PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPATKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DI SDN PLALAN I KOTA SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPATKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DI SDN PLALAN I KOTA SURAKARTA

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

ASUPAN GIZI MAKRO, PENYAKIT INFEKSI DAN STATUS PERTUMBUHAN ANAK USIA 6-7 TAHUN DI KAWASAN PEMBUANGAN AKHIR MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH DASAR DAN HUBUNGANNYA TERHADAP STATUS GIZI DI SEKOLAH DASAR SUNGAI RAMBUTAN KABUPATEN OGAN ILIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PREVALENSI BALITA DENGAN BERAT BADAN RENDAH DI SULAWESI UTARA PADA TAHUN 2009 Marsella Dervina Amisi*, Ester Candrawati Musa*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN ZAT GIZI MIKRO DAN MORBIDITAS TERHADAP STATUS GIZI SISWA SISWI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

Copyright 2005 by Medical Faculty of Diponegoro University ARTIKEL ASLI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

METODOLOGI Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

METODOLOGI. n = 2 (σ 2 ) (Zα + Zβ) δ 2

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

Ani Kipatul Hidayah 1) Lilik Hidayanti., SKM, M.Si 2)

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

STATUS GIZI ANAK SEKOLAH KELUARGA NELAYAN DI SDN 40 LUMPANGANG DESA BIANGKEKE KABUPATEN BANTAENG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

KECUKUPAN DAN STATUS GIZI SISWA SMU DHARMA PANCASILA MEDAN SERTA KAITANNYA DENGAN INDEKS PRESTASI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

HUBUNGAN SIKAP TENTANG PENGATURAN MENU SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI SMU NEGERI 2 SUKOHARJO

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISSN Vol 2, Oktober 2012

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB III KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PELAJAR SMA NEGERI 2 TOMPASO Claudya Momongan*, Nova H Kapantow*, Maureen I Punuh*

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VOLUME I No 1 April 2013 Halaman Status Gizi Anak Baru Masuk Sekolah di Kota Denpasar

PENGARUH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (TELUR REBUS DAN BUBUR KACANG HIJAU) TERHADAP STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

METODE PENELITIAN Waktu, Tempat dan Desain Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengambilan Data

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 7 MANADO

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan anak yang berada pada usia sekolah yaitu. antara 6-12 tahun (Adriani dan Wirjatmadi, 2012).

Hubungan Pengetahuan Gizi Dan Frekuensi Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi Siswa SMA Negeri 4 Surakarta

PENGARUH PENDIDIKAN IBU DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI TK DHARMA WANITA KERJO KIDUL, NGADIROJO, WONOGIRI

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DENGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI GODEAN 1 KABUPATEN SLEMAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

HUBUNGAN POLA KONSUMSI MAKANAN DENGAN STATUS GIZI SISWA SMA SANTO THOMAS 1 MEDAN. Oleh : SERGIO PRATAMA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

PERBEDAAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA REMAJA SEKOLAH DENGAN METODE PEMUTARAN FILM DAN METODE LEAFLET DI SMK BINA DIRGANTARA KARANGANYAR

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI, PROTEIN DAN STATUS GIZI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

PERBEDAAN ASUPAN ENERGI DAN PROTEIN PADA SIANG HARI ANTARA ANAK TAMAN KANAN-KANAK DI SEKOLAH DENGAN MODEL SCHOOL FEEDING DAN NON SCHOOL FEEDING

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE VISUAL AIDS TERHADAP SIKAP TENTANG JAJANAN SEHAT PADA SISWA KELAS V DI SDN NOGOTIRTO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

GAMBARAN POLA MAKAN, STATUS GIZI, POLA HAID DAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMU NEGERI 18 MEDAN TAHUN 2010 SKRIPSI OLEH :

PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN DAN STATUS GIZI ANAK USIA PRASEKOLAH

