PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain buahnya sebagai sumber protein nabati dan karbohidrat, hasil samping seperti daun, tongkol, dedak jagung dapat dimanfaatkan sebagai komponen pakan temak. Apabila potensi hasil tanaman jagung yang tinggi tersebut dapat dikembangkan di Indonesia, maka diharapkan tanaman jagung dapat memberikan sumbangan bagi penyediaan hijauan pakan di samping rumput, leguminosa dan jerami padi. Seperti halnya rumput raja, tanaman jagung dapat digunakan sebagai pakan temak ruminansiaterutama sebagai suplemen protein selama periode mutu rumput rendah. Dari hasil produksi, tanaman jagung sangat menjanjikan 60-70 ton/ha. Tanaman jagung apabila dikembangkan sebagai hijauan pakan secara baik akan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Dari daya gunatanaman jagung, prospek sebagai sumber hijauan pakan mempunyai harapan berpotensial sebagai bahan pakan temak ruminansia. Kata Kunci : Tanamanjagung, prospek, pakan hijauan. PENDAHULUAN Tanaman jagung (Zeamis L) adalah jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (graminacea) yang sudah lama dikenal di Indonesia. Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain buahnya sebagai sumber protein nabati dan sumber karbohidrat; hasil sampingnya seperi daun, tongkol, kelobot dan dedak jagung dapat dimanfaatkan sebagai sebagai komponen pakan temak, baik secara langsung maupun setelah melalui proses pengolahan. Kandungan kadar protein sekitar 10 %, kadar lemak4 %, karbohidrat 61 % (Martin, 1975 dalam Supanman, 2003). Keunggulan lain dari tanaman jagung adalah harga relatif murah, mudah ditanam dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Luas tanaman jagung di Indonesia kira-kira meliputi 2.895.000 ha pada tahun 2000 dengan jumlah produksi sekitar 7.490.000 ton (Bastari,1988). Data ini menunjukkan bahwa tanaman jagung merupakan tanaman yang telah diproduksi dan dikonsumsi secara luas. Di Indonesia pada umumnya tanaman jagung diambil buahnya dan masih merupakan sampingan untuk hijauan pakan ternak. Apabila potensi hasil tanaman jagung yang tinggi tersebut dapat dikembangkan di Indonesia, maka diharapkan tanaman jagung dapat memberikan sumbangan bagi penyediaan hijauan pakan disamping rumput, leguminosa dan jerami padi. Salah satu faktor penyebab kurang berkembangnya tanaman jagung sebagai pakan temak di Indonesia adalah keterbatasan petani akan pemanfaatannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pengkajian secara ekonomis dan pengembangan tanaman jagung yang lebih intensif serta lebih memperkenalkan cara bercocok tanam clan pendayagunaan tanaman jagung sebagai sumber hijauan pakan temak. 26 Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengkaji seberapa jauh prospek tanaman jagung baik buah maupun hasil sampingnya sebagai sumber hijauan pakan ternak. Daerah tumbuh LINGKUNGAN TUMBUH PERTANAMAN JAGUNG Jagung di Indonesia kebanyakan ditanamam di dataran rendah baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan ber irigari serta sebagian kecil ditanam di dataran tinggi. Tanah yang baik untuk tanaman jagung adalah gembur dan subur karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik, jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapat pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Kemasaman tanah biasanya erat sekali hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman. Kemasaman tanah ( ph ) yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6-7,2. Cara bercocoktanam Pengolahan tanah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Pada