BAB V PEMBAHASAN. yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI PENUTUP. Yatim Dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung maka. 1. Pembinaan Kejujuran pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data Setelah melakukan penelitian di Lembaga Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB V PENUTUP. pembinaan perilaku keagamaan di panti asuhan Hikmatul Hayat dapat diambil. 1. Pembinaan Perilaku Akhlak di Panti Asuhan Hikmatul Hayat

BAB VI PENUTUP. Kegiatan Keagamaan terhadap Akhlakul Karimah Siswa di MTsN. Aryojeding Rejotangan Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017, dan

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Nilai pendidikan Agama Islam pada program Adiwiyata kegiatan bank. sampah di UPTD SMKN 2 Boyolangu Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat dalam beberapa point, diantaranya : Rasulullah diutus oleh Allah untuk

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

A. Analisis Tata Tertib Pondok Pesantren Al Masyhad Mamba ul. Fallah Sampangan Pekalongan. Dalam menyusun tata tertib pondok pesantren, secara asasi

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PERANAN KEGIATAN WAQI AHAN DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK PESERTA DIDIK DI MADRSAH DINIYAH

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK PADA KELUARGA BURUH BATIK DI DESA SEPACAR KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt menganugerahi akal. Dan hal tersebut tidak dimiliki oleh makhluk lain.

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI REMAJA TERHADAP URGENSI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA DI DESA PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

Bab 3 Peran Sentral Guru PAI Dalam Memberdayakan Sekolah Sebagai Pusat Pembangunan Karakter Bangsa

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 4 PEKALONGAN

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. negara akan dapat memasuki era globalisasi ini dengan tegas dan jelas apabila

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB III PENANAMAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR DI LINGKUNGAN KELUARGA. 1. Letak Georgafis Desa Tahunan Baru, Tegalombo, Pacitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB V PEMBAHASAN. hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB V PEMBAHASAN. hasil temuan yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh,

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan dan guru dewasa ini dihadapkan pada tuntutan. yang semakin berat terutama untuk mempersiapkan anak didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Akhlak dapat terbentuk. Dalam kehidupan sehari-hari akhlak

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB VI PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang kesimpulan yang ditarik dari temuan

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Pada bab V ini akan membahas dan menghubungkan antara teori dari temuan sebelumnya dengan teori temuan saat penelitian. Menggabungkan antara pola-pola yang ada dalam teori sebelumnya dan kenyataan yang ada di lapangan. Terkadang apa yang di teoritik tidak sama dengan kenyataanya, atau sebaliknya. Keadaan inilah yang perlu dikaji secara mendalam. Perlu penjelasan lebih lanjut antara teori yang ada dan buktikan dengan kenyataan yang ada dalam kenyataan sosial yang ada. Berkaitan dengan judul skripsi ini, dan untuk menjawab fokus masalah yang telah tercantum pada bab awal, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu untuk menjawab fokus masalah yang ada. 1. Pembinaan Kejujuran pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung Jujur memiliki arti kesesuaian antara apa yang diucapkan atau diperbuat dengan kenyataan yang ada. Jadi, kalau suatu berita sesuai dengan keadaan yang ada, dikatakan benar/jujur, tetapi kalau tidak, dikatakan dusta. Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk berlaku benar baik dalam perbuatan maupun ucapan, sebagaimana firman-nya: 121

122 Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.(qs.at-taubah (11) : 119) 1 Sifat jujur merupakan tanda keislaman seseorang dan juga tanda kesempurnaan bagi si pemilik sifat tersebut. Pemilik kejujuran memiliki kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat. Dengan kejujurannya, seorang hamba akan mencapai derajat orang-orang yang mulia dan selamat dari segala keburukan. Sebab-sebab orang melakukan perbuatan akhlak dengan berkata jujur yaitu ; a. Mempunyai akal, karena dengan akal manusia bisa mengetahui manfaat dari kejujuran dan bahaya dari kebohongan sehingga ia berkata jujur. b. Memiliki agama karena agama memerintahkan pemeluknya untuk berkata jujur dan melarang berkata bohong, karena itu akhlak tercela. c. Memiliki sifat muru ah, orang yang memiliki sifat muru ah tidak suka berkata bohong, tetapi ia lebih suka berkata jujur. Dalam proses membina akhlak kejujuran ini kepada anak asuh, sebaiknya seorang pendidik memperbaiki akhlak nya terlebih dahulu dalam bertingkah laku pada sesama manusia dan pada anak asuhnya. Karena seorang pendidik cerminan utama bagi anak asuh apalagi mereka tanpa pernah mendapat kasih sayang dari orang tua, tanpa mendapat perhatian khusus dari orang tua maupun dari seorang pendidik, karena seorang pendidik yang mengasuh tidak hanya satu anak yang di asuh tetapi ada 1 Qur an Hafalan Juz 9, (Jakarta : Almahira, 2010) hal. 206

