commit to user BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, peserta didik perlu memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PEMBELAJARAN SIMPAN PINJAM PADA SISWA KELAS VIII SMP N 2 TRUCUK TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik serta psikologis siswa (Peraturan Pemerintah, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia atau lazim

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN MERENCANAKAN EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS X-3 SMA NEGERI 1 SIMO

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal penting dalam kehidupan karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan umum pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, adalah agar siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yossy Intan Vhalind, 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

POKOK BAHASAN EKOSISTEM MELALUI MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 PANINGGARAN PEKALONGAN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB IV HASIL PENELITIAN

perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, (Kemdikbud, 2012:17). PENDAHULUAN

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran fisika seringkali dianggap susah oleh siswa karena cara

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka sehingga terwujud keprofesionalan yang mantap. Seorang guru dituntut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Aqib, 2013:66). Menurut Sagala

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

2015 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA MATA DIKLAT SISTEM KOMPUTER DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu unsur konkrit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. dengan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pendidikan harus melalui proses. pembelajaran. Syam, dkk (1988:2) mengemukakan:

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun, di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assesment 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam test. Penilaian itu dipublikasikan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Rata-rata skor matematika anak-anak Indonesia 375, rata-rata skor membaca 396, dan rata-rata skor sains 382. Padahal rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, 501. Fisika merupakan salah satu ilmu dalam bidang sains yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis yang membosankan dan konsep yang (Rahayu, Murniati & Farikhah, 2013: 1). Dalam pembelajaran Fisika bukan hanya sekedar tahu matematika, tetapi siswa diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan, dan menyelesaikannya secara matematis (Sugiharti, 2005: 29). Oleh karena itu, hal inilah yang menyebabkan siswa tidak terlalu menyukai mata pelajaran sains, dikarenakan cenderung membosankan dan monoton. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Supardi (2012: 71) bahwa rendahnya hasil belajar sains disebabkan oleh : materi buku pelajaran yang sulit untuk diikuti, media pembelajaran yang kurang efektif, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih dalam proses pembelajaran, kurikulum yang padat, laboratorium yang tidak memadai, kurang optimal dan kurangnya keselarasan siswa itu sendiri, atau sifat konvensional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran. Apabila siswa tidak terlibat dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran sulit untuk dicapai. 1

2 Kurangnya pemahaman terhadap pemilihan media pembelajaran oleh guru, menjadi faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu pembelajaran IPA. Oleh karena itu, hal yang perlu dipersiapkan, agar penyampaian materi dalam pembelajaran tersampaikan dengan baik ke peserta didik adalah ketepatan pemilihan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa (Arsyad, 2008: 15). Menurut Djamarah dan Zain (2006: 120), kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dalam menjelaskan bahan atau materi pelajaran yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan penelitian Prabawati (2013: 2), menyatakan bahwa minat belajar siswa terhadap pembelajaran sains Fisika sangat kurang dan menganggap bahwa pembelajaran sains Fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik. Hal ini disebabkan karena kurang variasinya metode pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode ceramah di depan kelas, sehingga siswa hanya mendengar dan mencatat, selain itu pembelajaran hanya memfokuskan persamaan-persamaan Fisika dari pada menjelaskan konsep dasar Fisika dengan kehidupan sehari-hari. Pada beberapa sekolah di daerah Surakarta dan sekitarnya, dalam proses pembelajaran sains masih dijumpai pembelajaran yang menggunakan textbook dalam bahasa yang formal. Buku pelajaran yang berupa textbook, meskipun sudah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup terhadap peningkatan minat baca siswa (Prabawati, 2013: 2). Oleh karena itu diperlukan variasi sumber belajar yang interaktif dan mampu menarik minat siswa mempelajarinya. Pembelajaran Fisika menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1, menyatakan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan 3 Guru sebagai pemberi fasilitas dan motivasi pada peserta didik, diharapkan dapat menyajikan materi yang menarik siswa untuk belajar. Guru harus mampu memilih media pembelajaran yang tepa dan menarik agar siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi pelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kreativitas tinggi dalam pengelolaan dan manajemen pembelajaran. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Fisika salah satunya adalah media berbasis cetakan misalnya buku, handout, modul, dan lain-lain (Arsyad, 2011: 81). Namun dalam realitas yang ada, media yang berbasis cetakan masih kurang menarik minat siswa dan cenderung membosankan untuk dipelajari. Sehingga dalam pembelajaran masih dibutuhkan media yang lebih efektif, menarik, dan mudah dibuat. Hasil observasi Prabawati (2013: 3) terhadap 30 siswa diperoleh persentase 73% siswa menyukai membaca komik. Oleh karena itu, apabila komik dipakai dalam proses pembelajaran maka akan membawa suasana yang menyenangkan. Namun, dalam penggunaannya masih memiliki kelemahan yaitu tidak semua guru dapat membuat komik. Pembuatan media komik membutuhkan waktu yang lama dan desain komik yang biasanya bersifat imajinatif membuat komik jauh dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan media pembelajaran yang inovatif dan mudah dibuat. Fotonovela adalah media yang menyerupai komik atau cerita bergambar, dengan menggunakan foto-foto sebagai pengganti gambar ilustrasi. Fotonovela merupakan media visual yang memiliki karakteristik umum, yaitu mudah dibuat sendiri secara sederhana, murah biayanya, sesuai emosional siswa, mudah dipersiapkan dan digunakan, sangat praktis perawatannya serta tema pada media ini dapat diangkat dari kondisi nyata siswa dengan tujuan agar siswa lebih mudah memahaminya (Djohani, 2007: 70).

