HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MACAM PUPUK KANDANG DAN INOKULASI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine Max L.) VARIETAS DETAM-1 DI TANAH REGOSOL

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tahap trapping mikoriza. jagung pada tiga media tanam yaitu indigenous tanah Mediteran

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sangat tergantung pada curah hujan, sehingga produktivitas tanaman di lahan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan dari tahun ke tahun meningkat, hal ini sejalan dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.) Merrill

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

hasil pengamatan terhadap persentase infeksi mikoriza, setelah

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kedelai Varietas Detam-1. Kegunaan utama kedelai hitam di Indonesia yaitu sebagai bahan baku

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. yang berbeda-beda atas inokulasi macam inokulum. Komponen pengamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

PENGARUH DOSIS KOMPOS FERMENTASI DAN PENGGUNAAN PUPUK HAYATI MIKORIZA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang senang mengkonsumsinya. Kebutuhan jagung manis nasional tanun 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

KORELASI PERTUMBUHAN ORGAN VEGETATIF DENGAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max, (L) Merill)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

MIKORIZA MATERI KULIAH BIOLOGI TANAH UPNVY. Mikoriza (Mycorrhizae): Oleh: Ir. Sri Sumarsih, MP.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan suatu bentuk asoasiasi mutualisme antara cendawan (myces)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Variabel Pengamatan Pertumbuhan Kubis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III. METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH TERHADAP EFEKTIFITAS APLIKASI MIKORIZA PADA TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata sturt) DI TANAH REGOSOL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

penghujan sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Penyiraman dilakukan digunakan 80%. Pada umur 1-2 MST dilakukan penyulaman pada benih-benih

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang berasal dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BABHI BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama mikoriza pertama kali digunakan oleh Frank pada tahun 1885 untuk menunjukkan

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Interval Pemanenan (cm) H 30 H 50 H 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum MVA dilakukan dengan menanam jagung dalam kultur pot selama 1 bulan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perbanyakan inokulum MVA telah berhasil dilakukan. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata persentase inveksi MVA sampai dengan 90% dan jumlah spora mikoriza 8,9 x 10 7. Medium tanah bekas perakaran jagung yang ditambahkan dalam penanaman kedelai yaitu 50 g. Penanaman diawali dengan persiapan medium tanam yakni sterilisasi tanah yang dilakukan dengan metode pembakaran. Sterilisasi tanah bertujuan agar tidak ada bakteri maupun jamur selain MVA yang akan dimanfaatkan untuk membantu penyerapan fosfor di dalam tanah oleh tanaman kedelai. Benih kedelai yang digunakan yaitu kedelai hitam varietas Detam-1 yang telah bersertifikat dari Balai Penelitian Kacang dan Biji-bijian Kabupaten Malang. Selain itu, dalam penanaman kedelai juga dilakukan penambahan beberapa jenis pupuk kandang seperti pupuk kandang sapi, puyuh dan kambing serta tanah bekas perakaran jagung. Pupuk kandang yang ditambahkan pada setiap polybag yaitu 90 g. Tanaman kedelai dibudidayakan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta selama 4 bulan. Penelitian dihentikan pada hari ke 112 HST (tanaman dapat dilihat pada lampiran IX e) dikarenakan perkembangan generatif tanaman tidak membuahkan hasil oleh sebab itu data hasil penelitian dikumpulkan sampai vegetatif maksimum tanaman. 19