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI PADA PELAJAR SMP NEGERI 10 KOTA MANADO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR SEBELUM DAN SESUDAH MENDAPATKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DI SDN PLALAN I KOTA SURAKARTA Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Gizi S1 Disusun Oleh: ENNY SUSILOWATI J 310 080 032 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HALAMAN PERSETUJUAN Judul Penelitian : Perbedaan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Sebelum Dan Sesudah Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Di SDN Plalan I Kota Surakarta Nama Mahasiswa : Enny Susilowati Nomor Induk Mahasiswa : J 310 080 032 Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi (tugas akhir) dari mahasiswa tersebut Menyetujui, Surakarta, April 2013 Pembimbing I Pembimbing II (Muwakhidah, SKM., M.Kes) NIK. 865 (Rustiningsih, SKM., M.Kes) NIK Mengetahui Ketua Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Dwi Sarbini, SST., M. Kes NIK. 747

PERBEDAAN STATUS GIZI ANAK SEKOLAH DASAR SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (PMT) DI SDN PLALAN I KOTA SURAKARTA Abstract Enny Susilowati J 310 080 032 Program S1 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta e-mail: enny_susilowati15@yahoo.com Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57102 Nutrition development for children at elementary school is very important, because the number of elementary school children is quite large which is around 15% of the total population, school children are experiencing rapid growth that requires proper nutritional needs in order to be productive adolescents and adults. This study aimed to determine the differences of children nutritional status between before and after receiving food supplementation at Palalan I elementary school Surakarta. Type of research was an experimental study with one group pretest-posttest design. Respondents of this study were many as 80 students. Nutritional status was obtained by measuring body weight and body height. Difference test using test dependent T-test. Percentage of children which was categoried as severe underweight before receiving food supplementation was 5% and after receiving food supplementation was 2,5% and percentage of children which was categoried as underweight befor and after receiving food supplement were 10% and 1,2%, respectively. Meanwhile, 82,5% of children had normal nutritional status before receiving food supplementation and 90% of children had normal nutrition status after receiving food supplementation. Percentage of children which was categorized as overweight before receiving food supplementation was 2,5% and after receiving food supplementation increased to 6,3%. Correlation test showed that there was differences of nutritional status between before and after receiving food supplementation. Food supplementation had a significant influence on improving nutritional status of children Plalan I elementary school Surakarta. Keywords : Nutritional Status, Food Supplementation

Abstrak Perbaikan gizi anak SD dan MI sangat penting karena jumlah anak SD dan MI cukup besar yaitu sekitar 15% dari total penduduk, anak SD dan MI sedang mengalami tumbuh kembang yang pesat sehingga memerlukan pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat agar menjadi remaja dan dewasa yang produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah pemberian makanan tambahan (PMT) di SDN Palalan I Kota Surakarta. Jenis penelitian ini bersifat pra experimental dengan rancangan one group pretest-postest. Jumlah sampel penelitian sebanyak 80 siswa. Status gizi diperoleh dari pengukuran BB dan TB, Menggunakan indeks BB menurut tinggi badan. Uji perbedaan menggunakan uji dependen T-test. Status gizi sangat kurus sebelum PMT-AS sebesar 5% dan sesudah PMT-AS sebesar 2,5%, status gizi kurus sebelum PMT-AS sebesar 10% dan sesudah PMT-AS sebesar 1,2%, status gizi normal sebelum PMT-AS sebesar 82,5% dan sesudah PMT-AS sebesar 90%, status gizi gemuk sebelum PMT-AS sebesar 2,5% dan sesudah PMT-AS sebesar 6,3%. Hasil uji korelasi status gizi sebelum dan sesudah PMT diperoleh hasil p = 0,00, yang berarti ada perbedaan status gizi sebelum dan sesudah PMT-AS. PMT-AS memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan status gizi anak Sekolah Dasar Negeri Plalan I Kota Surakarta. Kata Kunci : Status Gizi, pemberian makan tambahan (PMT) PENDAHULUAN Perbaikan gizi anak SD dan MI sangat penting karena jumlah anak SD dan MI cukup besar yaitu sekitar 15% dari total penduduk, anak SD dan MI sedang mengalami tumbuh kembang yang pesat sehingga memerlukan pemenuhan kebutuhan gizi yang tepat agar menjadi remaja dan dewasa yang produktif, anak SD dan MI dapat dijadikan sebagai media pembawa perubahan (agent of change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi diri sendiri dan keluarganya. Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) yang dilaksanakan di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah diberikan pada anak yang mempunyai status gizi kurang, yaitu dengan memberikan makanan kudapan yang mengandung 300 kilo kalori dan 5 gram protein dibuat dari bahan makanan lokal (Departemen Kesehatan, 2005). Menurut penelitian Jumirah dkk (2008), tingkat konsumsi energi dan status gizi anak sekolah dasar menunjukkan bahwa anak yang status gizinya buruk mempunyai