4 Kirova dalam penelitiannya fotonovela does not merely translate verbal into visual representations but constructs a hybrid photo-imagetext that opens new spaces for dialogue, resistance, and representation of a new way of knowing that changes the way of seeing and has the potential to change -understanding (2008: 35). Disebutkan bahwa fotonovela tidak hanya membuat uraian (verbal) menjadi terlihat (visual) namun juga membentuk sebuah kolaborasi antara foto, gambar, teks, dalam bentuk dialog yang mampu memepengaruhi pemahaman pembaca. Fotonovela merupakan media yang dapat dibuat sendiri oleh guru baik dari penentuan tema yang akan ditampilkan, pembuatan cerita dan skenario, penentuan tokoh, pengambilan foto, seleksi foto sampai dengan pencetakan. Pembuatan fotonovela tidaklah sulit. Fotonovela dapat dibuat menggunakan aplikasi Comic life 1.3.6. Penggunaan fotonovela dalam pembelajaran sains dapat membantu guru dalam menyampaikan materi. Selain itu penggunaan fotonovela tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga siswa dapat mempelajarinya di dalam atau di luar kelas. Materi Zat dan perubahan wujudnya merupakan materi yang sangat dasar dalam IPA. Materi ini dikenalkan di kelas VII SMP dan memiliki cakupan materi yang banyak dan luas apabila ditelaah lebih jauh sampai ke faktor luar yang berpengaruh dalam perubahan wujud zat. Sehingga materi Zat dan perubahan wujudnya memerlukan waktu yang banyak dalam mempelajarinya. Mayoritas materi Zat dan Perubahan wujudnya hanya dikenalkan ke siswa secara ringkas, namun tidak ditelaah secara mendasar dan saling berkaitan, sehingga siswa perlu hanya mengenal secara ringkas tentang materi zat dan ciri-cirinya, sedangkan untuk perubahan wujud zat, siswa hanya mengahafalkan rumus dan melihat keterangan di textbook. Hal ini akan membuat anak akan lebih cenderung bosan jika mempelajari materi Zat dan perubahan wujudnya dengan menggunakan media berupa textbook saja. Oleh karena itu, diperlukan sebuah media yang menarik dan efektif yang mampu menjelaskan materi tersebut dengan mudah dan tidak membosankan.

5 Mengingat pentingnya suatu konsep dalam pembelajaran sains, media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad, 2011: 91). Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Murniati & Farikhah, (2013: 1) tentang kajian pengembangan media pembelajaran IPA menggunakan fotonovela berbasis pendidikan karakter, diperoleh hasil yaitu sifat foto pada fotonovela sangat representatif dalam menyajikan suatu fakta membuat pesan yang ingin disampaikan pun lebih mudah ditangkap oleh siswa sehingga dengan penyisipan nilai-nilai karakter dalam media fotonovela ini diharapkan mampu memperbaiki dan menumbuhkan kepribadian-kepribadian baik dalam diri siswa. Sasaran produk dalam pembuatan fotonovela ini akan ditujukan pada siswa SMP kelas VII. Hal ini dikarenakan materi IPA secara konsep baru akan dikenal oleh siswa pada waktu di SMP. Sehingga dengan menerapkan media pembelajaran ini siswa akan merasa senang dan termotivasi untuk belajar IPA. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran dengan menggunakan media fotonovela ini. Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka perlu adanya media pembelajaran IPA yang bermakna, menarik, dan kreatif dalam bentuk fotonovela. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul IPA Dalam Bentuk Fotonovela pada Materi Zat dan Perubahan Wujudnya untuk SMP/MTs Kelas VII. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan anak dalam bidang sains di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain, menurut PISA 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara di dunia, yang ikut berpartisipasi.

6 2. Fisika merupakan salah satu ilmu dalam bidang sains yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis yang membosankan dan konsep yang monoton sehingga cenderung ditakuti dan tidak disukai oleh siswa. 3. Di sekolah masih dijumpai pembelajaran yang menggunakan textbook dengan bahasa yang formal dalam menyampaikan materi pelajaran Fisika, sehingga perlu adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. 4. Materi Zat dan perubahan wujudnya memiliki cakupan materi yang banyak dan luas, sehingga kurang menarik minat siswa dalam mempelajarinya. 5. Media pembelajaran dalam bentuk fotonovela belum banyak dibuat oleh tenaga pendidik. 6. Penggunaan program Comic life 1.3.6 belum banyak dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa pendidikan Fisika maupun tenaga pendidik. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan di atas, yang akan dikaji dalam pengembangan ini dibatasi pada pengembangan media pembelajaran Fisika dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya untuk siswa SMP/MTs. D. Perumusan Masalah Permasalahan penelitian pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang memenuhi kriteria baik? 2. Bagaimana karakteristik media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang dikembangkan?

7 E. Tujuan Penelitian Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: 1. Mengembangkan media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang memenuhi kriteria baik. 2. Memaparkan karakteristik media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang dikembangkan. F. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran dalam bentuk fotonovela yang disisipi materi Zat dan perubahan wujudnya untuk siswa SMP/MTs. G. Manfaat Penelitian Dari penelitian pengembangan media pembelajaran berupa fotonovela ini diperoleh manfaat antara lain: 1. Bagi peneliti, dapat digunakan untuk menambah wawasan dan sarana untuk menerapkan pengetahuan dalam dunia pendidikan yang ada. 2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif pemilihan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan variatif. Dengan adanya media tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat terhadap IPA. 3. Bagi siswa, memperoleh media yang menarik, kreatif dan praktis. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Dalam penelitian pengembangan media pembelajaran ini ada beberapa keterbatasan dalam pengembangan seperti: 1. Keterbatasan dalam mendesain layout yang memerlukan penguasaan dan keterampilan dan penekanan estetika yang tinggi. 2. Keterbatasan dalam eksplorasi materi perubahan wujud zat seperti plasma dan pengaruh tekanan terhadap perubahan wujud zat.