HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR INFORMED CONSENT DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J410111031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DOKTER DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR INFORMED CONSENT DI RS ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA Abstract Reihan Ulfah J410 111 031 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Informed consent will give legal protection not only for the patient but also for the doctor and the hospital. Therefore, the completeness of informed consent form filling must be done on every service towards the patient, especially during surgery operation. The objective of this research is to analyze the relationship among characteristics, knowledge, and doctor s behavior with the completeness of informed consent form filling in Orthopedic Hospital Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. The research method uses observational design with cross sectional approach. Population in this research is 34 person. The sample was taken with total sampling technique of five specialist of orthopaedic-traumatology and 26 resident orthopaedic-traumatology. Data analysis uses fisher s exact test using SPSS version 21, conducted at the computer laboratory of Medical Science Faculty, Universitas Muhammadiyah Surakarta. The research result shows that there are relationship among education (p=0,008), knowledge (p=0,025),and behavior (p=0,008)with the completeness of informed consentformfilling. There are no relationship between age (p=1,000) and tenure (p=1,000)with the completeness of informed consentform filling. Keywords: Doctor, Informed consent, Completeness
Abstrak Informed consent akan memberikan perlindungan hukum tidak hanya kepada pasien tetapi juga kepada dokter dan rumah sakit. Oleh karena itu kelengkapan pengisian informed consent harus dilakukan dalam setiap pemberian pelayanan terhadap pasien, terutama tindakan pembedahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan rancangan observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 34 orang. Pemilihan sampel dengan teknik sampling jenuh sebanyak lima orang dokter spesialis orthopaedi-traumatologi dan 26 residen orthopaeditraumatologi. Analisis data menggunakan uji fisher s exact dengan menggunakan SPSS versi 21 dilaksanakan di laboratorium komputer Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan (p=0,008), pengetahuan (p=0,025), dan sikap (p=0,008) dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. Tidak ada hubungan antara umur (p=1,000) dan lama kerja (p=1,000) dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. Kata kunci: Dokter, Informed consent, Kelengkapan PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan persaingan antar rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya badan atau institusi yang mendirikan rumah sakit, baik dibiayai oleh pemerintah maupun swasta. Menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008, rumah sakit merupakan salah satu contoh dari sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang digunakan untuk praktek kedokteran atau kedokteran gigi. Oleh karena itu masyarakat sebagai pihak yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan dari rumah sakit mengharapkan mendapat pelayanan kesehatan yang bermutu dan memuaskan untuk kebutuhan pasien. Menurut Hatta (2008), penilaian mutu memerlukan data yang akurat dan relevan, sehingga dapat membantu pihak rumah sakit dalam melakukan perubahan. Ketersediaan sumber data merupakan syarat utama keberhasilan pengukuran mutu. Di rumah sakit maupun di unit-unit pelayanan kesehatan lain, terdapat tiga sumber data utama yaitu berkas administrasi, hasil pendataan pasien dan rekam medis pasien. Rekam medis pasien merupakan sumber data yang digunakan untuk penilaian mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Selain sebagai sumber data dalam penilaian mutu
pelayanan kesehatan, rekam medis juga berperan sebagai sistem pencatatan yang informatif. Sistem pencatatan yang informatif harus memenuhi kriteria meliputi kelengkapan isi, keakuratan, ketepatan waktu dan pemenuhan aspek hukum (Hatta, 2008). Salah satu tujuan rekam medis menurut Permenkes RI No. 290/MENKES/PER/III/2008 yang berkaitan dengan aspek hukum adalah informed consent. Informed consent merupakan persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Menurut Permenkes RI No. 585/MENKES/PER/IX/1989, dokter dan rumah sakit sebagai instansi pelayanan kesehatan ikut bertanggung jawab atas tindakan medik yang diberikan, karena informed consent akan memberikan perlindungan hukum tidak hanya kepada pasien tetapi juga kepada dokter dan rumah sakit. Oleh karena itu kelengkapan pengisian informed consent harus dilakukan dalam