20 A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, luas daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara inokulum MVA dan berbagai macam pupuk kandang (dapat dilihat pada Lampiran IV dan V). Hal ini diduga selama masa pertumbuhan pada minggu pertama sampai minggu keempat cendawan MVA tidak memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan kedelai Detam-1. Selain itu, MVA tidak bisa membantu penyerapan unsur hara yang terkandung didalam macam pupuk organik yang diberikan. Tabel 1. Rerata selisih tinggi tanaman dan jumlah daun yang diamati pada minggu kedua hingga minggu keempat Selisih Tinggi Tanaman (cm) Selisih Jumlah Daun (cm) Perlakuan M2 M3 M4 M2 M3 M4 Inokulasi MVA : MVA 0% 10.16a 12.59a 13.31a 4.69a 4.89a 4.68a MVA 100% 10.19a 11.91a 12.31a 4.24a 4.56a 4.81a Pupuk kandang : Sapi 15 ton/ha 12.49p 14.98p 14.23p 5.72p 5.63p 5.13a Kambing 15 ton/ha 10.87p 13.73p 15.47p 5.22p 4.94p 4.58a Puyuh 15 ton/ha 7.18q 8.05q 8.82q 2.43q 3.49b 4.47a Interaksi (-) (-) (-) (-) (-) (-) Ket: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan DMRT pada taraf nyata 5% (-): menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan Pertumbuhan tanaman ditandai dengan kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat berbalik). Salah satu indikator dari pertumbuhan tanaman adalah pertambahan tinggi tanaman. Pertambahan tinggi tanaman adalah selisih tinggi tanaman dengan selang waktu tertentu yang terjadi secara bertahap. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan inokulum MVA terhadap pengamatan tinggi

Tinggi tanaman (cm) 21 tanaman hingga minggu ke-4 dan jumlah daun hingga minggu ke-4 tidak berbeda nyata (dapat dilihat pada lampiran IV dan V). Semua perlakuan inokulum MVA memberikan respon yang sama terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun tanaman kedelai hitam. Selain itu, berdasarkan hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman hingga minggu ke-4 dan jumlah daun hingga minggu ke-3, namun pada minggu ke-4 menurut hasil sidik ragam pengaruh pupuk kandang pada jumlah daun tidak berbeda nyata (dapat dilihat pada lampiran IV, V dan VI). Pengaruh yang tidak berbeda nyata pada inokulum MVA dan perlakuan pupuk kandang dikarenakan pengaruh pupuk kandang lebih dominan daripada pengaruh lainnya. Pengamatan yang dilakukan sampai minggu ke - 4 sudah cukup untuk menentukan data pertumbuhan vegetatif tanaman. Dilihat dari kondisi lokasi budidaya tanaman kedelai setelah minggu ke-4 tanaman mengalami etiolasi. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah daun disajikan pada Gambar 1, 2, 3 dan 4. 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 M2 M3 M4 Minggu - MVA 0% MVA 100% Gambar 1. Pemberian Inokulasi MVA terhadap Respon Selisih Tinggi Tanaman Kedelai Hitam Detam-1

Jumlah daun (helai) 22 5,00 4,80 4,60 4,40 4,20 4,00 MVA 0% MVA 100% 3,80 M2 M3 M4 Minggu - Gambar 2. Pemberian Inokulasi MVA terhadap Respon Selisih Jumlah Daun Kedelai Hitam Detam-1 Dilihat dari gambar 1 dan 2 menurut hasil sidik ragam perlakuan inokulum MVA 0% dan 100% tidak berbeda nyata. Cendawan MVA pada minggu-minggu awal setelah tanam belum berperan dalam pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai Detam-1. Pertumbuhan tinggi tanaman dilihat dari selisih tinggi tanaman dari jeda waktu tertentu. Secara bertahap selisih dihitung dari minggu kedua setelah tanam. Gambar 1 menunjukkan selisih pada minggu ke-dua pada perlakuan MVA memiliki tinggi yang sama 10,16 dan 10,19 cm, pada minggu ketiga dan ke-empat tanaman kedelai mengalami peningkatan selisih pada perlakuan MVA 0% yakni sebesar 12,59 cm, dan 13,33 cm. Perlakuan MVA 100% lebih rendah dari pada MVA 0% pada minggu ke-tiga dan ke-empat yakni sebesar 11,92 dan 12,37 cm. Hal ini diduga tanaman pada medium 100% MVA, cendawan MVA belum berkembang oleh karena itu MVA belum dapat menginfeksi tanaman. Sehingga selisih pertambahan tinggi tanaman cenderung lebih tinggi. Gambar 2 menunjukkan selisih jumlah daun tanaman kedelai hitam Detam-1. Jumlah daun pada pemberian MVA 0% pada minggu ke-dua lebih

Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) 23 tinggi daripada MVA 100% yakni sebesar 4,62 dan 4,27 helai. Jumlah daun pada minggu ke-tiga meningkat pada kedua perlakuan yang diberikan, namun pada minggu ke-empat perlakuan 0% MVA selisih jumlah daun cenderung lebih rendah daripada 100% MVA yakni sebesar 4,62 dan 4,83 cm. Cendawan MVA pada minggu ke-empat mulai memberikan peran terhadap pertambahan jumlah daun. Hifa MVA sudah mulai berkembang, oleh sebab itu MVA telah membantu tanaman kedelai untuk menyerap mineral yang diperlukan oleh tanaman. 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 M2 M3 M4 Minggu Pupuk Organik Puyuh Pupuk Organik Sapi Pupuk Organik Kambing Gambar 3. Pemberian Pupuk Organik 15 Ton/Ha terhadap Respon Selisih Tinggi Tanaman Kedelai Hitam Detam-1 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 M2 M3 M4 Minggu- Pupuk Organik Puyuh Pupuk Organik Sapi Pupuk Organik Kambing Gambar 4. Pemberian Jenis Pupuk Organik 15 Ton/Ha terhadap Respon Jumlah Daun Kedelai Hitam Detam-1

24 Dilihat pada gambar 3 dan 4 berdasarkan pada hasil sidik ragam perlakuan pemberian dengan menggunakan macam pupuk kandang 15 ton/ha menunjukkan adanya beda nyata. Semua unsur hara yang terkandung pada setiap pupuk kandang jelas berbeda. Oleh karena itu tanaman akan menunjukkan respon yang berbeda, hal ini terkait dengan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun tanaman kedelai Detam-1. Grafik yang terlihat pada Gambar 3 menunjukkan selisih pertambahan tinggi kedelai Detam-1 pada minggu ke-dua sampai minggu keempat tidak stabil pada perlakuan 15 ton/ha pupuk kandang sapi. Namun, pupuk kandang sapi cenderung memberikan hasil yang paling tinggi dari pada perlakuan pupuk kandang lainnya kecuali pada minggu ke-empat. Pupuk kandang sapi mengandung unsur hara lebih tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif pada tanaman kedelai Detam-1. Hal ini berbeda dengan perlakuan 15 ton/ha pupuk kandang puyuh, yang terlihat pada Gambar 3 perlakuan pupuk kandang puyuh relatif lebih rendah yakni hanya mencapai 8,82 cm pada minggu keempat. Hal ini diduga pupuk kandang puyuh yang digunakan belum matang sepenuhnya, oleh karena itu perlakuan pupuk puyuh menghambat pertumbuhan kedelai Detam-1. Dilihat pada gambar 4 menunjukkan selisih pertambahan jumlah daun sampai minggu keempat. Perlakuan pupuk kandang pada Gambar 4 menunjukkan selisih jumlah daun yang berbeda. Pada perlakuan pupuk kandang sapi dan kambing 15 ton/ha terlihat menurun pada minggu ketiga dan minggu keempat. Penurunan yang terjadi dikarenakan unsur hara yang diperlukan untuk membentuk helai daun pada perlakuan pupuk kandang sapi dan kambing digunakan untuk perkembangan fisiologis tanaman kedelai yang lain seperti

