SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENJAS SMA NEGERI SE-KABUPATEN BANTUL HIGH SCHOOL PHYSICAL EDUCATION TEACHER PERSONALITY COMPETENCE OF BANTUL REGENCY

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KOMPETENSI GURU SOSIOLOGI DI SMA NEGERI SE-KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH. Ulpah SMAN Negeri 1 Barabai

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

SOSOK GURU IMPARTIALITY DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK SE-MALANG RAYA

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN JASMANI SMP SE- KECAMATAN KROYA KABUPATEN CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

PERSEPSI GURU NON PENJASORKES TERHADAP KOMPETENSI GURU PENJASORKES ARTIKEL PENELITIAN OLEH ATIAS NIM F

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

Oleh: Titis Permatasari Dewi Priyatno, Universitas Negeri

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PENJASKES DI SEKOLAH SE KECAMATAN BENGKAYANG TAHUN 2012 ARTIKEL PENELITIAN

STRATEGI MENYIAPKAN GURU PROFESIONAL MENGHADAPI PENDIDIKAN BERSTANDAR INTERNASIONAL

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

THE MAPPING OF KINDERGARDEN TEACHER S SOFT SKILLS AT PAYUNG SEKAKI DISTRICT OF PEKANBARU CITY

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

menyatakan bahawa Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

PERSEPSI GURU PENJASORKES TERHADAP PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI GURU DI SMP SE-KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dan membentuk watak serta peradapan bangsa, yang bermartabat dalam rangka

PELAKSANAAN MAGANG PROFESI KEPENDIDIKAN MAHASISWA PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNS

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

SIKAP SOSIAL DAN KINERJA GURU YANG GAGAL MENEMPUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PROFESI GURU (Study Kasus di Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga)

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

I. PENDAHULUAN. unsur yang penting untuk pembaharuan pendidikan. Bagaimanapun baiknya kurikulum,

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BANK SOAL PLPG BANK SOAL PLPG

PENDAHULUAN. Andri Irawan

BAB III METODE PENELITIAN. ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DALAM MEMBINA PROFESIONAL GURU IPA

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian sebagai pedoman dan cara-cara (metode) berkaitan dengan kegiatan

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA 2013/2014

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

Jurnal KELUARGA Vol 1 No 2 September Dwi Mifta Rahmawati 1, Yasmi Teni Susiati 2 Prodi PKK JPTK FKIP UST.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

ANALISIS KOMPETENSI GURU MATEMATIKA BERDASARKAN PERSEPSI SISWA (THE MATH TEACHER COMPETENCY ANALYSIS BASED PERCEPTIONS OF STUDENTS)

Wangan Indriyani Hendyat Soetopo Desi Eri Kusumaningrum. Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

KETERAMPILAN MENGAJAR GURU PENJASORKES DI SEKOLAHDASARNEGERI SE- KECAMATAN BANTARKAWUNG KABUPATEN BREBESDALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

KEBIJAKAN GURU DAN DOSEN 2. D E A S Y I D AWAT I

IMPLEMENTASI LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI DAN KARAKTER GURU MATEMATIKA KOTA METRO

ABSTRACT. The Influence Of Teacher s Social Competence To The Intensity Of Teacher s Social Relation. (Susi Novita, Berchah Pitoewas, Hermi Yanzi)

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI SE-KOTA YOGYAKARTA

BAB I GURU DALAM FROFESINYA

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

Transkripsi:

SURVEI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS OktavianusSanturi, Victor G. Simanjuntak, Wiwik Yunitaningrum Program StudiPendidikanJasmaniKesehatandanRekreasi Email: oktavianussanturi@rocketmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru pendidikan jasmani SMA Negeri di kota Pontianak. Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial yang dimiliki guru pendidikan jasmani SMA Negeri se-kota Pontianak. Metode penelitian yang digunakan untuk menjelaskan penelitian ini menggunakan dekriptif kuantitatif dengan jenis penelitian survei. Deskriptif persentase digunakan untuk menjelaskan data hasil penelitian. Sampel yang diteliti adalah guru pendidikan jasmani yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Pontianak sebanyak 10 orang. Hasil peneliti kompetensi sosial dan kepribadian menunjukan, bahwa guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di kota Pontianak tergolong pada tiga klasifikasi yaitu guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5 orang atau sebesar 50% sedangkan jumlah guru kategori tinggi sebanyak 4 orang atau sebesar 40%. Guru yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 1 orang sebesar 10%. Kata Kunci: Kompetensi kepribadian, Kompetensi sosial, guru Abstract :This study aimed to describe personal competence and social competence of teachers of physical education high schools in the city of Pontianak. The purpose of the research was to determine the competence of Personality and Social Competence owned State High School physical education teacher as the city of Pontianak. The method used to describe this research using quantitative descriptive type of survey research. Descriptive percentage is used to describe the research data. The samples studied are physical education teachers who teach at the National High School in the city of Pontianak as many as 10 people. The researchers' work of social competence and personality show, that the teacher of Physical Education Senior High School in the city of Pontianak classified in three classifications that teachers are included in the category of very high by 5 or by 50% while the number of teachers high category as many as four people or 40%. Teachers are included in the category of being counted 1 by 10%. Keyword : Personal competence, social competence, teacher 1

S ebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kompetensi yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan yang berkaitan dengan kualitas sebagai pendidik. Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Untuk itu, guru haruslah menguasai kompetensi sebagai pendidik. Dalam kehidupan bermasyarakat guru menempati kedudukan yang terhormat, kewibawaan guru mampu menempatkan mereka dalam segala posisi tatanan kehidupan bermasyarakat, sehingga masyarakat tidak meragukan lagi figur dari seorang guru. Dengan kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus diberikan oleh guru tidak hanya secara kelompok, tetapi juga secara individual. Hal ini menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku dan perbuatannya di luar lingkungan sekolah. Kompetensi sosial guru Pendidikan Jamani Olahraga dan Kesehatan adalah kemampuan guru untuk bersosialisasi menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam kehidupan di masa yang akan datang. Menjadi seorang guru Penjasorkes memiliki tuntutan yang tinggi terhadap peserta didik dan lingkungan. Karena sebagai guru harus menguasai kemampuan yang sangat komplek menyangkut tugas dan fungsinya di lingkungan saat di sekolah maupun masyarakat di luar sekolah. Hal itu disebabkan karena kemampuan seorang guru sangat erat kaitannya dengan kebiasaan yang terjadi di lapangan, sehingga guru tidak hanya dituntut mahir dalam hal-hal teori namun juga harus mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru harus mampu mengarahkan perkembangan peserta didik baik yang berhubungan dengan prestasi di sekolah maupun yang ada di luar sekolah, dan baik yang berkaitan dengan sikap maupun kepribadian yang dimiliki agar dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan, bangsa dan negara yang mengacu pada misi pendidikan nasional yaitu menciptakan suatu sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu, dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia (H.A.R Tilaar, 2009:67) Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diartikan bahwa sebagai guru Penjasorkes harus memiliki kompetensi yang baik agar mampu menganalisa perkembangan selama poses pembelajaran dan di luar pembelajaran. Pada kesempatan ini penulis hanya membahas kompetensi dasar kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian guru Penjasorkes merupakan komponen yang sangat penting. Karena ini menyangkut peran guru sebagai contoh yang baik bagi peserta didik maupun masyarakat di lingkungan pendidikan dan di luar lingkungan sekolah. Dalam hal ini guru merupakan cerminan atau panutan hidup, harus mampu memiliki dan menampilkan sikap sebagai panutan yang mantap, berwibawa dan berakhlak mulia. 2

Kompetensi penting lainnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi ini erat kaitannya peran guru sebagai contoh nyata bagi peserta didik, orang tua dan masyarakat sekitar. Kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang guru untuk melakukan komunikasi atau sosialisasi kepada orang lain dengan menunjukan hubungan yang baik pada setiap lapisan masyarakat. Guru yang berkualitas juga harus mampu bersosialisasi dengan peserta didik, sesama guru, orang tua maupun sekitar tempat tinggalnya dengan baik. Sebagai insan yang berkualitas tentunya dapat berperan baik sebagai pelatih, bergabung dalam team olahraga di tempat tinggalnya, maupun sebagai masyarakat yang aktif berolahraga bersama warganya. Uraian di atas, menunjukan bahwa kompetensi yang dimiliki guru sangatlah komplek. Belum lagi kompetensi lain yang harus dikuasai seperti kompetensi dalam mengelola kelas maupun dalam melakukan persiapan terhadap bahan ajar yang akan digunakan dalam mengajar. Oleh sebab itu, perlu adanya pengamatan yang dilakukan secara terus menerus sebagai bahan evaluasi terhadap guru agar senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa Penjasorkes UNTAN tentang supervisi kegiatan pembelajaran guru Penjasorkes SMA di Kota Pontianak menunjukan kategori guru yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah sebesar 37,5% sedangkan guru yang termasuk dalam kategori baik jumlahnya lebih besar yaitu 62,5%. Sedangkan untukguru yang termasuk dalam kategori cukup dan kurang berjumlah 0% (Tusiran, 2014:56). Namun, hasil penelitian tersebut belumlah dapat menjadi tolak ukur bahwa kompetensi yang dimiliki guru Penjasorkes tersebut maksimal karena hanya dilihat dari sudut pandang yang belum menyeluruh. Belum adanya penelitian tentang kompetensi yang dimiliki guru Penjasorkes di Kota Pontianak membuat peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian ini sebagai pertimbangan menjadi evaluasi secara menyeluruh terhadap kompetensi yang dimiliki oleh guru pendidkan jasmani SMA Negeri di Kota Pontianak. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU RI, 2005: 14). Dari pengertian tersebut, seseorang berprofesi sebagai guru jika melakukan profesinya pada pendidikan formal. Menurut Farida Sarimaya (2009: 14) dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Sebagai profesi guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kinerja atau kompetensi, sertifikat, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujud tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang diisyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kinerja guru yang dipersyaratkan adalah kinerja pedagogik, kinerja sosial, dan kinerja professional yang diperoleh melalui pendidikan sertifikasi. 3