123 banyak anak yang di asuh maka dari itu sebagai seorang pengasuh juga harus bersifat adil dalam bersikap kepada anak asuhnya. Dengan di binanya anak asuh tentang perbuatan jujur maka terciptalah generasi penerus bangsa yang lebih baik lagi. Karena bersikap jujur itu tidak mudah, sangat sulit untuk dijalankan tetapi kita hanya perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian berbuat benar dan tidak berbohong saat melakukan apapun, maka dari itu semua perbuatan itu perlu belajar lebih dahulu. Sikap jujur merupakan hal yang mempunyai banyak pahala tetapi susah kalau kita hanya memikirkanya, kita harus bisa belajar mencobanya untuk tidak berbohong dan tidak mementingkan perkataan yang baik tetapi tidak menepatinya. Sebab, para nabi dan rasul tidak hanya jujur, melainkan juga menyukai kejujuran, suka orang-orang yang jujur, dan senantiasa mengajurkan kejujuran. Hal itu sesuai dengan pernyataan Oemar Hamalik beliau menyatakan : Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. 2 Dari pernyataan Oemar Hamalik diatas, beliau juga mengatakan tentang hasil dan bukti dari kegiatan belajar ialah adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan 2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara. 2011). Hal. 29

124 unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah sedangkan unsur motoris adalah unsur jasmaniah. Bahwa seseorang sedang berfikir dapat dilihat dari raut mukanya, sikapnya dalam rohaniah tidak bisa kita lihat. 3 Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar sangat penting untuk dikerjakan karena hasil yang diperoleh dalam belajar begitu besar dalam menambah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, agar anak dapat berperilaku yang baik diperlukan suatu pembinaan yang nantinya akan tertanam di dalam diri seseorang sifat yang baik. Agar pembinaan kejujuran ini dapat tertanam di hati anak peran seorang pendidik dalam membina akhlak kejujuran ini dengan selalu memantau tingkah laku anak asuh, ketika anak tersebut melakukan kesalahan langsung ditanya oleh pengasuh, apakah kemudian dia berkata jujur atau tidak. Seorang pendidik dalam membina akhlak ketika dalam pelajaran juga harus berkata sesuai kenyataan. Kemudian anak asuh tersebut diberikan arahan, pemahaman dan nasehat secara perlahan dan lemah lembut mengenai karakterkejujuran. Arahan, pemahaman dan nasehat yang diberikan akan membuatanak asuh menjadi faham serta melaksanakan karakter kejujuran dalamkehidupan sehari-hari. 3 Ibid, hal. 30

125 2. Pembinaan Disiplin pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika, norma dan kaidah yang berlaku. Kedisiplinan dapat dilakukan dengan latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap anak asuh yang tinggal di panti asuhan. Perilaku disiplin adalah perilaku yang harus dimiliki oleh setiap orang baik anak yang masih kecil maupun orang yang sudah dewasa sekalipun. Perilaku disiplin penting diajarkan oleh seorang anak sejak dini, agar anak mampu menerapkan sikap disiplin itu mulai dari hal-hal terkecil dulu, agar kelak sudah dewasa akan menjadi seorang yang memiliki sikap disiplin yang tinggi. Dengan membentuk seorang anak agar mempunyai sikap disiplin, seorang pendidik harus menanamkan akhlakul karimah yang dimulai sejak kecil, dengan cara yang dilakukan setiap hari di dalam proses belajar mengajar. Kedisiplinan sejak dini itu bisa menggambarkan untuk kebaikan ke jenjang dewasa maka dari itu erat hubungannya antara manusia sukses dengan pribadi disiplin. Upaya guru dalam membina perilaku disiplin anak asuh di Lembaga Panti Asuhan Sumbergempol Tulungagung adalah seorang pendidik dalam membina perilaku disiplin anak asuh terlebih dahulu harus menentukan

