BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun, di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Hasil Programme for International Student Assesment 2012, Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 65 negara yang berpartisipasi dalam test. Penilaian itu dipublikasikan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Rata-rata skor matematika anak-anak Indonesia 375, rata-rata skor membaca 396, dan rata-rata skor sains 382. Padahal rata-rata skor OECD secara berurutan adalah 494, 496, 501. Fisika merupakan salah satu ilmu dalam bidang sains yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis yang membosankan dan konsep yang (Rahayu, Murniati & Farikhah, 2013: 1). Dalam pembelajaran Fisika bukan hanya sekedar tahu matematika, tetapi siswa diharapkan mampu memahami konsep yang terkandung di dalamnya, menuliskannya ke dalam parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan, dan menyelesaikannya secara matematis (Sugiharti, 2005: 29). Oleh karena itu, hal inilah yang menyebabkan siswa tidak terlalu menyukai mata pelajaran sains, dikarenakan cenderung membosankan dan monoton. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dinyatakan oleh Supardi (2012: 71) bahwa rendahnya hasil belajar sains disebabkan oleh : materi buku pelajaran yang sulit untuk diikuti, media pembelajaran yang kurang efektif, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih dalam proses pembelajaran, kurikulum yang padat, laboratorium yang tidak memadai, kurang optimal dan kurangnya keselarasan siswa itu sendiri, atau sifat konvensional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran. Apabila siswa tidak terlibat dalam proses pembelajaran maka tujuan pembelajaran sulit untuk dicapai. 1
2 Kurangnya pemahaman terhadap pemilihan media pembelajaran oleh guru, menjadi faktor utama yang menyebabkan rendahnya mutu pembelajaran IPA. Oleh karena itu, hal yang perlu dipersiapkan, agar penyampaian materi dalam pembelajaran tersampaikan dengan baik ke peserta didik adalah ketepatan pemilihan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat membangkitkan keinginan, minat, motivasi, rangsangan kegiatan belajar, dan membawa pengaruhpengaruh psikologis terhadap siswa (Arsyad, 2008: 15). Menurut Djamarah dan Zain (2006: 120), kehadiran media dalam kegiatan pembelajaran dapat membantu guru dalam menjelaskan bahan atau materi pelajaran yang tidak atau kurang mampu dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat tertentu. Berdasarkan penelitian Prabawati (2013: 2), menyatakan bahwa minat belajar siswa terhadap pembelajaran sains Fisika sangat kurang dan menganggap bahwa pembelajaran sains Fisika merupakan pelajaran yang sulit dan kurang menarik. Hal ini disebabkan karena kurang variasinya metode pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran yang berlangsung masih menggunakan metode ceramah di depan kelas, sehingga siswa hanya mendengar dan mencatat, selain itu pembelajaran hanya memfokuskan persamaan-persamaan Fisika dari pada menjelaskan konsep dasar Fisika dengan kehidupan sehari-hari. Pada beberapa sekolah di daerah Surakarta dan sekitarnya, dalam proses pembelajaran sains masih dijumpai pembelajaran yang menggunakan textbook dalam bahasa yang formal. Buku pelajaran yang berupa textbook, meskipun sudah ada variasi penambahan ilustrasi tetapi belum memberikan pengaruh yang cukup terhadap peningkatan minat baca siswa (Prabawati, 2013: 2). Oleh karena itu diperlukan variasi sumber belajar yang interaktif dan mampu menarik minat siswa mempelajarinya. Pembelajaran Fisika menurut Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 19 ayat 1, menyatakan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan 3 Guru sebagai pemberi fasilitas dan motivasi pada peserta didik, diharapkan dapat menyajikan materi yang menarik