Guru Penjasorkes adalah tenaga profesional yang menangani proses kegiatan belajar mengajar antara peserta didik dan lingkungannya yang diatur secara sistematis dengan tujuan membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani. Menurut Agus S. Suryobroto (2001: 30) guru Penjasorkes yang efektif dan efisien adalah jika: 1. Guru tidak mudah marah 2. Guru memberi penghargaan dan pujian pada siswanya. 3. Guru berperilaku yang mantap. 4. Waktu pengelolaan kelas tidak banyak. 5. Kelas teratur dan tertib. 6. Kegiatan bersifat akademik. 7. Guru kreatif dan hemat tenaga Pada dasarnya peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan, karenagurulah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, kemana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Kompetensi adalah bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan yang utuh menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, yang dimiliki seseorang yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Kompetensi terdiri atas gabungan unsur-unsur potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai, serta kemampuan mengkoordinasikan unsur-unsur tersebut agar dapat diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja. Bentuk dan kualitas kinerja dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal antara lain lingkungan atau iklim kerja dan tantangan atau tuntutan pekerjaan. Kualifikasi dan profesionalitas merupakan contoh bentuk perwujudan dari kompetensi yang dimiliki seseorang. Seseorang dinyatakan kompeten dibidang tertentu adalah seseorang yang menguasai kecakapan kerja atau keahlian selaras dengan tuntutan bidang kerja yang bersangkutan dan dengan demikian ia mempunyai wewenang dalam pelayanan sosial di masyarakatnya. Kecakapan kerja tersebut diwujudkan dalam perbuatan yang bermakna, bernilai sosial dan memenuhi standar (kriteria) tertentu yang diakui atau disahkan oleh kelompok profesinya atau warga masyarakat yang dilayaninya (A. Samana, 1994: 44). Menurut (Yamin dan Maisah, 2010: 8) kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencapai kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia. Secara rinci sub kopetensi dijabarkan sebagai berikut: 4

1. Sub-kepribadian yang stabil dan mantap memiliki indikator esensial, bertindak sesuai norma hukum, bertindak sesuai denga norma sosial, bangga sebagai guru dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma 2. Sub-kompetensi kepribadian yang dewasa ini memiliki indikator esensial, menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja guru 3. Sub-keterampilan yang arif memiliki indikator esensial, menampilkan tindakan yang didasarkan pada pemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat, serta menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak 4. Sub-kompetensi kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial, memiliki prilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki prilaku yang disegani 5. Sub-kompetensi ahlak mulia dan menjadi teladan memiliki indikator esensial, bertindak sesuai dengan norma religius ( iman dan taqwa, jujur dan iklas, suka menolong) dan memiliki prilaku yang diteladani oleh peserta didik Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi : a. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etod kerja sebagai guru. c. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. d. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadappeserta didik dan memiliki perilaku yangh disegani. e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik Menurut Wahyudi (2012: 36) dalam kompetensi sosial seorang guru harus mampu: a. Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif, karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. b. Berkomunikasi secara evektif, simpatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. c. Beradaptasi dengan tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 5

