BAB III LANDASAN TEORI. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) d. Susunan butiran agregat yang dipakai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI. Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat. Secara proporsi komposisi unsur pembentuk beton adalah:

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB III LANDASAN TEORI. sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material pembentuknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB III LANDASAN TEORI. selebihnya pasir dan kerikil (Wuryati dan Candra, 2001). Karakteristik beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. pada saat ini yaitu beton non serat. Beton non serat ialah beton yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 2. Kegunaan dan Keuntungan Paving Block

BAB III LANDASAN TEORI. adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Belanda. Kata concrete dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin concretus

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat (SNI

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. dibandingkan beton normal biasa. Menurut PD T C tentang Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Asroni (2010), secara sederhana beton dibentuk oleh pengerasan

KUAT TEKAN MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN ABU TERBANG (FLY ASH) ASAL PLTU AMURANG SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

PERBANDINGAN KINERJA BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

REAKTIVITAS BERBAGAI MACAM POZZOLAN DITINJAU DARI SEGI KEKUATAN MEKANIK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

APLIKASI BETON RAMAH LINGKUNGAN

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel

DURABILITAS BETON DENGAN BAHAN BAKU TANAH SEBAGAI POZOLAN ALAM. Yenny Nurchasanah 1

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK DAN PERAN TANAH TULAKAN SEBAGAI POZOLAN ALAM DALAM UPAYA MENGGANTIKAN SEMEN SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Yenny Nurchasanah 1

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN SILICA FUME TERHADAP PENGURANGAN SUSUT BETON. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

PENGARUH PENGGUNAAN ZEOLIT DAN SIKAMENT-520 TERHADAP KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN PORTLAND POZZOLAND CEMENT (PPC)

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB II BETON DAN MATERIAL DASAR

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. II. a. Pozolan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkatnya suatu proses produksi dapat berpengaruh juga akan

BAB III LANDASAN TEORI

PENGGUNAAN AKSELERATOR PADA BETON YANG MENGGUNAKAN PEREKAT BERUPA CAMPURAN SEMEN PORTLAND TIPE I DAN ABU TERBANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bahan utamanya terdiri dari campuran antara semen, agregat halus,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

SNI Standar Nasional Indonesia

BAB III LANDASAN TEORI

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pengertian Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

Dalam struktur beton biasa agregat menempati kurang lebih 70 sampai

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Beton merupakan bahan dari campuran antara Portland cement, agregat halus (pasir), agregat kasar (dalam hal ini agregat ringan ), air dengan tambahan adanya rongga-rongga udara. Mutu Beton ditentukan oleh banyak faktor antara lain (Sutikno, 2003) a. Faktor Air Semen b. Perbandingan bahan-bahannya c. Mutu bahan-bahannya d. Susunan butiran agregat yang dipakai e. Ukuran agregat yang digunakan f. Bentuk ukuran agregat g. Kondisi pada saat mengerjakan h. Kondisi pada saar pengerasan Keuntungan dari beton antara lain (Sutikno, 2013): 1. Mudah dicetak artinya beton segar dapat mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran berapapun tergantung dari keinginan. 2. Ekonomis artinya bahan-bahan dasar dari bahan lokal kecuali Portland cement, hanya daerah-daerah tertentu sulit mendapatkan agrehat halus maupun agregat kasar. Dan cetakan dapat digunakan berulang-ulang sehingga secara ekonomis menjadi murah. 10

