BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. proses pengadaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran produk

BAB II DESKRIPSI SEKTOR/INDUSTRI PERTANIAN

Lampiran 1. Daftar perusahaan perkebunan yang terdaftar di BEI.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia:

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perusahaan yang Termasuk dalam Industri Pertanian di BEI Pada

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Fungsi keuangan yaitu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan nilai investasi (Husnan, 1998). Investasi dianggap mempunyai

Lampiran 1 Sampel Penelitian

1. Hasil Olahan Data PBV dan TAG Tahun 2008, 2009 NO KODE NAMA PERUSAHAAN PBV TAG

BAB I PENDAHULUAN. Hermuningsih (2009) bagi perusahaan terbuka (go public) indikator nilai

Ekonomis : Jurnal of Economics and Business Vol.1 No.1 September Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Batanghari 2

Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI)

M. Hudori *1 dan Muhammad 2 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

M. Hudori Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi Bekasi 17520, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan rumus-rumus matematik. Penulis juga

bidang EKONOMI Keywords : Kebangkrutan, Altman, Springate, Ohlson, Grover

SITI RAHAYU W AKUNTANSI PEMBIMBING : Dr. Renny, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan. Hal ini dikarenakan permintaan kelapa sawit baik dari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Akuntansi Sumber Daya Manusia merupakan bidang kajian dari akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. modal didalam mendorong kinerja operasionalnya agar perusahaan tetap berjalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nurita Ziyadatur Rahman R. Rustam Hidayat Devi Farah Azizah Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan dari pengamatan yang menjadi fokus penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. semakin anjlok, terjun bebas dari Rp ,-/dollar AS hingga tembus hampir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Analisis Rasio Laporan Keuangan pada perusahaan PT. Astra

SKRIPSI ANALISIS PERAMALAN HARGA SAHAM DALAM KEPUTUSAN INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN DI PT BURSA EFEK INDONESIA OLEH FAUZIAH

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat

Hubungi Kami : eksemplar. Mohon Kirimkan. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. Alamat. Tanggal : / / Telepon/Fax. Tanda Tangan : E mail

Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster pada Perusahaan Agribisnis di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber daya dasar (input), yang digabung lalu diproses untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian Indonesia akhir-akhir ini mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Bambang Dradjat dalam situs pertanian.go.id menyatakan bahwa Perkebunan merupakan subsektor yang

Daftar Perhitungan Indeks Eckel

BAB I PENDAHULUAN. (Sinambela, 2009). Pada dasarnya tujuan didirikannya suatu perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun-tahun yang penuh tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dijalani oleh sektor industri tekstil di Indonesia. Bermula dari kenaikan harga bahan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN INDEKS LQ45 DI BEI NINDI YUSDARIANI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan kinerjanya agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih meningkatkan daya saingnya agar mampu bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum siklus hidup perusahaan terdiri atas start-up, infant, youth, growing,

ANALISIS KINERJA SAHAM SYARIAH SEKTOR PERTANIAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHARPE, TREYNOR, DAN JENSEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi dunia yang dibarengi dengan peningkatan

DAFTAR PUSTAKA. Fahmi, Irham. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Bandung : Alfabeta

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... xxiii DAFTAR TABEL... xxv DAFTAR GAMBAR... xxvii DAFTAR ISTILAH...xxix DAFTAR SINGKATAN...xxxi

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya. Oleh: VERONIKA LASTRI SITORUS NIM:

Jurnal Neo-bis Volume 9, No. 2, Des 2015

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

DAFTAR ISI. ABSTRAK. iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI.. ix. DAFTAR TABEL... xv. DAFTAR GAMBAR. xvi. DAFTAR LAMPIRAN..

BAB III METODE PENELITIAN. bursa efek indonesia melalui media internet dengan situs dan

DAFTAR ISI JUDUL DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR KOSA KATA

BAB I. sangat panjang (going concern). Hal ini berarti dapat diasumsikan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sektor manufaktur dalam beberapa dekade terakhir. Industri tekstil dan garmen

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor luar (ekstern) seperti bencana alam dan kondisi

ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO PADA LIMA PERUSAHAAN YANG BERGERAK DI BIDANG PLANTATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian indonesia artinya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Efek Indonesia Periode maka dapat disimpulkan : 1. Kondisi Likuiditas Saham Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran. memaksimalkan kekayaan pemegang saham (Weston, 1993:4).