25 pertumbuhan akar dan pertumbuhan batang. Namun, perlakuan pemberian pupuk kandang sapi 15 ton/ha cenderung memberikan hasil yang paling tinggi daripada perlakuan yang lainnya. Hal ini diduga kandungan unsur K untuk membentuk helai daun pada pemberian pupuk kandang sapi lebih tinggi daripada yang lainya. Penelitian Despita (2014) menunjukkan unsur hara K pada pupuk kandang sapi sebesar 1,06 %, pupuk kandang kambing 0,90% dan pupuk kandang puyuh 0,78%. Berbeda dengan pemberian pupuk kandang puyuh, terlihat pada Gambar 4 pemberian pupuk kandang puyuh walaupun memberikan selisih jumlah daun yang rendah tanaman kedelai mampu memberikan selisih yang meningkat setiap minggunya yakni pada minggu kedua, ketiga dan keempat masing masing 2,41 cm, 3,49 cm dan 4,47 cm. Meskipun dalam kondisi pupuk yang belum matang tanaman masih mampu mendistribusikan unsur hara untuk diberikan kepada selsel yang bertugas untuk memperbanyak pertumbuhan helai daun, oleh karena itu pertumbuhan selisih jumlah daun pada pemberian pupuk kandang puyuh meningkat setiap minggunya. Tabel 2. Rerata jumlah cabang, Luas daun, Berat segar dan berat kering tanaman pada 106 HST Perlakuan Jumlah Luas Daun Berat segar Berat kering cabang (dm 2 ) tanaman (g) tanaman (g) Inokulum MVA : MVA 0% 8.29a 0.35a 126.80a 35.12a MVA 100% 11.08a 0.42a 172.65a 38.76a Pupuk kandang : Sapi 15 ton/ha 11.21p 0.43p 194.18p 54.37p Kambing 15 ton/ha 9.74p 0.44p 171.92p 35.85q Puyuh 15 ton/ha 8.10p 0.29p 83.08q 20.60q Interaksi (-) (-) (-) (-) Ket: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan DMRT pada taraf nyata 5% (-): menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan

26 Pertumbuhan tanaman merupakan pertumbuhan ke seluruh bagian tanaman meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, luas daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian inokulum MVA memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang, luas daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman (dapat dilihat pada lampiran VI dan VII). Hal ini diduga MVA hanya berperan pada perkembangan generatifnya saja karena pada masa vegetatif kebutuhan unsur hara P masih belum dibutuhkan. Perlakuan MVA memberikan pengaruh yang sama pada semua parameter jumlah cabang, luas daun, berat segar tanaman dan berat kering tanaman tanaman kedelai. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap berat segar tanaman dan berat kering tanaman, namun pada parameter jumlah cabang dan luas daun perlakuan pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Hasil sidik ragam menunjukkan perlakuan MVA dan pupuk kandang pada parameter jumlah cabang tidak berbeda nyata. Perlakuan inokulum MVA dan pemberian macam pupuk kandang memberikan hasil yang sama terhadap parameter jumlah cabang. Hasil uji sidik ragam menunjukkan perlakuan terbaik pada perlakuan inokulum MVA 100% dan pupuk kandang sapi dengan jumlah cabang produktif 11,08 dan 11,21 cabang per tanaman. Perlakuan MVA dan pupuk kandang yang ditunjukkan dalam percobaan ini mengindikasikan bahwa pemberian pupuk kandang sapi dan inokulasi MVA berpengaruh positif.

27 Interaksi perlakuan berbagai jenis pupuk kandang dan inokulum MVA tidak berbeda nyata terharap luas daun. Pemberian inokulum MVA dan pemberian pupuk kandang memberikan pengaruh yang sama terhadap luas daun tanaman kedelai. Tabel 2 menunjukkan bahwa luas daun pada perlakuan MVA 100% lebih baik dari pada perlakuan tanpa MVA yakni rerata mencapai 0,42 dm 2. Pada perlakuan pupuk kandang pupuk kandang kambing cenderung memberikan rerata luas daun paling tinggi yakni 0,44 dm 2. Berat segar tanaman merupakan gabungan dari berat batang, akar dan daun tanaman setelah panen. Interaksi berbagai jenis pupuk kandang dan inokulum MVA tidak berbeda nyata terhadap berat segar tanaman. Perlakuan berbagai jenis pupuk kandang berbeda nyata terhadap berat segar tanaman. Faktor inokulum MVA tidak berbeda nyata terhadap berat segar tanaman. Faktor pupuk kandang memberikan pengaruh yang terlalu dominan terhadap tanaman sehingga tidak terjadi interaksi antara kombinasi perlakuan pemberian pupuk kandang dan inokulum MVA. Berat segar tanaman dipengaruhi oleh jenis pupuk kandang yang digunakan (tabel 2). Pupuk kandang yang memberikan berat segar tertinggi yaitu perlakuan pupuk kandang sapi (194,18 g), dan perlakun pupuk kandang kambing (171,92 g), diikuti oleh pupuk kandang puyuh (83,08 g). Perlakuan pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing tidak berbeda nyata terhadap berat segar tanaman tanaman. Perlakuan pupuk kandang sapi menghasilkan berat segar tanaman 2 kali lebih tinggi daripada perlakuan pupuk kandang puyuh.