setiap pemberian pelayanan terhadap pasien, terutama adalah tindakan pembedahan. Jika lembar informed consent tidak diisi dengan lengkap, maka dapat mengakibatkan informasi yang ada di dalam informed consent menjadi tidak tepat, tidak akurat dan tidak sah atau tidak legal bila dikaitkan dengan kemungkinan adanya perselisihan antara pasien dengan dokter atau rumah sakit dikemudian hari. Berdasarkan hasil observasi awal di instalasi rekam medis di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta pada tgl 19 Januari 2013 dengan sampel sebanyak 30 lembar informed consent, ditemukan sebanyak 80% nama pemberi informasi tidak diisi, 93,3% nama pelaksana tindakan tidak diisi, 100% nama penerima informasi tidak diisi, 6,6% informasi yang diberikan tidak lengkap, 40% tanda tangan dan nama dokter tidak lengkap, 40% tanda tangan dan nama saksi petugas tidak lengkap. Selain itu juga ditemukan sebanyak 41,3% identitas pemberi persetujuan tidak diisi, 53,3% pernyataan persetujuan tindakan tidak diisi, 73,3% waktu pengisian formulir tidak diisi, 73,3% tanda tangan dan nama pemberi persetujuan tidak lengkap, 86,6% tanda tangan dan nama saksi keluarga pasien tidak lengkap.
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian ini cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh dokter spesialis orthopaeditraumatologi dan residen orthopaedi-traumatologi di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta sejumlah 34 orang yang terdiri dari lima dokter spesialis orthopaeditraumatologi dan 26 residen orthopaedi-traumatologi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini yaitu: Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap, dan karakteristik dokter yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelengkapan pengisian lembar informed consent. Instrumen penelitian ini berupa checklist observasi berisi tentang item-item pada lembar informed consent dan kuesioner berisi tentang karakteristik responden antara lain umur, jenis kelamin, pendidikan, dan lama kerja. Pengetahuan dan sikap tentang pengisian lembar informed consent. Analisis yang digunakan adalah uji Fisher s exact untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Hasil Analasis Univariat Responden dalam penelitian ini sebanyak 31 orang, yang terdiri dari lima dokter spesialis orthopaedi-traumatologi dan 26 residen orthopaedi-traumatologi di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Gambaran karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, pengetahuan, sikap, dan kelengkapan pengisian lembar informed consent ditampilkan pada tabel sebagai berikut:
a. Umur responden Tabel 1. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Variabel Mean Minimum Maximum Umur 33,39 24 54 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa rata-rata umur responden adalah 33,39 atau 33 tahun. Umur tertinggi responden yaitu 54 tahun dan yang terendah 24 tahun. Berdasarkan rata-rata kemudian umur responden dikelompokkan menjadi dua kelompok, umur < 33 tahun adalah kategori umur muda dan 33 tahun adalah kategori umur dewasa. Tabel 2. Distribusi frekuensi berdasarkan umur responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Umur Frekuensi Persentase (%) < 33 tahun 20 64,5 % 33 tahun 11 35,5 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden yang berumur muda dua kali lebih banyak daripada responden dengan umur dewasa. b. Jenis kelamin responden Tabel 3. Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-Laki 31 100 % Perempuan 0 0 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa seluruh responden berjenis kelamin lakilaki.
c. Pendidikan responden Tabel 4. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Pendidikan Frekuensi Persentase (%) Dokter 26 83,9 % Dokter Spesialis 5 16,1 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa reponden dengan pendidikan dokter lima kali lebih banyak daripada responden dengan pendidikan dokter spesialis. d. Lama kerja responden Tabel 5. Deskriptif Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja Variabel Mean Minimum Maximum Lama kerja 7,45 2 27 Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa rata-rata lama kerja responden adalah 7,45 atau tujuh tahun. Lama kerja tertinggi responden yaitu 27 tahun dan yang terendah 2 tahun. Berdasarkan rata-rata kemudian lama kerja responden dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu lama kerja < tujuh tahun dan lama kerja tujuh tahun. Tabel 6. Distribusi frekuensi berdasarkan lama kerja responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Lama Kerja Frekuensi Persentase (%) < 7 tahun 20 64,5 % 7 tahun 11 35,5 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden dengan lama kerja < tujuh tahun dua kali lebih banyak daripada responden dengan lama kerja tujuh tahun.