tanah -tanah ber tekstur berat, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan secara intensif. Untuk menghemat tenaga dan waktu serta memanfaatkan air yang tersedia dalam tanah, pengolahan tanah secara minimum dapat dilakukan terutama pada tanah yang ber tekstur ringan. Pengolahan tanah secara minimum yaitu mencangkul tanah pada barisan yang akan ditanami selebar 40 cm. Setelah pertanaman jagung tumbuh kira-kira 4-5 minggu, lalu dilakukan pembumbunan. Pembumbunan disamping untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, jugs dimaksudkan sekaligus untuk mengurangi gulma. Menurut Sutoro dkk (1988), pembumbunan pada pertanaman jagung yang semula tanahnya hanya diolah pada bagian yang ditanami saja dapat meningkatkan hasil sekitar 50 ( tanpa pembumbunan hasil biji 3,16 ton/ha dengan pembumbunan 4,56 ton/ha ). Tingkat kerapatan tanaman Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan dengan cara perbaikan tingkat kerapatan tanaman. Peningkatan tingkat kerapatan tanaman persatuan luas sampai batas tertentu dapat meningkatkan hasil biji, akan tetapi penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil karena terjadi kompetisi hara, air, radiasi matahari dan ruang tumbuh. Pada umumnya jarak tanaman yang digunakan adalah 70 cm X 30 cm atau 75 cm X 25 cm dengan 2 benih / lubang tanaman. Untuk tanaman jagung yang diambil sebagai pakan ternakjarak tanam lebih rapat lagi yaitu 50 cm X 20 cm dengan 2 benih / lubang dengan harapan peningkatan hasil produksi hijauan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27
Penanganan Pasca Panen Penanganan pasca panen tanaman jagung ada beberapa cara yang berkaitan dengan pemanfaatan hasil produksi : 1. Pemanenan tanaman jagung yang diperuntukan sebagai pakan ternak seluruhnya yaitu batang dan daun beserta buahnya dipotong atau dipanen pada saat tanaman berumur 60-70 hari, cara pemotongan batang berkisar 20 cm dari tanah. Hasil produksi tanaman jagung seluruhnya dipersiapkan untuk konsumsi ternak. 2. Pemanenan tanaman jagung yang buahnya diperuntukan sebagai sayur, tanaman jagung dipanen pada saat tanaman umur 75 hari. Kondisi buah jagung pada saat dipanen masih muda dan limbah tanaman jagung masih bisa dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak ( 16 ton / ha / panen ). 3. Pemanenan tanaman jagung manis seperti pemanenan jagung muda yaitu pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 70-75 hari. Hasil samping berupa pohon jagung dan kelobot bisa dimanfaatkan sebagai pakan temak. 4. Pemanenan tanaman jagung yang diperuntukan sebagai jagung pipil, pemanenan tanaman jagung dilakukan apabila kelobot tampak telah kering dan berubah menjadi kecoklatan. Pada tanaman jagung mengeringnya buah jagung diikuti oleh mengeringnya tanaman. Pada fase ini yang bisa dimanfaatkan untuk pakan temak hanya pucuk daunnya, namun ada hasil samping lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan temak yaitu tongkolnya. Sifat fisik Komposisi buah jagung yang diperoleh dari hasil panen terdiri dari kelobot (daun pembungkus biji jagung), butiran jagung dan tongkol jagung dengan persentase kelobot (9,70%), biji jagung (75,40%) dan tongkol jagung (14,40%). Sedangkan komposisi buah jagung manis berbeda karena tanaman jagung masih muda sehingga persentase kelobot lebih tinggi yaitu 36% dan tongkol dan biji 64%. Sifat kimia dan gizi EVALUASI SWAT FISIK, KIMIA DAN GIZI Komposisi tanaman jagung terdiri dari batang, daun dan buahjagungnya. Batang jagung beruasruas yang jumlahnya bervariasi antara 10-40 ruas umumnya