SHELL CHARCOAL AS FILLERS FOR RUBBER COMPOUND CHARACTERISTICS

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lampung dan laboratorium uji material kampus baru Universitas Indonesia

UTILIZING CHARCOAL POWDER OF PALM OIL SHELL AS THE SUBTITUTE OF CARBON BLACK FOR RUBBER COMPOUND FILLER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN ZEOLIT DAN KULIT KERANG DARAH TERHADAP SIFAT MEKANIS RUBBER COMPOUND

BAB I PENDAHULUAN. terdapat di pasaran dunia. Sifat-sifat, spesial karakteristik dan harga

PENGGUNAAN FAKTIS MINYAK BIJI JARAK EPOKSI (CASTOR JATRPHA OIL) UNTUK PEMBUATAN KOMPON RUBBER WASHER

PERBANDINGAN KUALITAS KARET PEREDAM (RUBBER BUSHING) PRODUK PASARAN DENGAN BUATAN SENDIRI NASKAH PUBLIKASI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

Disusun oleh : ZAINAL ARIFIN NIM : D

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

JURNAL DINAMIKA PEN ELITIAN INDUSTRI (JOURNAL OF THE DYNAMICS OF INDUSTRIAL RESEARCH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

THE INFLUENCE OF RSS/BUTADIENE AND CARBON BLACK IN THE FABRICATION OF RETREADED MOTORCYCLE TIRE THREAD COMPOUND

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB I PENDAHULUAN. dunia otomotif yang tidak bisa dipisahkan, ban digunakan untuk. jalan, melindungi roda dari aus dan kerusakan dalam menahan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium material teknik, Jurusan Teknik Mesin,

Transkripsi:

Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET KAOLIN SEBAGAI BAHAN PENGISI PADA PEMBUATAN KOMPON KARET: PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH TERHADAP SIFAT MEKANIK-FISIK CAOLIN AS FILLER SUBSTITUTE IN RUBBER COMPOUNDING: THE EFFECTS OF SIZE AND QUANTITY TOWARDS PYSCHO-MECHANIC PROPERTIES Dewantara Daud Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Jl Kol H Burlian KM 9, Palembang, Indonesia e-mail: dewantaradaud@gmail.com Diterima: 20 Maret 2015 ; Direvisi: 30 Maret 2015 11 Mei 2015; Disetujui: 29 Mei 2015 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kompon karet menggunakan bahan pengisi kaolin dari daerah Bangka Belitung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 (dua) faktor, yaitu ukuran partikel kaolin (50 mesh, 100 mesh dan 150 mesh) dan jumlah pemakaian atau penggunaan kaolin 50 Phr dan 60 Phr dengan 3 (tiga) kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel dan jumlah kaolin memberikan pengaruh terhadap karakteristik kompon karet yang dihasilkan. Perlakuan yang terbaik atau optimal diperoleh pada kombinasi ukuran 150 mesh dan 50 Phr menggunakan kaolin dari Babel yaitu pada kompon 1, dengan karakteristik kompon meliputi kekerasan 59 Shore A, tegangan putus167 kg/cm 2, ketahanan kikis 289 DIN (mm 3 ), ketahanan usang untuk kekerasan 57 Shore A, tegangan putus 132 kg/cm 2. Kata kunci : bahan pengisi, kaolin, kompon karet Abstract This research aimed to examine the characteristics of rubber compounds using kaolin filler from Bangka Belitung. Research applied Completely Randomized Design (CRD) with 2 (two) factors, kaolin particle size (50 mesh, 100 mesh and 150 mesh) and amount of kaolin 50 Phr and 60 Phr with 3 (three) replications. Research results showed that particle size and amount of kaolin gave significant effect on characteristics of resulting rubber compound. The best treatment (optimal) is obtained in combination of size 150 mesh and 50 Phr using Babel s kaolin, with compound characteristics hardness 59 Shore A, tensile strength 167 kg/cm 2, abrasion resistance 289 DIN (mm 3 ), hardness after aging 57 Shore A, tensile strength after aging 132 kg/cm 2. Keywords : filler, kaolin, rubber compound PENDAHULUAN Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung yang berwarna putih atau agak keputihan. Menurut Kunrat dan Suhala (1995), kaolin mempunyai komposisi hidrous aluminium silikat (2H 2OAl 2O 32SiO 2) dan mineral lainnya. Komposisi mineral yang termasuk kedalam kaolin antara lain kaolinit, nakrit dan halloysit (mineral utama, Al 2(OH) 4SiO 52H 2O), mempunyai kandungan air yang lebih besar. Sifat fisik kaolin lainnya seperti kekerasan antara 2-2,5 (skala Mohs), berat jenis 2,60-2,63, daya hantar panas dan listrik rendah serta kadar asam (ph) yang bervariasi. Kaolin biasanya digunakan sebagai bahan baku industri baik sebagai bahan utama maupun bahan pembantu. Kaolin di Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar. Menurut Badan Pusat Statistik (2007), potensi cadangan kaolin di Indonesia lebih kurang 66,21 juta ton yang tersebar di beberapa daerah seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka Belitung, dan sebagian Sulawes dan Jawa. Kaolin yang berasal dari daerah Bangka Belitung mempunyai mutu yang cukup baik dan berdasarkan karakteristiknya kaolin dapat digunakan sebagai bahan penolong atau bahan baku utama berbagai industri (Garinas, 2009). Menurut Daud (2013) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kaolin Bangka Belitung mempunyai kandungan Silika 57,4% diikuti dengan 41