126 strategi yang tepat agar pembinaan yang disampaikan akan bisa cepat diterima oleh anak asuh di Panti Asuhan. Strategi tersebut dibuat dengan sederhana agar anak-anak bisa menerima pembinaan akhlakul karimah disiplin dengan mudah. Strategi tesebut dibuat melalui disusunya kegiatankegiatan yang mendidik untuk anak asuh. Selain itu dengan dibentuknya kegiatan seperti sholat berjamaah, regu pikket, TPQ. Dalam Islam ternyata peran peran guru dalam membina perilaku disiplin anak memang sangat besar. Adapun tujuan dari pengasuh dan pengurus dalam membentuk perilaku akhlak santri adalah dengan pengetahuan pembinaan akhlakul karimah yang baik dan benar sesuai dengan ajaran Islam, maka akan terbentuk akhlak yang baik terhadap pribadi anak asuh. Dengan pendidikan akhlak yang baik maka anak asuh akan bisa membedakan perilaku mana yang benar dan perilaku mana yang salah. Untuk mengetahui seseorang dapat berperilaku dsiplin, yaitu melalui tingkah lakunya sendiri bagaimana dia bisa bersikap baik dalam menjalankan kehidupanya sehari-hari terhadap sesama teman maupun akhlaknya terhadap orang yang lebih tua. Maka hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid beliau menyatakan bahwa : Perilaku manusia yang baik ditunjukkan oleh sifat-sifat dan gerak kehidupanya sehari-hari. Manusia sebagai individu dan sebagai makhluk sosial tidak berhenti dari berperilaku. Setiap hari, perilaku manusia dapat berubah-ubah meskipun manusia dapat

127 dapat membuat perencanaan untuk bertindak secara rutin. 4 Oleh karena itu, disiplin dibentuk dengan tujuan untuk membentuk anak agar berkarakter baik setiap harinya, harapan seperti itu sangat diinginkan oleh orang tua terutama orang tua yang mengasuhnya di panti asuhan kepada anaknya dan guru kepada anak didiknya. Seperti yang dipaparkan diatas seorang pendidik dalam membina anak asuh harus memiliki strategi yang jitu dan agar tercapai tujuan, agar anak asuh memiliki sifat tanggung jawab, kejujuran dan disiplin. Strategi tersebut yaitu seorang pengasuh harus selalu amanah dalam memberikan pelatihan kepada anak-anak asuhnya, jadi guru harus selalu membina anak asuh dengan sabar dan telaten setiap harinya. Dengan adanya pembinaan akhlak kejujuran di dalam kegiatan seorang anak akan memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang sudah menjadi kewajibanya yang harus dilakukan, kalau seorang anak tidak melakukan hal itu melanggar peraturan itu maka perilaku tanggung jawab harus tetap dilakukan, diajarka oleh seorang pengasuh sampai anak bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya itu melakukan dengan sendiri kesadaranya sendiri tanpa harus diperintah lebih dulu, tujuanya yaitu agar membentuk perilaku akhlak disiplin dalam mematuhi segala aturanya dan tata tertibnya yang sudah dibentuk. Dengan cara seperti itu agar memilik adab kebiasaan yang baik 2010), hal. 205 4 Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, (Bandung : CV Pustaka Setia,

128 yaitu memiliki sifat akhlak yang baik seperti kejujuran, disiplin dan tanggung jawab. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan sebagai seorang pelajar adalah sikap penuh kerelaan dalam mematuhi semua aturan dan norma yang ada dalam menjalankan tugasnya sebagai bentuk tanggung jawabnya terhadap pekerjaannya. 3. Pembinaan Tanggung jawab pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung Setiap orang yang telah baligh (dewasa) dan juga anak-anak pelajar harus bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang dilakukan. Tanggung jawab adalah beban kewajiban suatu pekerjaan atau tugas yang harus dipikul sesuai dengan ketentuanya. Dengan kata lain, tanggung jawab adalah kewajiban yang harus dikerjakan dengan keberanian menerima akibatnya jika kewajibanya tidak terlaksanakan, begitu pula ia berani menanggung akibatnya bila melanggar hak-hak orang lain. Seseorang akan dikatakan bertanggung jawab manakala telah mengerjakan tugas dan kewajibanya dengan sebaik-baiknya. Orang yang tidak mengakui kesalahan yang dilakukan termasuk melemparkan kesalahan kepada orang lain dikatakan orang yang tidak bertanggung jawab. Sikap tanggung jawab itu termasuk perangai yang mulia. Setiap muslim harus