Menurut Yamin dan Maisah (2010:8) kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dalam bergaul secara efektip dengan peserta didik, sesama tenaga kependidikan, orang tua atau wali siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub-kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut: a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan sesama tenaga kependidikan c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar. METODE Metode yang digunakan adalah deskriptif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan keadaan sebenarnya. Menurt Arikunto (2010:3) penelitian deskriptif adalah penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat dan terjadi dalam sebuah kancah, lapangan atau wilayah tertentu, data yang terkumpul diklasifikasikan dan dikelompokan menurut jenisnya, sifat, atau kondisinya. Kemudian dibuat kesimpulan. Deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan data dalam bentuk uraian-uraian atau pemaparan-pemaparan. Populasi merupakan kelompk besar yang menjadi objek penelitian. Penggunaan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pontianak sebanyak 16 orang. Menurut Sugiyono (2012: 118) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pontianak sebanyak 10 orang. Teknik ini adalah sampling purposive yaitu teknik penentuan sampling berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2012:124). Penggunaan sampling ini dikarenakan kendala dari pihak sekolah yang memberikan rekomendasi satu guru pada setiap sekolahnya. Namun, penggunaan sampel sudah mewakili setiap sekolah karena peneliti menggunakan 1 orang guru pada setiap sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas Negeri di kota Pontianak, yang berjumlah 10 sekolah, dengan jumlah sampel sebanyak 10 orang. 6

Pelaksanaan pengambilan data dilaksanakan selama 14 hari, dari tanggal 14 november 2015 sampai dengan tanggal 28 november 2015 Penelitian ini dibantu oleh kepala sekolah dan waka kurikulum yang bertugas sebagai tenaga ahli yang melakukan penilaian terhadap sampel. Berdasarkan hasil peneliti yang peneliti laksanakan, ternyata guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Pontianak, pada pertanyaan positif, jumlah guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 4orang atau sebesar 40% sedangkan jumlah guru yang berkategori tinggi sebanyak 6 orang atau sebesar 60%. Guru yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 0 orang sebesar 0%, rendah 0 atau sebesar 0% dan jumlah pada kategori sangat rendah jumlahnya 0 atau 0%. Secara jelas dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 Kompetensi sosial dan kepribadian pada butir positif guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pontianak No Kategori Jml Sampel Presentase 1 Sangat Tinggi 4 orang 40% 2 Tinggi 6 orang 60% 3 Sedang 0 orang 0% 4 Rendah 0 orang 0% 5 Sangat Rendah 0 orang 0% Jml 10 orang 100% Pada pertanyaan negatif, jumlah guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5orang atau sebesar 50% sedangkan jumlah guru yang berkategori tinggi sebanyak 5 orang atau sebesar 50%. Guru yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 0 orang sebesar 0%, rendah 0 atau sebesar 0% dan jumlah pada kategori sangat rendah jumlahnya 0 atau 0%. Tabel 2 Kompetensi sosial dan kepribadian pada butir negatif guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pontianak No Kategori Jml Sampel Presentase 1 Sangat Tinggi 5 orang 50% 2 Tinggi 5 orang 50% 3 Sedang 0 orang 0% 4 Rendah 0 orang 0% 5 Sangat Rendah 0 orang 0% Jml 10 orang 100% 7

Berdasarkan klasifikasi butir positif dan negatif didapat data guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5orang atau sebesar 50% sedangkan jumlah guru kategori tinggi sebanyak 5 orang atau sebesar 50%. Guru yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 0 orang sebesar 0%, rendah 0 atau sebesar 0% danjumlah pada kategori sangat rendah jumlahnya 0 atau 0%. Tabel 3 Kompetensi sosial dan kepribadian butirpositifdannegatifpada guru Penjasorkes SMA Negeri di Kota Pontianak Pembahasan No Kategori Jml Sampel Presentase 1 Sangat Tinggi 5 orang 50% 2 Tinggi 5 orang 50% 3 Sedang 0 orang 0% 4 Rendah 0 orang 0% 5 Sangat Rendah 0 orang 0% Jml 10 orang 100% Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui bahwa tingkat kompetensi kepribadian dan sosial guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Pontianak menunjukkan sebanyak 5 orang atau sebesar 50% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Hal ini dapat menunjukan bahwa guru yang mengajar Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di Kota Pontianak sudah berkualitas dan mampu untuk bersosialisasi dengan tenaga kependidikan, siswa, warga sekolah dan orang tua serta masyarakat. Guru yang termasuk dalam kategori tinggi jumlahnya 5 orang atau sebesar 50%. Persentase ini dapat menunjukan bahwa kesiapan guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas di Kota Pontianak sudah sesuai, namun masih terdapat kekurangan dalam hal hubungannnya dengan orang lain. Kekurangan yang masih terjadi adalah ada beberapa guru yang kurang bersosialisasi dengan orang tua dan masyarakat serta menunjukkan ego yang tinggi. Persentase guru yang termasuk dalam kategori sedang 0% hal ini menunjukan dari sampel yang diamati tidak terdapat kelemahan yang cukup mengganggu terhadap hubungannya dengan lingkungan pendidikan maupun tingkah laku kepribadian. Terutama kepada orang tua murid selaku mitra dalam melaksanakan tugas serta tidak terlalu kaku saat melaksanakan komunikasi kepada sesame lingkungan pendidikan, orang tua/wali murid, dan warga sekitar. Guru yang termasuk dalam kategori rendah dan sangat rendahjumlahnya 0 atau sebesar 0%. Hal ini dapat diartikan bahwa guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Pontianak tidak ada yang bermasalah dengan lingkungan, dan 8