e. Pengetahuan responden Tabel 7. Distribusi frekuensi berdasarkan pengetahuan responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 24 77,4 % Kurang Baik 7 22,6 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan baik tiga kali lebih banyak daripada responden dengan pengetahuan kurang baik. f. Sikap responden Tabel 8. Distribusi frekuensi berdasarkan sikap responden di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Sikap Frekuensi Persentase (%) Baik 20 64,5 % Kurang Baik 11 35,5 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa responden dengan sikap baik dua kali lebih banyak daripada responden dengan sikap kurang baik. g. Kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 9. Distribusi frekuensi berdasarkan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Kelengkapan Frekuensi Persentase (%) Lengkap 13 41,9 % Tidak Lengkap 18 58,1 % Jumlah 31 100 % Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa lembar informed consent yang tidak lengkap lebih banyak daripada lembar informed consent yang lengkap. 2. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat yang digunakan adalah uji Fisher s exact untuk menyimpulkan hipotesis ada atau tidaknya hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja,
pengetahuan, sikap responden dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. a. Umur dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 10. Tabel silang berdasarkan umur dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Kelengkapan Umur Tidak Lengkap Total P < 33 tahun 33 tahun Lengkap 12 (60 %) 8 (40 %) 20 (100 %) 6 (54,5 %) 5 (45,5 %) 11 (100 %) 1,000 Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa responden dengan kategori umur < 33 tahun lebih banyak yang mengisi lembar informed consent tidak lengkap daripada yang lengkap, sedangkan responden dengan kategori umur 33 tahun hampir sama mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan yang lengkap. Hasil uji hipotesis dengan fisher s exact diperoleh nilai p=1,000 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. b. Pendidikan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 11. Tabel silang berdasarkan pendidikan dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Kelengkapan Pendidikan Tidak Lengkap Total P Dokter Dokter spesialis Lengkap 18 (69,2 %) 8 (30,7 %) 26 (100 %) 0 (0 %) 5 (100 %) 5 (100 %) 0,008 Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa responden dengan pendidikan dokter lebih banyak yang mengisi lembar informed consent tidak lengkap daripada yang lengkap, sedangkan responden dengan pendidikan dokter spesialis semua mengisi lembar informed consent lengkap. Hasil uji hipotesis dengan fisher s exact diperoleh nilai p=0,008 sehingga disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pendidikan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. c. Lama kerja dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 12. Tabel silang berdasarkan lama kerja dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Kelengkapan Lama Kerja Tidak Lengkap Total p < 7 tahun 7 tahun Lengkap 12 (60 %) 8 (40 %) 20 (100 %) 6 (54,5 %) 5 (45,5 %) 11 (100 %) 1,000 Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa responden dengan kategori lama kerja < tujuh tahun lebih banyak yang mengisi lembar informed consent tidak lengkap daripada yang lengkap, sedangkan responden dengan kategori lama kerja tujuh tahun hampir sama mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan yang lengkap. Hasil uji hipotesis dengan fisher s exact diperoleh nilai p=1,000 sehingga disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama kerja dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. d. Pengetahuan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 13. Tabel silang berdasarkan pengetahuan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Kelengkapan Pengetahuan Total p Tidak Lengkap Lengkap Kurang baik 7 (100 %) 0 (0%) 7 (100 %) 0,025 Baik 11 (45,8 %) 13 (54,2 %) 24 (100 %) Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa responden dengan pengetahuan kurang baik semuanya mengisi lembar informed consent tidak lengkap. Sedangkan responden dengan pengetahuan baik, sedikit lebih banyak yang mengisi lembar informed consent lengkap. Hasil uji hipotesis dengan fisher s