11 3. Awet dan tahan lama artinya beton termasuk berkekuatan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap perkaratan dan pembusukan oleh kondisi lingkungan. Bila dibuat secara baik kuat tekannya sama dengan batu alam. 4. Tahan api artinya tahan terhadap kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah. 5. Energi effisien artinya beton kuat tekannya tinggi mengakibatkan jika dikombinasikan dengan baja tulangan dapat dikatakan mampu dibuat strukutur berat. Beton dan baja boleh dikatakan mempunyai koefisien muai hampir sama. 6. Dapat dicor ditempat artinya beton segar dapat dipompakan sehingga memungkinkan untuk dituang pada tempat-tempat yang posisinya sangat sulit. Juga dapat disemprotkan pada permukaan beton yang lama untuk menyambungkan dengan beton baru (di grouting). 7. Bentuknya indah artinya dapat dibuat model sesuka hati menurut selera Kerugian Beton Antara Lain: 1. Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan. 2. Beton segar mengerut pada saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah, sehingga perlu diadakan dilatasi pada beton yang panjang untuk memberi tempat untuk kembang susut beton. 3. Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air dan air membawa kandungan garam dapat merusak beton.

12 4. Beton bersifat getas sehingga harus dihitung dengan teliti agar setelah digabungkan dengan baja tulangan dapat bersifat kokoh terutama pada perhitungan bangunan tahan gempa. 3.2 Bahan Pembuat Beton 3.2.1 Semen Suatu semen hidrolis teridiri dari campuran homogen antara semen portland dengan pozolan halus, yang diproduksi dengan menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama. Proses hidrasi semen dipengaruhi oleh komposisi dari semen tersebut. Salah satunya yaitu silika (SiO2) yang ada di dalam semen. SiO2 akan mengeliminir Ca(OH)2 dan bereaksi membentuk CSH pada proses hidrasi semen, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kuat tekan semen. 3.2.2 Air Fungsi dari air disini antara lain adalah sebagai bahan pencampur dan pengaduk antara semen dan agregat. Pada umumnya air yang dapat diminum memenuhi persyaratan sebagai air pencampur beton, air ini harus bebas dari padatan tersuspensi ataupun padatan terlarut yang terlalu banyak, dan bebas dari material organik (Mindess,dkk.,2003). Persyaratan air sebagai bahan bangunan, sesuai dengan penggunaannya harus memenuhi syarat menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan Di Indonesia (PUBI-1982), antara lain: 1. Air harus bersih 2. Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual.

13 3. Tidak boleh mengandung lumpur benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gram / liter. 4. Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton(asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram / liter. Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak leebih dari 1000 ppm sebagai SO3. 5. Semua air yang mutunya meragukan harus dianalisa secara kimia dan dievaluasi. 3.2.3 Agregat Pada beton biasanya terdapat sekitar 70% sampai 80 % volum e agregat terhadap volume keseluruhan beton, karena itu agregat mempun ya i peranan yang penting dalam propertis suatu beton (Mindess et al., 2003). Agregat ini harus bergradasi sedemikian rupa sehingga seluruh massa beton dapat berfungsi sebagai satu kesatuan yang utuh, homogen, rapat, dan variasi dalam prilaku (Nawy, 1998). Dua Jenis Agregat yang digunakan dalam pembuatan beton ini adalah : 1. Agregat halus (pasir alami dan buatan) Agregat halus disebut pasir, baik berupa pasir alami yang dipero le h langsung dari sungai atau tanah galian, atau dari hasil pemecahan batu. Agregat halus adalah agregat dengan ukuran butir lebih kecil dari 4,75 mm (ASTM C 125 06). Agregat yang butir-butirnya lebih kecil dari 1,2 mm disebut pasir halus, sedangkan butir-butir yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut silt, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut clay (SK SNI T-15-1991-03). Persyaratan

