ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.32/Men/2010 Tentang Penetapan Kawasan Minapolitan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Usaha. Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

I. PENDAHULUAN. dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

IV METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

VII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

A. Kerangka Pemikiran

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

V. ANALISA MANFAAT DAN BIAYA BUDIDAYA IKAN HIAS AIR TAWAR

VII. RENCANA KEUANGAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

Bunga potong yang banyak diminati adalah bunga yang mekar sempurna, penampilan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha ditandai dengan semakin ketatnya

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK) PENGOLAHAN ARANG TEMPURUNG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

VIII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

Transkripsi:

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... viii xi xiii xv xvi 1. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 8 1.3 Tujuan Penelitian... 11 1.4 Kegunaan Penelitian... 11 1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 12 II. TINJAUAN PUSTAKA... 13 2.1 Gambaran Umum Usaha Ikan Hias... 13 2.2 Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias... 16 2.2.1 Penampungan Ikan... 16 2.2.1.1 Persiapan dan Pemeliharaan Tempat Penampungan... 16 2.2.1.2 Kualitas Air... 16 2.2.1.3 Kultur Pakan Alami... 18 2.2.1.4 Penyakit Ikan dan Penanggulangannya... 19 2.2.2 Pemasaran... 20 2.2.2.1 Proses Penyeleksian... 20 2.2.2.2 Pengemasan... 21 2.2.2.3 Pengangkutan... 22 2.2 Penelitian Terdahulu... 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 27 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis... 27 3.1.1 Konsep Skala Usaha... 27 3.1.2 Studi Kelayakan Proyek... 29 3.1.3 Umur Proyek... 31 3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat... 31 3.1.5 Analisis Pendapatan Usaha... 32 3.1.6 Kriteria Analisis Kelayakan Investasi... 33 3.1.6.1 Aspek Teknis... 33 3.1.6.2 Aspek Manajemen... 34

3.1.6.3 Aspek Pasar... 35 3.1.6.4 Aspek Finansial... 36 3.1.7 Analisis Sensitivitas... 37 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 38 IV. METODE PENELITIAN... 42 4.1 Metode Penelitian... 42 4.2 Lokasi dan Tempat Penelitian... 42 4.3 Jenis dan Sumber Data... 43 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 43 4.4.1 Analisis Aspek Teknis... 44 4.4.2 Analisis Aspek Manajemen... 45 4.4.3 Analisis Aspek Pasar... 45 4.4.4 Analisis Aspek Finansial... 46 4.4.1 Net Present Value (NPV)... 47 4.4.2 Internal Rate of Return (IRR)... 48 4.4.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)... 49 4.4.4 Paybcak Period (PP)... 50 4.4.5 Analisis Sensitivitas... 52 4.5 Asumsi-asumsi Dasar... 53 V. ASPEK KELAYAKAN NON FINANSIAL... 56 5.1 Gambaran Umum Perusahaan... 56 5.2 Aspek-aspek Kelayakan Investasi Budi Fish Farm... 57 5.2.1 Aspek Teknis... 58 5.2.1.1 Persiapan Tempat Penampungan... 58 5.2.1.2 Pakan Alami... 59 5.2.1.3 Penyakit Ikan dan Cara Penanggulangannya... 59 5.2.1.4 Penyortiran dan Pengemasan... 60 5.2.1.5 Pengangkutan... 61 5.2.2 Aspek Manajemen... 61 5.2.2.1 Organisasi... 61 5.2.2.2 Ketenagakerjaan... 63 5.2.3 Aspek Sosial... 64 5.2.4 Aspek Pasar... 66 5.2.4.1 Potensi Pasar... 66 5.2.4.2 Pemasaran... 67 VI. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL... 70 6.1 Analisis Usaha... 71 6.2 Analisis Kelayakan Usaha... 72 6.2.1 Arus Manfaat... 72

6.2.2 Arus Biaya... 74 6.2.2.1 Biaya Investasi... 74 6.2.2.2 Biaya Operacional... 76 6.2.3 Analisis Pendapatan Usaha... 79 6.2.3.1 Analisis R/C Rasio... 79 6.3 Kelayakan Finansial Usaha... 80 6.3.1 Nilai Sisa... 81 6.3.2 Analisis Payback Period... 81 6.3.3 Proyeksi Cash Flow... 82 6.3.4 Analisis Kriteria Investasi... 83 6.3.5 Analisis Rugi Laba... 84 6.3.6 Analisi Sensitivitas... 84 VII. KESIMPULAN DAN SARAN... 86 7.1 Kesimpulan... 86 7.2 Saran... 89 DAFTAR PUSTAKA... 90 LAMPIRAN... 92

DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Pangsa Pasar Negara-negara Eksportir Ikan Hias Periode 2004-2005... 3 2. Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007... 4 3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Jawa Barat Menurut Negara Tujuan... 5 4. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Kab.Bogor Tahun 2004-2005... 6 5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Tahun 2003-2007... 6 6. Persentase Pesanan yang diminta dengan Pesanan Terkirim... 9 7. Rincian Struktur dan Gaji Karyawan Budi Fish Farm Tahun 2007... 64 8. Volume, Harga Rata-rata, dan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007... 66 9. Komponen Investasi Usaha Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm Tahun 2007... 72 10. Proyeksi Produksi, Belanja dan Penerimaan Budi Fish Farm selama 10 tahun... 73 11. Presentase Komponen Biaya Investasi Usaha... 76 12. Rincian Biaya Tetap Budi Fish Farm Tahun 2007... 77 13. Rincian Biaya Variabel Budi Fish Farm Tahun 2007... 78 14. Penerimaan Total, Biaya Total, Keuntungan, dan Nilai R/C Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar... 80 15. Total Investasi, Keuntungan Bersih, dan Nilai Payback Period Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar... 81

16. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi FishFarm, Tahun 2008... 83 17. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm Tahun 2008... 85

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Domestik... 15 2. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Ekspor... 15 3. Kurva Amplop... 28 4. Kerangka Pemikiran Operasional... 41 5. Struktur Organisasi Budi Fish Farm... 62 6. Saluran Pemasaran Usaha Ikan Hias Budi Fish Farm... 68

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan)..... 93 2.. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan)..... 94 3. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan Investasi)... 95 4. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Dengan Penambahan Investasi)... 96 5. Analisis Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008... 97 6. Daftar Jenis, Jumlah, Harga Beli dan Nilai Beli Ikan Hias Budi Fish Farm... 99 7. Jenis Ikan Hias Paling Banyak dipesan... 101 8. Analisis Cashflow Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar... 105 9. Analisis Rugi Laba... 107 10. Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Pakan... 108 11. Analisis Senstivitas Usaha Pemasok Ikan Hias Jika Terjadi Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak... 110

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bi sa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan 2004). Perikanan dan kelautan Indonesia memiliki potensi pembangunan ekonomi dan termasuk prospek bisnis yang cukup besar, sehingga dapat dijadikan sebagai sektor andalan untuk mengatasi krisis ekonomi (Dahuri, 2000). Trend kegiatan ekspor produk perikanan dan kelautan memacu perusahaan-perusahaan di sektor ini untuk mengoptimalkan salah satu potensi yang menjadi sumberdaya untuk bertahan dan bersaing. Salah satu bisnis se ktor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah ikan hias. Jenis ikan hias beranekaragam bentuk dan warnanya, namun ikan hias yang potensial untuk dikembangkan adalah botia, arwana, discus, koki, dan kuda laut. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang belakangan ini menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa bagi negara. Ikan

2 hias memiliki daya tarik tersen diri untuk menarik minat para pecinta ikan hias (hobiis) dan juga kini banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih pada usaha ikan hias. Kelebihan dari usaha ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun kecil atau skala rumah tangga, sel ain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Keberadaan ikan hias di Indonesia tidak semuanya asli dari Indonesia, sebagian besar adalah ikan yang diimpor kemudian dikembangkan dan hasilnya banyak yang sudah diekspor untuk memeuhi selera para p enggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias bukan merupakan ikan konsumsi manusia, tetapi merupakan ikan untuk pajangan, untuk dilihat keindahan akan warna dan corak yang berbeda dari tiap jenis dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias banyak diminati dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Prospek bisnis ikan hias Indonesia sangat cerah, karena didukung oleh beberapa faktor seperti jenis ikannya beragam, ketersediaan air yang cukup, lahan serta iklim yang sesuai. Akan t etapi perkembangan ekspor ikan hias Indonesia cenderung menurun tiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh adanya larangan pesawat Indonesia terbang ke Eropa serta adanya eksportir ikan hias Indonesia yang melakukan ekspor secara individual atau dengan kata la in tidak melalui asosiasi. Perkembangan budidaya ikan hias menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir yang cukup berperan dengan potensi ikan hias yang cukup besar baik ikan hias air laut maupun ikan hias air tawar. Sejak tahun 1970, Indonesia telah mengekspor ikan hias dengan tujuan utama negara Singapura dan Hongkong. Perkembangan ekspor tiap tahunnya menjadikan Indonesia sebagai negara

3 eksportir ikan hias dengan pangsa pasar cukup besar yaitu 8,71% pada tahun 2005, tetapi angka tersebut masih kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Singapura yang mencapai 27,86%. Hal ini disebabkan ikan hias yang dijual ke Singapura dijual kembali oleh Singapura ke negara -negara lain di dunia. Meskipun demikian, pangsa pasar Indonesia telah meningkat sebesar 19,16% dibandingkan tahun 2004. Pangsa pasar negara-negara eksportir ikan hias yang sebagian besar merupakan negara di Asia, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Pangsa Pasar Negara-negara Eksportir Ikan Hias Periode 2004-2005 (dalam Ribu US $) 2004 2005 Perubahan No. Negara US$ Share US$ Share Share (%) 1. Singapura 42.431 25,68 43.449 27,86 2,40 2. Indonesia 11.401 6,90 13.585 8,71 19,16 3. Malaysia 10.712 6,48 11.846 7,60 10,59 4. Rep.Czech 10.316 6,24 10.273 6,59-0,42 5. Jepang 7.085 4,29 8.476 5,43 19,63 6. Amerika Serikat 10.834 6,56 8.189 5,25-24,41 7. Hongkong 8.705 5,27 7.386 4,74-15,15 8. Filipina 6.477 3,92 6.737 4,32 4,01 9. Israel 6.083 3,68 5.399 3,36-11,24 10. Lain-lain 51.177 30,97 40.621 26,04-20,63 Total 165.221 100,00 155.961 100,00 - Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007 Perkembangan ekspor ikan hias air tawar Indonesia pada tahun 2007 mencapai nilai US$ 3.917.277 dengan negara tujuan ekspor yang tersebar di Asia, Australia, Amerika Serikat dan Eropa. Diantaranya merupakan negara -negara pengimpor utama yang menyerap diatas 50% dari total impor dunia, yaitu Jepang,

4 Perancis, Amerika Serikat, Jerman dan Inggris. Perkembangan ekspor ikan h ias air tawar Indonesia tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007 (dalam US$) Tahun Negara 2003 2004 2005 2006 2007 Jepang 826.214 198.200 193.661 2.642.325 1.012.468 Perancis 24.270 3.213-71.481 109.716 Amerika Serikat 219.804 82.952-360.485 421.998 Singapura 200.812 239.228 12.959 513.352 729.202 Taiwan 61.193 7.059-118.630 475.874 Jerman 37.450 2.565-49.547 57.629 Hongkong 159.395 3.053 1.200 227.048 295.513 Malaysia 141.603 68.077 3.330 130.249 209.763 Australia 21.307 1.740-91.202 108.007 Negara Lain 98.307 7.794 4.736 475.917 497.107 Total 1.790.728 631.881 215.886 4.680.236 3.917.277 Sumber : Depatemen Perindustrian dan perdagangan, 2008 Ket : - = Tidak ada data Daerah penghasil ikan hias air di Indonesia adalah Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Su lawesi Selatan, serta Irian Jaya. Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ikan hias yang cukup besar, hal ini dapat dilihat dari ekspor ikan hias Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai nilai US$ 319.506,58 dan sebagian besar diekspor ke negara Jepang. Perkembangan nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.

5 Tabel 3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Jawa Barat Menurut Negara Tujuan Periode 2003-2007 (dalam US$) Tahun Negara 2003 2004 2005 2006 2007 Jepang - 71.856,21 71.856,21 37.522,72 278.323,57 Perancis - - 6.601,02-6.256,12 Denmark - - - 1.554,08 1.075,00 Afrika - - - - 2.044,99 Belanda - - - 862,40 1.989,40 Jerman - - 1.672,85 6.702,07 26.549,70 Saudi Arabia - - - 3.961,93 3.267,80 Singapura 197.140,02 822.656,02 - - - Belgia - - - 3.567,21 - Korea - - - 1.660,00 - Filipina - - - 2.488,24 - Total 197.140,02 894.711,23 41.487,44 58.318,65 319.506,58 Sumber : Depatemen Perindustrian dan perdagangan, 2008 Ket : - = Tidak ada data Wilayah Bogor yang tidak berbatasan dengan laut menjadikan usaha budidaya ikan hias air tawar berkembang di daerah ini. Usaha ini banyak dilakukan karena komoditi ikan hias ini memili ki pangsa pasar yang sangat potensial baik itu dalam permintaan dari dalam negeri, maupun permintaan dari luar negeri. Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah sentra produksi ikan hias yang ada di daerah Jawa Barat. Tabel 4 menunjukkan produksi ikan hias air tawar sebesar 6.000.000 ekor untuk tahun 2004 dan 2005 dengan volume ekspor senilai Rp 3.150.000.000,00 untuk tahun 2004 dan Rp 3.500.000.000,00 untuk tahun 2005.

6 Tabel 4. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Kab upaten Bogor Tahun Volume (ekor) Nilai (Milyar Rupiah) 2004 6.000.000 3,15 2005 6.000.000 3,5 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007 Daerah tujuan ekspor ikan hias dari Kabupaten Bogor meliputi negaranegara Asia, yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Jepang, Cina, India dan Srilanka; Amerika Serikat dan Kanada; negara -negara Eropa, seperti Perancis, Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, Swedia Polandia dan Ukraina; juga Negara - negara lain seperti Bahrain, Cyprus, Israel, Turki dan Australia (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2007). Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2007), produksi ikan hias di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2006, produksi ikan hias mengalami peningkatan dari 75.382.670 ekor atau sekitar 3,85% menjadi 78.288.000 ekor pada tahun 2007. Hal ini disebabkan adanya peningkatan luas areal dan jumlah pembudidaya ikan hias. Data perkembangan produksi ikan hias Tahun 2003-2007 ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perkembangan Produksi Ikan Hias di Kabupaten Bogor Periode Tahun 2003-2007 Ikan Hias Tahun Jumlah (Ekor) Perubahan (%) 2003 60.438.000-2004 66.152.000 9,45 2005 72.524.000 9,63 2006 75.382.670 3,94 2007 78.288.000 3,85 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2007

7 Sehubungan dengan kepentingan pengembangan sisi penawaran produk ikan hias, Departemen Kelautan dan Perikanan telah memiliki program khusus untuk mengangkat produksi ikan hias Indonesia, diantaranya adalah dengan mendirikan Pusat Pengembangan dan Pemasaran Ikan Hias (Raiser) yang berskala Nasional. Adapun tujuan dari program ini antaralain sebagai: 1. Pusat perdagangan industri ikan hias 2. Penyeragaman ukuran dan peningkatan mutu ikan hias 3. Pusat pemasaran ikan hias 4. Penyangga stok 5. Sarana edukasi dan riset 6. Pusat informasi Usaha budidaya ikan hias di Kabupaten Bogor ini tidak hanya dilakukan oleh petani, banyak juga perusahaan yang mengkhususkan bergerak dalam bidang budidaya ikan hias. Akan tetapi kegiatan budidaya ikan hias tidak lepas dari pera n petani, pemasok ( supplier), serta eksportir yang menjadi penggerak utama usaha perdagangan ikan hias ini. Pemasok ( supplier) merupakan pelaku bisnis yang memegang peranan penting dalam kegiatan perdagangan ikan hias, baik di tingkat lokal maupun ekspor. Salah satu perusahaan yang bergerak sebagai pemasok ( supplier) ikan hias yang berada di wilayah Kabupaten Bogor adalah Budi Fish Farm yang terletak di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong. Dalam perkembangan usaha ikan hias, Budi Fish Farm melihat bahwa bisnis ikan hias dapat memberikan harapan yang cukup menjanjikan. Hal tersebut ditunjang dengan adanya peningkatan permintaan produk ikan hias, baik lokal

8 maupun ekspor. Untuk mengantisipasinya, Budi Fish Farm berupaya mengembangkan skala usaha dalam rangka mendapatkan keuntungan yang lebih besar bagi perusahaan. Akan tetapi, sebelum melakukan pengembangan usaha perlu adanya suatu kajian terhadap usaha pemasok (supplier) ikan hias ini mengingat situasi perekonomian Indonesia yang masih realtif tidak stabil. Untuk kepentingan tersebut penelitian ini dilakukan. 1.2 Perumusan Masalah Ikan hias air merupakan ikan yang memiliki beragam corak dan warna sehingga tiap jenisnya berbeda dan memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini menyebabkan ikan hias banyak diminati oleh masyarakat dan mulai diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Pada mulanya ikan hias y ang diperdagangkan diperoleh dengan cara menangkapnya dari alam, akan tetapi penangkapan dari alam tersebut tidak memperhatikan jumlah, kesinambungan serta dapat menyebabkan kepunahan jenis ikan tertentu. Oleh karena itu, masyarakat mulai membudidayakan ik an hias baik ikan hias air laut, maupun ikan hias air tawar serta dengan kemajuan di bidang transportasi dan pengepakan memudahkan pemasaran ikan hias untuk memenuhi permiintaan domesti k maupun sebagai komoditi ekspor. Salah satu syarat untuk memenuhi perm intaan pasar adalah dengan memperbaiki kuslitas ikan hias itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemeliharaan yang intensif seperti pemberian pakan teratur dan perawatan media budidaya. Dengan pemeliharaan yang insentif dapat mengurangi resiko ke matian

9 ikan hias. Selain itu juga dilakukan pengelompokkan berdasarkan jenis dan ukuran yang seragam agar memudahkan dalam proses penjualan. Budi Fish Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ikan hias, khususnya sebagai pe masok ikan hias untuk eksportir. Perusahaan ini memulai usaha dik arenakan adanya peluang permintaan ikan hias yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini Budi Fish Farm memiliki lahan seluas 900 m 2 dan telah mencapai volume penjualan sebesar 75.000 ekor ikan hias per minggunya dan penjualan paling banyak dilakukan terhadap eksportir ikan hias. Belakangan ini dirasakan bahwa terjadi peningkatan permintaan dari para eksportir ikan hias. Peningkatan tersebut disebabkan karena jumlah eksportir yang meningkat dan volume permintaan masing -masing eksportir meningkat pula, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Persentase Pesanan yang diminta dengan Pesanan yang Terkirim No. Tahun Pesanan (Kg) Terkirim (Kg) Persentase pesanan terkirim (%) 1. 2005 120.000 90.762 75,64 2. 2006 132.000 105.000 79,55 3. 2007 144.000 115.000 79,86 Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kab.Bogor, 2007 Peningkatan permintaan ekspor tersebut mendorong Budi Fish Farm untuk memperbesar skala usahanya dengan memanfaatkan lahan yang masih tersedia disekitar lokasi usaha mengingat adanya kemudahan dalam fasilitas kredit yang diberikan oleh lembaga keuangan formal. Upaya perluasan skala usaha yang akan dilakukan oleh Budi Fish Farm meliputi pengadaan lahan untuk tempat usaha serta pembelian peralatan dan

10 perlengkapan usaha yang didasarkan pada kapasitas produksi sebelumnya yaitu sebesar 75.000 ekor per minggu. Meningkatnya permintaan akan ikakn hias air tawar merupakan peluang bagi perusahaan, sehingga untuk memnuhi peluang tersebut Budi Fish Farm berencana akan mengembangkan usaha dengan menambah skala usaha pemasok ikan hias air tawar. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk upaya perluasan skala usaha ini, Budi Fish Farm perlu melakukan analisis kelayakan investasi untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan penanaman modal yang besar tersebut. Aspek-aspek yang akan dikaji dalam pengembangan usaha pemasok ikan hias air tawar meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, serta aspek finansial. Salah satu komponen utama dalam pemeliharaan ikan hias ini adalah cacing sutera yang digunakan sebagai pakan bagi ikan. Harga pakan ikan hias selalu menunjukkan kecenderungan meningkat yang akan menjad i permasalahan bagi perusahaan itu sendiri. Variabel lain yang juga mempengaruhi jalannya usaha pemasok ( supplier) ikan hias ini adalah pemakaian bahan bakar untuk transportasi. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian yaitu: 1. Bagaimana kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Budi Fish farm jika dilihat dari segi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar? 2. Bagaimana kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Budi Fish Farm dilihat dari segi aspek finansial?