28 Luas daun yang dihasilkan oleh perlakuan pupuk kandang sapi paling tinggi, diikuti oleh perlakuan pupuk kandang puyuh. Hasil fotosintesis perlakuan pupuk kandang sapi diduga tinggi, sehingga proses translokasi hasil fotosintesis lancar. Hal ini dikarenakan kandungan unsur hara K yang tinggi pada pupuk kandang sapi akan memacu proses fotosintesis, selanjutnya hasil fotosintesis yang tinggi akan mendukung pertumbuhan tanaman dan berat segar tanaman. Perlakuan MVA tidak berbeda nyata terhadap berat segar tanaman tanaman. Hal ini dikarenakan MVA tidak mampu memberikan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah cabang yang lebih tinggi. Padahal ketiga variabel tersebut merupakan penentu terhadap berat segar tanaman. Pada perlakuan macam pupuk kandang berbeda nyata terhadap berat kering tanaman tanaman. Perlakuan inokulum MVA tidak berbeda nyata terhadap berat kering tanaman tanaman. Berat kering tanaman tanaman dipengaruhi oleh perlakuan jenis pupuk kandang. Tabel 2 menunjukkan pupuk kandang terbaik terhadap berat kering tanaman tanaman yaitu pupuk kandang sapi (54,37 g), diikuti oleh pupuk kandang kambing (35,85 g) dan terendah adalah pupuk kandang puyuh (20,60 g). Pada berat segar tanaman, perlakuan pupuk kandang sapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang kambing, namun berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kandang puyuh (tabel 2). Perlakuan inokulum MVA 100% memberikan rerata berat kering yakni 38,76 g tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pemberian inokulum MVA yang memberikan rerata berat kering yakni 35,12 g. Pemberian inokulum MVA 100% memberikan hasil berat kering yang cenderung lebih baik, oleh karena itu

29 pemberian inokulum dengan cendawan MVA harus dilakukan untuk membantu peran akar dalam penyerapan unsur hara. B. Pertumbuhan Akar Pertumbuhan akar merupakan pertumbuhan bagian tanaman yang paling berpengaruh terhadap perkembangan vegetatif dan generatif tanaman kedelai. Hal ini dikarenakan adanya pemberian cendawan MVA ke medium tanam. Medium tanam yang diberi inokulum MVA dengan kombinasi macam pupuk kandang diharapkan akan memberikan hasil pertumbuhan kedelai secara maksimum. Tabel 3. Rerata Berat segar akar, Berat kering akar, Panjang akar dan Diameter akar Perlakuan Berat segar akar (g) Berat kering akar (g) Panjang akar (cm) Diameter akar (cm) Inokulasi MVA : MVA 0% 17.69a 4.46a 31.49a 4.71a MVA 100% 27.16a 4.31a 42.53a 5.14a Pupuk kandang : Sapi 15 ton/ha 28.60p 6.49p 43.55p 6.28p Kambing 15 ton/ha 26.80p 4.46q 39.74pq 5.47p Puyuh 15 ton/ha 11.87q 2.19r 27.74q 3.02q Interaksi (-) (-) (-) (-) Ket: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan DMRT pada taraf nyata 5% (-): menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan inokulum MVA dan perlakuan macam pupuk kandang tidak ada interaksi antara kedua perlakuan (terlihat pada lampiran VII). Akar yang terinfeksi oleh cendawan MVA tidak dapat berperan secara maksimum, dalam hal ini penyerapan unsur hara yang dilakukan oleh tanaman kedelai tetap didominasi oleh pemberian macam pupuk kandang. Hasil sidik ragam pada perlakuan inokulum MVA tidak berbeda nyata