14 mengenai proporsi agregat dengan gradasi ideal yang direkomendasikan terdapat dalam standar ASTM C 33/ 03 Standard Spesification for Concrete Aggregates. Tabel 3. 1 Gradasi Saringan Ideal Agregat Halus Diameter Saringan (mm) Persen Lolos (%) Gradasi Ideal (%) 9,5 mm 100 100 4,75 mm 95-100 97,5 2,36 mm 80-100 90 1,18 mm 50-85 67,5 600 µm 25-60 42,5 300 µm 5-30 17,5 150 µm 0-10 5 2. Agregat Ringan Agregat ringan berasal dari sumber alam atau buatan manusia (SNI 03-2461-2002). Syarat agregat ringan yang daat digunakan dalam pembuatan beton adalah mempunyai berat kurang dari 1100 kg/m3. Penggunaan agregat ringan pada komposisi beton dipengaruhi oleh kuat tekan dari agregat tersebut yang kemudian akan mempengaruhi seberapa besar ruang (fraksi) yang digunakan dalam proses pembuatan beton (SNI 03-3449-2002). Pemilihan agregat ringan dapat ditentukan berdasarkan tujuan konstruksi yang mengacu pada SK SNI 03-3449- 2002

15 Tabel 3.2 Jenis Agregat Ringan Yang Dipilih Berdasaran Tujuan Konstruksi Sumber : SKSNI 03-3449-2002 3.2.4 Bahan Tambah KONSTRUKSI BANGUNAN Bahan tambah (admixture) adalah suatu bahan berupa bubuk atau cairan, yang ditambahkan ke dalam campuran adukan beton selama pengadukan, dengan tujuan untuk mengubah sifat adukan atau betonnya. (Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton, SK SNI S-18-1990-03). BETON RINGAN KUAT TEKAN Berat isi (MPa) (Kg/m3) Berdasarkan ACI (American Concrete Institute), bahan tambah adalah material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung. JENIS AGREGAT RINGAN Minimum 17.24 1400 Agregat yang dibuat melalui proses pemanansan batu Struktural Serpih, batu Maximum 41.36 1850 lempung, batu sabak, terak besi atau terak abu terbang Struktural Minimum 6.89 800 Agregat ringan Ringan Maksimum 17.24 1400 alam : scoria atau batu apung Struktural MInimum - - Perlit Sangat ringan atau batu apung Sebagai Maksimum - 800 Isolasi Vemibulit Penambahan bahan tambah dalam sebuah campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan lainnya, karena penggunaan bahan

16 tambah ini cenderung merupakan pengganti atau subtitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan tambah. Penggunaan bahan tambah dalam sebuah campuran beton harus memperhatikan standar yang berlaku seperti SNI (Standar Nasional Indonesia), ASTM (American Society for Testing and Materials) atau ACI (American Concrete Institute) dan yang paling utama memperhatikan petunjuk dalam manual produk dagang. Secara umum bahan tambah yang digunakan dalam beton dapat dibedaka n menjadi dua yaitu bahan tambah yang bersifat kimiawi (chemical admixture) dan bahan tambah yang bersifat mineral (additive). 1. Bahan tambah kimia Menurut standar ASTM, terdapat 7 jenis bahan kimia yang digunakan yaitu : a. Tipe A, Water-Reducing Admixtures b. Tipe B, Retarding Admixtures c. Tipe C, Accelerating Admixtures d. Tipe D, Water Reducing and Retarding Admixtures e. Tipe E, Water Reducing and Acceleratig Admixtures f. Tipe F, Water Reducing, High Range Admixtures g. Tipe G, Water Reducing High Range Retarding Admixtures

17 2. Pozolan Pozolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang halus dan dengan adanya air maka senyawasenyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu non serat membentuk senyawa kalsium hidrat yang bersifat hidraulis dan mempunyai angka kelarutan yang cukup rendah. Standar mutu pozolan menurut ASTM C618-92a dibedakan menjadi tiga kelas, dimana tiap-tiap kelas ditentukan komposisi kimia dan sifat fisiknya. Pozzolan mempunyai mutu yang baik apabila jmlah kadar SiO 2 + Al2O3 + Fe2O3 tinggi dan reaktifitasnya tinggi dengan kapur. Ketiga kelas pozzolan tersebut adalah : Kelas N : Pozolan alam atau hasil pembakaran, pozzolan alam yang dapat digolongkan didalam jenis ini seperti tanah diatomoic, opaline cherts dan shales, tuff dan abu vulkanik atau pumicite, dimana bisa diproses melalui pembakaran atau tidak. Selain itu juga berbagai material hasil pembakaran yang mempunya i sifat pozzolan yang baik. Kelas C : Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilakan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara. Kelas F : Fly ash yang mngandung CaO kurang dari 10% yang dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batubara.