11 3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm terhadap perubahan pada harga pakan ikan hias dan harga bahan bakar? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antaralain: 1. Melihat kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm dari segi aspek teknis, aspek manajemen, aspek so sial, dan aspek pasar. 2. Menganalisis kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar berdasarkan aspek finansial. 3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm. 1.4 Kegunaan Penelitian Budi Fish Farm merupakan perusahaan perikanan y ang bergerak pada usaha pemasok ikan hias air tawar di Jawa Barat. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan dan memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang berkepentingan untuk tertarik dalam usaha pemasok ikan hias baik jenis air laut maupun air tawar. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan terhadap manajemen perusah aan untuk mengetahui kelayakan usaha pemasok ikan hias, serta mengetahui variabel -variabel yang mempengaruhi usaha apabila terjadi kenaikan output maupun input.

12 2. Bagi penulis, dengan penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dan pengala man dalam menerapkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi atau bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar. Pembatasan penelitian ini bertujuan untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuannya. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunaka n beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), serta Payback Period (PP). Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat mempertahankan usahanya apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap input maupun output.

13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Usaha Ikan Hias Berdasarkan habitatnya ikan hias dapat digolongkan kedalam dua jenis, yaitu ikan hias air tawar dam ikan hias air laut. Ikan hias mempunyai jenis yang beranekaragam dengan corak dan warna yang berbeda -beda. Tempat pemeliharaan ikan hias dapat berupa kolam (bak semen) ataupun akuarium. Tempat tersebut praktis dan mudah dibuat serta cocok untuk budidaya yang dilakukan pada lahan sempit. Ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna dan karakter yang khas pada masing -masing jenisnya, sehingga menc iptakan keindahan tersendiri ketika melihat gerakan -gerakannya dalam akuarium ataupun kolam yang mendukung serta dapat memberikan suasana tentram. Gerakan ikan hias yang umumnya lembut dan dipadukan dengan tanaman hias ataupun alat pendukung lainnya di dalam akuarium akan selalu menarik untuk dilihat. Kegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan hias air tawar membutuhkan input modal yang tidak dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya. Oleh karena itu, persiapan harus dilakukan dengan sungguh -sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Daelami, 2000). Secara garis besar, ikan hias dibagi kedalam empat macam dilihat dari jenisnya, yaitu: 1. Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangannya Freshwater Ornamental Fish.

14 2. Ikan hias yang berasal dari laut yang dikenal sebagai Marine Ornamental Fish. 3. Tanaman hias air tawar yang dikenal sebagai Freshwater Ornamental Plant atau Aquatic Plant. 4. Kerang-kerangan atau biota laut yang dikenal sebagai invertebrata. Pada kegiatan perdagangan ikan hias, sangat memperhatikan mutu dari ikan yang dihasilkan. Mutu yang dimaksud adalah mutu yang disesuaikan dengan standar berlaku, hal ini dikarenakan perdagangan ikan hias lebih besar untuk ekspor. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu ikan hias antaralain: 1. Kegiatan Budidaya, meliputi: a) Perawatan yang terdiri dari penangkapan, pembenihan, pembesaran, kemampuan untuk berkembangbiak. b) Pemberian pakan c) Penanggulangan penyakit d) Variasi dan ketajaman warna ikan hias e) Ukuran dan umur ikan hias 2. Metode Penangkapan dan Peralatan Metode penangkapan yang salah dapat mengakibatkan ketidaksehatan hasil tangkapan, sedangkan penangkapan dengan menggunakan alat yang tidak sesuai dapat menyebabkan rusaknya hasil tangkapan terse but. 3. Penanganan pada tempat pengumpulan Ikan hias harus benar-benar mendapatkan perlakuan yang tepat, baik dalam hal kadar oksigen dalam air, sirkulasi dan kebersihan air, kecukupan

15 makanannya, kadar suhu tempat pengumpulan dan intensitas cahaya pada tempat tersebut (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2000). Prosedur dalam perdagangan ikan hias adalah bebas, artinya tidak ada batasan dalam jumlah. Namun jika perdagangan ikan hias dalam skala ekspor, maka eksportir harus memiliki ijin perdagangan dari K ementerian Industri dan Perdagangan. Ikan hias merupakan komoditi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu, sehingga para pelaku pasar ikan hias harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik agar dapat menghasilkan ikan yang sesuai dengan keinginan pasar. Pada umumnya saluran distribusi perdagangan ikan hias dalam pasar domestik dimulai dari petani atau peternak lalu ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul akan menjualnya kembali kepada p edagang pengumpul lain yang berada di kota besar, baru setelah itu disalurkan kepada pengecer dam konsumen. Saluran distribusi perdagangan ikan hias dapat dilihat pada Gambar 1. Petani Pengumpul Pengumpul di kota besar Pengecer Konsumen Gambar 1. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Domestik Saluran pemasaran yang ditujukan untuk tingkat ekspor dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Petani Pengumpul Pengumpul di kota besar Eksportir Pasar Ekspor Gambar 2. Skema Rantai Pemasaran Ikan Hias Ekspor

16 2.2 Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias Order ikan hias dari para eksportir biasanya datang setelah adanya permintaan dari luar negeri, kemudian eksportir akan mencari ikan -ikan hias tersebut kepada pemasok ( supplier) dengan mengirimkan daftar pemesanan tersebut. Setelah order datang, pemasok ( supplier) akan mendatangi atau menghubungi petani. Pemasok ( supplier) dijadikan ujung tombak oleh sebagian besar eksportir, sedangkan ujung tombak pemasok ( supplier) adalah petani ikan hias. Akan tetapi pihak pemasok juga tetap melakukan kegiatan pemeliharaan, penyeleksian dan pengangkutan sebelum ikan hias terjual. 2.2.1 Penampungan Ikan 2.2.1.1 Persiapan dan Pemeliharaan Tempat Penampungan Lokasi penampungan sebaiknya memiliki sumber air yang cukup, tenang dan aman. Selain itu, lokasi juga sebaiknya dekat dengan lingkungan peternak serta dekat jalan utama, sehingga akan memudahkan transportasi. Tempat yang digunakan untuk menampung ikan adalah Aquarium. Aquarium merupakan tempat yang sangat sesuai sebagai tempat penampungan ikan hias, karena kondisi ikan serta kualitas air dapat dikontrol dengan teliti. Selain aquarium, ikan hias juga dapat ditempatkan pada kolam semen, bak plastic maupun bak yang terbuat dari fiberglass. Hal ini biasanya ditentukan oleh jenis dan ukuran ikan hias tersebut (Lingga dan Susanto, 2003). 2.2.1.2 Kualitas Air Air adalah unsur penunjang terpenting dalam p roses pemeliharaan ikan hias, oleh karena itu kondisi air harus bersih dari bahan -bahan beracun. Umumnya

17 air tanah atau air sumur relatif lebih aman bila digunakan dalalm pemeliharaan ikan hias ini. Menurut Sitanggung (2002), ada beberapa parameter yanag mempengaruhi kualitas air yaitu: 1. Derajat Keasaman (ph) Derajat keasaman biasanya diukur dengan skala 1-14 dan umumnya angka tujuh menandakan air bersifat netral. Ikan hias biasanya hidup optimal dalam kisaran ph 6,5 8. 2. Kesadahan (HD) Kesadahan air (hardness) menunjukkan kandungan mineral, berupa kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan seng (Zn) di dalam air. mineral tersebut tinggi, maka air dianggap bersifat Jika kandungan unsur hardness atau keras. Sebaliknya jika kandungan mineralnya rendah, air dianggap softness atau lunak. Ikan hias biasanya hidup pada air yang rata-rata memiliki kesadahan antara 8 10 HD.. Kesadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan aquades. 3. Oksigen Terlarut Sebagian besar ikan hias membutuhkan oksigen (O 2 ) terlarut dalam air sebanyak 3 mg/l. Umumnya, batas minimal kandungan oksi gen terlarut untuk pertumbuhan ikan adalah 5 mg/l. Gejala kekurangan oksigen pada ikan terlihat dari gerak-geriknya yang mulai gelisah, selalu berenang di permukaan air, serta frekuensi pernafasannya lebih cepat, yaitu insang dan mulut membuka dan menutup lebih cepat.

18 2.2.1.3 Kultur Pakan Alami Tingginya angka kematian pada budidaya ikan hias salah satunya dipengaruhi oleh lancar atau tidaknya suplai makanan yang diberikan pada ikan tersebut. Pakan yang paling sesuai untuk ikan hias air tawar adalah pak an alami. Pakan alami merupakan pakan gratis yang dapat ditemukan di alam, misalnya di perairan umum atau bahkan dibudidayakan sendiri. Pakan alami biasanya berupa renik, seperti cacing -cacingan, larva nyamuk serta dapat pula udang renik. Ukurannya bernac am-macam sehingga dapat disesuaikan dengan ukuran tubuh ikan dan umur ikan pada pemberiannya. Menurut Lingga dan Susanto (2003), ada beberapa jenis pakan alami berprotein tinggi yang lazim untuk diberikan pada ikan hias, diantaranya adalah: 1. Infusoria Infusoria adalah protozoa yang sangat cocok diberikan sebagai pakan ikan hias yan gberukuran kecil (benih) setelah kuning telurnya habis. Protozoa ini kebanyakan hidup di air tawar seperti kolam, sawah, rawa dan perairan tawar tergenang lainnya. Infusoria mampu tumbuh dan berkembang biak dengan cepat sekalipun di lingkungan yang sedang tercemar dan mengalami proses pembongkaran sisa bahan organik. 2. Rotifera Jenis Rotifera yang sering ditemukan adalah Brachiomus. Namun, Brachiomus yang ada di air tawar berbeda dengan yang ada di air payau dan air laut. Makanannya terdiri dari ganggang renik, ragi, bakteri, dan protozoa. Siklus hidup Brachiomus hanya berkisar 8 12 hari.

19 3. Kutu Air Kutu air yang dimaksud di kalangan perikanan seb enarnya bukan berupa kutu, melainkan udang renik yang dikenal dengan sebutan Cladocera. Diantara banyak udang renik, Cladocera ini paling terkenal. Jenis yang sering di kolam dan perairan umum adalah Moina dan Daphnia. 4. Cacing Sutera Cacing sutera terkenal mampu memacu pertumbuhan anak ikan. Bagi induk ikan yang sedang bunting, cacing ini memang kurang cocok karena dikhawatirkan dapat menghambat keluarnya telur. Kandungan lemak cacing ini diduga akan menyumbat saluran telur induk ikan tersebut. 5. Jentik Nyamuk Pakan larva nyamuk tergolong sangat cocok diberikan pada induk ikan hias yang sudah atau akan kawin. Selain ukuran tubuhnya cocok dengan induk ikan hias, kandungan proteinnya pun tinggi. Bahkan induk ikan yang sudah bertelur akan lebih cepat matang telur kembali apabila diberikan pakan jentik nyamuk. 2.2.1.4 Penyakit Ikan dan Penanggulannya Menurut Lingga dan Susanto (2003), penyakit ikan hias umumnya disebabkan oleh dua kelompok besar, yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit (parasiter) dan bukan parasit (non parasiter). Penyakit parasiter adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya parasit yang menyerang tubuh, insang, lendir, maupun organ dalam tubuh ika n sendiri. Penyakit tersebut dapat disebab kan oleh protozoa, cacing, udang, renik, jamur, bakteri, dan virus (Lingga dan Susanto, 2003).

20 Penyakit non parasiter merupakan penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, melainkan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan pakan. Lingkungan yang tidak sesuai sejak awal pemeliharaan atau berubah mendadak dapat menyebabkan ikan sakit. Sementara kesalahan dalam pemberian pakan misalnya berlebih atau berkualitas jelek dapat menyebabkan kematian pada ikan. Akibat dari serangan non parasiter ini terkadang lebih hebat dari penyakit parasiter sendiri. Kekurangan oksigen, kesalahan pemberian pakan, perubahan temperature dan keracunan adalah contoh penyakit non parasiter yang sering dijumpai (Lingga dan Susanto, 2003). 2.2.2 Pemasaran Untuk pasar lokal, umumnya jalur pemasarannya adalah produsen - pengumpul-agen-pedagang pengecer-konsumen. Jalur pemasaran ini akan semakin panjang untuk keperluan ekspor karena menyertakan eksportir, importer, pedagang besar, agen, maupun pedagang pengecer. Panjang pendek nya jalur pemsaran akan mempengaruhi harga ikan di tangan konsumen (Ismail, 2003). Selain jalur pemsaran, tingginya resiko pemasaran akan meningkatkan biaya sehingga harga ikan juga akan meningkat. Untuk mengurangi resiko, ikan hias yang akan dipasarkan h arus melalui proses penyeleksian, pengemasan, dan pengangkutan yang baik. 2.2.2.1 Proses Penyeleksian Penyeleksian sangat penting peranannya dalam usaha pemasok ( supplier) dan ekspor ikan hias. Kesehatan dan ukuran ikan hias adalah standar mutu yang harus dipenuhi. Kesehatan ikan hias meliputi warna yang tidak pucat dan tidak

21 ada kelainan, sedangkan standar ukuran ikan hias ada beberapa ukuran, yaitu S (Small), SM (antara Small dan Medium), ML (antara Medium dan Large), L (Large), dan XL ( ekstra Large). Ukuran ini diukur dari ujung mulut sampai pangkal ekor, tidak termasuk panjang ekor (Alijera, 2002). Proses penyeleksian mutlak dilakukan agar diperoleh ukuran, jumlah dan jenis ikan yang seragam dalalm setiap kemasan. 2.2.2.2 Pengemasan Ikan yang sudah diseleksi selanjutnya akan melalui proses pengemasan. Salah satu teknik pengemasan ikan yang terbaik adalah dengan memasukkan ikan ke dalam kantong plastik berisi air yang kemudian diberi oksigen murni sebelum diikat. Kantong plastik yang sudah disiapkan rengkap dua diisi air sebanyak 1/5-1/7 volumenya, kemudian ikan yang akan diangkut dipindahkan ke dalam kantong secara hati-hati agar tidak merusak tubuh ataupun membuat ikan menjadi stress. Jumlah ikan yang dimasukkan ke dalam kantong plastik, disesuaikan dengan ukuran kantong, ukuran ikan, jenis ikan dan jarak tempuh lokasi yang dituju. Setelah itu, ujung kantong yang terbuka di tekan agar udara di atas air keluar baru kemudian diberi oksigen minimal 2/3 bagian dari ka ntong terpenuhi. Terakhir ujung kantong plastik diputar dengan kuat dan diikat erat dengan menggunakan karet gelang. Untuk jarak tempuh yang jauh atau ekspor, kantong plastik dimasukkan ke dalam kotak Styrofoam yang dapat memuat hingga 2-4 kantong. Dalam proses ini harus diusahakan kotak Styrofoam terisi penuh, agar kantong plastik yang ada di dalamnya tidak mudah bergerak yang dapat menyebabkakn ikan menjadi stress.

