BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Good governance merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutuhkan, tidak saja untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam mengelola keungan dengan sebaik-baiknya guna mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus ditingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan akuntansi sektor publik di Indonesia semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. Good Governance Government adalah pemerintahan yang paling. diimpikan oleh seluruh masyarakat Indonesia, dimana pemerintahannya

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan salah satu perkembangan yang terjadi ditiaptiap

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Menyusun laporan keuangan merupakan sebuah kewajiban bagi setiap

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik dapat meningkatkan keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor publik (Sari, 2013). Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang baik (Good Government Governance), telah mendorong pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sarana yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). Sebagai salah satu bentuk pertanggung jawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, upaya konkrit untuk mewujudkan transparasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah adalah dengan menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan. 1

Laporan keuangan merupakan media bagi sebuah entitas, dalam hal ini pemerintah harus mempertanggungjawabkan kinerja keuangannya pada publik. Pemerintah harus mampu menyajikan laporan keuangan yang mengandung informasi keuangan yang berkualitas. Kriteria dan unsur-unsur pembentuk kualitas informasi yang menjadikan informasi dalam laporan keuangan pemerintah mempunyai nilai atau manfaat yang disebutkan dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (PP No.71 Tahun 2010) terdiri dari: (a) relevan, (b) andal, (c) dapat dibandingkan dan, (d) dapat dipahami. Untuk memastikan bahwa Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan (PP No.71 Tahun 2010) maka Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) setiap tahunnya diperiksa atau diaudit oleh auditor eksternal yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Tujuan dari dari audit atau pemeriksaan adalah untuk mendapatkan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa diantaranya: Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak Wajar (TW), dan Penyertaan Menolak Memberi Opini atau Tidak Memberi Pendapat (TMP). Indikator bahwa laporan keuangan pemerintah daerah sudah berkualitas yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Adhi dan Suhardjo, 2013). 2

Sudah banyak Pemerintah Daerah (PEMDA) yang laporan keuangannya mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), tetapi tidak sedikit juga yang laporan keuangannya mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Salah satu Pemerintah Daerah (PEMDA) yang laporan keuangannya mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) adalah Pemerintah Daerah Kota Bandung. Dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan masih banyak penyimpanganpenyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah (inilah.com). Berikut ini merupakan opini BPK yang diberikan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Bandung Tahun 2010-2015 disajikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Daftar opini audit BPK atas LKPD Kota Bandung Tahun 2010-2015 No. Tahun Opini BPK 1 2011 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 2 2012 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 3 2013 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 4 2014 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 5 2015 Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Sumber : www.bpk.go.id 3

Tabel 1.1 di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2015 Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) kepada Pemerintah Kota Bandung. Opini Wajar Dengan Pengecualian adalah pendapat yang diberikan ketika laporan keuangan dikatakan wajar dalam hal yang material, tetapi terdapat sesuatu penyimpangan atau kurang lengkap pada pos tertentu, sehingga harus dikecualikan. Beberapa pengecualian yang dilaporkan oleh BPK kepada Pemerintah Daerah Kota Bandung adalah tentang masalah aset, kelemahan pengendalian sistem belanja daerah, pengendalian sistem internal piutang PBB, pengendalian internal dana kapitasi, serta keberadaan BUMD masih banyak yang belum memberikan kontribusi kepada Pemerintah Daerah (BPK RI, 2015). Kelemahan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah didukung oleh laporan hasil pemeriksaan BPK RI Tahun 2015 yang mengungkapkan masih buruknya sistem pengendalian internal pemerintah diantaranya pengelolaan aset tetap belum optimal, pengelolaan dan penatausahaan aset tetap belum memadai, realisasi belanja belum diyakini kewajarannya, penggunaan dana BOS Pendidikan tidak sesuai dengan pedoman, dan kelemahan pengamanan fisik aset (BPK RI, 2015). Kelemahan pengamanan fisik aset mendapat bukti kuat seperti yang dikutip dalam detik.com, bahwa aset dari peninggalan Belanda yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Bandung sangat banyak, dari banyaknya aset tersebut namun datanya kurang lengkap. Aset dari peninggalan Belanda tersebut sertifikatnya tidak ada dan lokasinya di kuasai oleh pihak ketiga, jadi tercatat di pemerintah kota namun tidak diakui oleh Badan 4