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat dahulu, pada umumnya orang melakukan investasi secara tradisional.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN HARGA SAHAM DALAM KEPUTUSAN BERINVESTASI PADA PERUSAHAAN SEKTOR PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. melihat prospek suatu perusahaan investor dapat menilainya dari harga saham. perusahaan yang baik dan menguntungkan di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang berkaitan erat dengan pasar modal. Pasar modal memiliki peran


BAB I PENDAHULUAN. bagus untuk memperoleh keuntungan. kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap

Nama : AGUNG HARY PURNOMO Kelas : 4EA18. Dosen Pembimbing: Dr. Lana Sularto SE., MMSI

BAB I PENDAHULUAN. Faisal Basri (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan sektor pertanian dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan siklus ekonomi menyebabkan dunia usaha terus mengalami perubahan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia (BEI) terdiri dari 10 sektor, yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdagangan dan Jasa, dan Manufaktur. Salah satu sektor yang tercatat dalam BEI adalah sektor pertanian. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional, baik langsung maupun tidak langsung. Secara langsung yaitu sumbangannya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan sumber devisa, bahan baku industri, sumber bioenergi, pengentasan kemiskinan, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sedangkan secara tidak langsung berupa efek pengganda melalui keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Sektor pertanian memiliki beberapa sub sektor yang tercatat di BEI yaitu tanaman pangan, perkebunan, perikanan, dan lainnya. Saat ini terdapat 21 perusahaan yang bergerak di sektor pertanian yang dapat dilihat pada Tabel 1.1: 1

Tabel 1.1 Data Perusahaan Sektor Pertanian Sub Sektor No. Kode Nama Emiten Pertanian Saham Perkebunan 1. AALI Astra Agro Lestari Tbk. 2. ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk. 3. BWPT Eagle High Plantations Tbk. 4. DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk. 5. GOLL Golden Plantation Tbk. 6. GZCO Gozco Plantation Tbk. 7. JAWA Jaya Agra Wattie Tbk. 8. LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. 9. MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk. 10. PALM Provident Agro Tbk. 11. SGRO Sampoerna Agro Tbk. 12. SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk. 13. SMAR Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. 14. SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk. 15. TBLA Tunas Baru Lampung Tbk. 16. UNSP Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Perikanan 1. CPRO Central Proteinaprima Tbk, PT 2. DSFI Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, PT 3. IIKP Inti Agri Resources Tbk, PT Tanaman Pangan 1. BISI Bisi Internasional Tbk. Lainnya 1. BTEK PT. Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Sumber: www.idx.co.id, 2016 2

1.2 Latar Belakang Kondisi ekonomi di Indonesia saat ini sedang lesu, kondisi ini memberikan dampak pada sektor pertanian di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pembangunan kinerja pertanian Indonesia pada empat tahun terakhir yang belum memberikan hasil yang memuaskan salah satunya dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Dapat dilihat dari Gambar 1.1 berikut ini: Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dan PDB Sektor Pertanian Tahun 2011-2014 2011 2012 2013 2014 6,17 6,03 5,58 5,02 3,95 4,59 4,2 4,18 PDB Nasional Sektor Pertanian Sumber: Kementrian Pertanian, 2015 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB sektor pertanian bersifat fluktuatif dengan kecenderungan mengalami penurunan. Pada tahun 2011 laju pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,95% dan PDB nasional sebesar 6,17% di tahun yang sama. Kemudian pada tahun 2012 PDB sektor pertanian sempat mengalami peningkatan menjadi 4,59% namun PDB nasional tidak menunjukkan pertumbuhan yang sama seperti PDB sektor 3

pertanian. Di tahun 2012 PDB nasional tetap mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 6,03%. Pada tahun 2013 dan 2014 PDB sektor pertanian berturut-turut mengalami penurunan yaitu diangka 4,20% di tahun 2013 menjadi 4,18% di tahun 2014. Hal ini menyebabkan PDB nasional ikut mengalami penurunan berturut-turut sebesar 5,58% di tahun 2013 menjadi 5,02% di tahun 2014. PDB sektor pertanian dari tahun 2013 ke tahun 2014 hanya mengalami penurunan sebesar 0,02% namun dapat berdampak besar pada PDB nasional dengan penurunan sebesar 0,56%. Artinya, nilai keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi oleh sektor pertanian mengalami penurunan sehingga tidak dapat berkontribusi banyak pada PDB nasional, oleh karena itu menurunnya PDB sektor pertanian memberikan dampak pada menurunnya PDB nasional. Penurunan kinerja sektor pertanian dibuktikan pula dengan melonjaknya aktivitas impor. Kebijakan impor komoditas pertanian yang dulu hanya 20-30% kini melonjak menjadi 70% dari seluruh komoditas pertanian (www.antaranews.com, 2013). Selain itu juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor pertanian justru didominasi oleh perusahaan asing sehingga perusahaan Indonesia sendiri tidak memiliki wewenang yang besar untuk mengendalikan komoditas. Berikut adalah tabel data ekspor-impor sektor pertanian: Tabel 1.1 Ekspor, Impor, Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Januari Desember 2014 No Sub Sektor Ekspor Impor Neraca Volume (Ton) Nilai (US$ 000) Volume (Ton) Nilai (US$ 000) Volume (Ton) Nilai (US$ 000) 1 Tanaman 367.690 206.174 18.169.821 7.658.856-17.802.131-7.452.681 Pangan 2 Perkebunan 35.027.211 29.721.915 1.232.500 2.777.185 33.794.711 26.944.729 3 Lainnya 668.542 1.099.853 3.131.616 5.432.050-2.463.073-4.332.196 Total 36.063.443 31.027.942 22.533.937 15.868.091 13.529.506 15.159.851 Sumber: Kementrian Pertanian, 2015 4