22 Setelah itu, kotak ditutup dan direkatkan den gan lakban agar tidak mudah terbuka, selanjutnya kotak Styrofoam dimasukkan ke dalam kardus yang kemudian diikat atau direkatkan dengan lakban yang sebelumnya pada bagian luar kardus su dah diberi label. 2.2.2.3 Pengangkutan Proses pengangkutan dibedakan a tas pengangkutan lokal dan pengangkutan ekspor. Pengangkutan lokal biasanya dilakukan dengan menggunakan angkutan bus atau truk tertutup. Umumnya kemasan kantong plastik dapat langsung dikemas dalam kotak kardus tanpa Styrofoam. Namun, pengangkutannya dilakukan pada sore dan malam hari dengan alasan suhu udaranya rendah pada saat malam hari dan sesuai untuk ikan mengalami perjalanan. Pengangkutan lokal berjarak dekat tidak memerlukan dokumen pengiriman, catatan tentang jumlah dan jenis ikan cukup ditulis pa da setiap kantong dengan menggunakan spidol yang tahan air. Pengangkutan ekspor biasanya menempuh jarak yang sangat jauh dengan waktu yang cukup lama, sehingga fisik kemasan dan kondisi ikan biasanya harus dipastikan dengan aman dan teliti. Kemasan kanton g plastik harus dimasukkan ke dalam kotak styrofoam terlebih dahulu sebelum dikemas dalam kardus. Untuk pengangkutan ekspor diperlukan beberapa dokumen penting antara lain Surat Pengantar Pengiriman Ikan, Sertifikat Kesehatan Ikan, Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta Surat Pemberitahuan Ekspor Bsrang.

23 2.3 Penelitian Terdahulu Penelitian yang menganalisis tentang ikan hias sudah banyak dilakukan, diantaranya berjudul Analisis ekonomi Pemanfaatan Situ Malang Tengah untuk Usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan Sistem Jaring Tancap di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor oleh Suhendra (2004). Dari hasil analisisnya, di dapat bahwa pemanfaatan situ sebagai la han untuk budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jarung tancap mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang memanfaatkan Situ Malang Tengah baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini terlihat dari hasil Net Present Value (NPV) dari pemanfaatan situ tersebut sebesar Rp 500.903.585,00 dan perhitungan Net B/C sebesar 4,29 yang artinya usaha Budidaya Ikan Mas Koki dengan sistem jaring tancap layak untuk dikembangkan dengan pemanfaatan Situ Malang Tengah. Angraini (2004) dalam penelitiannya yang berjudu l Alokasi Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Ikan Guppy di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor menjelaskan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa input yang berpengaruh nyata terhadap usaha tersebut adalah benih ikan Guppy dan Pakan Cacing Sutera. Dilihat dari nilai rasio NPM/BKM, diketahui penggunaan benih perlu ditingkatkan dari 218 ekor per m 3 menjadi 940 ekor per m 3, cacing sutera ditingkatkan dari 0,08 takar per m 3 menjadi 4,08 takar per m 3. Output yang dihasilkan meningkat dari 210 ekor per m 3 menjadi 3414 ekor per m 3. Pada analisis usaha diperoleh nilai keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp 10.196.330,00, R/C sebesar 1,65, PP sebesar 0,48 tahun dan kondisi optimal keuntungan yang duperoleh sebesar Rp 106.115.330, 00; R/C sebesar 3,93 dan PP sebesar 0,047 tahun. Pada kedua kondisi menunjukkan usaha layak untuk

24 dijalankan. Dilihat dari analisis kriteria investasi, pada skenario I (modal sendiri) didapatkan nilai NPV sebesar Rp 301.621.671,70; nilai net B/C sebesar 20,95 dan nilai IRR sebesar 640%. Sedangkan pada skenario II (modal pinjaman) didapatkan nilai NPV sebesar Rp 300.306.236,93; net B/C sebesar 20,86 dan IRR sebesar 70,9%. Dengan demikian, dilihat dari analisis kriteria investasi baik pada skenario I dengan modal sendiri maupun pada skenario II menggunakan modal pinjaman, dapat diambil kesimpulan bahwa usaha pembesaran ikan Guppy tersebut layak untuk dijalankan. Peneliitan mengenai ikan hias lainnya telah dilakukan oleh Astuti (2008) dengan penelitiannya yang berjudul Optimalisasi Produksi Ikan Hias Air Tawar pada Heru Fish Farm di Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Dari hasil pemrograman linear menunjukkan bahwa Heru Fish Farm belum dapat mengalokasikan input produksi secara optimal. Ini terbu kti dari adanya input aktual yang tidak sama dengan input produksi optimalnya, yaitu ketersediaan pakan buatan, ketersediaan kapasitas volume air dan ketersediaan modal produksi. Hasil analisis sensitivitas terhadap fungsi tujuan menyatakan bahwa selama perubahan kontribusi keuntungan masih berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah solusi optimalnya. Hasil sensitivitas terhadap fungsi kendala menyatakan bahwa selama penambahan ataupun pengurangan input produksi berada pada selang sensitivitas maka tidak akan merubah harga bayangan ( dual price) dari masing-masing input produksi yang digunakan sehingga tidak akan merubah fungsi tujuannya. Analisis dengan judul yang sama dan komoditas berbeda juga sudah banyak dilakukan, diantaranya Analisis Kelayakan Investasi Pengembangan

25 Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani, Kabupaten Bogor dilakukan oleh Rohaeni (2005). Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi, menunjukan bahwa jumlah net benefit yang akan diperoleh selama umur pr oyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah sebesar Rp 118.976.123,41. Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1,89; ini berari penerimaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran atau biaya. Nilai IRR dari usaha pembesaran lele dumbo sebesar 34,80, ini menunjukan usaha tersebut memberikan keuntungan sebesar 34,80 persen dari total investasi yang ditanamkan. Hasil dari kriteria investasi tersebut menunjukan bahwa NPV >1, Net B/C>1, dan IRR>discount rate. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembesaran lele dumbo dengan adanya penambahan investasi layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Wijayanto (2005) penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras, studi kasus di MN Fish Farm, Kabupaten Subang. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa usaha pembesaran ikan mas kolam air deras MN Fish Farm layak pada tingkat diskonto 6 persen dan modal sepenuhnya modal pribadi. Hasil yang didapat adalah NPV sebesar Rp 823.606.812,00 dengan Net B/C sebesar 3,06 dan IRR 26 persen serta pengembalian modal (MPI) selama 4 tahun 6 bulan. Proyek menghasilkan keuntungan bersih sekarang yang positif, pengeluaran sebesar Rp 1,00 menhasilkan manfaat sebesar Rp 3,06 dan tingkat pengembalian in ternal dari proyek lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku. Selain dengan scenario awal, juga dilakukan analisis dengan perubahan scenario yaitu modal sebagian berasal dari pinjaman bank (skenario II). Pada skenario II tingkat diskonto yang

26 digunakan adalah 6 dan 15 persen. Hasil yang diperoleh dengan suku bunga 6 persen adalah NPV sebesar Rp 682.145.459,00, Net B/C 4,41 dengan IRR 32 persen dan MPI 5 tahun 1 bulan. Usaha masih layak untuk dilaksanakan dengan skenario II pada tingkat suku bunga 6 pers en, pelaksanaan usaha dengan modal pinjaman dari bank lebih layak untuk dilaksanakan. Pada tingkat suku bunga 15 persen dengan modal sebagian berasal dari pinjaman bank hasil yang diperoleh adalah NPV sebesar Rp 324.433.731,00, Net B/C sebesar 2,62 dengan IRR 22 persen dan MPI 6 tahun 1 bulan. Nilai NPV positif dan Net B/C lebih besar dari pengeluaran, sedangkan nilai IRR sebesar 22 persen menunjukkan bahwa usaha tersebut akan dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya karena pengembalian internal usaha tersebut lebih besar dari suku bunga kredit yang berlaku yaitu 15 persen. Analisis sensitivitas dilakukan pada penurunan harga output sebesar 5,65; 11,11 dan 16,67 persen, serta kenaikan harga input benih sebesar 30,4 persen dan harga input pakan sebesar 7,91 persen. Usaha masih layak apabila terjadi kenaikan harga benih sebesar 30,4 persen, kenikan harga pakan sebesar 7,91 persen, penurunan harga output sebesar 5,56 persen dan kenaikan suku bunga menjadi 15 persen. Penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Persamaannya terletak pada judul yaitu menganalisis kelayakan usaha, sedangkan perbedaannya ada pada jenis usaha dan komoditi yang dianalisis serta daerah penelitian, dimana penelitian tentang jenis usaha pemasok ( supplier) ikan hias di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor belum pernah dilakukan sebelumnya.

27 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Perluasan Skala Usaha Analisis skala usaha ( return to scale) dilakukan untuk mengetahui apakah usaha yang diteliti berada dalam kondisi kenaikan hasil ya ng semaking bertambah (Increasing Return to Scale), kondisi kenaikan hasil yang tetap ( Constant Return to Scale), atau berada dalam kondisi kenaikan hasil yang semakin berkurang (Decreasing Return to Scale). Besar kecilnya tingkat pendapatan usahatani dipengaruhi oleh skala usaha. Untuk meningkatkan hasil produksi yang maksimal, perlu diketahui berapa skala usaha yang harus dilakukan. Dalam jangka panjang, perluasan skala usaha dapat dilaksanakan dengan menamb ah semua faktor produksi beramaan. Sedangkan dalam jangka pendek, perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang, pengusaha dapat menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan peru sahaan beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva yang menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi disebut kurva amplop ( envelope curve). Adapun gambar kurva amplop ini dapat diihat pada Gambar 3.

28 Menurut Sudarsono (1995), d alam perluasan skala usaha berlaku tiga kemungkinan hukum perluasan skala usaha antara lain: 1. Increasing Return to Scale yaitu apabila kuantitas semua faktor produksi dinaikkan secara seragam dengan kelip atan tertentu akan mengakibatkan kenaikan produk dalam kelipatan yang lebih besar. 2. Constant Return to Scale yaitu kuantitas produksi bertambah tetapi kenaikannya dalam porsi yang sama dengan kenaikan kuantitas faktor produksi. 3. Decreasing Return to Scale yaitu kuantitas produksi secara absolut akan tetap naik akan tetapi kenaikannya semakin kecil. Biaya SAC 1 SAC 3 A SAC 2 C LRAC B 0 Q 1 Q 2 Q 3 Q(Output) Gambar 3. Kurva Amplop Dari gambar 3 dapat dijelaskan bahwa dari titik A sampai titik B menunjukkan law of increasing return to scale artinya pada tingkat output yang lebih tinggi akibat penambahan skala usaha, rata -rata jumlah input per unit output

29 yang diperlukan semakin kecil, sedangkan titik B sampai titik C menunjukkan law of decreasing return to scale artinya pada tingkat output yan glebih tinggi akibat penambahan skala usaha terus -menerus, maka rata-rata jumlah input per unit output yang diperlukan semakin besar, sehingga petani yang berada pada titik A yaitu titik skala usaha Q 1 untuk menghemat biaya produksi per satuan petani harus memperluas skala usahanya. Petani yang berada pada titik C yaitu titik skala usaha Q 3 untuk menghemat biaya per satuan petani, harus memperkecil skala usahanya dan titik B yaitu Q 2 merupakan titik keseimbangan atau titik skala efisien untuk dilanjutkan usahanya. Pada usahatani, sumber penghematan skala usaha dapat berasal dari segi kegiatan produksi, pemasaran, dan pengelolaan. Segi produksi misalnya dengan memperbesar skala usaha lebih banyak peluang untuk mengadakan spesialisasi tugas dan pembagian kerja yang dapat menaikan produktivitas kerja sehingga biaya produk menjadi lebih rendah. Penghematan skala juga ada batasnya sehingga apabila produksi terlalu besar, dibutuhkan organisasi yang terlalu besar dengan rentang kendali pengawasan menjadi terlalu luas, sehingga pengawasam menjadi tidak efeketif (Sudarsono, 1995). 3.1.2 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang/biaya -biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan yang secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian d asar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahap -tahap identifikasi, persiapan dan

30 analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi. Analisis proyek adalah memperbaiki pemilihan investasi. Sumber-suimber yang tersedia terbatas maka perlu diadakan pemilihan antara berbagai macam proye k. Kelayakan investasi dalam suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya aspek teknis, aspek sumberdaya manusia, aspek pemasaran dan aspek finansial (Gitinger, 1986). Evaluasi adalah alat yang paling penting dalam suatu proyek yang sedang berjalan dan dapat dilakukan dalam beberapakali selama pelaksanaan proyek tersebut. Penilaian terhadap suatu proyek pada dasarnya untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan. Menurut Kadariah et, al (1999), proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan ( benefit) atau suatu aktivitas yang mengeluarkan uang dengan harapan mendapatkan hasil (returns) di waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit. Proyek investasi merupakan gabungan suatu aktivitas yang memerlukan penggunaan sumberdaya dan modal dengan harapan memperoleh manfaat yang dapat berarti p roduk. Suatu proyek investasi pada umumnya memerlukan dana dan modal yang cukup besar serta memiliki jangka waktu umur ekonomis yang panjang. Dalam menganalisis suatu proyek, haruslah mempertimbangkan aspek - aspek yang saling berkaitan yang secara bersama -sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu dan mempertimbangkan seluruh aspek tersebut pada setiap tahap dalam perencanaan proyek dan siklus pelaksanaannya (Gittinger, 1986).

31 3.1.3 Umur Proyek Menurut Kadariah, et al (1999), ada beberapa pedoman untuk menentukan panjangnya umur proyek, antara lain: 1. Sebagai ukuran umum dapat diambil suatu periode atau jangka waktu yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari proyek. Umur ekonomis suatu asset yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat meminimumkan biaya tahunan dari padanya. 2. Untuk proyek-proyek yang mempunyai investasi modal yang besar sekali, lebih mudah untuk menggunakan umur teknis dari unsur -unsur pokok investasi. Untuk proyek-proyek tertentu, umur teknis dari unsur -unsur pokok investasi adalah lama, tetapi umur ekonomisnya dapat jauh lebih pendek karena ketinggalan jaman akibat adanya teknologi baru yang lebih efisien. Keadaan ini hanya terdapat da lam proyek-proyek pertanian. 3. Untuk proyek-proyek yang umurnya lebih lama dari 25 tahun, dapat diambil 25 tahun karena nilai-nilai setelah itu jika di lakukan diskon dengan menggunakan discount rate sebesar 10 persen ke atas, maka present value nya sudah kecil sekali. 3.1.4 Teori Biaya dan Manfaat Definisi mengenai biaya dan manfaat menurut Gitinger (1986), secara sederhana biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi suatu tujuan, dan manfaat adalah segala sesuatu yang membantu suatu tujuan. Dalam melakukan analisa proyek, biaya dan manfaat yang digunakan biasanya adalah yang bersifat tangible (dapat di nilai dengan uang), sedangkan

32 biaya dan manfaat yang bersifat intangible (tidak dapat di nilai dengan uang) seperti hanya digunakan sebagai ma sukan tambahan yang digunakan untuk pertimbangan subyektif pengambil keputusan. Pada analisis kelayakan usaha secara finansial, biaya dan manfaat yang digunakan adalah yang berpengaruh langsung ( direct effect) terhadap proyek yang bersangkutan, yaitu yang secara langsung menaikkan/menurunkan fisik dan/atau menaikkan/menurunkan biaya. Biaya yang dimaksud antara lain biaya investasi, biaya operasional dan biaya lainnya, sedangkan yang termasuk manfaat antara lain nilai produksi total, penerimaan pinjaman, bantuan, nilai sewa dan nilai sisa. 3.1.5 Analisis Pendapatan Usaha Analisis pendapatan usaha pertanian pada umumnya digunakan untuk melakukan evaluasi bagi suatu usaha perikanan dalalm satu tahun. Tujuannya adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha perikanan. Harga yang digunakan dalam analisis pendapatan usaha pe rikanan adalah harga yang berlaku, demikian halnya dengan analisis investasi usaha (Riyanto, 1989). Adapun bentuk-bentuk dari analisis pendapatan usahatani antaralain adalah sebagai berikut: (1) Analisis Pendapatan Analisis yang digunakan untuk melihat ke untungan dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. (2) Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Analisis yang digunakan untuk melihat seberapa besar nilai biaya yang dipakai dalam kegiatan usaha tersebut dapat member ikan manfaat.

33 Dengan diperolehnya biaya dan manfaat dari usaha akan mempermudah analisis kelayakan yang dilakukan terhadap usaha tersebut. Analisis pendapatan usaha sangat penting sebagai pelengkap pada analisis kelayakan investasi proyek perikanan, selain itu analisis ini juga sangat penting untuk memperhitungkan hasil keuntungan dari suatu proyek perikanan, tidak hanya secara keseluruhan selama umur investasi tetapi memperlihatkan keadaan usaha dari tahun ke tahun. 3.1.6 Kriteria Kelayakan Investasi Tujuan dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi karena sumber-sumber yang tersedia terbatas, sehingga dapat dipilih alternatif proyek yang paling menguntungkan serta menentukan prioritas investasi. Menurut Gitinger (1986), untuk mendapatkan dan mengananlisis proyek yang efektif, maka harus mempetimbangkan banyak aspek yang secara bersama -sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu penanaman investasi tertentu. Aspek-aspek tersebut terdiri atas aspek teknis, aspek institusional-organisasimanajerial, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial dan aspek ekonomi. Umar (2005) membagi analisis kelayakan menjadi aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek yuridis, aspek manajemen, aspek lingkungan dan aspek finansial. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang akan dibahas adalah aspek teknis, aspek manajemen, aspek pasar, dan aspek finansial saja. 3.1.6.1 Aspek Teknis Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Kerangka kerja proyek harus dibuat secara jelas agar analisis secara teknis dapat dilakukan dengan teliti. Aspek-aspek

34 lain dari analisis proyek hanya akan dapat berjalan bila analisis secara teknis dapat dilakukan. Analisis secara teknis akan menguji hubungan -hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan, misalnya: keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pembangunan usaha, ketersediaan air, baik secara alami (hujan dan penyebaran hujan) serta pengadaan (kemungkinan -kenungkinan untuk membangun irigasi), varietas benih yang cocok. Atas dasar pertimbangan - pertimbangan ini, analisis secara teknis akan dapat menentukan ha sil-hasil yang potensial (Gittinger, 1986). 3.1.6.2 Aspek Manajemen Aspek ini membahas tentang bagaimana merencanakan pengelolaan proyek tersebut dalam operasinya nanti. Analisa ini berkaitan dengan hal -hal yang berkenaan dengan pertimbangan mengenai ses uai atau tidaknya proyek dengan pola sosial budaya masyarakat setempat, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur organisasi setempat, kesanggupan atau keahlian staf yang ada untuk mengelola proyek. Manajemen berfungsi untuk menjalankan roda o rganisasi melalui kegiatan-kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dna pengendalian. Identifikasi jenis-jenis pekerjaan diperlukan untuk mengembangkan suatu usaha, ada berbagai cara untuk mengklasifikasikan pekerjaan -pekerjaan tersebut, yaitu berdasarkan fungsi dan tipe pekerjaan manajerial dan operasional.