tingkat konsumsi energi yang kurang. Anak yang berada pada gizi baik juga mempunyai risiko untuk mengalami penurunan status gizi menuju gizi kurang dan buruk bila tidak diperhatikan konsumsi makan mereka. PMT-AS berawal dari hasil uji coba pada tahun 1991/1992 untuk mengatasi masalah kesehatan, kekurangan gizi dan kecacingan pada anak SD dan MI di beberapa daerah miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor- Timor, Sulawesi Utara, Maluku, dan Irian Jaya. Caranya dengan memberikan bantuan dana untuk pembuatan makanan jajanan yang dibuat dari bahan makanan setempat sehingga dapat memberikan tambahan 15-20% dari kebutuhan gizi rata-rata anak perhari. Berdasarkan hasil penelitian kasus, pelaksanaan PMT-AS sejak tahun anggaran 1996/1997 sampai dengan tahun 2000, dapat meningkatkan kehadiran siswa. Selain itu PMT-AS meningkatkan berat badan siswa khususnya pada kelas satu dan dua (Departemen Dalam Negeri, 2002). Menurut data Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2011 SDN Plalan I di Kota Surakarta sebelum mendapatkan PMT-AS yang berstatus gizi kurang sebesar 10,68% dan setelah diberikan PMT- AS status gizi kurang menjadi 2,99%, sedangkan pada tahun 2012 SDN plalan I kota surakarta yang berstatus gizi kurang sebesar 20,59 %. Pada tahun 2012 kota Surakarta menyelenggarakan PMT-AS pada 32 sekolah yang terdiri dari SD sebanyak 17 sekolah dengan jumlah sasaran sebesar 3495 anak dan TK sebanyak 15 sekolah dengan jumlah sasaran sebesar 651 anak. PMT-AS memberikan makanan kudapan/ jajanan dengan mengandung bahan setempat/lokal dan mengandung gizi setara dengan 300 kalori dan 5 gram protein sebanyak tiga kali seminggu selama 9 bulan per tahun ajaran (108 kali/tahun). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan status gizi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah pemberian makanan tamabahan (PMT) di SDN Plalan I Kota Surakarta. LANDASAN TEORI Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun

memiliki fisik lebih kuat mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat dari putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Moehji, 2003). Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Berat badan memberikan gambaran massa tubuh, dimana massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahanperubahan mendadak seperti terserang penyakit infeksi. Penurunan berat badan pada anak sekolah dapat terjadi karena menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makan yang dikonsumsi karena anak sekolah lebih suka makan jajanan daripada makanan pokok (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Arisman, 2007). Penilaian status gizi dibagi menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung meliputi antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung meliputi survei konsumsi makan, statistik vital, dan faktor ekologi. Ditinjau dari sudut pandang gizi, antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi (Proverawati dan Wati, 2011). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi. Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur (Supariasa dkk, 2012). Program makanan tambahan untuk anak sekolah di Indonesia dilaksanakan dengan latar belakang bahwa anak merupakan aset sumberdaya manusia yang sangat penting guna membangun masa depan bangsa yang maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Anak yang bergizi baik akan berkembang