masih memiliki hubungan yang cukup baik terhadap murid, warga sekolah, orang tua/ wali murid dan lingkungan sekolah lainnya. Berdasarkan data yang diuraikan di atas, maka hubungannya dengan kajian teori yang dikemukakan oleh Yamin dan Maisah (2010: 8) tentang kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencapai kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia. Sebagaimana kompetensi sosial menurut Wahyudi (2012: 36) dalam kompetensi sosial seorang guru harus mampu bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif, karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara evektif, simpatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat. Beradaptasi dengan tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dapat disimpulakan dari data di atas guru Penjasorkes SMA negeri di Kota Pontianak telah memiliki kompetensi keperibadian dan kompetensi sosial yang tinggi. Oleh sebab itu, baik kompetensi kepribadian maupun kompetensi sosial perlu dipertahankan dan dilakukan pembinaan terus menerus guna mempertahankan dan meningkatkan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial baik oleh kepala sekolah maupun pembina sekolah agar memiliki kepribadian maupun sosial yang menjadi teladan bagi peserta didik maupun masyarakat sekitar. Kendala Penelitian Kendala dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Sekolah yang menjadi tempat penelitian hanya mengizinkan 1 orang guru untuk dijadikan objek penelitian. 2. Selain terkendala dengan sekolah yang membatasi penggunaan jumlah sampel, jumlah guru PNS yang mengajar di SMA Kota Pontianak juga sedikit. 3. Guru yang akan diteliti ada yang menolak dijadikan objek penelitian sehingga peneliti harus berkomunikasi kepada pihak sekola. Kondisi ini sangat menyita waktu penelitian mengingat lokasi sekolah yang terpisah. 4. Masalah lainnya adalah keberadaan kepala sekolah atau wakil kurikulum tidak berada di sekolah. Akibatnya, peneliti harus mengatur jadwal ulang agar dapat bertemu dengan kepala sekolah untuk melakukan penelitian. 5. Lokasi sekolah yang cukup jauh membuat peneliti harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk transportasi kesekolah-sekolah. 6. Pada saat akan melaksanakan penelitian guru yang akan menjadi objek tidak berada dilokasi penelitian. 7. dalam satu hari hanya dapat meneliti satu sekolah sehingga memerlukan waktu yang lebih lama. KESIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan Berdasarkan hasil peneliti kompetensi sosial dan kepribadian yang peneliti laksanakan, ternyata guru Penjasorkes Sekolah Menengah Atas Negeri yang ada di kota Pontianak tergolong pada dua klasifikasi yaitu baik sekali dan baik. Jumlah guru yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 5orang atau sebesar 50% dan jumlah guru kategori tinggi sebanyak 5 orang atau sebesar 50%. Guru yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 0 orang sebesar 0%, rendah 0 orang atau sebesar 0% danjumlah pada kategori sangat rendah jumlahnya 0 orang atau 0%. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti laksanakan, maka saran yang dapat peneliti berikan kapada setiap guru PenjasorkesSekolah Menengah Atas Negeri di Kota Pontianak adalah agar para guru senantiasa memperhatikansikap dan hubungannya dengan setiap warga sekolah. Agar antara guru Penjasorkes dengan warga sekolah tetap dapat bekerja sama dengan baik. Saran untuk kepala sekolah dan pengawas sekolah, hendaknya selalu melakukan kegiatan pengawasan terhadap perkembangan yang dihadapi oleh guru Penjasorkes. Agar hubungan sosial antar warga sekolah tetap terjalin dengan eratdansemestinya. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisius. Sarimaya, Farida. (2009). Sertifikasi Guru (Apa, Mengapa dan Bagaimana?). bandung: Yrama Widya. Sugiono. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suryobroto, Agus S. (2001). Teknologi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY Tilaar, H A.R. (2009). Kekuasaan dan Pendidikan, Manajemen Pendidikan Nasional Dalam Pusaran Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. 10

Wahyudi, Imam. (2012). Mengejar Profesionalime Guru. Jakarta:Prestasi Pustakaraya Yamin, Martinis dan Maisah. (2010). Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada Press. 11