35 3.1.6.3 Aspek Pasar Aspek pasar dari suatu proyek adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek. Menurut Kadariah et.al (1999), aspek komersial menyangkut penawaran input beru pa barang dan jasa yang diperlukan dalam proyek, baik pada saat membangun proyek maupun pada saat proyek sudah berproduksi, serta menganalisis pemasaran output yang akan diproduksi oleh proyek. Para pemasar menggunakan sejumlah alat untuk mendapatkan tangg apan yang diinginkan oleh pasar sasaran mereka, alat tersebut membentuk suatu bauran pemasaran. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat -alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Alat-alat tersebut diklasifikasikan menjadi empat kelompok yang luas yang disebut empat P, yaitu; produk ( Product), harga ( Price), tempat ( Place), dan promosi ( Promotion). Empat P menggambarkan pandangan seorang penjual mengenai alat-alat pemasaran yang dapat diguna kan untuk mempengaruhi pembeli (Kotler, 1997). Analisis aspek komersil terdiri dari rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh proyek dan rencana penyediaan input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan proyek (Gitinger, 1986). Dari sisi output, analisis pasar untuk hasil proyek adalah sangat penting dalam meyakinkan bahwa terdapat suatu pemintaan yang efektif pada harga yang menguntungkan. Dari sudut pandang input, rencana-rencana harus dibuat bagi para petani untuk meyakinkan adanya input, saluran distribusi, kapasitas, kontinuitas, dan tingkat harga.

36 3.1.6.4 Aspek Finansial Menurut Gitinger (1986), aspek -aspek finansial dari persiapan dan analisis proyek menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek diusulkan terhadap peserta. Dalam proyek-proyek pertanian, para peserta terdiri dari petani, perusahaan swasta, koperasi, dan lembaga-lembaga lainnya. Tujuan utama dari analisis finansial adalah menentukan insentif bagi orang -orang yang terlibat dalam pelaksanaan proyek. Analisis proyek pertanian adalah untuk membandingkan biaya -biaya dengan manfaatnya dan menentukan proye k-proyek yang mempunyai keuntungan yang layak. Suatu proyek dapat dilaksanakan atau tidak, bila hasil yang diperoleh dari proyek dapat dibandingkan dengan sumber -sumber yang diperlukan (biaya). Dalam analisis ini diperlukan criteria investasi yang merupaka n metode yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Beberapa kriteria sebagai tolak ukur penilaian kelayakan investasi diantaranya adalah: 1. Net Present Value (NPV), merupakan nilai sekarang dari arus tambahan manfaat bagi pelaksanaan proyek dihitung berdasarkan tingkat diskonto. 2. Internal Rate of Return (IRR), merupakan tingkat suku bunga yang menjadikan manfaat bersih sekarang sama dengan nol. Tingkat suku bunga tersebut merupakan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), merupakan angka perbandingan nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai sekarang arus biaya.

37 4. Payback Period (PP), merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. 3.1.7 Analisis Sensitivitas Tujuan dari analisis sensitivitas adalah untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada kesalahan atau perubahan dalam dasar -dasar perhitungan biaya atau manfaat. Dalam analisis kepekaan s etiap kemungkinan harus dicoba, yang berarti bahwa setiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi -proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi di waktu yang akan datang. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh penurunan harga dan kenaikan biaya yang terjadi terhadap kelayakan suatu usahatani, yaitu layak ataupun menjadi tidak layak untuk dilaksanakan. Dalam analisis sensitivitas, setiap kemungkinan harus dicoba yang berarti bahwa setiap kali harus dilakukan analisis kembali. Hal ini diperlukan karena analisis proyek biasanya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak ketdakpastian dan perubahan yang akan terjadi di masa yang akan datang. P ada sektor pertanian, proyek dapat berubah-ubah yang biasanya bersumber dari fluktuasi harga -harga input dan output maupun perubahan pada volume produksi (Gittinger, 1986). Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan pendekatan switching value (nilai pengganti), dimana analisis ini mencari beberapa perubahan maksimum membuat NPV sama dengan nol. Perubahan -perubahan yang terjadi misalnya perubahan tingkat produksi, harga jual output maupun harga input. Teknik analisis

38 ini dilakukan secara coba-coba terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, sehingga dapat diketahui tingkat kenaikan ataupun penurunan maksimum yang boleh terjadi agar NPV sama dengan nol. Analisis switching value merupakan salah satu variasi dari analisis sensitivitas yang mencoba melihat kon disi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Pada analisis ini dicari berapa nilai pengganti pada komponen manfaat dan biaya yang masih memenuhi kriiteria minimum kelayakan investasi. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Usaha pemasok ( supplier) ikan hias untuk eksportir merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki prospek bagus dalam m elakukan pengembangan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya permintaan ikan hias dalam jumlah yang besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, peluang usaha ini banyak menarik masuk para pena nam modal untuk terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah Budi Fish Farm. Dalam penelitian ini, Budi Fish Farm bermaksud memanfaatkan peluang pasar yang ada. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk nelihat apakah usaha perluasan pemasok ikan hias air tawar layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, serta aspek finansial. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis finansial untuk melihat nilai NPV, IRR, Net B/C ratio, dan Payback Period. Menurut Umar

39 (2005), NPV merupakan selisih antara present value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang itu diperlukan tingkat suku bunga yang relevan. Analisis pendapatan usaha yang digunakan adalah analisis keuntungan dan R/C ratio. Penelitian ini juga menggunakan aspe k-aspek kelayakan investasi yang berbeda-beda setiap analisis aspeknya. Aspek pasar menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, sedangkan aspek so sial, aspek manajemen dan aspek teknis menggunakan analisis kualitatif deskriptif. Aspek finansial menggunaka n analisis cashflow melalui perhitungan NPV, Net B/C, dan IRR. Kriteria kelayakan yang digunakan untuk aspek pasar yaitu bahwa produk ikan hias yang dihasilkan mempunyai peluang pasar. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukkan dengan adanya peningk atan produksi dan nilai penualan. Aspek sosial ditunjukkan dengan respon masyarakat sekitar yang tidak mempunyai keluhan apapun selama usaha berjalan, aspek manajemen menggunakan kriteria kelayakan yang ditunjukkan dengan pengelolaan dan pemeliharaan manajemen yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan usaha. Aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan NPV> 0, Net B/C > 1, dan IRR> tingkat diskonto yang ditetapkan. Jika NPV> 0, maka proyek dikatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan laba lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Apabila NPV=0, berarti proyek menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal, dalam kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika nilai NPV<0, maka proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan ssehingga menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan.

40 Nilai Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Proyek dikatakan layak untuk dilakukan apabila nilai Net B/C ratio menunjukkan angka lebih dari satu, sebaliknya apabila Net B/C ratio menunjukkan angka kurang dari satu maka proyek tidak layak dilakukan. Untuk menget ahui periode pengembalian modal dapat menggunakan payback period. Analisis sensitivitas juga digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kepekaan suatu perubahan keadaan terhadap kelayakan investasi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana perluasan skala usaha yang akan dilakukan. Apabila dari hasil evaluasi kelayakan usaha menunjukkan bahwa usaha pemasok ikan hias air tawar yang dilakukan oleh Budi Fish Farm layak untuk dilaksanakan, maka sebaiknya perusahaan mempertahankan usahanya dengan melakukan pengembangan-pengembangan lebih lanjut guna mencapai keuntungan yang optimal. Sebaliknya, apabila hasil dari evaluasi kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha pemasok ikan hias air tawar tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, maka perusahaan sebaiknya mengadakan perbaikan -perbaikan dalam hal manajemen, teknis, dan pasar dalam operasional usahanya. Adapun gambar kerangka pemikiran operasional ini dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

41 Adanya peningkatan permintaan ikan hias air tawar baik dari dalam negeri maupun luar negeri Budi Fish Farm Permasalahan yang dihadapi: Harga Pakan ikan yang terus naik serta harga bahan baker yang masih fluktuatif Karakterisrik tingkat keberhasilan atau survival rate (SR) yang rendah dan berbeda untuk setiap masing-masing jenis ikan hias Analisis Kelayakan Usaha Aspek Teknis Aspek Manajemen Aspek Finansial: NPV, IRR, Net B/C, Payback Period Sensitivitas Aspek Sosial Aspek Pasar Tidak Layak Layak Pengembangan usaha pemasok ikan hias air tawar Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional

42 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dala m penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus atau penelitian kasus merupakan peneliitan tentang subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1999). Tujuan studi kasus adalah untuk memberika n gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat -sifat serta karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu. Dalam hal ini kasus yang akan diteliti adalah kasus usaha pemasok ( supplier) ikan hias Budi Fish Farm yang beralamat di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja k arena Kabupaten Bogor merupakan daerah yang potensial untuk pengambangan usaha bidang perikanan, baik ikan hias maupun konsumsi. Selain itu, Budi Fish Farm merupakan satu-satunya pemasok yang memiliki banyak jenis ikan hias dan produksinya kontinyu terhadap pelanggannya. Waktu pengambilan data berlangsung selama kurang lebih satu bulan, dimulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan September 2008.

43 4.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari hasil wawancara dan observasi dengan petani dan pihak perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan kebutuhan permasalahan yang akan diteliti. Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait seperti: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong, Perpustakaan Fakultas Perikanan IPB, Perpustakaan Pusat IPB (LSI), serta penelusuran melalui internet, buku -buku, dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini antaralain: 1. Data gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, aktivitas produksi, jenis produk, pemasaran, dan keuangan. 2. Data historis perusahaan, yaitu komponen -komponen biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap, harga jual produk, volume produksi, dan realisasi penjualan. 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh merupakan jawaban secara kualitatif dan kuantitatif, sehingga analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitat if dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek usaha pamasok ( supplier) ikan hias yang dilakukan oleh Budi Fish Farm yang meliputi analisi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial dan aspek pasar.

44 Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finan sial usaha pamasok (supplier) ikan hias dengan menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Returns (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), serta analisis sensitivitas. Data kuantitatif yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan kalkulator dan komputer yaitu Microsoft Excel. Hasil pengolahan data tersebut disajikan dalam bentuk tabulasi dengan cara memasukkan data primer k e dalam bentuk yang musah dibaca dan dipahami. Data kualitatif disajikan dalam bentuk uraian deskriptif serta dalam bentuk tabel, bagan atau gambar sehingga memudahkan pe mahaman. 4.4.1 Analisis Kriteria Kelayakan Non Finansial 4.4.1.1 Aspek Teknis Analisis secara teknis akan menguji hubungan -hubungan teknis yang mungkin dalam suatu proyek yang diusulkan, seperti keadaan tanah di daerah proyek dan potensinya bagi pengembangan usaha, ketersediaan air baik secara alami maupun pengadaan (kemungkinan untuk me mbangun irigasi), serta varietas benih yang cocok. Atas dasar pertimbangan -pertimbangan ini, analisis secara teknis akan dapat menentukan hasil -hasil yang potensial (Gitinger, 1986). Analisis teknis perlu dikaji secara deskriptif untuk mendapatkan gambara n mengenai lokasi usaha pemasok ikan hias air tawar, besarnya skala usaha atau luas produksi, proses kegiatan produksi yang dilakukan serta peralatan yang digunakan dalam usaha pemasok ikan hias air tawar pada Budi Fish Farm. Dalam aspek teknis dinilai lokasi proyek, tata letak atau layout pabrik, proses produksi, serta teknologi yang digunakan. Aspek teknis dikatakan layak jika pemilihan

45 lokasi proyek dan penerapan tata letak atau layout pabrik dapat memberikan kemudahan dalam distribusi dan pemeliharaan. 4.4.1.2 Aspek Manajemen Aspek manajemen dalam proyek merupakan hal -hal yang menyangkut bentu usaha, kemampuan staf proyek untuk menjalankan aktivitas administrasi dengan garis wewenang dan tanggungjawab yang sudah jelas dalam organisasi proyek serta kebutuhan upah tenaga kerja (Gittinger, 1986). Aspek manajemen perlu dikaji secara deskriptif untuk dapat melihat sumber daya manusia dalam menjalankan jenis -jenis pekerjaan pada Budi Fish Farm, serta untuk melihat sumber daya lain seperti struktur organi sasi yang berguna dalam menentukan garis kerja guna mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem informasi yang digunakan dalam perusahaan. Proyek dikatakan layak apabila perusahaan menggunakan sistem manajemen sesuai dengan kebutuhan perusahaa n sehingga dapat membantu mencapai tujuan perusahaan. 4.4.1.3 Aspek Sosial Analisis aspek sosial dilakukan secara deskriptif kondisi sosial sekitar perusahaan. Pada analisis ini dilihat kondisi sosial dan dampak serta manfaat usaha terhadap pembangunan ke seluruhan. Proyek ini dikatakan layak apabila perusahaan mempunyai dampak positif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak negatif akibat mendirikan proyek tersebut. Aspek sosial perlu dikaji untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha pemasok ikan hias air tawar terhadap kondisi sosial masyarakat di sekitar perusahaan maupun terhadap manfaat -manfaat yang

46 ditimbulkan secara menyeluruh dari usaha ini. Proyek ini dikatakan layak jika perusahaan mempunyai dampak positif yang lebih besa r dibandingkan dengan dampak negatif yang timbul akibat dari mendirikan proyek tersebut. 4.4.1.4 Aspek Pasar Analisis aspek pasar akan dilakukan dengan menggunakan bauran pemasaran, yaitu seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasarannya (Kotler et al, 1997). Adapun alat-alat bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi empat unsur, yaitu: (1) Produk Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi dalam rangka memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan yang mencakup kualitas, rancangan, bentuk, merek, dan kemasan produk. (2) Harga Harga adalah jumlah nilai yang dikeluarkan konsumen dengan manfaat dari memliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Harga adalah satu - satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur lainnya memnghasilkan biaya. (3) Distribusi Disrtibusi meliputi berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menjadikan produk tersedia dan mudah didapat oleh konsumen sasaran melalui pengidentifikasian saluran pemasaran yang efisien. Saluran pemasaran

47 adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa siap digunakan. (4) Promosi Promosi meliputi semua kegiatan yang di lakukan perusahaan unutk mengkomunikasikan dan memperkenalkan produknya kepada pasar sasaran. Aspek pasar dikatakan layak apabila potensi pasar ikan hias air tawar dan pangsa pasar usaha pemasok ikan hias air tawar memadai untuk pemasaran produk, pasar input tersedia dalam jumlah mencukupi, dan produk yang dijual memiliki daya saing atau keunggulan diandingkan dengan produk serupa yang dimiliki oleh perusahaan pesaing lain. 4.4.2 Analisis Aspek Finansial Dalam melakukan anallisis finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau t daknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Returns (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Analisis kelayakan investasi dilakukan terlebih dahulu menyusun aliran tunai diskontokan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan. Pelaksanaan analisis finan sial dari suatu proyek dapat menggunakan metode-metode atau kriteria-kriteria penilaian investasi. K riteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek. Melalui metode -metode ini dapat diketahui apa kah suatu proyek layak untuk dilaksanakan dilihat dari aspek profitabilitas komersialnya.

48 4.4.2.1 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) merupakan manfaat bersih yang diterima selama umur proyek pada tingkat diskonto tertentu. Ukuran ini bertujuan untuk mengurutkan alternative yang dipilih karena adanya kendala biaya modal, dimana proyek ini memberikan NPV biaya yang sama atau NPV penerimaan yang kurang lebih sama setiap tahun. Proyek dinyatakan layak atau bermanfaat jika NPV lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, berarti biaya dapat dikembalikan persis sama besar oleh proyek. Pada kondisi ini proyek tidak untung tidak rugi. NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang dipergunakan dan ini berarti proyek t ersebut tidak layak dilakukan (Gray, 1992). Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut:.(1) Dimana: B t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t C t = Biaya (Cost) tahun ke-i n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga/discount rate t = 1,2,3,...n Kriteria Penilaian: Jika NPV > 0, maka kegiatan investasi layak untuk dilaksanakan Jika NPV < 0, maka kegiatan investasi tidak layak untuk dilaksanakan, karena manfaat lebih kecil daripada biaya

49 JIka NPV = 0, maka kegiatan investasi bergantung kepada penilaian subjektif pengambil keputusan. Penerimaan Budi Fish Farm adalah penerimaan dari usaha pemasok ikan hias air tawar. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usaha pemasok ikan hias air tawar ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke-0 dan biaya reinvestasi dikeluarkan untuk pe ralatanperalatan yang sudah habis umur ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dan biaya variabel dikeluarkan pada tahun ke-1, dimana diimulai kegiatan produksi. umur proyek usaha pemasok ikan hias air tawar adalah 10 tahun, hal ini berdasarkan umur ekonomis akuarium dan kolam penampungan dalam usaha tersebut. 4.4.2.2 Internal Rate of Returns (IRR) Internal Rate of Returns (IRR) menunjukkan rata-rata tingkat keuntungan internal tahunan perusahaan yang mela ksanakan investasi dan dinyatakan dalam persen. IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat nilai NPV proyek sama dengan nol. Investasi dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat diskonto, sedangkan jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto, maka pr oyek tersebut tidak layak dilakukan. Tingkat IRR mencerminkan tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan. Suatu investasi dikatakank layak jika IRR yang dihasilkan lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku. Rumus IRR adalah sebagai berikut: IRR i NPV NPV NPV ( i i ) (2)

50 Dimana: i + = Tingkat Suku Bunga yang menghasilkan NPV positif i - = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV + = NPV yang bernilai positif NPV - = NPV yang bernilai negatif Kriteria penilaian: Investasi dinilai layak, jika IRR lebih besar dari tingk at diskonto yang ditetapkan oleh bank. Sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat diskonto yang ditetapkan olah bank, maka investasi tidak layak dilakukan. 4.4.2.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio adalah besarnya manfaat tambahan pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan. Net B/C merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (B t -C t >0) dengan total nilai sekarang dari penerimaan yang bersifat negatif (B t -Ct<0). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui berapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur proyek. Proyek dikatakan layak apabila Net B/C ratio yang dihasilkan lebih besar dari satu (Gray, 1992). Adapun rumus Net B/C adalah sebagai berikut: Untuk B t C t :> 0 Untuk B t C t <0. (3)