siswa untuk belajar. Guru harus mampu memilih media pembelajaran yang tepa dan menarik agar siswa lebih termotivasi dalam mempelajari materi pelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kreativitas tinggi dalam pengelolaan dan manajemen pembelajaran. Banyak media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran Fisika salah satunya adalah media berbasis cetakan misalnya buku, handout, modul, dan lain-lain (Arsyad, 2011: 81). Namun dalam realitas yang ada, media yang berbasis cetakan masih kurang menarik minat siswa dan cenderung membosankan untuk dipelajari. Sehingga dalam pembelajaran masih dibutuhkan media yang lebih efektif, menarik, dan mudah dibuat. Hasil observasi Prabawati (2013: 3) terhadap 30 siswa diperoleh persentase 73% siswa menyukai membaca komik. Oleh karena itu, apabila komik dipakai dalam proses pembelajaran maka akan membawa suasana yang menyenangkan. Namun, dalam penggunaannya masih memiliki kelemahan yaitu tidak semua guru dapat membuat komik. Pembuatan media komik membutuhkan waktu yang lama dan desain komik yang biasanya bersifat imajinatif membuat komik jauh dari kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dibutuhkan media pembelajaran yang inovatif dan mudah dibuat. Fotonovela adalah media yang menyerupai komik atau cerita bergambar, dengan menggunakan foto-foto sebagai pengganti gambar ilustrasi. Fotonovela merupakan media visual yang memiliki karakteristik umum, yaitu mudah dibuat sendiri secara sederhana, murah biayanya, sesuai emosional siswa, mudah dipersiapkan dan digunakan, sangat praktis perawatannya serta tema pada media ini dapat diangkat dari kondisi nyata siswa dengan tujuan agar siswa lebih mudah memahaminya (Djohani, 2007: 70).
4 Kirova dalam penelitiannya fotonovela does not merely translate verbal into visual representations but constructs a hybrid photo-imagetext that opens new spaces for dialogue, resistance, and representation of a new way of knowing that changes the way of seeing and has the potential to change -understanding (2008: 35). Disebutkan bahwa fotonovela tidak hanya membuat uraian (verbal) menjadi terlihat (visual) namun juga membentuk sebuah kolaborasi antara foto, gambar, teks, dalam bentuk dialog yang mampu memepengaruhi pemahaman pembaca. Fotonovela merupakan media yang dapat dibuat sendiri oleh guru baik dari penentuan tema yang akan ditampilkan, pembuatan cerita dan skenario, penentuan tokoh, pengambilan foto, seleksi foto sampai dengan pencetakan. Pembuatan fotonovela tidaklah sulit. Fotonovela dapat dibuat menggunakan aplikasi Comic life 1.3.6. Penggunaan fotonovela dalam pembelajaran sains dapat membantu guru dalam menyampaikan materi. Selain itu penggunaan fotonovela tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sehingga siswa dapat mempelajarinya di dalam atau di luar kelas. Materi Zat dan perubahan wujudnya merupakan materi yang sangat dasar dalam IPA. Materi ini dikenalkan di kelas VII SMP dan memiliki cakupan materi yang banyak dan luas apabila ditelaah lebih jauh sampai ke faktor luar yang berpengaruh dalam perubahan wujud zat. Sehingga materi Zat dan perubahan wujudnya memerlukan waktu yang banyak dalam mempelajarinya. Mayoritas materi Zat dan Perubahan wujudnya hanya dikenalkan ke siswa secara ringkas, namun tidak ditelaah secara mendasar dan saling berkaitan, sehingga siswa perlu hanya mengenal secara ringkas tentang materi zat dan ciri-cirinya, sedangkan untuk perubahan wujud zat, siswa hanya mengahafalkan rumus dan melihat keterangan di textbook. Hal ini akan membuat anak akan lebih cenderung bosan jika mempelajari materi Zat dan perubahan wujudnya dengan menggunakan media berupa textbook saja. Oleh karena itu, diperlukan sebuah media yang menarik dan efektif yang mampu menjelaskan materi tersebut dengan mudah dan tidak membosankan.