30 pada semua parameter akar (terlihat pada lampiran VII). Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan inokulum MVA memberikan pengaruh yang sama terhadap parameter akar kedelai. Hasil sidik ragam pada perlakuan macam pupuk kandang memberikan hasil yang berbeda nyata pada semua perlakuan (terlihat pada lampiran VII). Hal ini berarti bahwa jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman kedelai. Pada parameter berat segar akar, rerata yang terhitung pada hasil sidik ragam terdapat tidak berbeda nyata pada perlakuan pemberian inokulum MVA. Rerata pada pemberian inokulum MVA 100% cenderung lebih tinggi daripada tanpa pemberian MVA. Peran MVA pada perakaran kedelai mampu menyerap unsur fosfor yang terdapat dalam medium tanam, sehingga hasil berat segar akar lebih tinggi. Pada perlakuan berbagai macam pupuk kandang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat segar akar. Perlakuan dengan pemberian pupuk kandang sapi memberikan hasil rerata paling tinggi yakni mencapai 28,06 g. Berdasarkan analisa sidik ragam, perlakuan inokulum MVA tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap berat kering akar. Namun, pada perlakuan pemberian berbagai jenis pupuk kandang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap berat kering akar tanaman kedelai. Perlakuan pupuk kandang sapi memberikan hasil yang paling tinggi dibanding perlakuan pupuk kandang kambing dan pupuk kandang puyuh. Hal ini dikarenakan pupuk kandang sapi memberikan unsur hara yang kompleks yang dibutuhkan tanaman, sehingga penyerapan unsur hara dari akar menjadi lebih maksimum.

31 Parameter selanjutnya yang diamati yaitu panjang dan diameter akar. Pada kedua parameter tersebut perlakuan inokulum MVA dan perlakuan berbagai macam pupuk kandang tidak ada interaksi di antara kedua perlakuan. Pemberian inokulum MVA pada perlakuan berbagai macam pupuk kandang pada parameter panjang akar dan diameter akar tidak berbeda nyata. Akan tetapi, pemberian berbagai macam pupuk kandang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar dan diameter akar tanaman kedelai. Panjang dan diameter akar tanaman kedelai pada perlakuan inokulum MVA menunjukkan hasil tidak berbeda nyata. MVA tidak berpengaruh terhadap panjang dan diameter akar kedelai. Hal ini diduga karena proses simbiosis dan efektivitas mikoriza ditentukan oleh beberapa faktor. Menurut Hetrick (1984), kolonisasi akar dan produksi spora dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu spesies cendawan dan lingkungan, ditambahkan Elfiatia dan Delvian (2007) tingkat populasi dan komposisi jenis sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman dan sejumlah faktor lingkungan seperti suhu, ph, kelembaban tanah, kandungan fosfor dan nitrogen. Perlakuan pemberian MVA tidak berpengruh nyata terhadap panjang dan diameter akar tanaman kedelai, diduga karena kondisi lingkungan di tempat penelitian tidak mendukung aktivitas MVA. Kondisi lingkungan di tempat penelitian yang cenderug lembab dikarenakan kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk diduga menyebabkan perkembangan dan aktivitas MVA menjadi terhambat. Suhu terbaik untuk perkembangan MVA adalah pada suhu 30 C, tetapi untuk kolonisasi miselia yang terbaik adalah pada suhu 28-35 C (Suhardi, 1989; Setiadi, 2001; Powell and Bagyaraj, 1984).

