BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kemiskinan merupakan masalah yang belum sepenuhnya bisa diatasi oleh pemerintah di setiap negara khususnya di Indonesia. Angka kemiskinan di kota-kota yang ada di Indonesia tergolong cukup tinggi. Menghadapi kenyataan tersebut, masyarakat melakukan berbagai upaya untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara agar terhindar dari kemiskinan ialah dengan berwirausaha. Pengusaha tidak hanya digeluti oleh kaum pria, wanita khususnya ibu rumah tangga pun kini semakin marak terjun di dunia usaha. Menurut Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, tercatat dari 46 juta Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), diketahui sekitar 60% pengelolanya adalah kaum perempuan (http://internasional.kompas.com). Dalam upaya menambah penghasilan suami, ibu rumah tangga cenderung memilih jenis usaha mikro karena tidak terlalu membutuhkan modal yang besar sehingga bisa menggunakan dana pribadi untuk keperluan modal usahanya. Perjuangan ibu rumah tangga yang memutuskan menjadi pengusaha tidaklah mudah karena selain dituntut untuk profesional dalam menjalankan usaha, pengusaha wanita juga tidak boleh melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan ibu bagi keluarganya. Dalam menjalankan usahanya, berbagai karakteristik kerja pengusaha membuat ibu rumah tangga harus meluangkan waktu lebih banyak pada 1
2 pekerjaan dibandingkan keluarga. Sehingga hal tersebut berpotensi menimbulkan konflik pekerjaan-keluarga. Disamping itu, potensi terjadinya konflik pekerjaan-keluarga lebih besar dimiliki pengusaha wanita yang memiliki anak. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menunjukkan bahwa orang tua yang bekerja dan memiliki anak kecil dan juga orang tua dari keluarga besar lebih mungkin untuk mengalami peningkatan tuntutan pekerjaan dan keluarga, yang mengarah ke konflik pekerjaan-keluarga yang lebih tinggi (Noor, Kinnunen dan Mauno; Bedian et al; Fernandez, Greenhaus dan Kopelman, dalam Ballout, 2008). Adanya tuntutan pekerjaan yang menjadikan pengusaha sulit memenuhi komitmennya dengan anggota keluarga, membuat kepuasan kerja pengusaha wanita menjadi menurun. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari seluruh anggota keluarga mengenai pengaturan waktu yang baik agar komunikasi antar anggota keluarga tetap terjaga. Di kota Tangerang, angka kemiskinan pada tahun 2010 menurut BPS kota Tangerang ialah sebesar 7,18% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 6,55% (http://tangerangkab.go.id/seminar/). Hal ini membuat banyaknya masyarakat di kota Tangerang yang memutuskan untuk menjadi pengusaha khususnya pada jenis usaha mikro demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya. Pada tahun 2009, jenis usaha mikro yang tersebar di wilayah kota Tangerang mencapai 102.598 jenis usaha mikro. (http://v2010.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/2472). Hingga pada akhir tahun 2009, jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota
3 Tangerang mencapai 128.380 unit. Angka ini meningkat signifikan, dibanding jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah tahun 2008 yang berjumlah 127.743 usaha (http://v2010.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/2472). Berbagai jenis usaha mikro digeluti oleh masyarakat di kota Tangerang, seperti usaha di bidang konveksi, kuliner, salon, laundry dan lain sebagainya. Namun waktu yang dimiliki oleh pengusaha wanita khususnya yang bergerak dibidang konveksi cenderung lebih banyak digunakan untuk menjalankan usahanya, yakni untuk terus mengembangkan keterampilannya agar tetap mampu mengikuti perkembangan trend yang ada, bekerja lembur demi menyelesaikan banyaknya jumlah pesanan sesuai dengan waktu yang telah disepakati dan harus terjun langsung dalam pemilihan bahan baku, survei harga pasar dan lokasi penjualan. Sehingga karakteristik pekerjaan pengusaha tersebut dapat memicu potensi konflik pekerjaan-keluarga. Selain itu potensi konflik pekerjaan-keluarga dapat terjadi karena pengusaha wanita tidak memiliki pengaturan waktu yang baik antara kehidupan pekerjaan dan keluarga terutama bila pengusaha wanita memiliki anak banyak dan umur anak masih tergolong kecil sehingga membutuhkan perhatian yang lebih besar dari seorang ibu. Konflik pun akan dihadapi oleh ibu rumah tangga yang berwirausaha bila anaknya sedang sakit dan membutuhkan perawatan bersamaan dengan besarnya tuntutan pekerjaan untuk menyelesaikan banyaknya jumlah pesanan yang sudah mendekati deadline.
4 Konflik pekerjaan-keluarga yang terjadi karena tekanan dari karakteristik pekerjaan dan karakteristik keluarga tersebut dapat memicu pertengkaran di dalam rumah tangga. Emosi negatif pengusaha wanita yang terbentuk karena pertengkaran di dalam rumah tangga, bila terbawa saat bekerja dapat membuat pengusaha wanita bekerja tidak optimal sehingga menurunkan kepuasan kerja. Berdasarkan pembahasan pada latar belakang, maka dapat ditarik garis besar bahwa peneliti ingin melakukan penelitian mengenai Pengaruh Karakteristik Pekerjaan dan Keluarga terhadap Kepuasan Kerja dengan Konflik Pekerjaan-Keluarga Sebagai Variabel Moderasi. 1.2 Rumusan Masalah Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah terdapat pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja? 2. Apakah terdapat pengaruh karakteristik keluarga terhadap kepuasan kerja? 3. Apakah konflik pekerjaan-keluarga memoderasi hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja? 4. a. Apakah terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga bila dilihat dari jumlah anak? b. Apakah konflik pekerjaan-keluarga memoderasi hubungan antara karakteristik keluarga dengan kepuasan kerja?
5 1.3 Batasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian agar lebih terarah dengan tujuan pembahasan. Adapun batasan masalah dalam skripsi ini peneliti hanya melakukan penelitian pada pengusaha wanita skala usaha mikro yang telah menikah yang tersebar di kota Tangerang pada kecamatan Larangan. 1.4 Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah hal yang harus dicapai pada akhir penelitian. Dimana skripsi ini, tujuan penulis berdasarkan perumusan masalah adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik pekerjaan terhadap kepuasan kerja. 2. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga terhadap kepuasan kerja. 3. Untuk mengetahui konflik pekerjaan-keluarga memoderasi hubungan antara karakteristik pekerjaan dengan kepuasan kerja. 4. a. Untuk mengetahui perbedaan konflik pekerjaan keluarga bila dilihat dari jumlah anak b. Untuk mengetahui konflik pekerjaan-keluarga memoderasi hubungan antara karakteristik keluarga dengan kepuasan kerja. 1.4.2 Kontribusi Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian yang dilakukan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
6 1.4.2.1 Kegunaan Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penulis dan menambah ilmu, baik dalam teori maupun praktek. 2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar studi perbandingan dan referensi bagi peneliti yang sejenis. 1.4.2.2 Kegunaan Praktis 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman tersendiri apabila kedepannya apabila setelah lulus kuliah dapat terjun ke dunia usaha dan memiliki permasalahan serupa sehingga dapat teratasi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan teori yang telah dimiliki selama perkuliahan. 2. Bagi Pihak Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku bisnis, khususnya pada usaha mikro dalam mengatasi konflik guna meningkatkan kepuasan kerja.