exact diperoleh nilai p=0,025 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. e. Sikap dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Tabel 14. Tabel silang berdasarkan sikap dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta Sikap Kurang baik Baik Kelengkapan Tidak Lengkap Lengkap Total 10 (90,9 %) 1 (9,1 %) 11 (100 %) 8 (40 %) 12 (60 %) 20 (64,5 %) p 0,008 Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa responden dengan sikap kurang baik, hampir semuanya mengisi lembar informed consent tidak lengkap. Sedangkan responden dengan sikap baik mengisi lembar informed consent lengkap lebih banyak daripada yang tidak lengkap. Hasil uji hipotesis dengan fisher s exact diperoleh nilai p=0,008 sehingga disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. B. Pembahasan 1. Hubungan karakteristik dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent a. Umur Berdasarkan hasil penelitian pada variabel umur dari 31 dokter yang diteliti diketahui dokter dengan kategori umur muda sebanyak 20 orang, 12 orang (60%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 8 orang (40%) mengisi lembar informed consent lengkap. Dokter dengan kategori umur dewasa sebanyak 11 orang, 6 orang (54,4%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 5 orang (45,5%) mengisi lembar informed consent lengkap. Menurut Robbins (2001), pada karyawan profesional semakin meningkatnya
usia, semakin berpengalaman dan semakin meningkat kemampuan profesionalnya. Berdasarkan hasil uji fisher s exact, dapat diketahui bahwa p = 1,000 (nilai p > 0,05) disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara umur dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Dokter dengan kategori umur muda lebih banyak mengisi lembar informed consent tidak lengkap daripada yang lengkap. Usia lanjut umumnya lebih bertanggungjawab dan lebih teliti dibanding dengan usia muda, hal ini terjadi kemungkinan usia yang lebih muda kurang berpengalaman (Dharma, 2004). b. Pendidikan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa responden dengan pendidikan dokter spesialis sebanyak lima orang (100 %) mengisi lembar informed consent lengkap. Responden dengan pendidikan dokter sebanyak 26 orang, 18 orang (62,9%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 8 orang (30,7%) mengisi lembar informed consent lengkap. Setiap individu memiliki keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapatkan pendidikan yang tinggi. Individu yang memiliki pendidikan akan mempunyai pemikiran yang maju dan akan memiliki sikap dan tingkah laku yang baik pula (Suryabrata, 2006). Berdasarkan hasil uji fisher s exact, dapat diketahui bahwa p = 0,008 (nilai p < 0,05) disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Secara umum pendidikan diartikan sebagai upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Di Indonesia, tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku dan menghasilkan banyak perubahan di segala bidang, termasuk pengetahuan masyarakat dibidang kesehatan (Notoatmodjo, 2003), sesuai dengan hasil yang diperoleh bahwa responden dengan pendidikan dokter adalah
residen orthopaedi-traumatologi yang dalam mengisi lembar informed consent lebih banyak yang tidak lengkap dari pada yang lengkap. c. Lama kerja Hasil penelitian pada variabel lama kerja menunjukkan bahwa dokter dengan kategori lama kerja < 7 tahun sebanyak 20 orang, 12 orang (60%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 8 orang (40%) mengisi lembar informed consent lengkap. Dokter dengan kategori lama kerja 7 tahun sebanyak 11 orang, 6 orang (54,4%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 5 orang (45,5%) mengisi lembar informed consent lengkap. Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu organisasi, lembaga dan sebagainya. Masa kerja seseorang dalam organisasi perlu diketahui karena masa kerja merupakan salah satu indikator tentang kecenderungan para pekerja dalam melaksanakan aktivitas kerjanya. Misalnya pada produktivitas kerja, semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi pula produktivitasnya karena semakin berpengalaman dan mempunyai keterampilan yang baik dalam menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya (Siagian, 2008). Berdasarkan hasil uji fisher s exact, dapat diketahui bahwa p = 1,000 (nilai p > 0,05) disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara lama kerja dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Dokter dengan lama kerja 7 tahun, akan memiliki pengalaman yang lebih banyak dibandingkan dokter yang masih baru dalam mengisi lembar informed consent. Dokter dengan lama kerja < 7 tahun atau kategori baru, lebih banyak mengisi lembar informed consent tidak lengkap dari pada yang lengkap. hal ini disebabkan dokter dengan lama kerja < 7 tahun memiliki banyak tugas dan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja.