32 C. Perkembangan Generatif Tabel 4. Rerata Presentase (% ) Tanaman Berbunga Perlakuan Sapi 15 ton / ha Pupuk Kandang Kambing 15 ton / ha Puyuh 15 ton / ha Ratarata Inveksi MVA 100% 27.78ab 66.66a 27.78ab 40.74 Inveksi MVA 0% 66.67a 16.67b 0.00b 27.78 Rata-rata 47.22 41.67 13.89 + Ket: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan DMRT pada taraf nyata 5% (+): menunjukkan ada interaksi antar perlakuan Tabel 5. Rerata Presentase (%) Tanaman Berpolong Perlakuan Tanaman Berpolong (%) Inokulasi MVA : MVA 0% 20.37a MVA 100% 22.22a Pupuk kandang : Sapi 15 Ton/ha 25.00p Kambing 15 Ton/ha 27.78p Puyuh 15 Ton/ha 11.11p Interaksi (-) Ket: angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata berdasarkan uji F dan DMRT pada taraf nyata 5% (-): menunjukkan tidak ada interaksi antar perlakuan Pertumbuhan reproduktif (generatif) dihitung sejak tanaman kedelai mulai berbunga hingga pembentukan polong, perkembangan biji dan pemasakan biji. Pada fase ini sangat memerlukan unsur P dan K dalam jumlah yang lebih banyak (Kadarwati, 2006). Hasil sidik ragam pada Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan MVA dan perlakuan berbagai macam pupuk kandang pada persentase muncul bunga ada interaksi terhadap pertumbuhan generatif tanaman kedelai, namun pada persentase muncul polong tidak ada interaksi (terlihat pada lampiran VIII). Hasil sidik ragam pada perlakuan MVA tidak memberikan

Prosentase (%) 33 perbedaan nyata terhadap persentase muncul polong (terlihat pada lampiran VIII). Hal ini menunjukkan perlakuan MVA memberikan pengaruh yang sama pada persentase muncul polong. Hasil sidik ragam pada perlakuan berbagai macam pupuk kandang memberikan hasil yang berbeda nyata pada persentase muncul bunga, namun pada persentase muncul polong perlakuan pupuk kandang tidak memberikan pengaruh yang berbeda (terlihat pada lampiran VIII). Prosentase (%) Tanaman Berbunga 70 60 50 40 30 20 10 0 0b 27,78ab 66,67ab PI0 PI1 SI0 SI1 KI0 KI1 Perlakuan 27,78ab 16,67ab 66,66ab Keterangan: S : Pupuk kandang sapi K : Pupuk kandang kambing P : Pupuk kandang puyuh I1 : Inokulasi MVA 100% I0 : Inokulasi MVA 0% Gambar 5. Grafik Persentase Muncul Bunga Tanaman kedelai hitam varietas Detam-1 seharusnya berbunga pada umur 42 HST namun, pada penelitian ini tanaman kedelai hitam varietas Detam-1 mulai berbunga yakni pada umur 74 HST (dapat dilihat pada lampiran IX b). Pada pengamatan terakhir, tidak semua tanaman memunculkan bunga pada masa generatifnya. Pada Gambar 5, persentase muncul bunga pada pengamatan terakhir perlakuan dengan kombinasi pupuk kandang sapi dengan 0 % inokulum MVA dan perlakuan dengan kombinasi pupuk kandang kambing dengan 100 % inokulum MVA menunjukkan rerata persentase yang paling tinggi pada pengamatan terakhir. Rerata persentase muncul bunga tertinggi mencapai 66,67 %