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa sub sektor pertanian mengalami neraca negatif, kecuali pada sub sektor perkebunan. Neraca negatif menunjukkan bahwa sub sektor tersebut lebih banyak melakukan impor komoditas dibandingkan mengekspor komoditas. Tanaman pangan mengekspor 367.690 ton komoditas dengan nilai sebesar US dollar 206.174 sedangkan mengimpor komoditas lebih banyak yaitu sebesar 18.169.821 ton dengan nilai sebesar US dollar 7.658.856 sehingga menghasilkan neraca negatif. Sub sektor lainnya mengekspor 668.542 ton komoditas dengan nilai sebesar US dollar 1.099.853 sedangkan mengimpor komoditas lebih banyak yaitu sebesar 3.131.616 ton dengan nilai sebesar US dollar 5.432.050 sehingga menghasilkan neraca negatif. Lain halnya dengan sub sektor perkebunan. Sub sektor ini tidak menghasilkan neraca negatif karena ekspor komoditas lebih besar daripada impor komoditas. Apabila sektor pertanian di Indonesia terus-menerus melakukan impor komoditas dari luar negeri maka akan menurunkan pendapatan dari perusahaan di sektor pertanian itu sendiri karena jumlah komoditas yang diimpor dari luar negeri lebih besar daripada jumlah komoditas yang diekspor ke luar negeri sehingga distribusi hasil produksi dari sektor pertanian tidak tersalurkan dengan maksimal dan menghasilkan neraca negatif. 5

Tabel 1.2 Negara Asal Impor Komoditas Pertanian Indonesia Januari Desember 2014 No. Negara Nilai (US$ 000) Kontribusi (%) 1. Amerika Serikat 2.685.951 16,93 2. Australia 2.175.387 13,71 3. Brazil 1.548.130 9,76 4. Argentina 1.397.939 8,81 5. China 1.366.845 8,61 6. India 996.599 6,28 7. Thailand 637.522 4,02 8. New Zealand 581.233 3,66 9. Canada 536.218 3,38 10. Vietnam 343.486 2,16 11. Lainnya 3.598.780 22,68 Total 15.868.091 100.00 Sumber: Kementrian Pertanian, 2015 Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa sektor pertanian Indonesia paling banyak mendapatkan impor komoditas pertanian dari Amerika Serikat sebesar 16,93%. Sedangkan nilai tukar rupiah terhadap USD sedang melemah pada bulan Desember 2014 dari Rp 12.559/USD menjadi Rp 12.835/USD (www.sindonews.com, 2014). Oleh karena itu sektor pertanian dapat mengalami kerugian bahkan menjurus kepada kebangkrutan apabila terusmenerus melakukan impor karena biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan komoditas lebih besar dari pada jumlah pendapatan yang didapatkan dari hasil ekspor. 6

Indeks harga saham sektor pertanian berada pada tingkat paling lemah dibandingkan sektor lain. Pelemahan sektor pertanian mencapai 1,08% atau 24,7 poin menjadi 2.264,4 (www.kontan.co.id, 2015). Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks harga saham sektor pertanian dari tahun 2011-2015 cenderung mengalami penurunan dengan nilai indeks saham sektor pertanian berturut-turut dari tahun 2011-2015 yaitu 2.146,04, 2.062,94, 2.139,96, 2.262,50, dan 1.719,262. Menurunnya indeks saham sektor pertanian mencerminkan penurunan laporan keuangan sektor pertanian. Apabila laporan keuangan suatu perusahaan menurun, maka dapat menurunkan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaan di sektor tersebut. Hal tersebut dikhawatirkan akan memicu sektor pertanian untuk delisted dari daftar perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang delisted dari BEI berarti perusahaan tersebut keluar atau dikeluarkan dari daftar perusahaan yang diperdagangkan dan sering diartikan sebagai perusahaan yang bangkrut oleh investor. Kebangkrutan adalah masalah yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Perusahaan harus bisa sedini mungkin melakukan berbagai analisis mengenai kebangkrutan agar dapat mengantisipasi dan membuat strategi untuk mengurangi resiko tersebut. Tanda-tanda awal kebangkrutan adalah adanya kesulitan keuangan, dimana kesulitan keuangan ini dapat diketahui melalui analisis terhadap laporan keuangan perusahaan karena laporan keuangan merepresentasikan keadaan dan pencapaian perusahaan selama perusahaan tersebut berjalan. Analisis yang sering digunakan adalah analisis rasio dengan mengamati neraca dan laporan laba rugi. Analisis laporan keuangan perlu didukung oleh analisis lain, karena analisis laporan keuangan memiliki kelemahan yaitu hanya fokus pada satu aspek keuangan saja. Analisis lain yang diperlukan untuk mendukung analisis laporan keuangan adalah model analisis yang dapat menggabungkan beberapa rasio keuangan, yaitu analisis kebangkrutan. Model analisis prediksi kebangkrutan yang digunakan adalah model Altman Z-score, Springate S-score, Ohlson Y-score, dan Grover G-score. 7