2. Hubungan pengetahuan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dokter yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 24 orang, 11 orang (45,8%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 13 orang (54,2%) mengisi lembar informed consent lengkap. Dokter yang memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 7 orang (100%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan meliputi isi, manfaat, fungsi dari informed consent diperoleh pada saat dokter spesialis orthopaeditraumatologi dan residen orthopaedi-traumatologi menempuh pendidikan kedokteran. Pemberian informasi kepada pasien di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dilakukan oleh residen orthopaedi-traumatologi untuk mewakili dokter spesialis orthopaedi-traumatologi. Tenaga kesehatan yang paling berwenang memberi informasi adalah tenaga kesehatan yang akan melakukan tindakan intervensi pada pasien atau tenaga kesehatan lain atas petunjuk tenaga kesehatan yang diwakilinya (Ta adi, 2011). Berdasarkan hasil uji fisher s exact, dapat diketahui bahwa p = 0,025 (nilai p < 0,05) disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Dokter dengan pengetahuan baik lebih banyak mengisi lembar informed consent lengkap daripada dokter dengan pengetahuan yang kurang baik. 3. Hubungan sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dokter yang memiliki sikap baik sebanyak 20 orang, 8 orang (40%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 12 orang (60%) mengisi lembar informed consent lengkap. Dokter
yang memiliki sikap kurang baik sebanyak 11 orang, 10 orang (90,9%) mengisi lembar informed consent tidak lengkap dan 1 orang (9,1%) mengisi lembar informed consent lengkap. Sikap merupakan reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2007). Setelah dokter spesialis orthopaeditraumatologi dan residen mengetahui isi, manfaat, fungsi dari informed consent selanjutnya akan melaksanakan apa yang diketahui tentang pengisian lembar informed consent. Pemberian informasi dan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dilakukan di poliklinik ortopedi. Informasi langsung diberikan kepada pasien atau keluarga terdekat pasien dengan didampingi oleh perawat yang berada di poliklinik ortopedi sebagai saksi. Menurut Permenkes RI No 585/MENKES/PER/IX/1989, dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan informasi. Dokter dengan persetujuan pasien dapat memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang perawat atau paramedis lainnya sebagai saksi. Berdasarkan hasil uji fisher s exact, dapat diketahui bahwa p = 0,008 (nilai p < 0,05) disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Dokter dengan sikap baik lebih banyak mengisi lembar informed consent lengkap daripada dokter dengan sikap kurang baik. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan, pengetahuan, sikap dokter dengan kelengkapan pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, lama kerja dokter dengan kelengkapan
pengisian lembar informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka sebaiknya diadakan sosialisasi kepada residen orthopaedi-traumatologi mengenai standart kelengkapan informed consent di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta dan perawat yang berada di poliklinik mengingatkan residen orthopaedi-traumatologi jika item pada lembar informed consent belum terisi lengkap DAFTAR PUSTAKA Dharma A. 2004. Manajemen Supervisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Hatta G. 2008. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-Press Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/MENKES/PER/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medis Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 tentang rekam medis Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang persetujuan tindakan kedokteran Robbins SP. 2001. Perilaku Organisasi Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Versi bahasa Indonesia. Jakarta: pearson education Pte. Ltd dan PT. Prenhelindo Siagian. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara Suryabrata S. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Ta adi, N. 2011. Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit buku kedokteran