menjadi seorang dewasa yang produktif dan adaptif, mampu bersaing dan hidup mandiri dalam kebersamaan (Syarief dalam rahmawati, 2001) Tujuan PMT-AS adalah untuk meningkatkan status gizi anak sekolah dengan cara memberi makanan tambahan bagi murid Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) serta sekaligus ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan di wilayah desa tertinggal (Sukati dan Saisin, 2000). Kerangka terori dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat pra experimental dengan rancangan one group pretest-postest design. yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yaitu a. Kriteria Inklusi: 1) Siswa yang mendapatkan PMT-AS. 2) Menandatangani surat persetujuan sebagai sampel. b. Kriteria eksklusi 1) Siswa pindah sekolah 2) Siswa yang sakit. Gizi Kurang Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah status Asupan Makan Penyakit Infeksi gizi. Variabel terikat adalah Pemberian PMT-AS. Data status gizi diperoleh dari pengukuran Persediaan makan Asuhan bagi ibu dan anak Pelayanan kesehatan antropometri dengan indeks Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB). Disajikan dengan perhitungan Z- Score. Data berat badan di ukur Pendidikan keluarga dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 0,01 kg. Data tinggi badan di ukur dengan microtoise. Tempat penelitian di SDN Krisis ekonomi Plalan I Kota Surakarta. Penelitian dilakukan antara bulan juni - April 2013. Data dianalisi dengan uji

statistik kolmogorof-sminov dengan program SPSS 16. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Umur dan Jenis Kelamin Sampel Penelitian batuk, pilek, batuk dan pilek serta demam. Distribusi kesakitan anak sekolah dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Karakteristi Kesakitan ISPA dan Diare Sampel penelitian berasal dari kelas 4, 5, dan 6 dengan rentang umur 9-12 tahun. Distribusi umur dan jenis kelamin dilihat pada Frekuensi Kesakitan Sering Jarang Tidak pernah ISPA 2,5% 8,7% 88,8% Diare 0% 5% 95% tabel 5. Tabel 5 Karakteristik Subyek Menurut Usia dan Jenis Kelamin Karakteristik subyek Usia 9 Tahun 10 Tahun 11 Tahun 12 Tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar usia subyek penelitian adalah 11 tahun yaitu 41,2%. Sebagian besar adalah siswa laki-laki yaitu 61,2% siswa. 2. Kesakitan SubyekPenelitian Kesakitan subyek dalam 1 bulan terakhir meliputi sakit diare, N 16 24 33 7 49 31 Persentase (%) 20 30 41,2 8,8 61,2 38,8 Pada tabel 6 menunjukkan sebagian besar subyek tidak pernah mengalami ISPA yaitu 88,8% siswa. Anak yang menderita kurang gizi berat berada pada risiko tinggi mengalami ISPA. Namun pada beberapa anak yang benar-benar kurus akan terlewati dan akan memperoleh manfaat dari program pemberian makanan yang diawasi (WHO, 2003). Sebagian besar responden tidak pernah mengalami diare yaitu 95%. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara keadaan gizi dengan penyakit infeksi yang salah satunya adalah diare. B. Tingkat Asupan Zat Gizi Energi dan Protein

Tingkat asupan zat gizi energi dan protein responden dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Distribusi tingkat asupan zat gizi energi dan protein Tingkat Asupan Gizi Defisit Berat Defisit ringan Defisit sedang Normal Lebih Energi - 1,2% 1,2% 78,8% 8,8% Protein Berdasarkan tabel 7 diketahui - - 1,2% 95,0% 3,8% C. Status Gizi Anak SD Sebelum Dan Sesudah Pemberian PMT- AS Distribusi frekuensi subyek penelitian menurut status gizi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah pemberian PMT-AS dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 Karakteristik status gizi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah PMT- AS Status Gizi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk Sebelum PMT-AS 5% 10% 82,5% 2,5% Sesudah PMT-AS 2,5% 1,2% 90% 6,3% masih ada asupan energi subyek SDN Plalan I sebagian besar normal sebesar 78,8% dan asupan protein sebesar 95,0%. Dengan nilai ratarata asupan energi sebesar 110,52% dan asupan protein sebesar 107,82%, nilai ±SD asupan energi sebesar 11,78% dan asupan protein sebesar 10,88%, nilai minimum asupan energi sebesar 77,59% dan asupan protein sebesar 87,70%, nilai maksimum asupan energi sebesar 138,57% dan asupan protein sebesar 154,80% Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan, dalam keadaan normal berat badan akan bertambah searah dengan pertambahan tinggi badan Siti Mutian (2001). Hasil penelitian menunjukkan dari 80 siswa kelas 4, 5, dan 6 sebagian besar memiliki status gizi baik sebelum PMT-AS 82,5% dan sesudah PMT-AS 90%. Status gizi sebelum PMT-AS yang memiliki status gizi sangat kurus yaitu sebesar 5% dan status gizi kurus sebesar 10%. Status gizi normal sesudah mendapatkan PMT-