34 pada kedua perlakuan tersebut. Perlakuan pupuk kandang puyuh dengan tanpa inokulasi tidak memunculkan bunga sampai pengamatan terakhir. Hal ini diduga pada saat memasuki fase pembungaan kondisi cuaca tidak sesuai dengan kondisi yang diperlukan tanaman untuk membentuk bunga, yakni pada saat itu kondisi suhu rendah dan kelembaban tinggi. Tanaman kedelai memerlukan intensitas cahaya matahari penuh yakni 120.000 lux. Pada saat pengamatan intensitas matahari yang terukur yakni 12.000 lux pada siang hari, 5.906 lux pada pagi hari, 270 lux pada sore dan 8,08 lux pada malam hari. Hal ini menunujukkan bahwa kondisi lingkungan pada saat budidaya tidak sesuai dengan kebutuhan intensitas cahaya matahari untuk tanaman kedelai. Menurut Irwan (2006) pembentukan bunga juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Pada suhu tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak tangkai daun lebih banyak, sehingga dapat merangsang pembentukan bunga. Pada Tabel 5 diketahui bahwa untuk perlakuan MVA dan berbagai macam pupuk kandang tidak ada beda nyata terhadap persentase muncul polong. Hal ini menunjukkan bahwa pelakuan inokulum MVA dan perlakuan berbagai macam pupuk kandang tidak memberikan pengaruh terhadap pembentukan polong. Tanaman kedelai pada saat memasuki fase generatif kondisi tanaman pada saat itu memiliki tinggi yang tidak normal (etiolasi) dan jumlah daun yang begitu banyak. Besarnya distribusi fotosintat ke bagian daun dapat disebabkan oleh masih adanya daun-daun muda yang terbentuk dan terus bertambahnya ukuran daun tanaman pada saat tanaman sudah memasuki fase generatif. Hal ini menyebabkan pembagian fotosintat banyak didistribusikan ke bagian daun tersebut dan

35 menyebabkan kurangnya akumulasi fotosintat yang tersimpan dalam biji. Menurut Mustamu (2009), berat atau besarnya berat daun disebabkan oleh kegiatan fotosintesis yang tetap dipertahankan tinggi oleh tanaman. Selanjutnya, distribusi fotosintat juga banyak didistribusikan ke bagian akar, batang dan polong. Berdasarkan dari deskripsi varietas kedelai diketahui bahwa semua varietas yang diujikan memiliki pola pertumbuhan determinit yaitu saat tanaman tersebut memasuki fase generatif, pertumbuhan vegetatifnya diakhiri. Namun, dari hasil penelitian diketahui bahwa saat tanaman memasuki fase generatif, fase pertumbuhan vegetatifnya juga masih terus berlangsung yang ditunjukkan oleh masih banyaknya daun-daun muda yang terbentuk dan masih bertambahnya ukuran sel daun tanaman. Kondisi tersebut menunjukkan respon tanaman dalam beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya. D. Mikoriza Pada penelitian ini perlakuan penggunaan jamur MVA mampu bersimbiosis dengan akar tanaman kedelai. Semua tanaman korban pada perlakuan dengan inokulum MVA menunjukkan keberhasilan hingga mencapai total infeksi 87,5 %. Pada pengamatan menggunakan mikroskop, MVA terlihat menginfeksi perakaran tanaman kedelai ditunjukkan dengan adanya hifa internal, vesikel dan arbuskular.

36 Gambar 6. Penampakan Arbuskul pada akar kedelai MVA mempunyai struktur yang terdiri dari hifa eksternal, internal, gelung, vesikular dan arbuskular. Hifa tidak bersekat, tumbuh diantara sel-sel korteks dan didalamnya bercabang-cabang. Hifa MVA tidak masuk sampai jaringan stele dan di dalam sel yang terinfeksi terbentuk hifa yang bergelembung dan apabila bercabang-cabang maka disebut arbuskular. Arbuskular inilah yang diduga sebagai alat pemindah unsur hara. Gambar 7. Penampakan Hifa pada akar kedelai Pada struktur yang menggelembung terbentuk secara apikal dan banyak dijumpai pada hifa-hifa utama sehingga struktur ini disebut vesikular. Vesikular kadang-kadang ukurannya sangat besar dan berdinding tebal serta mengandung banyak lipid yang berfungsi sebagai organ simpan. Apabila korteks mengelupas, beberapa vesikular keluar dari jaringan akar dan berada dalam tanah serta dapat berkecambah dan bertindak sebagai propagul infektif.

37 Gambar 8. Penampakan vesikel pada akar kedelai Namun, pada penelitian ini cendawan MVA tidak memberikan interaksi terhadap pertumbuhan tanaman kedelai kecuali pada persentase muncul bunga. Pada hasil sidik ragam inokulum MVA tidak memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap semua parameter. Hal ini diduga MVA pada perakaran tanaman kedelai kurang berperan membantu tanaman kedelai Detam-1 pada masa pertumbuhannya.