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 41-48 kandungan mineral lainnya seperti Al 2O 3 (36,81%), MgO (0,57%), K 2O (2,88%), Na 2O (0,23%), Sulfur (0,18%) dan sisa pijar 42,02%. Menurut data Statistik (2009), laju pertumbuhan ekspor kaolin mencapai 2,62% dengan negara tujuan ekspor Jepang dan Korea Selatan. Namun demikian, walaupun potensi/cadangan kaolin Indonesia cukup besar dan mampu mengekspor ke negara lain ternyata Indonesia masih mengimpor kaolin. Menurut data yang sama, volume impor kaolin dari tahun ketahun terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 11,13%, yang sebagian besar impor berasal dari Cina, Amerika Serikat dan Australia. Terjadi surplus sebesar 230.086 ton akibat ketidakseimbangan ekspor dan impor, dimana pemasokan produksi dan impor berjumlah 482.083 ton dan kebutuhan konsumsi tambah ekspor 251.997 ton. Menurut (Garinas, 2009) berdasarkan karakteristiknya kaolin dapat digunakan sebagai bahan baku utama atau penolong di berbagai Industri. Fungsi kaolin yang dibutuhkan oleh satu industri dan industri lainnya berbeda tergantung spesifikasi kaolin yang dibutuhkan. Pada industri karet misalnya, kaolin digunakan sebagai bahan tambahan yang berfungsi sebagai bahan pengisi untuk menambah volume dan meningkatkan kekerasan (kekuatan). Bahan pengisi merupakan bagian yang cukup penting dalam pembuatan kompon karet. Penggunaan bahan pengisi dimaksudkan untuk memperkecil biaya dan menjadikan vulkanisat lebih keras dan kaku (Basseri, 2005). Menurut Haryadi (2010), ada dua macam bahan pengisi, yaitu bahan pengisi aktif dan bahan pengisi tidak aktif. Bahan pengisi aktif akan meningkatkan kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikis dan ketegangan putus pada barang jadi karet. Bahan pengisi aktif seperti aluminium silika, magnesium silika dan carbon black. Bahan pengisi tidak aktif atau netral akan menambah kekerasan dan kekakuan pada karet. Bahan pengisi tidak aktif misalnya berbagai jenis tanah liat, kaolin, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan barit. Penguatan bahan pengisi ditentukan oleh ukuran, keadaan permukaan dan kehalusan butir. Penambahan optimum bahan pengisi akan meningkatkan kekuatan tarik, modulus, ketahanan sobek, ketahanan kikis dan retak lentur. Untuk memperoleh penguatan optimum maka butir butir bahan pengisi harus tersebar dengan baik dan merata dalam kompon dan peningkatan jumlah bahan pengisi (filler) mempengaruhi perbaikan sifat vulkanisat (Abednego, 1998). Sampai saat ini penggunaan kaolin sebagai bahan baku industri lebih kurang 15-40% (BPS, 2009) yang terserap untuk industri kramik/porselen, indusri kertas, industri cat, sabun, kosmetik, pestisida, pasta gigi, karet maupun untuk peralatan rumah tangga lainnya. Hal ini belumlah optimal mengingat luasnya penggunaan kaolin untuk bahan baku industri maupun besarnya potensi kaolin di Indonesia. Seharusnya selain mampu mengekspor kaolin sebagai sumber devisa negara juga mampu memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Banyaknya jumlah dan jenis industri yang menggunakan kaolin sebagai bahan baku maupun bahan pembantu, serta masih adanya impor kaolin untuk industri tertentu, maka dilakukan percobaan pemanfaatan kaolin sebagai bahan baku industri. Kegiatan ini dilakukan mengingat masih terbatasnya informasi kualitas atau syarat mutu kaolin untuk bahan pengisi kompon karet maupun bervariasinya kualitas kaolin yang ada dipasaran. Potensi karet alam Indonesia yang cukup besar dan banyaknya industri yang mengolah karet alam di Indonesia memungkinkan penggunaan kaolin sebagai bahan pembantu pada industri karet kompon akan makin meningkat. Diharapkan selain meningkatnya penggunaan kaolin sebagai bahan baku industri juga mengurangi jumlah impor kaolin untuk kebutuhan bahan baku industri dalam negeri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh 42

Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET ukuran dan jumlah penggunaan kaolin terhadap kompon karet yang dihasilkan. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rubber Smokes Sheet (RSS), Styrene Butadiena Rubber (SBR), Karbon hitam (Carbon Black) N.330, Kaolin, ZnO, Stearad Acid (SA), Pinetar Oil, Coumaron Resin, Trimethyl Quimon (TMQ), n- Cyclohexylbenzpthiazole (CBS) dan Belerang (Sulphur). Peralatan Peralatan yang digunakan terdiri dari Open Mill (L 40 Cm, D 18 Cm), alat press, scrap besar, auto clave, timbangan Metler p1210, timbangan duduk merk Berkel dan gunting. Metode Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Faktor pertama ukuran mesh kaolin yaitu P 1 = ukuran kaolin 50 mesh ; P 2 ukuran kaolin 100 mesh dan P 3 ukuran kaolin 150 mesh. Faktor kedua yaitu jumlah kaolin masing masing A 1 = 50 Phr dan A 2 = 60 Phr. K1 adalah kompon menggunakan kaolin Bangka Blitung (Babel) dan K 2 adalah kaolin menggunakan kaolin pasar Penelitian dilaksanakan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang. Prosedur pembuatan kompon karet 1. Penimbangan Bahan kimia sesuai dengan formula yang dirancang ditimbang sesuai dengan berat yang ditetapkan. Jumlah tiap bahan dinyatakan dengan Phr (Part hundred Rubber). 2. Pencampuran (Mixing) Proses pencampuran atau pembuatan kompon menggunakan Open Mill (Mesin penggilingan dua roll terbuka). Selanjutnya dilakukan mastikasi karet alam (RSS) dan karet sintetis (SBR), digiling sampai plastis selama 1 3 menit. Kemudian dilakukan pencampuran dengan bahan kimia sebagai berikut : - Tambahkan bahan penggiat/activator (ZnO), potong setiap sisi sampai tiga kali selama 2 3 menit. Lalu tambahkan TMQ, CBS, CB N.330 sampai rata. Masukkan filler dan kaolin secara bergantian sedikit demi sedikit selama 10 menit. - Tambahkan coumarone resin dan pinetar oil secara perlahan sampai rata. - Selanjutnya tambahkan bahan vulkanisasi Sulfur, giling dan potong setiap sisi beberapa kali selama 2-3 menit - Tarik lembaran kompon keluar Mill, atur jarak roll Mill lebih besar, giling lembaran kompon beberapa kali (lebih kurang enam kali) sampai mencapai kematangan yang diinginkan - Keluarkan lembaran kompon dari open mill dan tentukan ukuran ketebalan kompon pada cetakan. Keluarkan dan letakkan kompon diatas plastik transparan dan potong sesuai dengan ukuran barang jadi yang akan dibuat. Prosedur serupa dilakukan untuk kompon yang lain. Peubah yang diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi kekerasan (hardness)(shore A), kekuatan tarik (tensile strength)(kg/cm 2) ), perpanjangan putus (elongation at break)(%), ketahanan sobek (tear strength)(kg/cm 2 ), ketahanan kikis (DIN)(mm 3 ), dan ketahanan usang (setelah pengusangan 70 0 C, 24h) untuk parameter kekerasan (shore A), tegangan putus (kg/cm 2 ) dan perpanjangan putus (%). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian terhadap kompon yang dihasilkan seperti Tabel 1. 43

