BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR

dokumen-dokumen yang mirip
Pulau Belitung yang berdasarkan letak geografisnya berada pada posisi Lintang Selatan

Temuan Perkakas Pengolah Timah dan Komoditas Lainnya di Situs Karang Pinang, Pulau Belitung

SITUS KAPAL KARAM GELASA DI SELAT GASPAR, PULAU BANGKA, INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing

I. PENDAHULUAN. Dilihat dari sejarah Indonesia ketika berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu, kemudian lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia akan timah terus meningkat seiring dengan pengurangan

SURVEI KAPAL TENGGELAM DI PERAIRAN PULAU PONGOK, KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perahu/kapal merupakan salah satu bentuk dari objek kajian arkeologi

Permasalahan Arkeologi Bawah Air Di Indonesia. Underwater Archaeology Issues In Indonesia. Harry Octavianus Sofian. Balai Arkeologi Palembang.

BAB IV PENUTUP. Arkeologi bawah laut merupakan sebagian tapak tinggalan dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Cagar Budaya merupakan salah satu kekayaan negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

Eksplorasi Situs Arkeologi Bawah Air: Situs Pulau Buton/Kapal Qing di Kepulauan. Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Shinatria Adhityatama

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

RESUME PENELITIAN PEMUKIMAN KUNO DI KAWASAN CINDAI ALUS, KABUPATEN BANJAR, KALIMANTAN SELATAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

MACAM-MACAM LETAK GEOGRAFI.

PERDAGANGAN PRA SRIWIJAYA DI PANTAI TIMUR SUMATERA SELATAN BERDASARKAN SITUS AIR SUGIHAN DAN KARANGAGUNG TENGAH

KERAMIK MUATAN KAPAL KARAM CIREBON: SEBARAN DI SITUS-SITUS ARKEOLOGI SUMATERA BAGIAN SELATAN

Peningkatan kesejahteraan rakyat dan Pembanguna n Nasional. Tahun 1989 dibentuk Panitia Nasional Pengangkatan dan Pemanfaatan BMKT

Prospek dan Tantangan Arkeologi Maritim di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGGALAN ARKEOLOGI BAWAH AIR DI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone,

Pengawasan dalam rangka Perlindungan dan Pelestarian: Studi Kasus Situs Bawah Air Perairan Karang Heluputan Kepulauan Riau

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. populer didapati pada situs-situs masa prasejarah, khususnya masa bercocok-tanam.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Letak Indonesia yang sangat strategis, telah dimanfaatkan sejak dahulu

BAB II PEMUTAKHIRAN PETA LAUT

BAB I PENDAHULUAN I - 1

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung

Bangkai Kapal dan Pesawat di Perairan Sumatera

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Kepulauan Riau. Pintu Gerbang Aktivitas Maritim di Bagian Barat Nusantara. [ f o r u m k h u s u s ]

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tinjauan Terhadap Tarif Angkutan Kapal Cepat KM. Expres Bahari Lintas Palembang-Muntok di Pelabuhan Boom Baru Palembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. keramik Tiongkok dari dinasti Han (206 S.M 220 M). 1 Keramik di Indonesia

Analisis Data. (Situs Bonto Sikuyu, Kepulauan Selayar)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologinya (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

POTENSI GEOGRAFIS INDONESIA II

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

KARTU SOAL ULANGAN HARIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /KEPMEN-KP/2017 TENTANG

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

IDENTIFIKASI POTENSI GEOGRAFIS DESA

GERABAH SITUS MANSINAM KAJIAN ETNOARKEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/KEPMEN-KP/2018 TENTANG

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Ende dengan ibukotanya bernama Ende merupakan salah satu

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Mego, Kecamatan Lela, Kecamatan Nita, Kecamatan Maumere,

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB III KONDISI UMUM Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

LAPORAN PEMILIHAN LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN PLTU NATUNA 2X7 MW