18 3. Bahan tambah Serat Serat (fiber) merupakan bahan tambah berupa serat kayu, baja, kaca. Penambahan serat ini ditujukan untuk meningkatkan mutu beton yang semakin hari semakin dibutuhkan dan untuk memperbaiki sifat mekanik beton ( kuat tekan, kuat tarik dan kuat lentur). 3.3 Beton Ringan Beton ringan struktural adalah beton yang memiliki agregat ringan atau campuran agregat kasar ringan dan pasir alam sebagai pengganti agregat halus ringan dengan ketentuan tidak boleh melampaui berat isi maksimum beton 1850 kg/m3 dan harus memenuhi ketentuan kuat tekan dan kuat tarik belah beton ringan untuk tujuan struktural (SNI 03-3449-2002). Ada beberapa cara untuk memproduksi beton ringan tetapi itu semuanya hanya tergantung pada adanya rongga udara dalam agregat, atau pembuatan rongga udara dalam beton. Beberapa cara tersebut Prawito (2010), yakni: 1. Beton ringan dengan bahan batuan yang berongga atau agregat ringan buatan yang digunakan juga sebagai pengganti agregat kasar/kerikil. Beton ini memakai agregat ringan yang mempunyai berat jenis yang rendah (berkisar 1400 kg/m3 2000 kg/m3). 2. Beton ringan tanpa pasir (No Fines Concrete), dimana beton tidak menggunakan agregat halus (pasir) pada campuran pastanya atau sering disebut beton non pasir, sehingga tidak mempunyai sejumlah besar pori. pori. Berat isi berkisar antara 880 1200 kg/m3 dan mempunyai kekuatan berkisar 7 14 MPa.

19 3. Beton ringan yang diperoleh dengan memasukkan udara dalam adukan atau mortar (beton aerasi), sehingga akan terjadi pori-pori udara berukuran 0,1 1 mm. Memiliki berat isi 200 1440 kg/m3. 3.4 Tempurung Kelapa Tempurung kelapa mengandung unsur kimia SiO2 sehingga memiliki cangkang yang keras. Berat tempurung sekitar 12-15% dari berat keseluruhan buah kelapa, serabut 35%, tempurung 12%, daging 28%, dan air kelapa 25%. Berat jenis yang dihasilkan oleh tempurung kelapa berkisar 0,9 gr/cm 3 (Suarnita, 2009) Agregat ringan umumnya mempunyai bentuk yang berpori sehingga mempunyai daya resap air yang tinggi, untuk itu sebelum melakukan pengadukan beton disarankan agregat ringan direndam dan kemudian dikeringkan sampai kering permukaan (Murdock dan Brook, 1986). Dalam penelitian ini tempurung kelapa akan di panaskan terlebih dahulu di dalam oven dengan panas kurang lebih 100 dengan tujuan menghilangkan sisasisa zat organik yang dikhawatirkan dapat mengganggu kualitas hasil jadi beton. Setelah selesai di panaskan maka tempurung kelapa di rendam di dalam air selama satu hari dan di keringkan hingga kering permukaan. 3.5 Abu Terbang (Fly ash) Abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil residu pembakaran batu bara atau bubuk batu bara. Menurut (Maryoto, 2008), fly ash adalah bagian dari sisa pembakaran batu bara pada Boiler pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk partikel halus amorf dan bersifat pozzoland, sehingga abu tersebut dapat bereaksi dengan kapur pada suhu kamar dengan media air