51 Dimana: B t = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t C t = Biaya (Cost) tahun ke-i n = Umur ekonomis proyek i = Tingkat suku bunga/discount rate t = 1,2,3,...n Kriteria investasi berdasarkan Net B/C Ratio : Net B/C > 1, proyek menguntungkan dan layak untuk diusahakan Net B/C < 1, proyek merugikan dan tidak layak untuk diusahakan Penerimaan Budi Fish Farm diperoleh dari penjualan ikan hias air tawar. Biaya yang dikeluarkan dalam usaha ini terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun ke -0 dan biaya reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan -peralatan sudah habis umur ekonomisnya. B iaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya opersional ini dikeluarkan pada taun ke-1 pada saat kegiatan usaha dimulai. 4.4.2.4 Payback Period (PP) Payback period atau analisis waktu pengembalian investasi merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan untuk melihat periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Perhitungan dilakukan dengan cara nilai manfaat bersih yang terdapat pada cashflow didiskontokan dan dikumulatifkan. Semakin kecil angka yang dihasilkan berarti semakin cepat tingkat pengembalian investasiinya, sehingga usaha yang dijalankan semakin baik untuk dikembangkan. Adapun rumus payback period ini sebagai berikut: Payback Period = Total Investasi Keuntungan rata rata per tahun...(4)

52 4.4.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis yang digunakan untuk menguji secara sistematis apa saja yang terjadi pada penerimaan dan biaya usaha apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terduga yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaan. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana hasil analisis atau kegiatan usaha bila terdapat kesalahan atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat (Kadariah et al, 1999). Analisis ini dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan ya ng berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi, apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyek -proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Gittinger, 1986). Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung memilih sejumlah nilai yang den gan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan terhadap masalah yang dianggap p enting pada analisis proyek dan kemudian dapat menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Analisis sensitivitas dalam penelitian usaha pemasok ikan hias air tawar pada Budi Fish Farm dilakukan untuk menguji kepekaan perubaha n terhadap kelayakan investasi. Dalam analisis kelayakan proyek banyak asumsi yang

53 digunakan. Penggunaan asumsi ini memiliki ketidakpastian yang sudah diminimalkan berdasarkan nilai aktual yang terjadi dilapangan. Untuk menguji sensitivitas proyek terhadap peruba han asumsi pendapatan dan biaya operasional, digunakan 2 pola usaha, yaitu: 1. Pola 1 Usaha mengalami peningkatan biaya produksi yang dalam penelitian ini biaya tersebut adalah harga pakan ikan hias yaitu cacing sutera, sedangkan biaya dan komponen lain tetap. 2. Pola 2 Terjadinya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Biaya BBM disini digunakan sebagai operasional kegiatan pengiriman barang, pada kondisi ini diasumsikan komponen lainnya termasuk pendapatan adalah tetap. 4.5 Konsep Pengukuran dan Asumsi-asumsi Dasar 1) Umur proyek ditentukan sepuluh tahun berdasarkan umur ekonomis yang paling lama yaitu akuarium dan kolam. 2) Biaya investasi diasumsikan dikeluarkan pada tahun pertama yaitu tahun ke-1 (2008), karena dalam hal ini perusahaan ingin m endapatkan keuntungan dua kali lipat dari sebelumnya. Operasional perusahaan dimulai bersamaan dengan proyek investasi. 3) Nilai penerimaan penjualan diasumsikan mengalami pertumbuhan sebesar 10% setiap tahunnya (berdasarkan target perusahaan), dimulai pad a tahun ke-1 sampai tahun ke-4. Pada tahun ke-5 sampai tahun ke-6 terjadi kenaikan sebesar 20% per tahun, sedangkan pada tahun ke -7 sampai akhir proyek seluruh potensi pengembangan proyek sudah terpakai sehingga nilai penerimaan menjadi konstan.

54 4) Harga yang digunakan diasumsikan konstan. Harga yang digunakan dalam penelitian adalah harga yang berlaku pada bulan Agustus 2008, baik harga input maupun harga output dari kegiatan usaha pada masing -masing skenario. 5) Tingkat suku bunga ( diskonto) yang digunakan merupakan tingkat suku bunga BRI sebesar 14 persen pada bulan Agustus 2008. 6) Sumber modal investasi berasal dari milik pribadi dan pinjaman dari bank. Kredit investasi yang diberikan sebesar Rp 258.000.000,00 dengan angsuran pinjaman selama lima tahun, sementara itu kredit modal kerja yang diberikan sebesar Rp 50.000.000,00 dengan angsuran pinjaman selama tiga tahun. Modal yang berasal dari milik pribadi sebesar Rp 111.000.000,00 7) Penerimaan yang diperoleh berasal dari hasil penjualan ikan hias, nilai sisa, dan penambahan investasi. 8) Biaya total adalah semua biaya yang digunakan untuk menghasilkan produksi yang termasuk biaya tetap dan biaya variabel serta dinyatakan dalam satuan rupiah. 9) Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabe l. Biaya tetap dan biaya variable dikeluarkan pada tahun ke -1, dimana dimulai kegiatan produksi. 10) Nillai sisa merupakan nilai dari barang yang tidak habis dipakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 11) Pendapatan usaha merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya selama periode waktu tertentu dan dinyatakan dalam satuan rupiah.

55 12) Cashflow adalah arus manfaat tambahan yang diperoleh selama proyek atau usaha berjalan dengan mengurangi bia ya-biaya tambahan ke dalam total penerimaan tambahan pada setiap tahun proyek. Tambahan ini berupa perbedaan antara kegiatan pada saat ada proyek dengan kegiatan pada saat tanpa proyek dan dinyatakan dalam satuan rupiah. 13) Analisis kelayakan investasi me rupakan analisis terhadap kegiatan usaha dengan memperhitungkan biaya dan manfaat dalam suatu usaha dengan alat ukur yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). 14) Analisis sensitivitas bertujuan untuk meneliti kembali suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat perubahan harga, baik harga input maupun harga output.

56 V. ASPEK KELAYAKAN NON FINANSIAL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Budi Fish Farm adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang usaha perikanan air tawar sebagai pemasok (supplier) ikan hias air tawar. Perusahaan ini beralamat di Desa Harapan Jaya, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut telah memenuhi kelayakan untuk persyaratan tempat usaha, yaitu ketersediaan air yang cukup, keamanan lingkungan, suasana sekitar yang tenang, dekat dengan petani ikan hias. Perusahaan ini berdiri pada bulan Maret 2004 oleh seorang bapak yang bernama Ir. Budi Widiyanto dengan meng gunakan modal sendiri. Pemilik modal yang dalam hal ini adalah pak Budi bertindak sebagai manajer perusahaan yang ikut serta secara langsung dalam proses kegiatan usaha. Sejak awal berdiri hingga saat ini, Budi Fish Farm banyak mengalami peningkatan usaha. Hal ini didukung dengan pengalaman yang dimiliki oleh manajer dan karyawan sehingga manjadikan usaha ini berkembang dan memiliki pelanggan yang cukup banyak. Pengalaman ini terutama berkaiatan dengan permasalahan yang sering terjadi dalam pengelolaan usah a, seperti kematian ikan, keseragaman ukuran, ketepatan jumlah, dan yang paling penting adalah kualitas ikan hias. Perusahaan memberikan penanganan yang sangat besar di dalam fasilitasnya terhadap jenis-jenis komoditi yang diperdagangkan untuk memnuhi keinginan konsumen, sehingga presentase kematian dalam perjalanan manjadi kecil serta ketepatan jumlah dan ukuran ikan dalam pengiriman dengan kualitas yang baik.

57 Fasilitas usaha yang dimiliki oleh Budi Fish Farm dalam kegiatan usahanya yang menyalurkan ikan hias kepada eksportir terbilang lengkap. Perusahaan memiliki kolam ( farm) penampungan sendiri berupa akuarium berjumlah 400 buah disertai bangunan pendukungnya. Selain itu perusahaan juga memiliki sarana komunikasi berupa telepon dan fax sehingga mendukung kelancaran kegiatan pemasaaran usahanya. Dalam menjalankan usahanya, manajer perusahaan dibantu oleh 8 orang tenaga kerja yang mampu bekerjasama dengan baik sehingga terjalin hubungan kekeluargaan diantara dua belah pihak. Luas lahan dan bangunan yang di gunakan Budi Fish Farm adalah 900 m 2. Bangunan ini terdiri dari kantor pemasaran dan administrasi, farm penampungan ikan hias yang terdiri dari rak-rak akuarium yang mampu menampung 400 buah akuarium berukuran 100 cm x 50 cm x 33 cm. Bak-bak semen (kolam ikan) sebanyak 27 buah berukuran 5 m x 2,5 m, serta bak semen kecil sebanyak 24 buah yang berukuran 2 m x 1 m. Selain itu, terdapat pula bak -bak semen penampung pakan cacing sutera berukuran 100 cm x 80 cm x 20 cm sebanyak 4 buah serta 1 buah bak penampungan air berukuran 10 m x 5 m x 3 m. Bangunan lainnya adalah sebuah sawung jaga dan sebuah ruangan yang digunakan sebagai tempat tinggal karyawan perusahaan. 5.2 Aspek-aspek Kelayakan Investasi Budi Fish Farm Aspek-aspek kelayakan investasi yang digunakan dalam proyek pengembangan usaha Budi Fish Farm meliputi aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek finansial. Ke lima aspek tersebut adalah suatu kesatuan dalam penilaian kriteria proyek yang dievaluasi.

58 5.2.1 Aspek Teknis 5.2.1.1 Persiapan Tempat Penampungan Pertimbangan penting yang dilakukan Budi Fish Farm sebelum mempersiapkan tempat penampungan (akuarium dan bak) adalah penentuan lokasi. Lokasi yang dipilih harus memiliki lingkungan yang mempunyai sumbe r air cukup, terkena sinar matahari, tenang dan aman. Selain itu, lokasi tersebut juga dekat dengan lingkungan peternak ikan hias dan dekat dengan jalan utama, sehingga akan memudahkan transportasi. Hal lain yang juga penting adalah kemudahan mendapatkan air yang jernih dan bersih. Sumbernya dapat berupa sumur atau ledeng, namun dalam hal ini Budi Fish Farm menggunakan air sumur. Air yang akan digunakan untuk ikan hias harus dipersiapkan terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk menetralkan suhu dan ph air serta menguapkan kandungan bahan -bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan ikan. Setelah persyaratan air terpenuhi, pembuatan bak dapat dilakukan. Pembuatan bak yang terdapat pada Budi Fish Farm adalah bak yang disiapkan langsung di atas tanah serta bak yang dipersiapkan dengan menggali tanah terlebih dahulu. Kelebihan pembuatan bak yang langsung di atas tanah adalah selain lahannya tidak rusak, pembuangan air dari dalam bak dapat lebih mudah karena saluran dapat dibuat rapi sehingga tidak merusak peman dangan. Bak yang dibuat tidak langsung digunakan, diperlukan waktu kurang lebih dua minggu untuk merendam bak dengan air bersih sambil menyikatnya dengan sikat kamar mandi, sapu lidi atau pelepah pisang. Penyikatan tersebut bertujuan agar bau semen dan bahan lain yang menempel saat bak dibuat dapat hilang.

59 Sedangkan sebagai tempat penampungan ikan yang lain biasanya menggunakan akuarium. Aquarium sangat tepat sebagai tempat penampungan ikan hias karena kondisi ikan dan kualitas air dapat dikontrol dengan t eliti. Selain akuarium, ikan hias juga dapat ditempatkan pada bak plastic ataupun bak fiberglass. Hal ini biasanya didasarkan pada jenis dan ukuran ikan hias itu sendiri. 5.2.1.2 Pakan Alami Dalam hal pemberian pakan alami, Budi Fish Farm menggunakan cacing sutera. Cacing ini hidup di dasar perairan yang banyak mengandung bahan organik. Cacing yang dikenal dengan nama Tubifex ini menyerupai benang merah kusut karena hidupnya bergerombol. Ujung tubuhnya melambai -lambai dan berwarna merah darah atau bening. Cacing sutera dipercaya mampu memacu pertumbuhan anak ikan. Harga cacing sutera ini Rp 6000,00 per taker. 5.2.1.3 Penyakit Ikan dan Cara Penanggulangannya Adapun jenis-jenis penyakit yang sering menyerang ikan hias adalah: 1. White Spot Penyakit ini disebabkan oleh serangan parasit Ichtyopthirus multifilis, sehingga sering disebut juga sebagai penyakit Ich. Penyakit ini dapat menyerang ikan besar maupun kecil. Gejalanya terlihat dengan adanya bintik-bintik putih pada sirip dan tubuh ikan. Selain itu ikan terlihat kurang nafsu makan, lemah, malas bergerak, sering naik ke permukaan dan berenang dengan menggoyangkan sirip ekornya.

60 2. Velvet Penyakti velvet muncul pada ikan karena serangan parasit Oodinium Limneticum. Parasit ini termasuk ke dalam protozoa dan menyerang seluruh tubuh. Oodinium Limneticum tampak seperti beludru. Penanganan kedua penyakit ini adalah mengurangi aquarium yang berisi ikan sakit dikurangi airnya hingga tinggal setengah, kemudian diberi tiga balok garam selama seminggu. Salinitas yang tinggi berfungsi untuk mematikan parasit. Selama masa pengobatan, ikan dipuasakan (tidak diberi makan) agar air tidak tercemar oleh kotorannya. Cara lain adalah memberikan obat Blichicht sebanyak tujuh tetes ke dalam setiap aquarium atau kolam. 5.2.1.4 Penyortiran dan Pengemasan Sebelum dipasarkan, ikan perlu disortir terlebih dahulu. Ikan yang akan dipasarkan adalah yang sudah mencapai ukuran S, SM, M, ML, L, dan XL. Setelah penyortiran dilakukan perhitungan i kan secara manual. Ikan yang akan dihitung diletakkan di atas sebuah baskom berisi air diletakkan kain berpori -pori halus hingga kain sedikit tergenang. Perhitungan dilakukan secara manual dengan cara menyendoki dan menghitungnya satu per satu. Ikan-ikan tersebut kemudian dikemas dalam kantong plastik rangkap dua berukuran 60 cm x 40 cm untuk mencegah kebocoran dan diisi dengan air hanya sekitar 1/5 1/7 volumenya dan ditambahkan oksigen murni. Setiap tabung oksigen murni besar dapat digunakan untuk mengi si lima ratus kantong ikan. Sesuai standar yang berlaku, setiap kantong plastik berisi 500 ekor ikan ukuran S

61 atau 250 ekor ikan ukuran M sedangkan untuk ikan yang ukurannya lebih dari M hanya dikemas sebanyak 200 ekor dalam kantong. 5.2.1.5 Pengangkutan Pengangkutan dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda motor maupun mobil. Sebelum diangkut, kantong plastik tadi dimasukkan terlebih dahulu ke daalam karung plastik yang mampu memuat lima kantong ikan. Sebuah sepeda motor dapat menampung 20 kantong berisi 10.000 ekor ikan, sedangkan satu mobil dapat menampung hingga 100 kantong berisi 50.000 ekor ikan. Budi Fish Farm saat ini hanya melayani permintaan eksportir dari daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Bandung. 5.2.2 Aspek Manajemen Analisis manajemen meliputi bentuk usaha, wewenang dan tanggungjawab, serta kebutuhan upah tenaga kerja. Manajemen yang menangani operasionalisasi suatu usaha terdiri dari orang yang memiliki jabatan -jabatan tertentu dan terkoordinasi dalam suatu kumpulan tugas yang me rupakan bagian dari tugas-tugas pengelolaan usaha secara keseluruhan. Tugas pokok dalam suatu perusahaan mencakup tugas teknis, administrasi umum, dan hubungan dengan masyarakat. Kesemuanya akan membentuk struktur organisasi yang dijelaskan pada bahasan berikut. 5.2.2.1 Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan diagram yang menggambarkan jabatan - jabatan manajemen suatu organisasi serta hubungannya antara jabatan -jabatan tersebut. Setiap jabatan mengandung tugas, wewenang, dan batasan yang jelas.