5 Mengingat pentingnya suatu konsep dalam pembelajaran sains, media berbasis visual (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata (Arsyad, 2011: 91). Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu, Murniati & Farikhah, (2013: 1) tentang kajian pengembangan media pembelajaran IPA menggunakan fotonovela berbasis pendidikan karakter, diperoleh hasil yaitu sifat foto pada fotonovela sangat representatif dalam menyajikan suatu fakta membuat pesan yang ingin disampaikan pun lebih mudah ditangkap oleh siswa sehingga dengan penyisipan nilai-nilai karakter dalam media fotonovela ini diharapkan mampu memperbaiki dan menumbuhkan kepribadian-kepribadian baik dalam diri siswa. Sasaran produk dalam pembuatan fotonovela ini akan ditujukan pada siswa SMP kelas VII. Hal ini dikarenakan materi IPA secara konsep baru akan dikenal oleh siswa pada waktu di SMP. Sehingga dengan menerapkan media pembelajaran ini siswa akan merasa senang dan termotivasi untuk belajar IPA. Dengan demikian diharapkan siswa akan lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran dengan menggunakan media fotonovela ini. Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka perlu adanya media pembelajaran IPA yang bermakna, menarik, dan kreatif dalam bentuk fotonovela. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul IPA Dalam Bentuk Fotonovela pada Materi Zat dan Perubahan Wujudnya untuk SMP/MTs Kelas VII. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan anak dalam bidang sains di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain, menurut PISA 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara di dunia, yang ikut berpartisipasi.
6 2. Fisika merupakan salah satu ilmu dalam bidang sains yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis yang membosankan dan konsep yang monoton sehingga cenderung ditakuti dan tidak disukai oleh siswa. 3. Di sekolah masih dijumpai pembelajaran yang menggunakan textbook dengan bahasa yang formal dalam menyampaikan materi pelajaran Fisika, sehingga perlu adanya media pembelajaran yang mampu menarik minat siswa. 4. Materi Zat dan perubahan wujudnya memiliki cakupan materi yang banyak dan luas, sehingga kurang menarik minat siswa dalam mempelajarinya. 5. Media pembelajaran dalam bentuk fotonovela belum banyak dibuat oleh tenaga pendidik. 6. Penggunaan program Comic life 1.3.6 belum banyak dimanfaatkan oleh kalangan mahasiswa pendidikan Fisika maupun tenaga pendidik. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa masalah yang diidentifikasikan di atas, yang akan dikaji dalam pengembangan ini dibatasi pada pengembangan media pembelajaran Fisika dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya untuk siswa SMP/MTs. D. Perumusan Masalah Permasalahan penelitian pengembangan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana mengembangkan media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang memenuhi kriteria baik? 2. Bagaimana karakteristik media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang dikembangkan?
7 E. Tujuan Penelitian Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk: 1. Mengembangkan media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang memenuhi kriteria baik. 2. Memaparkan karakteristik media pembelajaran IPA dalam bentuk fotonovela pada materi Zat dan perubahan wujudnya yang dikembangkan. F. Spesifikasi Produk Spesifikasi produk yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa media pembelajaran dalam bentuk fotonovela yang disisipi materi Zat dan perubahan wujudnya untuk siswa SMP/MTs. G. Manfaat Penelitian Dari penelitian pengembangan media pembelajaran berupa fotonovela ini diperoleh manfaat antara lain: 1. Bagi peneliti, dapat digunakan untuk menambah wawasan dan sarana untuk menerapkan pengetahuan dalam dunia pendidikan yang ada. 2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif pemilihan media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran lebih menarik dan variatif. Dengan adanya media tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat terhadap IPA. 3. Bagi siswa, memperoleh media yang menarik, kreatif dan praktis. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan Dalam penelitian pengembangan media pembelajaran ini ada beberapa keterbatasan dalam pengembangan seperti: 1. Keterbatasan dalam mendesain layout yang memerlukan penguasaan dan keterampilan dan penekanan estetika yang tinggi. 2. Keterbatasan dalam eksplorasi materi perubahan wujud zat seperti plasma dan pengaruh tekanan terhadap perubahan wujud zat.