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 41-48 Tabel 1. Hasil Pengujian Kompon Kompon 1 (50 PHr) Kompon 2 (60 PHr) Sifat Fisik No Satuan 50 100 150 50 100 150 Metode Uji Kompon mesh mesh mesh mesh mesh mesh 1 Kekerasan Shore A 55 57 59 53 55 57 ASTM D2240 2 Tegangan kg/ cm 2 163 165 167 168 169 171 ASTM D412 Putus 3 Perpanjangan % 535 537 539 535 535 537 ASTM D412 Putus 4 Ketahanan mm 2 285 287 289 278 278 280 ASTM D5963 Kikis 5 Ketahanan kn/ cm 2 18 18 18 17 18 18 ASTM D624 Sobek Nilai setelah pengusangan (70 C, 24 jam) 6 Kekerasan Shore A 54 55 57 53 54 55 ASTM D2240 7 Tegangan Putus kg/ cm 2 120 120 132 143 143 146 ASTM D412 A. Kekerasan Uji kekerasan (hardness) diperlukan untuk mengetahui besarnya nilai kekerasan vulkanisat karet). Nilai kekerasan kompon karet semakin besar menunjukkan bahwa kompon karet semakin keras (semakin tidak elastik). Pada Tabel hasil uji kekerasan tertinggi diperoleh pada kaolin 150 mesh dan konsentrasi kaolin 50 Phr (kompon 1) yaitu sebesar 59 Shore A, dan pada kompon 2 (60 Phr) diperoleh kekerasan tertinggi pada ukuran 150 mesh sebesar 57 Shore A. Hasil percobaan menunjukkan bahwa ternyata makin halus ukuran partikel kaolin (150 mesh) nilai kekerasan makin tinggi, demikian juga terjadi dengan kompon 2, makin halus ukuran partikel kaolin (150 mesh) nilai kekerasan makin tinggi. Selanjutnya bandingkan nilai kekerasan antara kompon 1 (menggunakan kaolin Babel) dengan kompon 2 (menggunakan kaolin dari pasar) ternyata nilai kekerasan kompon dengan kaolin Babel lebih tinggi dari nilai kekerasan kompon yang menggunakan kaolin dari pasar. Dari hasil tersebut ternyata ukuran (mesh) kaolin memberikan berpengaruh terhadap peningkatan nilai kekerasan kaolin. Sesuai dengan (Alfa, 2005) didalam (Nuyah dan Elli, 2012), efek penguatan bahan pengisi ditentukan oleh ukuran partikel, keadaan permukaan dan bentuk, kehalusan butiran dan kerataan penyebarannya. Haryadi (2010) menyatakan bahwa bahan pengisi tidak aktif akan meningkatkan kekerasan. Peningkatan kekerasan ini dipengaruhi oleh pemerataan penyebaran butiran kaolin akibat kecilnya ukuran sehingga penyebarannya merata. B. Tegangan Putus Tegangan putus adalah besarnya beban yang diperlukan untuk meregangkan potongan uji sampai putus. Makin besar nilai tegangan putus makin elastic kompon karet yang diuji (Basseri, 2005). Nilai Tegangan putus merupakan faktor penting karena menunjukkan kekuatan vulkanisat karet atau barang jadinya. Hasil pengujian yang tertera pada Tabel 1 menunjukkan bahwa hasil uji tegangan putus kompon yang dihasilkan pengaruh ukuran butiran (mesh) dan konsentrasi kaolin (Phr). Berdasarkan hasil uji tersebut, terlihat nilai tegangan putus kompon 1 (ukuran butiran 150 mesh, 50 Phr) terus meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran mesh kaolin. Demikian juga nilai tegangan putus kompon 2 (ukuran butiran 150 mesh, 60 Phr) mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan ukuran mesh kaolin. Nilai tertinggi yang dicapai kompon 1 sebesar 167 kg/cm 2 44

Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET sedangkan kompon 2 sebesar 171 kg/cm 2. Apabila dibandingkatan nilai tegangan putus antara kompon 1 dan kompon 2, ternyata kompon 2 mempunyai nilai tegangan putus lebih besar dari kompon 1. Pada saat penambahan bahan pengisi, terjadi ikatan fisika dan kimia. Ikatan tersebut akibat daya absorbsi molekul karet terhadap bahan pengisi yang didukung tenaga interaksi berupa gaya Van der Walls, (Wahyudi, 2005). Sedangkan ikatan kimia terjadi antara gugus fungsional permukaan bahan pengisi dengan molekul karet. Peningkatan jumlah bahan pengisi yang ditambahkan dapat saja menurunkan nilai tegangan putus, karena tidak semua bahan pengisi dapat berikatan dengan molekul karet, akibatnya terbantuk agregat yang saling menempel (Herminiwati dan Yuniari, 2010) C. Perpanjangan Putus Perpanjangan putus (Elongation at break) merupakan ukuran pertambahan panjang potongan uji kompon karet bila direnggangkan sampai putus, dinyatakan dengan persentasi dari panjang potongan uji sebelum direnggangkan (Rahmaniar, 2012). Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai perpanjangan putus kompon 1 sebesar 539%, lebih tinggi dari kompon 2 sebesar 537%. Demikian juga terjadi kenaikan nilai perpanjangan putus setiap perubahan ukuran (mesh) kaolin baik kaolin 1 maupun kaolin 2. Hasil uji tersebut menunjukkan adanya kenaikan nilai tegangan putus setiap perubahan ukuran (mesh) kaolin, baik kompon 1 maupun kompon 2. Hal ini membuktikan jenis dan ukuran kaolin memberikan pengaruh terhadap nilai perpanjangan putus kompon karet dimana kaolin sebagai bahan pengisi mampu mengisi pori-pori molekul karet. Sesuai dengan (Abedmego, 1990) penguatan bahan pengisi ditentukan oleh ukuran, keadaan permukaan dan kehalusan butir. Walaupun kaolin termasuk golongan bahan pengisi tidak aktif, tetapi dengan ukuran lebih halus (150 mesh) mampu meningkatkan nilai perpanjangan putus kompon karet. D. Ketahanan Sobek Ketahanan sobek kompon karet dipengaruhi jumlah optimum bahan pengisi penguat yang ditambahkan. Ketahanan sobek merupakan besarnya gaya atau tenaga yang dibutuhkan untuk menyobek potongan uji sampai putus (Nuyah et al., 2012). Hasil pengujian ketahanan sobek seperti yang tercantum pada Tabel 1, menunjukkan bahwa nilai ketahanan sobek kompon 1 dan kompon 2 mempunyai hasil yang sama baik pada ukuran 50, 100 dan 150 mesh yaitu sebesar 18 kg/cm 2, kecuali nilai ketahanan sobek untuk 50 mesh pada K 2 Hasil ini menunjukkan bahwa kaolin tidak memberikan pengaruh terhadap nilai ketahanan sobek baik pengaruh ukuran maupun jenis kaolin yang digunakan. Menurut (Praseya et al., 2013), nilai ketahanan sobek kompon karet semakin besar, menunjukkan bahwa daya tahan terhadap sobekan karet semakin bagus. Ketahanan sobek berkaitan dengan energi pemutusan. Nilai ketahanan sobek semakin besar, menunjukkan bahwa daya tahan terhadap sobekan karet semakin baik. Ketahanan sobek berkaitan dengan energi pemutusan. Sifat sifat tersebut dapat ditingkatkan dengam menambah ikatan silang hingga mencapai tingkat kerapatan tertentu (Thomas, 2003). Jumlah dan ukuran baik 50 mesh, 100 mesh dan 150 mesh tidak memberikan perubahan terhadap sifat ketahanan sobek kompon yang dihasilkan baik untuk kompon K 1 maupun kompon K 2. Walaupun kaolin menyebar rata mengisi pori-pori namun tidak mampu memberikan kerapatan yang maksimum akibat tidak terjadi ikatan silang yang baik. Walaupun kaolin mampu memberikan kekerasan pada kompon tidak signifikan untuk menaikkan ketahanan sobek. 45