62 Hubungan timbal balik dan pengaruh jabatan satu dengan yang lainnya juga harus dibatasi secara tegas dan jelas agar struktur organisasi yang disusun dapat berfungsi secara harmonis dan pencapaian tujuan organisasi dapat diwujudkan secara efektif dan efisien. Usaha perdagangan ikan hias yang tengah dikaji kelayakan investasinya ini memiliki skala usaha yang cukup besar, namun masih dapat ditangani dengan manajemen yang sederhana. Oleh karena itu, diperlukan struktur organisasi perusahaan yang efisien. Adapun gambar struktur organisasi Budi Fish Farm disajikan pada Gambar 5. MANAJER SEKRETARIS KOORDINATOR PELAKSANA BAGIAN PEMELIHARAAN BAGIAN PRODUKSI BAGIAN PEMASARAN Gambar 5. Struktur Organisasi Budi Fish Farm

63 Struktur organisasi yang digunakan Budi Fish Farm berbentuk garis dan sederhana. Jabatan manajer dipegang langsung oleh Ir.Budi Widiyanto, sebagai pemilik modal. Manajer bertugas menyusun perencanaan operasional perusahaan serta mengawasi, mengkoordinasi d an mengevaluasi kerja dilapangan. Sekretaris bertugas membantu manajer dalam bidang administrasi dan keuangan, menangani pembukuan dan pembuatan la poran keuangan. Koordinator pelaksana bertugas sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas seluruh kegiat an usaha seharíhari; bertanggungjawab kepada sekretaris dan juga membawahi bagian pemeliharaan, produksi dan pemasaran. Bagian pemeliharaan bertugas memelihara ikan (memberi makan ikan dan menjaga dari penyakit), menjaga seluruh peralatan usaha dan juga m erawatnya. Bagian produksi bertugas dalam hal penyortiran dan pengemasan serta penyediaa perlengkapan -perlengkapannya. Bagian pemasaran bertugas dalam hal pemasaran ikan hias dan pengiriman paket - paket pesanan yang dipesan oleh pelanggan sampai tujuan dala m kondisi baik. Pada waktu-waktu tertentu pemilik juga ikut bersama -sama dengan karyawan-karyawannya dalam bekerja, sehingga terjalin hubungan kekeluargaan tanpa menghilangkan tata krama dan kode etik bekerja. 5.2.2.2 Ketenagakerjaan Tenaga kerja pada Budi Fish Farm terdiri dari tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang dibayar bulanan dan memiliki keterkaitan yang kuat melalui suatu perjanjian kerja sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Kebutuhan tenaga kerja Budi Fish Farm sebanyak delapan orang yang terdiri dari satu orang sekretaris, satu orang koordinator pelaksana, dua orang karyawan bagian pemeliharaan, dua orang karyawan bagian produksi dan

64 dua orang bagian pemasaran. Kegiatan perusahaan yang dilakukan setiap har inya berkisar 6 8 jam per hari, dan jumlah hari kerja dalam seminggu adalah 5 hari kerja, namun jika ada permintaan yang banyak maka jam kerja dapat bertambah. Penetapan gaji karyawan minimal disesuaikan dengan upah minimum k abupaten (UMK) sebesar Rp 873.231, 00 yang berlaku di Kabupaten Bogor. Sistem pemberian gaji dilakukan setiap bulan sekali dan besarnya gaji berbeda untuk setiap tanggungjawab pekerjaan. Selanjutnya besaran gaji disesuaikan berdasarkan perkembangan perusahaan. Lebih jelasnya, perkiraa n rincian gaji karyawan Budi Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rincian Struktur dan Gaji Karyawan Budi Fish Farm Tahun 2007 No. Uraian Jumlah Orang Gaji/Bulan (Rp) Jumlah/Bulan (Rp) 1. Sekretaris 1 1.000.000 1.000.000 2. Koordinator pelaksana 1 1.000.000 1.000.000 3. Bagian pemeliharaan 2 900.000 1.800.000 4. Bagian produksi 2 900.000 1.800.000 5. Bagian pemasaran 2 900.000 1.800.000 Total 7.400.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 5.2.3 Aspek Sosial Budi Fish Farm sangat peduli dengan lingkungan sekitar, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadnya pencemaran lingkungan adalah dengan pembuatan saluran untuk pembuangan limbah dari sisa -sisa pakan ikan maupun

65 kotoran ikan setiap proses pembersiha n yang kemudian dialirkan ke saluran penyaringan sebelum akhirnya menuju sungai atau kali. Keberadaan Budi Fish Farm memberikan lapangan kerja bagi masyarakat dimana sebagian besar tenaga kerja berasal dari lingkungan sekitar, sehingga memberikan masukan p endapatan bagi masyarakat sekitar juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sejauh ini Budi Fish Farm selalu memperhatikan kesejahteraan karyawannya, sehingga terjalin rasa kekeluargaan yang tinggi antara pimpinan dengan bawahan. Salah satu cara ya ng dilakukan perusahaan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan karyawan adalah dengan menyediakan fasilitas saung jaga yang dapat dijadikan tempat tinggal (Mess) bagi karyawan yang rumahnya jauh dari lokasi usaha. Selain itu perusahaan juga menyediakan tunjangan hari raya sebesar satu bulan gaji untuk satu tahun. 5.2.4 Aspek Pasar Dalam analisis aspek pasar, penilaian kelayakan usaha dilakukan dengan melihat potensi pasar dan bauran pemasaran yang ditetapkan oleh perusahaan. 5.2.4.1 Potensi Pasar Potensi Indonesia sebagai negara pengekspor ikan hias air tawar masih sangat besar, hal ini ditunjukkan oleh perkembangan volume, nilai, harga rata - rata, serta jumlah negara tujuan ekspor ikan hias air tawar Indonesia paa da tahun 2003-2007. Untuk lebih jelasnya hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

66 Tabel 8. Volume, Harga Rata-rata, dan Jumlah Negara Tujuan Ekspor Ikan Hias Air Tawar Indonesia Tahun 2003-2007 Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Harga Rata-rata Jumlah Negara (US $/Kg) Tujuan 2003 144.842 89.593 0,62 16 2004 25.425 84.814 3,34 6 2005 277.211 617.004 2,23 42 2006 307.049 706.013 2,30 42 2007 383.543 698.848 1,82 43 Sumber: Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2007 Tabel 8 menunjukkan bahwa selama periode 2003-2007, ekspor ikan hias air tawar Indonesia mengalami keadaan yang tidak stabil baik dalam volume maupun nilainya. Bahkan pada tahun 2004, volume ekspornya mengalami penurunan drastis sebesar 82,45% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya harga jual pada tahun sebelumnya serta depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS akibat adanya krisis ekonomi yang menyebabkan petani tidak mampu membeli pakan utama ikan hias air tawar, Artemia Salina, yang harus diimpor dari negara -negara subtropis. Penurunan pasokan ini juga berdampak pada peningkatan harga jual rata -rata ikan hias air tawar pada tahun tersebut, namun sejak tahun 2005 hingga 2007, seiring dengan semakin membaiknya perekonom ian Indonesia, volume ikan hias terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10,18% per tahun. Selain itu, terlihat juga penurunan volume dan nilai ekspor antara tahun 2003-2004. Akan tetapi jumlah ini kembali meningkat pada tahun 2005 dan posisi stabil hingga tahun 2007, hal ini menunjukkan bahwa permintaan dunia akan ikan hias air tawar Indonesia terus mengalami peningkatan.

67 5.2.4.2 Pemasaran Kajian aspek pemasaran dianalisis dengan menggunakan bauran pemasaran. Ada empat komponen utama yang dibahas dalam bauran pemasaran, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. (a) Produk Dalam usaha ikan hias air tawar, terdapat beberapa faktor yang menentukan kualitas ikan hias yang dihasilkan, antaralain: ukuran, corak dan warna tubuh, serta kesehatan ikan. Setiap jenis ikan mempunyai standar ukuran baku yang berbeda-beda. Ikan hias dijual oleh Budi Fish Farm sangat beragam, mulai dari ukuran S, SM, M, L dan XL. Untuk ikan yang berukuran S corak warna belum terlihat jelas, sehingga dalam hal ini corak dan warna tubuh ikan tidak mempengaruhi harga jual ikan tersebut. Dalam perdagangan ikan hias ini, yang paling diutamakan oleh konsumen adalah kesehatan ikan dan kualitas dari ikan itu sendiri. (b) Harga Perbedaan jenis ikan dan spes ifikasi ukuran sangat menentukan harga jual ikan hias. Sebagai contoh, harga ikan hias Neon Tetra per ekor untuk ukuran 1 cm (S) Rp 100,00; ukuran 1,5 cm (SM) Rp 250,00; ukuran 1,8 cm (M) Rp 275,00. Strategi penetapan harga yang dilakukan oleh Budi Fish Farm adalah menjual dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan perusahaan pemasok lain dengan tingkat kualitas yang sama, serta menekankan pada omset (volume) penjualan yang besar.

68 Untuk saat ini Budi Fish Farm hanya memperdagangkan ikan hi as permintaan para eksportir, akan tetapi banyak juga pembeli perorangan yang membeli ikan di Farmnya. Jumlah yang dikirimkan kepada para eksportir langganannya adalah sebesar 75.000 ekor per minggu dengan harga yang bervariasi untuk setiap jenis dan ukuran ikannya (c) Distribusi Saluran pemasaran ikan hias untuk tujuan ekspor memiliki alurnya sendiri, seperti pada Gambar 5 berikut. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Budi Fish Farm bekerjasama dengan pihak petani dalam hal penyediaan ikan hias sebelum kemudian dikirmkan kepada para eksportir sesuai dengan pesanan masing-masing. Ikan hias yang dihasilka n dari budidaya petani langsung dipasarkan kepada pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul yang dalam proses ini adalah Budi Fish Farm akan melakukan proses penyeleksian ikan hias sebelum nantinya dipasarkan kepada eksportir. Petani Budi Fish Farm (Pengumpul dan Penyalur) Eksportir Gambar 6. Saluran Pemasaran Usaha Ikan Hias Budi Fish Farm Dalam melakukan kegiatan usahanya, Budi Fish Farm bertindak sebagai pedagang pengumpul atau pemasok. Budi Fish Farm mencari ikan hias yang dibutuhkan oleh para eksportir, dalam men jalankan usahanya ini Budi Fish Farm sudah memiliki jaringan yang luas baik itu kepada petani ikan hias maupun para eksportir sehingga memudahkan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

69 (d) Promosi Promosi yang dilakukan oleh Budi Fish Farm adalah secara langsung, yaitu dengan mendatangi sendiri para eksportir dengan membawa foto ikan hias yang dimiliki serta memberikan izin kepada eksportir untuk melihat langsung jenis dan kualitas ikan yang ada ke Farm. Biasanya para eksportir lebih tertarik untuk melihat sendiri ikan hias yang dimiliki pada awal peerdagangan berlangsung, setelah itu sampai dengan sekarang mereka hanya memberikan pesanan lewat media telepon. Dalam memenuhi permintaan ikan hias dari eksportir, Budi Fish Farm mencari ikan dari petani-petani ikan hias yang ada di sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), sedangkan eksportir yang menjadi langganannya berasal dari Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Bandung. Sampai dengan saat ini Budi Fish Farm hanya dapat memenuhi 80% dari total permintaan pasar, dengan alasan itulah Budi Fish Farm berkeinginan memperluas skala usahanya.

70 VI. ASPEK KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan perluasan usaha pemasok ikan hias air tawar perlu dilakukan untuk mengetahui apakah dengan pengembangan skala usaha pemasok ikan hias yang akan dilakukan oleh Budi Fish Farm layak dan menguntungkan secara finansial. Pengembangan usaha tersebut dapat lebih menguntungkan jika kapasitas produksi diperbesar, sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan yang sesuai. Jika jumlah ikan hias yang dijual semakin besar, sedangkan jumlah lahan dan fasilitas yang digunakan sama, maka keuntunngan yan g diperoleh akan besar dan begitu juga sebaliknya, mengingat usaha pemasok ikan hias air tawar adalah usaha ikan hias yang tidak membudiayakan sendiri melainkan memelihara selama kurang lebih 30 hari sebelum dikirim ke eksportir. Apabila jumlah ikan hias sedikit, sedangkan jumlah fasilitas dan lahan yang digunakan sama, maka keuntungan yang diperoleh akan kecil. Meningkatnya skala usaha akan menhemat biaya. Usaha pemasok ikan hias air tawar dapat memberikan keuntungan yang memadai apabila skala usaha diperbesar dengan menambah jumlah ikan hias. Pemanfaatan lahan pada Budi Fish Farm saat ini belum sepenuhnya digunakan, sehingga usaha perluasan pemasok ikan hias air tawar yang akan dilakukan membutuhkan investasi yang besar serta adanya investasi penambahan a kuarium beserta rak yang baru yang mampu menampung sekitar 300 ekor ikan hias. Alat untuk menganalisis aspek finansial adalah dengan menggunakan analisis biaya manfaat Budi Fish Farm selama sepuluh tahun. Unsur-unsur yang terdapat dalam perhitungan adalah penerimaan yang merupakan arus manfaat

71 (inflow), serta pengeluaran (outflow) berupa biaya investasi dan biaya operasional. Nilai penyusutan tidak dimasukkan ke dalam analisis biaya manfaat, karena pengeluaran untuk investasi termasuk ke dalam arus pengelu aran sehingga akan terjadi double-counting jika penyusutan investasi dimasukkan ke dalam analisa biaya manfaat. Nilai penyusutan tersebut dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi nilai sisa pada akhir usia ekonomis sama dengan nol. Nilai penyusutan dan nilai sisa dari kegiatan usaha pemasok ikan hias air tawar dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4. Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu usaha dari segi keuangan. Suatu usaha dapat dikatakan sehat dari segi keuangan apabila dapat memenuhi kewajiban finansial ke dalam dan keluar kas, serta dapat mendatangkan keuntungan yang laya k bagi perusahaan. Analisis finansial ini dilakukan dengan menggunakan empat kriteria penilaian investasi diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), serta Payback Period (PP). Sebelum perhitungan kriteria investasi tersebut, terlebih dahulu dilakukan identifikasi terhadap biaya-biaya dan manfaat-manfaat yang akan diterima oleh perusahaan. 6.1 Analisis Usaha Analisis usaha dilakukan untuk mengetahui gambaran keadaan usaha yang sedang dijalankan. Kegiatan usaha yang dijalankan bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang besar. Analisis usaha yang dilakukan dalam usaha pemasok ikan hias air tawar di Budi Fish Farm ini terdiri atas analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Ratio), serta tingkat pengembalian modal (Payback Periode).

72 6.2 Analisis Kelayakan Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar 6.2.1 Arus Manfaat Manfaat atau inflow merupakan penerimaan yang diperoleh dari suatu usaha. Usaha pemasok ikan hias memiliki arus penerimaan yang terdiri dari penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan ikan hias air tawar, serta penerimaan yang berasal dari nilai sisa pada akhir proyek. Nilai sisa adalah nilai barang modal yang tidak habis di pakai selama usaha berjalan dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Nilai sisa dan penyusutan usaha pemasok ikan hias air tawar dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan rincian penerimaan usaha pemasok ikan hias air tawar pada tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komponen Penerimaan Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm pada Tahun Pertama Penerimaan Harga/ekor (Rp) Jumlah Tahun Pertama Penjualan Ikan Hias 78 Jenis Ikan Hias 390,00 3.600.000 1.390.800.000,00 Nilai Sisa - - - Total Inflow 1.390.800.000,00 Penerimaan diperoleh dari penjualan sebanyak 75 jenis ikan hias dikalikan dengan harga jualnya. Tabel 9 menjelaskan bahwa pada tahun pertama, penerimaan diperoleh dari penjualan ikan hias sebanyak 3.600.000 ekor dikalika n harga jualnya, sehingga diperoleh hasil inflow sebesar Rp 1.390.800.000,00. Penerimaan yang diperoleh dalam usaha pemasok ikan hias air tawar di Budi Fish Farm berasal dari nilai penjualan ikan hias yang diperoleh setiap tahun selama umur proyek, penamba han investasi pada awal proyek, dan nilai sisa yang diperoleh pada akhir proyek. Nilai produksi ikan hias ditentukan oleh penjualan yang dihasilkan dan harga jual yang menjadi kesepakatan dengan pembeli. Dalam kegiatan operasional usahanya, Budi Fish Farm mampu melakukan penjualan

73 ikan hias rata-rata lima kali dalam seminggu, namun sistem pembayarannya tidak langsung dipenuhi. Hal ini sudah menjadi kesepakatan antara dua belah pihak dengan jangka waktu pembayarannya paling lambat tiga bulan setelah barang diterima. Transaksi seperti ini berjalan baik antara kedua belah pihak, sehingga dalam perhitungan penerimaan penjualannya diakumulasikan selama satu tahun untuk mempermudah perhitungan. Penerimaan yang diperoleh Budi Fish Farm berasal dari nilai penjualan ikan hias selama 10 tahun. Penjualan yang terjadi didasarkan atas pesanan dari pihak pembeli yang didominasi oleh para eksportir ikan hias. Penerimaan lain yang diperoleh dari fasilitas kredit Bank Negara Indonesia ditambah dengan penerimaan dari nilai sis a investasi sebesar Rp 45.282.495,00. Adapun penjelasan mengenai perkiraan pengembangan usaha Budi Fish Farm dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Proyeksi Produksi, Belanja dan Penerimaan Budi Fish Farm selama 10 tahun Tahun Produksi (Ekor) per Tahun Belanja Ikan Hias (Rp) per Tahun Penerimaan Penjualan (Rp) per Tahun 1 3.642.000 1.050.000.000 1.450.000.000 2 4.151.880 1.155.000.000 1.595.000.000 3 4.733.143 1.270.500.000 1.754.500.000 4 5.395.783 1.397.550.000 1.929.950.000 5 6.151.193 1.537.305.000 2.315.940.000 6 7.012.360 1.691.035.500 2.779.128.000 7 7.994.090 1.860.139.050 3.334.953.600 8 7.994.090 1.860.139.050 3.334.953.600 9 7.994.090 1.860.139.050 3.334.953.600 10 7.994.090 1.860.139.050 3.334.953.600 Sumber: Data Primer Diolah, 2008

74 Data pada Tabel 10 merupakan hasil perhitungan penerimaan penjualan yang telah diakumulasi selama satu tahun periode penjualan. Target perusahaan melalui usaha ini akan dihasilkan pertumbuhan penerimaan penjualan sebesar 10% per tahun mulai dari tahun ke -1 sampai dengan tahun ke-4, sedangkan pada tahun ke-5 sampai tahun ke-7 terjadi peningkatan sebesar 20% per tahun dan pada tahun ke-8 sampai tahun ke-10 perusahaan sudah mencapai tingkat maksimal produksi dengan nilai penerimaannya sebesar Rp 3.334.953.600,00. Penerimaan total pada tahun kedua lebih besar dari tahun pertama, hal ini disebabkan karena adanya penambahan penerimaan produksi dari pembelian ikan hias. Penerimaan ini dapat dilihat pada cashflow kelayakan perluasan usaha pemasok ikan hias air tawar di Lampiran 8. 6.2.2 Arus Biaya (Outflow) Arus biaya atau outflow adalah arus biaya-biaya yang terjadi dalam analisis kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar. Arus biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. 6.2.2.1 Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada permulaan usaha pemasok ikan hias air tawar. Biaya investasi tidak hanya dikeluarkan pada awal usaha namun terjadi reinvestasi pada saat umur ekonomisnya sudah habis. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Budi Fish Farm diasumsikan terjadi pada tahun ke-1 bersamaan dengan berjalannya kegiatan usaha. Biaya investasi ini meliputi biaya pembelian lahan; biaya pembangunan sarana fisik (seperti kantor, rak-rak penyimpanan akuarium, bak penampungan air, pagar, dan mess karyawan); biaya instalasi (air, aerasi, freezer, dan sta bilizer); serta pembelian

75 kendaraan. Biaya investasi yang paling besar adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian lahan, yakni sebesar Rp 1 00.000.000,00. Adapun rincian mengenai biaya investasi ini dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Investasi peralatan terdiri dari peralatan kantor, peralatan pemeliharaan dan peralatan untuk pengemasan. Peralatan kantor diperkirakan memliki umur teknis paling lama 5 tahun sehingga pada akhir usaha tidak memiliki nilai sisa, sedangkan untuk peralatan p emeliharaan dan peralatan pengemasan sebagian besar diperkirakan memiliki umur teknis 10 tahun sehingga terpakai habis dalam usaha. Begitu juga halnya dengan investasi untuk instalasi pengairan, aerasi, dan pengadaaan akuarium, diperkirakan memiliki umur t eknis 10 tahun sehingga terpakai habis dalam usaha. Investasi kendaraan yang dimiliki perusahaan adalah 1 unit mobil minibus senilai Rp 35.000.000,00 dan 1 unit motor seharga Rp 12.000.000,00, umur teknisnya diperkirakan mencapai 10 tahun sehingga tidak terdapat nilai sisa. Biaya investasi yang dikeluarkan untuk pembelian ikan dan peralatan nilainya lebih kecil dibandingkan nilai investasi untuk bangunan. Diasumsikan harga yang digunakan dalam biaya investasi usaha pemasok ikan hias air tawar ini berdasarkan harga pada tahun 2008. Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa yang mempunyai investasi terbesar adalah lahan yaitu sebesar Rp100.000.000,00 kemudian diikuti dengan ruang akuarium dan kolam sebesar Rp 80.000.000,00. Komponen investasi tersebut merupakan sarana pokok yang sangat diperlukan dalam usaha pemasok ikan hias air tawar.