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BANGUNAN PERTAHANAN (LOUVRAK) JEPANG DI PULAU DOOM

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

BAB III PERANCANGAN PETA BATAS LAUT TERITORIAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah

KERAMIK SEBAGAI KOMODITAS PERDAGANGAN DI PULAU MISOOL KABUPATEN RAJA AMPAT

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

Agni Sesaria Mochtar. Balai Arkeologi Yogyakarta, Jl. Gedongkuning No. 174 Yogyakarta

Transkripsi:

BENDA MUATAN ASAL KAPAL TENGGELAM SITUS KARANG KIJANG BELITUNG: SURVEI AWAL ARKEOLOGI BAWAH AIR Harry Octavianus Sofian (Balai Arkeologi Palembang) Abstract Belitung island surrounded by two straits, the Gaspar Strait and the Strait Karimata known by sailors as a strait which has many reefs and shoals of sand that can cause the ship sank. Belitung island known as the underwater archaeological sites in the form of ships sank. One of the places is Karang Kijang Site, this paper will discuss the archaeological preliminary survey conducted in this sites, which is expected to increase data Indonesia underwater archeological sites. Keywords: Belitung Island, Karang Kijang site, underwater archeology Pendahuluan Latar Belakang Berdasarkan letak geografisnya, Pulau Belitung berada pada posisi 2 30-3 15 Lintang Selatan dan 107 35-108 18 Bujur Timur pada bagian utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, sebelah timur Selat Karimata, sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar dan batas Selatan dengan Laut Jawa. Pulau Belitung banyak dikelilingi pulaupulau besar dan kecil dengan jumlah sekitar 189 pulau. Luas wilayah Pulau Belitung seluas 34.496 km² terdiri dari 4.800 km² daratan dan 29.606 km² perairan (Listiyani,2008:20). Letak geografis Pulau Belitung yang strategis menjadikan Pulau Belitung sebagai salah satu jalur pelayaran perdagangan internasional, hal ini dapat dilihat dari bukti-bukti arkeologi berupa kapal karam dan muatannya yang ditemukan merupakan bukti peranan Pulau Belitung dalam jalur pelayaran perdagangan internasional. Beberapa kapal karam yang ditemukan antara lain Belitung Wreck abad ke-8, Tek Sing abad ke-18, Intan Wreck Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 1

abad ke-10. Penemuan kapal karam memastikan jalur sepanjang pantai terhubung dengan pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi. Pada abad ke-8-9, nusantara menjadi lintasan kapal niaga antara Asia Gambar 1. Peta Keletakan Pulau Belitung (Sumber: google earth) Timur atau Cina dengan Asia Barat dari India sampai Timur Tengah, kemudian menjelang abad ke-17 mulai berkembang ke Jepang dan Eropa (Harkatiningsih, 2010:16-18). Kehadiran barang-barang keramik menjadi salah satu indikasi lebih nyata tentang aktivitas pelayaran dan perdagangan. Keramik merupakan salah satu artefak yang memiliki ciri-ciri asal pembuatannya dan masa/kronologinya. Oleh karena itu, melalui identifikasi keramik dan korelasinya dengan tinggalan lain, dapat memberikan buktibukti atau peristiwa yang ada kaitannya dengan terbentuk dan berkembangnya hubungan atau kontak dagang, baik secara regional maupun interregional. Lebih dari itu, situs kapal karam merupakan himpunan yang sejaman (assemblage) yang mengandung nilai data yang sangat tinggi (Harkatiningsih, 2010:16). Permasalahan Saat ini perhatian terhadap penelitian tinggalan arkeologi bawah air masih sangat terbatas, padahal Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak peninggalan bawah air, salah satunya adalah Pulau Belitung yang surga bagi penelitian arkeologi bawah air. Hasil pendataan yang dilakukan oleh Direktorat Peninggalan Bawah 2 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Air, situs-situs arkeologi bawah air di perairan Belitung antara lain : 1. Shipwreck yang terdapat di perairan Desa Sungai Pandan, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung dengan keadaan bangkai kapal masih tersisa. 2. Shipwreck Batu Hitam (Belitung Wreck) pada tahun 1998 telah dieksplorasi oleh pihak swasta, isi muatan yang utuh sudah terangkat, yang tertinggal adalah bangkai dan artefak yang tidak utuh. 3. Shipwreck perairan Pulau Siadung 4. Shipwreck perairan Karang Raya (Widiati dalam Listiani, 2008:21). Gambar 2. Peta rute perdagangan keramik melalui jalur pelayaran (Sumber: Harkatiningsih, 2010:17) Situs Karang Kijang merupakan salah satu tinggalan arkeologi yang belum pernah dilakukan penelitian arkeologi sebelumnya sehingga belum diketahui potensi tinggalan arkeologi yang ada di Situs Karang Kijang. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 3

Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendata tinggalan arkeologi yang ada di Situs Karang Kijang dan memberikan saran untuk penelitian selanjutnya. Metode Penelitian Metode Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat eksplorasi yaitu menjajagi potensi arkeologis yang terdapat di suatu tempat untuk mengetahui sesuatu yang belum diungkapkan (Sukendar, 1999:20). Hasil dan Pembahasan Situs Karang Kijang berada sebelah barat Selat Gaspar tepatnya di koordinat 45 22 S, 107 34 E. Karang Kijang merupakan penamaan lokal masyarakat setempat terhadap gugusan karang, hal ini untuk membedakan letak gugusan karang yang banyak terdapat di perairan Belitung. Jarak tempuh Situs Karang Kijang dari Pelabuhan Nusantara adalah 6,2 km dan 258. Gambar 3. Peta letak Situs Karang Kijang (sumber: google earth dengan modifikasi penulis) 4 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Situs Karang Kijang memiliki kedalaman hanya 1,5 meter dari permukaan laut dan memiliki luas ± 100 m². Temuan artefak yang ditemukan adalah keramik dan fragmen bagian kapal. Temuan artefak keramik ditemukan secara mengelompok dan telah rusak, pada saat pengamatan penulis tidak menemukan artefak keramik yang utuh. Menurut nelayan, Situs Karang Kijang telah dijarah BMKT-nya, ada ribuan artefak keramik berupa mangkuk, buli-buli, dan guci utuh yang ditemukan dan dijarah oleh masyarakat. Mengingat Situs Karang Kijang hanya memiliki kedalaman yang dangkal tidak mengherankan jika situs ini mudah sekali dijarah. Gambar 4. Foto Situs Karang Kijang memiliki kedalaman hanya 1,5 m dari atas permukaan laut. (sumber: Balai Arkeologi Palembang) Keramik-keramik yang ditemukan di Situs Karang Kijang adalah keramik biru putih (blue white) dengan motif fauna yaitu motif naga (dragon) dan punggung kura-kura (turtle back). Keramik-keramik tersebut tersebar secara mengelompok dan bertumpuktumpuk di antara karang. Tumpukan-tumpukan keramik tersebut merupakan keramik sortir dan dibuang oleh para penjarah karena tidak utuh atau pecah dan sudah tidak bernilai ekonomis lagi. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 5

Gambar 4 dan 5. Foto temuan fragmen keramik biru putih berupa mangkuk dan buli-buli (?) (sumber: Balar Palembang) Keramik biru putih dengan motif naga, menurut Mr. Koh merupakan kepala dari seluruh reptil bersisik, naga merupakan kekuatan yang dapat naik ke surga maupun ke dalam bumi karena dapat mendatangkan hujan, sehingga menjadi simbol kekaisaran China serta menjadi simbol penting bagi masyarakat China karena menganggap dirinya merupakan keturunan naga. Sedangkan motif punggung kura-kura merupakan lambang dari umur panjang. Qilin, Phoenix, Kura-kura dan Naga adalah makhluk rohani 4 diberkati. Kura-kura juga disebut xuan wu ( ), prajurit hitam memimpin bagian utara alam semesta dan melambangkan musim dingin. (Koh, 2008). 6 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Gambar 6 dan 7. Foto sebaran fragmen keramik yang mengelompok (sumber: BP3 Jambi) Seperti telah penulis sebutkan sebelumnya, keramik tersebar mengelompok dan tidak utuh. Fragmen keramik ditemukan bertumpuk-tumpuk membentuk gundukan keramik, penulis memperkirakan keramik sisa yang masih ditemukan disitus merupakan keramik yang tidak bernilai ekonomis karena tidak bernilai jual dan ada keramik yang memang sudah pecah saat kapal menghantam karang dan kandas, keramik merupakan barang pecah belah (fragile). Berdasarkan analisa awal, penulis memperkirakan BMKT di situs Karang Kijang adalah keramik dari Dinasti Ming. Analisa ini penulis dapatkan dengan cara melakukan seriasi (teknik perbandingan) motif dari keramik. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 7