129 memiliki tanggung jawab atas segala perbuatanya, baik terhadap diri sendiri, terhadapa agama maupun terhadap tugasnya yang telah ditentukan. 5 Dalam proses pembentukan akhlak yang baik kepada anak asuh agar anak asuh memiliki perilaku tanggung jawab sebagai seorang pelajar, hendaknya pengasuh Panti Asuhan maupun guru dalam Madin dapat membina perilaku anak asuh mulai dari menyampaikan dan menanamkan akhlak yang baik pada diri anak. Bahwasanya dalam perilaku membina tanggung jawab anak asuh di panti asuhan ini tidaklah mudah kalau hanya diberikan motivasi, ceramah, pelajaran akhlak maupun pelajaran lainya saja belum cukup, tetapi seorang pendidik atau pengasuh juga harus melakukan pendekatan-pendekatan kepada para anak asuh tersebut dengan memberikan contoh nyata, misalnya di panti asuhan ini banyak kegiatan keagamaan, seperti sholat jama ah, madrasah diniyah, sholawatan, menghafal Al-Qur an dan masih banyak lagi maka dari itu seorang pengasuh harus memberi contoh dengan berangkat lebih awal dan sebelum kegiatan dimulai seorang pengasuh harus mengontrol anak-anak, dengan seperti itu maka lama-lama anak akan jera kalau hal tersebut sudah menjadi tanggung jawab nya dalam keseharianatau seorang pendidik dalam menyampaikan pelajaranya di madrasah diniyah maupun di sekolahan. Dalam memberikan pelajaran tentang akhlak tidak hanya dijelaskan, diceramai tetapi kalau bisa dalam menyampaikan materi 5 Adhan Hasan Shalih Baharits, Tanggung Jawab Ayah Terhadap Anak Laki-Laki (Jakarta, Gema Insani Press, 1996), hal. 105

130 tersebut juga diselingi dengan kisah-kisah yang mengena (kisah-kisah nabi) yang dapat dipahami oleh anak. Sebagaimana yang dinyatakan Oemar Hamalik yang menyatakan bahwa pekerjaan seorang pendidik adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi seorang pendidik adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi seorang pendidik harus pula memenuhi persyaratan yang berat. Beberapa diantaranya yaitu : a) Harus memiliki bakat sebagai guru atau seorang pendidik b) Harus memiliki keahlian sebagai guru atau seorang pendidik c) Memiliki kepribadian yang baik dan terintregasi d) Memiliki mental yang sehat e) Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas f) Guru adalah manusia berjiwa Pancasila, dan g) Guru adalah seorang warga negara yang baik. 6 Dari beberapa syarat menjadi guru diatas, upaya Guru atau seorang pendidik dalam membina anak-anak asuhnya tidak cukup hanya melakukan pendekatan saja, tetapi guru harus memberi contoh hal-hal yang kecil dulu seperti anak harus bisa bertanggung jawab merawat dirinya sendiri karena mereka tinggal di panti asuhan tidak bersama orang tuanya yang setiap hari diperhatikan, kemudian mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru nya di Sekolah maupun tugas kegiatan-kegiatan yang sudah di tetapkan di panti asuhan, jadi guru atau seorang pengasuh 6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara. 2011). Hal. 118

131 dalam memberikan tugas kepada anak asuhnya harus benar-benar di pantau, apakah anak-anak itu melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan kesadaranya atau tidak yang sudah menjadi tugasnya, maka pendidik berhak memberi hukuman atau teguran jika anak asuh tersebut tidak menjalankan tugasnya yang sudah menjadi tanggung jawabnya.