76 Tabel 11. Persentase Komponen Investasi yang digunakan dalam Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2007 No. Komponen Investasi Nilai Investasi (Rp) Persentase (%) 1. Lahan 100.000.000,00 27,24 2. Saung Jaga 10.000.000 2,72 3. Bangunan Kantor 50.000.000 13,62 4. Ruang Akuarium dan 80.000.000 21,79 Kolam 5. Instalasi Air 20.000.000 5,44 6. Akuarium dan Rak 32.000.000 8,71 7. Fax dan Telepon 1.800.000 0,40 8. Tabung Oksigen 850.000 0,23 9. Freezer 18.000.000 4,90 10. Blower 3.500.000 0,79 11. Selang Aerasi 400.000 0,09 12. Paralon 2.400.000 0,65 13. Perlengkapan Kantor 2.000.000 0,54 14. Serok Besar 20.000 9,53 15. Serok Kecil 7.500 3,26 16. Ember 25.000 0,0054 17. Gayung 7.500 0,0017 18. Mobil Minibus 35.000.000 0,0056 19. Motor 12.000.000 0,0017 Total Biaya Investasi 314.000.000 100 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 6.2.2.2 Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya keseluruhan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dari usaha pemasok ikan hias air tawar. Biaya operasional terbagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terkait langs ung dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap ini dikeluarkan walaupun faktor produksi tidak digunakan. Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung dari jumlah produksi ikan hias yang dihasilkan. Besarnya biaya variabel dihitung sesuai dengan penggunaan masing-masing usaha. Adapun rincian biaya operasional adalah sebagai berikut:

77 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan secara rutin setiap tahunnya oleh preusan yang besarnya tidak t erkait langsung dengan jumlah produksi atau penjualan perusahaan. Apabila volume produksi atau penjualan mengalami suatu perubahan, tidak akan mempengaruhi jumlah biaya tetap ini. Komponen biaya tetap dalam penelitian ini terdiri dari biaya abodemen listri k dan telepon, biaya pemeliharaan, gaji karyawan, uang makan, tunjangan hari raya (THR), dan biaya pulsa handphone serta biaya penyusutan peralatan. Komponen biaya tetap terbesar adalah biaya untuk membayar gaji karyawan, yaitu sebesar Rp 76.800.000,00. Rincian biaya tetap perusahaan dapat dilihat pada Tabel 1 2 berikut. Tabel 12. Rincian Biaya Tetap Budi Fish Farm Tahun 2007 No. Keterangan Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Penyusutan 1.393.520,83 16.710.250 2. Abodemen Telepon 28.700 344.400 3. Abodemen Listrik 49.000 588.000 4. Pajak Bumi dan Bangunan 29.303 351.636 5. Alat Tulis Kantor 83.333,33 1.000.000 6. Gaji Karyawan 6.400.000 76.800.000 7. Tunjangan Hari Raya (THR) - 13.000.000 8. Pemeliharaan 87.500 1.050.000 9. Uang Makan 1.500.000 18.000.000 TOTAL 127.844.286 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 2. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung lepada jumlah output yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga komposisi dan volumenya dapat berubah-ubah sesuai dengan output yang akan dihasilkan dalam proses usaha

78 tersebut. Dalam penelitian ini yang term asuk kedalam biaya variabel adalah biaya belanja ikan, kantong plastik, karet gelang, oksigen, cacing, spon, obat -obatan, transportasi, pemakaian listrik dan telepon, serta tunjangan kesehatan. Secara garis besar rincian biaya variabel dapat dilihat pada T abel 13. Tabel 13. Rincian Biaya Variabel Budi Fish Farm Tahun 2007 No. Keterangan Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Belanja Ikan Hias 83.560.000 1.002.720.000 2. Pakan 1.800.000 21.600.000 3. Obat-obatan 41.666,66 500.000 4. Oksigen 50.000 600.000 5. Bahan Pengemasan 601.666,66 7.220.000 8. Transportasi (BBM) 1.950.000 23.400.000 10 Pemakaian Listrik 500.000 6.000.000 11. Pemakaian Telepon 1.200.000 14.400.000 TOTAL 1.076.440.000 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa komponen terbesar dari biaya variabel tersebut adalah untuk pembelian ikan yaitu sebesar Rp 1.002.720.000,00 per tahun, hal ini dapat dikatakan wajar karena inti dari kegiatan perusahaan ini adalah membeli ikan hias dari petani yang kemudia n dijual kembali kepada konsumen maupun eksportir. Perusahaan berusaha untuk menyalurkan suatu produk yang dalam hal ini adalah ikan hias ke tingkat konsumen yang lebih tinggi dan untuk lebih meluaskan lingkup pasarnya. Selain itu, biaya untuk transportasi juga cukup tinggi yaitu sebesar Rp 23.400.000,00 per tahun.

79 6.2.3 Analisis Pendapatan Usaha Pendapatan usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Penerimaan total ditentukan oleh nilai penjualan dari komoditas yang diproduksi, sedangkan biaya total ditentukan dari biaya produksi yang dilkeluarkan. Berdasarkan analisis usaha selama satu tahun pada usaha pemasok ikan hias air tawar diperoleh penerimaan total sebesar Rp1. 390.800.000,00; biaya total sebesar Rp 1.204.284.286,00; sehingga diperoleh keuntungan setelah dikurangi pajak sebesar Rp 130.561.000,00. Perincian analisis usaha selama satu tahun dapat dilihat pada Lampiran 5. 6.2.3.1 Analisis R/C Ratio Analisis R/C ratio dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara penerimaan dengan biaya serta untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode waktu tertentu cukup menguntungkan. Nilai R/C yang diperoleh dari analisis usaha pemasok ikan hias air tawar adalah 1,15; hal ini menunjukkan bahwa dari setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha pemasok ini, akan dihasilkan penerimaan sebesar Rp 1,15. Adapun total penerimaan, biaya total, keuntungan dan nilai R/C yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1 4.

80 Tabel 14. Penerimaan Total, Biaya Total, Keuntungan, dan Nilai R/C Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar di Budi Fish Farm, 2008 No. Keterangan Nilai (Rp) 1. Penerimaan Total (TR) 1.390.800.000 2. Biaya Total (TC) 1.204.284.286 3. Keuntungan Bersih 130.561.000 4. R/C Ratio 1,15 Sumber: Data Primer Diolah, 2008 6.3 Kelayakan Finansial Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Dalam melakukan analisis kelayakan usaha, pada penelitian ini perlu dilakukan perhitungan cashflow. Analisis usaha dilakukan untuk mendapatkan nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Returns (IRR). Nilai-nilai ini diperoleh dengan membandingkan manfaat dan biaya. Dari perbandingan tersebut akan didapatkan n ilai manfaat bersih setelah dikurangi pajak ( Net Benefit After Tax) yang kemudian dikalikan dengan tingkat diskonto selama umur proyek. Besarnya pajak ditentukan berdasarkan laba bersih yang dihasilkan oleh perusahaan yang dilihat dari taksiran rugi laba perusahaan setiap tahun. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.10 tahun 2003, wajib pajak badan dalam negeri atau badan usaha tetap adalah: 1. Penghasilan sampai dengan 50 juta dikenakan pajak 10 persen. 2. Penghasilan 50 juta sampai 100 juta dik enakan pajak 15 persen. 3. Penghasilan diatas 100 juta dikenakan pajak 30 persen.

81 6.3.1 Nilai Sisa (Salvage Value) Nilai sisa merupakan biaya investasi yang tidak habis terpakai selama periode pelaksanaan usaha, sehingga tersisa pada akhir tahun usaha. Nilai sisa ini diperhitungkan sebagai manfaat usaha selama 10 tahun untuk usaha selanjutnya. Jika nilai sisa tidak diperhitungkan, maka akan terjadi perhitungan biaya investasi yang terlalu tinggi untuk melanjutkan usaha. Dalam usaha perdagangan ikan hias yang dijalankan oleh Budi Fish Farm, komponen biaya investasi yang tidak habis terpakai adalah bangunan, telepon, dan fax. Nilai sisa pada akhir tahun ke -10 adalah sebesar Rp 70.642.857,00. 6.3.2Analisis Payback Period Payback Period analisis bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan (dalam tahun) un tuk menutupi investasi. Payback Period dari usaha pemasok ikan hias air tawar ini adalah 2,81 tahun, yang artinya perusahaan dapat mengembalikan modal dalam jangka waktu 2 tahun 8 bulan. Nilai tersebut diperoleh dari hasil perbandingan total investasi dengan keuntungan bersih dikalikan satu tahun. Perincian total investasi, keuntungan bersih, dan nilai Payback Period dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 15. Total Investasi, Keuntungan Bersih, dan Nilai Payback Period Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar di Budi Fish Farm, 2008 No. Keterangan Nilai (Rp) 1. Investasi 368.000.000 2. Keuntungan Bersih 130.561.000 3. Payback Period 2,81 Sumber: Data Primer Diolah, 2008

82 6.3.3 Proyeksi Cash Flow Cash Flow merupakan arus manfaat tambahan yang diperoleh selama proyek atau usaha berjalan dengan mengurangi biaya -biaya tambahan ke dalam total penerimaan tambahan pada setiap tahun proyek. Tambahan ini berupa perbedaan antara kegiatan pada s aat ada proyek dengan kegiatan pada saat tanpa proyek dan dinyatakan dalam satuan. Perhitungan Cash Flow perlu dilakukan dalam analisis usaha dari aspek finansial dalam rangka mengkaji ulang terhadap investasi yang ditanamkan. Pada perhitungan Cash Flow digunakan beberapa asumsi untuk membatasi permasalahan yang ada. Adapun proyeksi cashflow usaha pemasok ikan hias dapat dilihat pada Lampiran 8. 6.3.4 Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi usaha pemasok ikan hias air tawar dapat dilihat ari tiga criteria yang terdiri dari NPV, Net B/C, dan IRR. Ketiga kriteria tersebut digunakan untuk mengetahui usaha pemasok ikan hias air tawar di Budi Fish Farm layak untuk dijalankan dan dikembangkan atau tidak setelah ada penambahan investasi. Nilai NPV diperoleh dari hasil kumulatif manfaat bersih setelah didiskonto selama umur proyek. Nilai Net B/C Ratio diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah manfaat bersih setelah didiskonto yang bernilai positif dengan jumlah manfaat bersih setelah didiskonto y ang bernilai negatif. Nilai IRR diperoleh dari NPV positif dan akhirnya negatif yang kemudian diinterpolasikan. Secara lengkap hasil perhitungan ini disajikan pada Tabel 1 6 berikut.

83 Tabel 16. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi FishFarm, Tahun 2008 No. Keterangan Hasil Perhitungan 1. Net Present Value (NPV) 483.160.979 2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 2,70 3. Internal Rate of Return (IRR) 66% Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Hasil analisis kriteria investasi pada Tabel 1 6 diatas, di peroles nilai NPV sebesar 483.160.979; hal ini menunjukkan bahwa jumlah net benefit yang akan diperoleh selama umur proyek 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai saat ini adalah Rp 483.160.979,00. Berdasarkan kriteria investasi maka investasi usaha ini layak untuk dijalankan karena nilai NPV menunjukkan lebih besar dari pada nol (positif). Nilai Net B/C ratio sebesar 2,70 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 investasi bersih yang dikeluarkan, pada tahu n ke-10 akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 2,70. Berdasarkan kriteria investasi, dengan nilai Net B/C ratio yang lebih besar dari satu, maka proyek ini layak untuk diusahakan. Nilai IRR diperoleh sebesar 66%, hal ini menunjukkan bahwa usa ha ini layak dan mampu mengembalikan modal dalam tingkat bunga sebesar 66% per tahun. Jika bunga pinjaman bank yang berlaku kurang dari nilai tersebut maka usaha ini layak untuk dijalankan, Namun sebaliknya jika suku bunga pinjaman bank yang berlaku lebih dari 66% per tahun, maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan. 6.3.5 Analisis Rugi Laba Analisis rugi laba digunakan preusan untuk mengetahui perkembangan usa dalam periode tertentu. Komponen rugi laba terdiri dari pendapatan penjualan,

84 biaya tetap, biaya penyusutan, biaya variable, serta biaya pembayaran pajak. Laba diperoleh secara stabil pada tahun ke empat, dimana pada tahun pertama dan kedua produksi preusan mengalami kerugian. Hal ini disebabkan oleh penerimaan yang diterima perusahaan dalam satu tahun lebih kecil daripada biaya variabel yang dikeluarkan. Penjelasan mengenai laporan rugi laba preusan dapat dilihat pada Lampiran 9. 6.3.3.6 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan switching value terhadap perubahan biaya produksi variabel. Hasil kelayakan finansial menunjukkan bahwa usaha pemasok ikan hias Budi Fish Farm layak untuk dilaksanakan berdasarkan kriteria investasi. Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat seja uh mana kepekaan usaha pemasok ikan hias jika terjadi perubahan-perubahan dalam arus manfaat dan biaya. Perubahan yang diamati adalah bagaimana nilai NPV, Net B/C Ratio, dan IRR, jika terjadi perubahan harga yang tidak bisa dikendalikan oleh peusahaan. Analisis sensitivitas ini dilakukan atas dasar perhitungan cashflow dengan asumsi dasar. Untuk itu dalam perubahan analisis sensitivitas ini dibuat dua skenario yang terjadi dalam operasional perusahaan. Skenario-skenario tersebut adalah: 1. Terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 10% per tahun. 2. Terjadi peningkatan harga cacing untuk pakan ikan hias dari Rp 5000 per taker menjadi Rp 6000 per taker.

85 Tabel 17. Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas Usaha Pemasok ( Supplier) Ikan Hias Pada Budi Fish Farm Tahun 2008 Kriteria Dasar Harga Bahan Bakar Harga Cacing Investasi Alat Transportasi (Pakan) naik menjadi naik 10% per tahun Rp 6000 NPV Rp 483.160.979,00 Rp 358.734.840,00 Rp 453.361.955,00 Net B/C 2,70 1,77 2,35 IRR 66% 54% 61% Sumber: Data Primer Diolah, 2008 Berdasarkan Tabel 16, skenario pertama; terjadi keanaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 10% per tahun. Hal ini didasarkan pada tingkat rata - rata inflasi selama 2008, yaitu sebesar 10%. Dengan kondisi infl asi seperti ini, usaha yang dijalankan Budi Fish Farm masih memperlihatkan kelayakan finansialnya. Nilai NPV positif sebesar Rp 358.734.840,00; Net B/C ratio sebesar 1,77 masih lebih besar dari 1; dan IRR sebesar 54% juga masih lebih besar daripada tingkat suku bunga yang berlaku. Skenario kedua; terjadi kenaikan harga pakan cacing sutera manjdi Rp 6000 per taker. Kenaikan ini didasarkan pada harga cacing tertinggi yang terjadi di pasar. NPV yang dihasilkan tetap positif yaitu sebesar Rp 453.361.955,00 dengan Net B/C ratio sebesar 2,35 berarti masih lebih besar dari satu dan IRR sebesar 61%, maka pada skenario kedua ini pun usaha pemasok ikan hias yang dijalankan oleh Budi Fish Farm masih layak untuk dijalankan.

86 VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat dilihat dari hasil penelitian kelayakan usaha pemasok ikan hias air tawar ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis dari segi aspek non finansial: a. Aspek teknis menitikberatkan pada penilaian atas kelayakan proyek dan teknologi. Budi Fish Farm dalam melakukan pengembangan usaha pemasok ikan hias telah mempertimbangkan lokasi usaha secara tepat, dimana lokasi tersebut dekat dengan daerah konsumen yang dalam hal ini adalah eksportir, yaitu Jadebotabek serta dilakukan pada daerah yang mempunyai fasilitas transportasi yang baik untuk memudahkan pengiriman produk. Disamping itu, lokasi dekat dengan petani ikan hias. Sejauh ini tidak ada kesulitan dalam hal pengadaan ikan hias dari petani maupun dalam proses produksinya. b. Aspek sosial usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm memberikan dampak positif bagi masyarakat yang berada disekitar lokasi usaha. Dengan adanya usaha perluasan, membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar. Sejauh ini sebagian besar karyawan direkrut dari masyarakat sekitar, sehingga dapat memberikan maasukan pendapatan untuk meningkatkan kesejateraan hidup. Dalam hal insentif, perusahaan menyediakan fasilitas saung jaga yang dapat dijadikan tempat tinggal bagi karyawan yang berminat, serta tunjangan hari raya yang diberikan sebesar satu bulan gaji dalam satu tahun.