Gambar 8 dan 9. A, keramik Tiansun/Chenghua periode Dinasti Ming, sedangkan B, keramik dari situs Karang Kijang. Kedua keramik ini memiliki motif punggung kura-kura (sumber foto A: koh-antique.com; foto B: Balai Arkeologi Palembang) Tidak diketahui pasti kapal kandas yang membawa kargo di situs karang Kijang. Apakah kapal China, seperti situs Tek-Sing, apakah kapal Arab seperti situs Belitung Wreck, atau bahkan kapal Eropa atau Nusantara yang mengangkut kargo keramik China. Tidak ditemukan petunjuk yang berarti, penulis hanya menemukan fragmen bagian kapal yang tidak diketahui lagi bagiannya. Tentu saja analisis karbon dating (C14) di perlukan untuk mengetahui asal kayu seperti yang pernah dilakukan pada situs Belitung Wreck (lihat artikel Flecker tentang situs Belitung Wreck). Gambar 10. Fragmen bagian perahu terbuat dari kayu (sumber: BP3 Jambi) 8 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011

Kesimpulan Harry Octavianus Sofian Situs Karang Kijang merupakan salah satu situs arkeologi bawah air dengan kedalaman yang dangkal, yaitu 1,5 meter di bawah permukaan laut. Karena letak dan kedalaman yang mudah dicapai oleh manusia serta BMKT-nya bernilai ekonomis maka Situs Karang Kijang di jarah BMKT-nya sehingga situs arkeologi ini menjadi rusak. Tinggalan data artefak berupa keramik yang masih in situ pada situs adalah keramik dengan motif flora yaitu naga dan kura-kura, keramik-keramik tersebut berbentuk mangkuk, buli-buli dan guci. Walaupun situs ini telah dirusak, namun situs ini menjadi bukti arkeologi keganasan Selat Gaspar dengan gosong karangnya sehingga mampu untuk mengkandaskan kapal dan menumpahkan muatannya. Tidak diketahui pasti kapal apa dan dari mana kapal pembawa keramik ini berasal karena rusaknya data arkeologi pada situs. Namun situs ini layak dijadikan tempat pelatihan arkeologi bawah air untuk belajar cara melakukan layout dan pengukuran arkeologi bawah air dengan kedalaman yang dangkal. Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011 9

Daftar Pustaka Harkatiningsih, Naniek. 2010. Perdagangan di Nusantara: Bukti-bukti Jaringan Interregional makalah dalam Proceeding Perdagangan, Pertukaran dan Alat Tukar di Nusantara Dalam Lintas Masa. Semarak Arkeologi. Balai Arkeologi Bandung. Sukendar, Haris (ed). 1999. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Listiyani. 2008. Keramik BMKT Hasil Survei Kepurbakalaan Di Kabupaten Belitung. Buletin Relik No. 06 September 2008. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi. Internet Koh,NK. 2008. Dragon, Winged Dragon, Dragon With Foliated Tail And Chi Dragon. http://www.koh-antique.com/motif/motif1.html (diakses tgl 21-04-2011). 10 Papua TH. III NO. 1 / Juni 2011