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 41-48 E. Ketahanan Kikis Ketahanan kikis merupakan ukuran kekuatan atau ketahanan vulkanisat terhadap gesekan. Pengujian ketahanan kikis bertujuan untuk mengetahui ketahanan kikis dari vulkanisat karet yang digesekkan pada ampelas kikis dengan mutu tertentu, tekanan dan area tertentu. Kesanggupan karet bertahan terhadap gesekan dengan benda lain pada pemakaiannya, disebut ketahanan kikis (Rahmaniar, 2012). Nilai ketahanan kikis makin besar menunjukkan kompon karet semakin tahan terhadap kikisan. Nilai ketahanan kikis kompon 1 yang paling optimum sebesar 289 m/m 3 (150 mesh dan 150 Phr) sedangkan kompon 2 mempunyai nilai ketahanan kikis tertinggi sebesar 280 m/m 3 (150 mesh, 150 Phr). Ternyata nilai ketahanan kikis kompon 1 lebih tinggi dari nilai ketahanan kikis kompon 2. Sedangkan nilai ketahanan kikis terendah untuk masing masing kompon yaitu 285 m/m 3 untuk kompon 1 (50 mesh, 50 Phr) dan 278 m/m 3 untuk kompon 2 (50 mesh, 50 Phr). Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai ketahanan kikis kompon 1 lebih baik dibanding nilai ketahanan kikis kompon 2. Makin kecil ukuran partikel kaolin makin naik nilai ketahanan kikis. Nilai ketahanan kikis dipengaruhi oleh bahan pengisi yang ditambahkan terutama adanya unsur silika. Jika ketahanan kikis rendah maka produk yang dihasilkan akan mudah aus dan menyebabkan cepat terjadinya kebocoran, sebaliknya nilai ketahanan kikis makin besar maka kompon karet semakin tahan terhadap kikisan (Daud, 2014). F. Ketahanan Usang (Setelah pengusangan pada 70 o C, 24 jam) Pengusangan mengakibatkan turunnya sifat fisik barang karet seperti tegangan putus, perpanjangan putus dan kekerasan. Selama penyimpanan, karet akan menjadi keras, retak, lunak dan lengket. Penurunan sifat fisik tersebut akibat terjadinya degradasi karet karena oksidasi oleh oksigen dan ozon. Oksidasi dipercepat dengan adanya panas, sinar ultraviolet, dan logam logam yang mengkristalisasi oksidasi karet. Ketahanan usang kompon karet dinyatakan dengan kemunduran tegangan putus dan kekerasan. F.1. Kekerasan Setelah Pengusangan Hasil pengujian kekerasan setelah pengusangan pada 70 o C selama 24 jam menunjukkan nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada ukuran 150 mesh dan 50 Phr kaolin sebesar 57 Shore A. Sedangkan nilai tertinggi pada ukuran 150 mesh dan 60 Phr sebesar 55 Shore A. Dari kedua hasil tersebut ternyata nilai kekerasan tertinggi diperoleh pada kompon 1 yang menggunakan kaolin dari Babel. Bila dibandingkan dengan hasil uji kekerasan sebelum pengusangan nilai masing masing kompon sesudah pengusangan tidak jauh berbeda. Ternyata nilai kekerasan tertinggi pada kompon 2 (150 mesh, 60 Phr) sebelum pengusangan merupakan nilai tertinggi komon 1 (150 mesh, 50 Phr) setelah pengusangan. Hal ini menunjukkan bahwa kompon yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang baik, tidak mengalami perubahan fisik akibat degradasi karena oksidasi oleh oksigen dan ozon yang dipercepat oleh adanya panas, sinat ultraviolet, dan logam. Berarti silika dari kaolin mampu mempertahankan sifat elastis setelah pengusangan. Derajat keaktifan atau derajat penguatan ini berhubungan dengan besar partikel partikel bahan pengisi, makin kecil ukuran bahan pengisi makin besar keaktifannya (Marlina dan Rahmaniar, 2012). F2. Tegangan Putus setelah Pengusangan Hasil pengujian tegangan putus setelah pengusangan menunjukkan bahwa nilai tegangan putus tertinggi terjadi pada kompon 2 (150 mesh, 60 Phr) sebesar 146 kg/cm 2, sedangkan nilai tegangan putus tertinggi kompon 1 (150 mesh, 50 Phr) sebesar 132 kg/cm 2. Bila dibandingkan nilai tegangan putus antara 46