Pemeriksa Keuangan (BPK) karena keberadaannya tidak diyakini. Masalah aset inilah yang menjadi salah satu alasan BPK dari tahun ke tahun menetapkan opini WDP. Hal tersebut menunjukkan sistem pengendalian internal pemerintah masih lemah (detik.com). Masih adanya opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) juga menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada dipemerintahan daerah masih ada yang kurang kompeten. Ini diartikan bahwa belum adanya kesadaran dari tiap-tiap individu yang berada dilingkungan pemerintah daerah untuk berkomitmen terhadap good governance (Gumilar, 2013). Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor terpenting dalam menciptakan laporan keuangan yang berkualitas. Untuk menghasilkan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai, maka laporan keuangan harus disusun oleh personel yang memiliki kompetensi dibidang pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi (Tuasikal, 2007). Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang memahami dan berkompeten dalam akuntansi pemerintahan, keuangan daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Terbatasnya pegawai yang berlatar belakang pendidikan bidang akuntansi menjadikan kurangnya pemahaman atau penguasaan aparatur Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam mengelola keuangan daerah dengan baik dan benar (Dewi dan Yusrawati, 2015). 5

Beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah dilakukan oleh Diana Sari (2012) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern pemerintah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah baik secara simultan maupun parsial. Hasil penelitian ini menyebutkan dengan adanya pengendalian internal yang memadai akan menciptakan tercapainya kualitas laporan keuangan yang baik. Ida Ayu Eni dan Ni Made Adi (2016) menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia dan sistem pengendalian intern mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi sumber daya manusia, maka semakin tinggi juga pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan dan semakin tinggi penerapan sistem pengendalian internal pemerintahan, maka akan semakin tinggi pula pengaruhnya terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Dari hasil uraian latar belakang di atas, penulis tertarik membuat penelitian dengan judul Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah Dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Dinas Pendidikan Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 6

1. Bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung. 2. Bagaimana pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan pada Pemerintah Daerah Kota Bandung. 3. Bagaimana pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah mencari, mengumpulkan, mengolah dan mendapatkan data yang dapat memberikan informasi serta gambaran mengenai pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah pada Dinas Pendidikan Kota Bandung. Adapun maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Besarnya Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung. 2. Besarnya Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung. 3. Besarnya Pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung 7

1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengungkapkan informasi-informasi yang bermanfaat tentang pengaruh Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dan Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Adapun kegunaan penelitian ini, diantaranya: 1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan dan wawasan dalam bidang akuntansi sektor publik yang sesuai dengan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan mewujudkannya dalam bentuk skripsi. Pengetahuan dan wawasan mengenai pengelolaan keuangan daerah dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Bandung dan memahami perbandingan antara konsep yang diberikan pada masa perkuliahan dengan penerapannya langsung di instansi pemerintahan. 2. Bagi Pemerintah Pusat dan Daerah Bahan masukan kepada pemerintah daerah kota Bandung dalam mengambil kebijaksanaan untuk terus meningkatkan dan mengembangkan daerahnya di masa yang akan datang dan diharapkan dapat memberikan sumbang saran khususnya yang berkaitan dengan sistem pengendalian internal dan sumber daya manusia terhadap kualitas laporan keuangan daerah. 8

3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengembangan serta menjadi sumber informasi mendalam atau masukan bagi peneliti selanjutnya dalam bidang yang sama. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Pendidikan Kota Bandung yang beralokasi Jalan Jend. Achmad Yani No. 239 Bandung. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai dengan Januari 2017. 9

10