Dalam penelitian Prianthini dan Sari (2013) yang berjudul Prediksi Kebangkrutan dengan Model Grover, Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa model Grover merupakan model yang memiliki tingkat akurasi tertinggi dibandingkan ketiga model lainnya. Prianthini dan Sari (2013) memberikan rujukan untuk menggunakan model prediksi lain agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan model prediksi lain yaitu model Ohlson karena dalam Nikmah dan Sulestari (2014) menyatakan bahwa secara keseluruhan model Ohlson memiliki keakuratan yang baik. Sehingga, penulis ingin melihat bagaimana hasil penelitian yang didapatkan dari keempat model tersebut untuk perusahaan pada sektor pertanian. Berdasarkan fenomena diatas, penulis mengambil judul Analisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman, Springate, Ohlson, dan Grover pada Perusahaan Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 2015. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa sektor pertanian kini sedang mengalami penurunan kinerja yang merupakan dampak dari kondisi ekonomi Indonesia yang lesu. Penurunan kinerja pada sektor pertanian diantaranya mempengaruhi indeks harga saham dan banyaknya impor komoditas pertanian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kebangkrutan pada sektor pertanian apabila tidak dilakukan pembenahan terhadap perekonomian Indonesia dan kinerja sektor pertanian itu sendiri. Perusahaan memerlukan sebuah early warning melalui penelitian ini agar perusahaan mengetahui kemungkinan yang akan dihadapi oleh perusahaan dan untuk menyusun strategi terbaik dalam menghadapi kondisi tersebut. 8

1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana prediksi kebangkrutan dengan model Altman pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 2. Bagaimana prediksi kebangkrutan dengan model Springate pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 3. Bagaimana prediksi kebangkrutan dengan model Ohlson pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 4. Bagaimana prediksi kebangkrutan dengan model Grover pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan dengan model Altman pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 2. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan dengan model Springate pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 3. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan dengan model Ohlson pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 4. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan dengan model Grover pada perusahaan sektor pertanian di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya. Kegunaan dari penelitian ini diantaranya: 1.6.1 Aspek Teoritis Bagi aspek teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai teori Manajemen Keuangan dalam mengelola 9

keuangan dan keberlanjutan sebuah perusahaan, serta diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 1.6.2 Aspek Praktis Dalam aspek praktis, diharapkan penilitian ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang terkait seperti: 1. Bagi perusahaan Diharapkan penilitian ini dapat menjadi sumber informasi dan early warning bagi perusahaan agar dapat mengambil tindakan sejak dini untuk menghindari dampak negatif yang akan terjadi dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 2. Bagi penulis Penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam memperluas wawasan dan memahami tentang penilaian kinerja keuangan perusahaan. 1.7 Batasan Penelitian Untuk mempermudah penelitian dan agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, dalam penelitian ini penulis membatasinya dalam ruang lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Objek penelitian adalah perusahaan di sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011 2015. 2. Penelitian difokuskan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan untuk memprediksi kebangkrutan di perusahaan sektor pertanian. 1.8 Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut: 1. BAB I Pendahuluan Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan, kegunaan, dan sistematika penulisan. 10

2. BAB II Landasan Teori Dalam bab ini penulis menjelaskan teori yang digunakan dalam menganalisis prediksi kebangkrutan. Selain itu dalam bab ini diuraikan pula hasil-hasil penelitian terdahulu, kerangka pikir dan hipotesis. 3. BAB III Metode Penelitian Dalam bab ini penulis menguraikan tentang desain penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, metode analisis, serta definisi opersional variabel. 4. BAB IV Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini penulis menguraikan proses perhitungan setiap variabel dan hasil dari analisa. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran Penulis menguraikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian. 11

Halaman ini sengaja dikosongkan 12