AS mengalami peningkatan dibuktikan dengan status gizi sangat kurang menurun menjadi 2,5% siswa dan status gizi kurang menjadi 1,2% siswa. D. Perbedaan Status Gizi Sebelum Dan Sesudah PMT-AS Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Arisman, 2007). Tabel 9 Perbedaan status gizi sebelum dan sesudah mendapatkan PMT-AS Mean SD Minimal Maximal P Sebelum PMT-AS -0.6503 1.38894-3.90 2.90 0,00 Sesudah PMT-AS 0.1350 1.25528-3.20 3.10 Hasil analisis statistik uji beda berpasangan dengan menggunakan uji dependent T-test didapatkan nilai p = 0,00. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai p < 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada perbedaan antara status gizi sebelum dan sesudah mendapatkan PMT-AS. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar siswa memiliki nilai tingkat konsumsi energi baik sebesar 78,8% siswa dan protein baik sebesar 95,0% siswa. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk (Arisman, 2007). Penelitian ini selaras dengan penelitian Lestari (2011), bahwa ada perbedaan status gizi siswa SD/MI sebelum dan sesudah PMT-AS. Perbaikan status gizi bergantung kepada pemberian makan seharihari kepada anak yang harus mengandung cukup energi maupun zat-zat gizi esensial. Fungsi makanan atau gizi bukan hanya sekedar menghilangkan rasa lapar, tetapi lebih utama adalah untuk mendapatkan tenaga, mendapatkan zat pembangun sel-sel tubuh, mempertinggi daya tahan tubuh terhadap penyakit (Muliadi, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Status gizi subyek sesudah PMT-AS yang memiliki status gizi sangat kurus sebesar 2,5%, status gizi kurus sebesar 1,2%, status gizi normal sebesar 90%, dan status gizi gemuk sebesar 6,3%.

2. Subyek yang memiliki asupan energi defisit berat 0%, defisit ringan 1,2%, defisit sedang 1,2%, normal 78,8%, lebih 18,8%. Dan asupan protein defisit berat 0%, defisit ringan 0%, defisit sedang 1,2%, normal 95,0%, lebih 3,8%. 3. Berdasarkan hasil uji statistik ada perbedaan status gizi anak sekolah dasar sebelum dan sesudah mendapatkan pemberian makanan tambahan (PMT) di SDN Plalan I Kota Surakarta. Saran 1. Masih adanya status gizi anak sekolah yang sangat kurus, kurus dan gemuk sehingga bagi sekolah hendaknya memberikan materi gizi seimbang pada materi PENJASKES atau memberikan penyuluhan kepada orang tua siswa agar lebih memperhatikan asupan makan di rumah yang dapat mempengaruhi status gizi siswa. 2. Pemberian makanan tambahan memberikan efek signifikan terhadap kenaikan berat badan, tetapi perlu ditingkatkan lagi variasi menu makanan tambahantidak mengalami anemia karena dapat berdampak pada kekebalan tubuh dan konsentrasi dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Adnani, H. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Nuha Medika. Jogyakarta Adriani, M., dan Wirjatmadi, B. 2012. Peran Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Prenada media group. Jakarta Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia pustaka utama. Jakarta Arisman. 2007. Gizi dalam daur kehidupan. EGC. Jakarta Departemen Dalam Negeri RI. 2002. Pedoman Umum Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS). Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidaiyah. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta. Departemen Kesehatan, RI. 2007. Pemberantasan penyakit ISPA. EGC. Jakarta. Fridieyanti, R. 2000. Glukosa Darah, Tekanan Darah dan Konsumsi Energi Protein Anak Sekolah Dasar penerima PMT-AS. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor

Grillenberger, M., Neumann, C., Murphy, S., Bwibo, N., veer, P., Hautvast, J., dan West, C. 2003. Food Supelements Have A Positive Impact On Waight Gain And Body Mass Of Kenyan Schoolchildren. The jurnal of nutrition Jumirah., Lubis, Z., Aritonang, E. 2008. Status Gizi Dan Tingkat Kecukupan Energy Dan Protein Anak Sekolah Dasar Di Desa Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Departemen gizi kesehatan masyarakat FKM USU Lestari, R. 2011. Evaluasi Peran Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Terhadap Status Gizi, Kadar Hemoglobin Dan Prestasi Belajar Siswa. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Negri Semarang Mayasari, D. 2011. Perbedaan Asupan Energi Protein Frekuensi Jajanan di Sekolah dan Status Gizi Antara Anak Sekolah Dasar Penerima dan Bukan Penerima Program Makanan Tambahan Anak Sekolah. Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran. Universitas Dipenogoro Mufidah, F. 2012. Cermati Penyakit- Penyakit yang Rentan Diderita Anak Usia Sekolah. Flashbooks. Jogjakarta Muliadi. 2007. Peranan Gizi Yang Berkualitas Dalam Mencegah Malnutrisi Pada Anak Sekolah Dasar. PGSD. UNM Moehji, S. 2003. ilmu gizi 2 penanggulangan Gizi Buruk. papa sinar sinanti. Jakarta. Proverawati, A., dan Wati, E, K. 2011. Ilmu Gizi. Nuha Media. yogyakarta Rahajoe, N., Nastiti., Bambang, S., Darmawan, B. 2008. Respirologi anak. badan penerbit IDAI. Jakarta. Rahmawati, S M. 2001. Pengaruh Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Terhadap Status Gizi Siswa Sekolah Dasar. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor Rasmalia. 2004. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan Penanggulangannya. Fakultas kesehatan masyarakat Universitas Sumatra Utara. Ruhanaya, A. 2009. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Yang Bergizi TerhadapStatus Anemia dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Yang Anemia di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Fakultas Kedokteran. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2008.Penentuan Diit Anak. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Santoso, S dan Ranti, AL. 2009. Kesehatan dan gizi. Asdi mahasatya. Jakarta Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Sagung seto. Jakarta Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Buku kedokteran EGC. Jakarta Sukati., dan Saidin, M. 2000. Keragaan Status Gizi Anak Sekolah Dasar Penerima Program PMT-AS di Deerah Inpres Desa Tertinggal (IDT) di Lampung Selatan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Idrusnalwi., Marcellus, S, k., Siti setiati. 2009. Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Interna Publising. Jakarta. Suharyono. 2008. diare akut. Rineka Cipta. Jakarta. Suhardjo, 2002. Perencanaan Pangan dan Gizi. Bumi Aksara. Jakarta Sunaryati S, dan Septi. 2011. 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan. Flashbooks. Jogjakarta. Supariasa, IDN., Bachyar, B., Ibnu, F. 2012. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Palupi, A., Hamam, H., Sri, SS. 2009. Status Gizi dan Hubungannya dengan Kejadian Diare pada Anak Diare Akut di Ruang Rawat Inap RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta. Jurnal gizi klinik Indonesia. Yogyakarta. Purwanti, S., Kokom K., Prihastuti, E. 2008. Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal Untuk Menunjang Pengembangan Ragam Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) Di Kecamatan Turi Kabupaten Sleman Yogyakarta. Universitas Negri Yogyakarta WHO, 2003. Penanganan ISPA pada anak di rumah sakit kecil Negara Berkembang. EGC. Jakarta.