20 membentuk senyawa yang bersifat pozzoland tersebut. Dengan adanya sifat pozzoland tersebut, abu terbang mempunyai prospek untuk digunakan dalam berbagai keperluan bangunan. Pengaruh utama dalam penggunaan fly ash adalah pemakaian air dan workability. Untuk workability yang tepat, penggunaan air akan berkurang 5-15% pada campuran semen + fly ash bila dibandingkan dengan semen murni. Pengurangan air pada campuran agregat akan menyebabkan peningkatan faktor air semen. Karena apabila faktor air semen lebih tinggi, maka akan diperoleh pula kuat tekan mortar yang lebih tinggi pula (Maryoto, 2008). Menurut (Mulyono, 2004), abu terbang (fly ash) memiliki kadar silikat dan aluminat yang reaktif yang dapat dimanfaatkan untuk mengikat kapur bebas (Ca(OH)2) dari hasil sampingan antara air dan semen menjadi tobermorite. Fly ash digolongkan menjadi dua macam menurut jenis batubara yang digunakan, yaitu tipe C dan tipe F. Fly ash tipe C berasal dari hasil pembakaran batubara jenis Lignite atau Sub-bituminos sedangkan fly ash tipe F dihasilkan dari anthracite atau bituminos. Selain itu fly ash tipe C berwarna lebih terang (putih) bila dibandingkan tipe F yang berwarna lebih gelap (Abu-abu), hal ini dikarenakan jumlah karbon yang tidak terbakar didalam fly ash tipe C lebih banyak dari pada tipe F.

21 Tabel 3.3 Pembagian Senyawa Kimia dalam Tiap Jenis Fly Ash Senyawa Kimia Oksida Silika (SiO2) + Oksida Alumina (Al2O3) + Oksida Besi (Fe2O3), minimum % Jenis F (%) Jenis C (%) 70,0 50,0 Kalsium Oksida (CaO) 10 < 10 Trioksida Sulfur (SO3), Maksimum % 5,0 5,0 Kadar Air, maksimum % 3,0 3,0 Kehilangan Panas, Maksimum % 6,0 6,0 3.6 Pengujian Kuat Tekan Beton Berdasarkan SNI 03-1974-1990 yang dimaksudkan dengan kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin uji tekan. Kuat tekan beton adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur yang di rancang, semakin tinggi pula mutu yang dihasilkan (Mulyono,2004). Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai kuat tekan beton adalah: P f ' c ( 3-1 ) A Keterangan: f c = kuat tekan beton (MPa) A = luas bidang desak benda uji (mm 2 ) P = beban tekan (N) Nilai kuat tekan beton didapat dari pengujian standar dengan benda uji yang lazim digunakan berbentuk silinder. Dimensi benda uji silinder standar adalah tinggi 30 cm, diameter 15 cm.

22 3.7 Modulus Elastisitas Beton Modulus elastisitas merupakan tolak ukur dari sifat elastisitas suatu bahan yang berhubungan dengan mudah tidaknya beton mengalami deformasi saat mendapat beban. Semakin besar nilai modulus elastisitas maka semakin kecil regangan yang terjadi karena modulus elastisitas berbanding terbalik dengan nilai regangan. Modulus elastisitas adalah perbandingan dari tekanan yang diberikan dengan perubahan bentuk persatuan panjang, sebagai akibat dari tekanan yang diberikan itu (Murdock dan Brook, 1986). Dalam SNI-03-2847-2013 dijelaskan untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas beton digunakan rumus sebagai berikut : 1.6 Ec Wc (0.043) f ' c (3-2) Keterangan : Ec = modulus elastisitas (MPa) Wc = berat beton (Kg / m 3 ) f c = mutu beton (MPa) Umumnya modulus tekan pada 25% sampai 50% dari kekuatan tekan (fc ) diambil sebagai modulus elastisitas (Wang dan Salmon, 1986).