87 c. Aspek manajemen, perencanaan tenaga kerja maupun struktur organisasinya masih bersifat sederhana karena usahanya tergolong baru, namun dengan struktur organisasi yang sederhana ini Budi Fish Farm masih mampu menjalankan manajemen usahanya dengan baik. Hubungan yang terjalin antara pimpinan dengan karyawan sangat akrab, sehingga tercipta suasana kekeluargaan dalam setiap aktivitas kegiatan usaha. d. Aspek pasar, beberapa elemen penting dari aspek pasar adalah adanya permintaan dan penawaran. Permintaan akan ikan hias air tawar pada Budi Fish Farm setiap tahunnya mengalam peningkatan. Hal ini dapat dari jumlah pesanan yang terkirim dengan pesanan yang diminta oleh konsumen. Dalam strategi pemasaran, Budi Fish Farm memilih lokasi yang dekat dengan pasar yaitu Jadebotabek. Hal ini ditujukan agar memudahkan dalam pro ses pemasaran produk. Promosi yang dilakukan selama ini adalah dengan bergabung pada kelompok tani wilayah setempat dan sering mengikuti pameran -pameran ikan hias, serta dengan adanya informasi dari mulut ke mulut. A danya permintaan yang kontinu dari pihak konsumen menunjukkan usaha ini masih memiliki peluang pasar yang baik. 2. Hasil perhitungan analisis finansial dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi, dapat disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan kriteria penilaian investa si. Hal ini dilihat dari hasil perhitungan NPV>0, Net B/C Ratio>1 dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp

88 483.160.979,00 berarti bahwa investasi yang ditanam pada 10 tahun yang akan datang dapat memberi kan keuntungan bersih sebesar Rp 483.160.979,00; Net B/C Ratio sebesar 2,70 artinya setiap Rp 1,00 investasi bersih yang dikeluarkan pada tahun ke -10 akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 2,70,00; dengan IRR sebesar 66% menunjukkan bahwa usaha ini l ayak dan mampu mengembalikan modal dalam tingkat bunga sebesar 66% per tahun. 3. Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya produksi variabel; bahan bakar minyak (BBM) dan cacing (pakan) menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk d ilanjutkan. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 10% per tahun menghasilkan NPV sebesar Rp 358.734.840,00; Net B/C Ratio sebesar 1,77 dan IRR sebesar 54%. Kenaikan harga cacing (pakan) menjadi Rp 6000,00 per taker, menghasilkan NPV sebesar Rp 453.361.955,00; Net B/C ratio sebesar 2,35 dan IRR sebesar 61%. Pada variabel analisis sensitivitas yang diajukan diatas, adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) lebih peka terhadap jalannya usaha pemasok ikan hias air tawar yang dijalankan oleh Budi Fish Farm dibandingkan dengan kenaikan yang terjadi pada harga cacing (pakan).

89 7.2 Saran Adapun saran yang dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi kelangsungan usaha pemasok ikan hias air tawar Budi Fish Farm antara lain: 1. Budi Fish Farm hendaknya mulai mencari alternatif lain untuk mengantisipasi adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) mengingat kondisi perekonomian Indonesia belum stabil. 2. Perusahaan juga sebaiknya mencari alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pakan ikan hias selain cacing sutera, mengingat cacing sutera sudah sulit ditemukan. 3. Melakukan upaya pencarian jenis -jenis ikan hias baru yang memiliki potensi tinggi namun belum banyak diketahui oleh perusahaan ikan hias lain atau konsumen, sehingga akan diminati oleh pasar. 4. Membuat situs internet dan melakukan update secara rutin agar alternatif pemasaran global dapat dioptimalkan untuk memperluas pasar.

DAFTAR PUSTAKA Alijera, M.I. 2002. Analisis Kelayakan Agribisnis Ikan Hias Air Tawar di Kelurahan Bojongsari Baru Kecamatan Sawangan, Kota Depok. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Anggraini, F.W. 2004. Alokasi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Ikan Guppy di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Astuti, P. S. 2008. Optimalisasi Produksi Usa ha Pembesaran Ikan Hias Air Tawar pada Heru Fish Farm, Desa Kota Batu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Dahuri, R. 2000. Prospek Bisnis Perikanan dan Kelautan Indonesia. Agrimedia: 6 (1): 26-29. Dinas Peternakan dan Perikanan. 2007. Laporan Tahunan. Pemerintah Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan. 2007. Data Potensi Perikanan Dinas Petrenakan dan Perikanan. Pemerintah Kabupaten Bogor. Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Gitinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Husnan, S dan Muhammad, S. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Ismael, S. 2003. Evaluasi Kelayakan Finansial Usaha Ekspor Ikan Hias PT Arlequín Aquatics Jakarta. [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Kadariah et, al. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi dua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol. Jilid 2: Prehalindo. Jakarta. Lesmana, D.S dan Dermawan, I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Popular. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P dan Heru, S. 2003. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian: Ghalia Indone sia. Jakarta. Riyanto, B. 1989. Dasar-dasar Pembelanjaan Preusan. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta. Rohaeni, A. 2006. Kelayakan Investasi Pengembangan Usaha Pembesaran Lele Dumbo di Agro Niaga Insani Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fa kultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sitanggung, M dan Sarwono, B. 2002. Budidaya Gurami. Edisi Revisi. Cetakan ke-20. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudarsono. 1995. Pengantar Ekonomi Mikro. PT Pustaka LP3ES. Jakarta. Suhendra. 2004. Analisis Ekonomi Pemanfaatan Situ Malang Tengah untuk Usaha Budidaya Ikan Maskoki dengan Sistem Jaring Tancap (Hapa) di Desa Parigi mekar, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian B ogor. Umar, H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wahyuni, E. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Terong Belanda Kasus di Kabupaten Karo Sumatera Utara. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wijayanto, E. 2005. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras Kasus MN Fish Farm Kabupaten Subang. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. www.dkp.go.id/kebijakan ikan hias/2008. Diakses Tanggal 20 Agustus 2008. Raiser Ikan Hias Cibinong Momentum Kebangkitan Bisnis Ikan Hias Indonesia. www.deperindag.go.id/ekspor ikan hias indonesia/2008. Diakses Tanggal 20 Agustus 2008. Nilai Ekspor Ikan Hias Berdasarkan Negara Tujuan. www.deperindag.go.id/pengembangan ekspor nasional/2008. Diakses Tanggal 20 Agustus 2008. Profil Produk Ikan Hias Air Tawar dan Laut.

LAMPIRAN

93 No. Lampiran 1. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan) Komponen Investasi Jumlah Umur Teknis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Nilai Total Investasi (Rp) 1. Lahan 900 m 2-111.111,11 100.000.000 2. Saung Jaga 1 unit - 10.000.000 10.000.000 3. Bangunan Kantor 1 unit - 50.000.000 50.000.000 4. Ruang Akuarium 1 unit 10 50.000.000 50.000.000 dan Kolam 5. Instalasi Air 1 unit 10 20.000.000 20.000.000 6. Akuarium dan 400 unit 10 80.000 32.000.000 Rak 7. Fax dan Telepon 1 unit 10 1.800.000 1.800.000 8. Tabung Oksigen 1 unit 10 850.000 850.000 9. Freezer 1 unit 10 14.000.000 14.000.000 10. Blower 400 titik 10 8.750 3.500.000 11. Selang Aerasi 4 roll 5 100.000 400.000 12. Paralon 200 m 5 12.000 2.400.000 13. Perlengkapan 1 unit 10 2.000.000 2.000.000 Kantor 14. Serok Besar 4 unit 5 5.000 20.000 15. Serok Kecil 2 unit 5 3.750 7.500 16. Ember 5 unit 5 5.000 25.000 17. Gayung 3 unit 5 3.750 7.500 18. Mobil Minibus 1 unit - 35.000.000 35.000.000 19. Motor 1 unit - 12.000.000 12.000.000 TOTAL 314.000.000

94 No. Lampiran 2. Rincian Biaya Investasi Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Dengan Penambahan) Komponen Investasi Jumlah Umur Teknis (Tahun) Harga Satuan (Rp) Nilai Total Investasi (Rp) 1. Lahan 900 m 2-111.111,11 100.000.000 2. Saung Jaga 1 unit - 10.000.000 10.000.000 3. Bangunan Kantor 1 unit - 50.000.000 50.000.000 4. Ruang Akuarium 1 unit 10 80.000.000 80.000.000 dan Kolam 5. Instalasi Air 1 unit 10 20.000.000 20.000.000 6. Akuarium dan 400 unit 10 80.000 32.000.000 Rak 7. Fax dan Telepon 1 unit 10 1.800.000 1.800.000 8. Tabung Oksigen 1 unit 10 850.000 850.000 9. Freezer 1 unit 10 18.000.000 18.000.000 10. Blower 400 titik 10 8.750 3.500.000 11. Selang Aerasi 4 roll 5 100.000 400.000 12. Paralon 200 m 5 12.000 2.400.000 13. Perlengkapan 1 unit 10 2.000.000 2.000.000 Kantor 14. Serok Besar 4 unit 5 5.000 20.000 15. Serok Kecil 2 unit 5 3.750 7.500 16. Ember 5 unit 5 5.000 25.000 17. Gayung 3 unit 5 3.750 7.500 18. Mobil Minibus 1 unit - 35.000.000 35.000.000 19. Motor 1 unit - 12.000.000 12.000.000 TOTAL 368.000.000

95 Lampiran 3. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Tanpa Penambahan Investasi) No. Komponen Investasi Niai Umur Nilai Sisa Penyusutan Investasi (Rp) Teknis (Tahun) (Rp) (Rp) 1. Lahan 100.000.000-15.000.000-2. Saung Jaga 10.000.000 - - - 3. Bangunan Kantor 115.000.000-57.500.000-4. Ruang Akuarium dan 50.000.000 10 12.000.000 6.800.000 Kolam 5. Instalasi Air 20.000.000 10 3.000.000 1.700.000 6. Akuarium dan Rak 32.000.000 10 4.800.000 2.720.000 7. Fax dan Telepon 1.800.000 10 270.000 153.000 8. Tabung Oksigen 850.000 10 127.500 72.250 9. Freezer 14.000.000 10 2.700.000 1.530.000 10. Blower 3.500.000 10 525.000 2.975.000 11. Selang Aerasi 400.000 5 60.000 68.000 12. Paralon 2.400.000 5-480.000 13. Perlengkapan Kantor 2.000.000 10-200.000 14. Serok Besar 20.000 5-4.000 15. Serok Kecil 7.500 5-1.500 16. Ember 25.000 5-5.000 17. Gayung 7.500 5-1.500 18. Mobil Minibus 35.000.000 - - - 19. Motor 12.000.000 - - - TOTAL 314.000.000 58.142.857 18.046.286

96 Lampiran 4. Daftar Komponen Investasi, Nilai Investasi, Umur Teknis, Nilai Sisa, dan Penyuustan Pada Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 (Dengan Penambahan Investasi) No. Komponen Investasi Niai Umur Nilai Sisa Penyusutan Investasi (Rp) Teknis (Tahun) (Rp) (Rp) 1. Lahan 33.333.300-4.999.995-2. Saung Jaga 10.000.000 - - - 3. Bangunan Kantor 140.000.000 - - - 4. Ruang Akuarium dan 12.000.000 10 1.800.000 1.020.000 Kolam 5. Instalasi Air 20.000.000 10 3.000.000 1.700.000 6. Akuarium dan Rak 32.000.000 10 4.800.000 2.720.000 7. Fax dan Telepon 1.800.000 10 270.000 153.000 8. Tabung Oksigen 850.000 10 127.500 72.250 9. Freezer 18.000.000 10 2.700.000 1.530.000 10. Blower 3.500.000 10 525.000 2.975.000 11. Selang Aerasi 400.000 5 60.000 68.000 12. Paralon 2.400.000 5-480.000 13. Perlengkapan Kantor 2.000.000 10-200.000 14. Serok Besar 20.000 5-4.000 15. Serok Kecil 7.500 5-1.500 16. Ember 25.000 5-5.000 17. Gayung 7.500 5-1.500 18. Mobil Minibus 35.000.000 - - - 19. Motor 12.000.000 - - - TOTAL 368.000.000 70.642.857 19.564.286

97 Lampiran 5. Analisis Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 Keterangan Nilai (Rp) I. Biaya Investasi 1. Lahan 100.000.000 2. Saung Jaga 10.000.000 3. Bangunan Kantor 50.000.000 4. Ruang Akuarium dan Kolam 80.000.000 5. Instalasi Air 20.000.000 6. Akuarium dan Rak 32.000.000 7. Fax dan Telepon 1.800.000 8. Tabung Oksigen 850.000 9. Freezer 18.000.000 10. Blower 3.500.000 11. Selang Aerasi 400.000 12.Paralon 2.400.000 13. Perlengkapan Kantor 2.000.000 14. Serok Besar 20.000 15. Serok Kecil 7.500 16. Ember 25.000 17. Gayung 7.500 18. Mobil Minibus 35.000.000 19. Motor 12.000.000 Total Biaya Investasi 368.000.000 II. Biaya Tetap 1. Penyusutan 16.710.250 2. Abodemen Telepon 344.400 3. Abodemen Listrik 588.000 4. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 351.636 5. Alat Tulis Kantor 1.000.000 6. Gaji Karyawan 76.800.000 7. Tunjangan Hari Raya (THR) 13.000.000 8. Pemeliharaan 1.050.000 9. Uang Makan 18.000.000 Total Biaya Tetap 127.844.286 III. Biaya Variabel 1. Belanja Ikan Hias 1.002.720.000 2. Pakan 21.600.000 3. Obat-obatan 500.000 4. Bahan Pengemasan 7.220.000 5. Listrik 6.000.000 6. Telepon 14.400.000 7. Bahan Bakar Minyak (BBM) 23.400.000 8. Oksigen 600.000 Total Biaya Variabel 1.076.440.000

98 Lanjutan Lampiran 5. Analisis Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Tahun 2008 Keterangan Nilai (Rp) Total Biaya Operasional (TC) 1.204.284.286 IV. Analisis usaha 1. Total Penerimaan (TR) 1.390.800.000 2. Keuntungan (TR TC) 186.515.714 3. Pajak Penghasilan 30% 55.954.714 4. Keuntungan Bersih Setelah Pajak 130.561.000 5. R/C (TR / TC) 1,15 6. Payback Periode 2,81

99 Lampiran 6. Daftar Jenis, Jumlah, Harga Beli dan Nilai Beli Ikan Hias Budi Fish Farm No. Jenis Ikan Jumlah (ekor)/bulan Harga Beli (Rp) Nilai Beli (Rp) 1. Coral Platy 10000 125 1.250.000 2. Lamp Eye 10000 100 1.000.000 3. Neon Tetra 10000 275 2.750.000 4. Red Nose 10000 350 3.500.000 5. Silver Tipped 10000 70 700.000 6. Checker Barb 10000 70 700.000 7. Ambachis 10000 70 700.000 8. Oscar Hitam 5000 500 2.500.000 9. Guppy Cobra 5000 200 1.000.000 10. Sumatra 5000 100 500.000 11. Grand Tiger 5000 300 1.500.000 12. Pedang Wagtiled 5000 200 1.000.000 13. Pedang Marbel 5000 200 1.000.000 14. Pedang Kuning 5000 200 1.000.000 15. Pedang Hijau 5000 200 1.000.000 16. Sunset Platy 5000 125 625.000 17. Wagtile Platy 5000 125 625.000 18. Mickey Mouse Platy 5000 125 625.000 19. Blue Platy 5000 125 625.000 20. Oscar Albino 5000 500 2.500.000 21. Guppy Tricolor 5000 200 1.000.000 22. Guppy Black 5000 200 1.000.000 23. Guppy Delta 5000 200 1.000.000 24. Guppy Green 5000 200 1.000.000 25. Sumatra Golden 5000 150 750.000 26. Lamp Eye Albino 5000 250 1.250.000 27. Neon Tetra Albino 5000 1000 5.000.000 28. Neon Tetra Negro Berlian 5000 400 2.000.000 29. Neon Api 5000 150 750.000 30. Neon Api Albino 5000 250 1.250.000 31. Black Neon 5000 250 1.250.000 32. Pequin Tetra 5000 300 1.500.000 33. Lombardi 5000 200 1.000.000 34. Niasa 5000 200 1.000.000 35. Blue Chicklid 5000 300 1.500.000 36. Lemon Chicklid 5000 450 2.250.000 37. Red Belly 5000 250 1.250.000 38. Pristella 5000 150 750.000 39. Pristella Albino 5000 200 1.000.000 40. Black Khully 5000 200 1.000.000

100 41. Serve 3000 100 300.000 42. Schuberty 3000 70 210.000 43. Golden Rameresi 3000 150 450.000 44. Blue Rameresi 3000 150 450.000 45. Monoguanse 3000 200 600.000 46. Ninety Nine 3000 200 600.000 47. Venostus 3000 450 1.350.000 48. Sumatra Diamond 3000 150 450.000 49. Impactys Carie 3000 350 1.050.000 50. Manfis Red Eye 3000 600 1.800.000 51. Manfis Albino 3000 600 1.800.000 52. Manfis Black 3000 600 1.800.000 53. Manfis Diamond 3000 600 1.800.000 54. Manfis Marbel 3000 600 1.800.000 55. Manfis Tricolour 3000 600 1.800.000 56. Manfis Black White 3000 500 1.500.000 57. Pedang Merah 3000 200 600.000 58. Palmeri 3000 350 1.050.000 59. Labiosa 2000 250 500.000 60. Balsani 1000 250 250.000 61. Bipasiatum 1000 250 250.000 62. Negro Paciatum 1000 250 250.000 63. Meiki Chicklid 1000 400 400.000 64. Ralis 1000 250 250.000 65. Cunang 1000 250 250.000 66. Koki Spenser Merah 500 1500 750.000 67. Koki Spenser Hitam 500 1500 750.000 68. Koki Palasinga Merah 500 1500 750.000 69. Koki Palasinga Hitam 500 1500 750.000 70. Koki Tossa 500 1500 750.000 71. Koki Butterfly 500 1500 750.000 72. Koki Bulldog 500 1500 750.000 73. Koki Matabola 500 1500 750.000 74. Koki Koliko Spenser 500 1500 750.000 75. Koki Koliko Lion Head 500 1500 750.000 76. Koki Koliko Tossa 500 1500 750.000 77. Koki Mutiara 500 1500 750.000 78. Neon Tetra Berlian 500 800 400.000 Total per Bulan 303.500 83.560.000 Total per Tahun 3.642.000 1.002.720.000

101 Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak di pesan (a) Blue Coral Palty (b) Red Coral Platy

102 Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan (c) Lamp Eye (d) Lamp Eye Killfish

103 Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan (e) Neon Tetra (f) Neon Tetra

104 Lanjutan Lampiran 7. Gambar Ikan Hias Paling Banyak dipesan (g) Red Nose (h) Silver Tipped