Dewantara Daud PENGARUH UKURAN DAN JUMLAH KAOLIN TERHADAP KARAKTERISTIK KOMPON KARET kompon 1 dan kompon 2 sebelum dan sesudah pengusangan tidak banyak mengalami kemunduran atau penurunan relatif kecil. Hal ini menunjukkan menunjukkan bahwa kompon yang dihasilkan masih bersifat elastis dan berarti kaolin sebagai bahan pengisi mampu memberikan nilai ketahanan yang baik pada kompon. Nilai tegangan putus kompon semakin tinggi maka kompon semakin elastic. Nilai kemunduran tegangan putus terkecil pada kompon karet juga menghasilkan kemunduran perpanjangan putus terendah (Marlina dan Rahmaniar, 2012). KESIMPULAN Ukuran dan jumlah kaolin sebagai bahan pengisi memberikan pengaruh terhadap kenaikan sifat kekerasan, perpanjangan putus dan ketahanan kikis kompon karet. Hasil uji karakteristik terhadap kompon karet yang menggunakan bahan pengisi kaolin dari Babel lebih baik dari menggunakan kompon karet yang menggunakan kaolin dari pasaran. Ukuran dan jumlah kaolin sebesar 150 mesh dan 50 Phr memberikan nilai sifat fisik terbaik terhadap kompon karet dan memenuhi spesifikasi pasar dengan karakteristik kompon meliputi kekerasan 59 Shore A, tegangan putus 167 kg/cm 2, ketahanan kikis 289 DIN (mm 3 ), ketahanan usang untuk kekerasan 57 Shore A, tegangan putus 132 kg/cm 2. Perlu dilakukan studi yang mendalam untuk memanfaatkan kaolin sebagai bahan baku industri. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Ir. Hari Adi Prasetya, MSi selaku Kepala Baristand Industri Palembang, rekan-rekan tim peneliti serta bapak Didin Suwardin selaku Mitra Bestari yang telah memberikan fasilitas, dukungan, saran serta masukan sehingga selesainya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Alfa, A.A. (2005). Bahan kimia untuk Kompon Karet. Kursus Teknologi Barang Jadi Karet Padat. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. Abednego. (1998). Bahan kimia Penyusun kompon. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. Biro Pusat Statistik. (2009). Perkembangan Eksport-Import Bahan Mineral, BPS Jakarta. Basseri, A. (2005). Teori Praktek Barang Jadi Karet. Balai Penelitian dan Teknologi Karet Bogor. Daud, D. (2014). Pemanfaatan kaolin Babel sebagai bahan tambahan pada pembuatan kompon karet belt conveyor. Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang. Garinas, W. (2009). Karakteristik bahan baku kaolin untuk bahan pembuatan isolator listrik kramik Porselen (FCO). Pusat Teknologi Sumber Daya Mineral Deputi TPSA. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Herminiwati dan Yuniari, A. (2010). Penggunaan Precipitated Calcium Carbonate (PCC) sebagai filler untuk sol karet sepatu olahraga. Majalah kulit, Karet dan Plastik Vo. 26 No.1 (hal. 25-32). Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta. Prasetya, H.A. (2013). Sekam padi sebagai bahan pengisi dan anti oksidan pada pembuatan kompon karet. Palembang : Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 2 Tahun 2012 (hal. 77-84). Haryadi, B. (2010). Pengaruh bahan pengisi terhadap sifat kompon barang jadi karet. Laporan Riset Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang Nuyah dan Eli, Y. (2012). Pengaruh penggunaan NR dan EPDM terhadap karakteristik kompon karet peredam benturan pada pintu kendaraan roda 4. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 23 No. 2 (hal. 85-90). Marlina, P. dan Rahmaniar (2012). Penggunaan bahan pengisi 47

Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 26 No. 1 Tahun 2015 Hal. 41-48 Nanokomposit Silika Karbida pada pembuatan kompon ban dalam kendaraan bermotor roda dua. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol 23 No.2 (hal. 91-98). Rahmaniar. (2012). Pemanfaatan Arang Cangkang Sawit dengan proses Sol Gel untuk pembuatan kompon karet. Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 23 No. 1 (hal.52-58). Thomas, J. dan Bhuana, K.S. (1989). Pedoman Teknis Pengujian Sifat fisik vulkanisat karet. Balai Penelitian Karet. Bogor. Kunrat T.S. dan Suhala. S. (1995). Bahan Galian Industri Kaolin. PPTM. Bandung Wahyudi, T. (2005). Teknologi Barang Jadi Karet Padat. Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor. 48