tidak bercabang. Panjang batang berkisar 60-300 cm tergantung tipejagung. Sedangkan pelepah daun muncul dari buku-buku batang yamg menyelubungi ruas batang sehingga dapat memperkuat batang. Panjang daun bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-5 cm. Komposisi kimia tanaman jagung pada pemanenan 60-70 hari menunjukkan bahan kandungan protein tidak kalah dengan rumput raja. Terlihat pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanaman jagung mengandung rata-rata lebih tinggi (12,57 %) dibandingkan dengan rumput raja (10,63 %). Demikian juga dengan kandungan energi (34,87%) dibandingkan dengan rumput raja (13,60%). Kandungan lemak dari keduanya relatif rendah sekitar (3%). 28 Pusat Penelitian dan Pengembangan Petemakan
Tabel 1. Komposisi kimia tanaman jagung clan rumput raja (dalam %) Sumber : P.T Family Sejahtera 2002 Sedangkan kandungan serat kasar lebih rendah (23,30%) bila dibandingkan dengan rumput raja (30,40%). Komposisi kimia (kandungan protein kasar clan serat kasar) limbah jagung manis terlihat pada Tabel 2. Protein Lemak Serat Abu Karbo Enerji Jenis tanaman Kasar Kasar Hidrat 1.Tanaman Jagung 12,57 3,31 23,30 6,33 30,80 34,87 2. Rum ut Raja 10,62 2,64 30,40 9,23 33,73 13,6 Tabel 2. Kandungan Protein kasar clan Serat kasar limbah jagung manis. Jenis limbah _ Protein kasar %) Serat kasar 1. Kelobot 4,50 27,99 2. Ton kol 5,22 35,95 Pendayagunaan Tanaman Jagung Sebagai Sumber Hijauan Pakan Ternak Sifat-sifat yang dimiliki tanamanjagung tidak jauh berbeda dari jenis rumput-rumputan lainnya. Bentuk fisiknya hampir sama dengan rumput raja baik ketinggian, lebar daun sepintas mirip dengan tanaman rumput. Komposisi kimia tanaman jagung berbeda dengan rumput dimana protein, Lmak clan energi lebih tinggi, sedangkan serat kasarnya lebih rendah. Dengan memperhatikan sifat-sifat fisik clan kimia serta pemanfaatan yang telah dilakukan, maka usaha peningkatan daya guna tanaman jagung dapat dilakukan dengan ; pengelolaan tradisional, b) pengembangan sebagai hijauan pakan ternak. Pengembangan cara pengelolaan tradisional a) pengembangan cara Pada lunumnya di Indonesia tanamanjagung dalam bentuk biji tua. Jagung yang sudah cukuptua yakni ditandai dengan warna kelobotnya kuning kecoklatan, biasanya pada umur 7 minggu setelah tanaman jagung berbunga ( Suparman, 2002). Buah jagung hasil panen langsung dikupas kelobotnya clan ditampung dalam wadah terbuka. Hal ini amat membantu dalam proses pengeringan jagung. Buah yang masih mucla banyak digunakan sebagai bahan sayuran clan buah jagung yang sudah tua bijinya dapat digunakan untuk pengganti nasi sebagai kebutuhan pokok karbohidrat. Kegunaan lain dari biji jagung adalah sebagai bahan baku pembuatan pakanternak,jagung merupakan bahan utama dalam penyusunan ransum ayam, pemakaian jagung dalam pakan mencapai 50% dari total ransum (Tangendjaya,1993 ). Badan Penelitian clan Pengembangan Peltanian 29
Pengembangan sebagai hijauan pakan ternak Berbagai jenis tumbuhan yang ditanam clan dibarengi dengan sistem pertanaman yang intensif akan menghasilkan sejumlah besarjerami, pucuk atau bagian tanaman lainnya dikenal sebagai limbah. Semua limbah ini termasuk dari tanaman jagung akan sangat berguna untuk makanan ternak. Potensi limbah untuk makanan temak di Indonesia sangat besar. Limbah jagung secara produktivitas per hektar menduduki tempat terendah dibandingkan dengan limbah-limbah lain. Tetapi karena luas areal pertanaman yang cukup besar maka hasil produksi totalnya cukup berimbang dengan limbah lainnya kecualijerami padi. Jerami jagung yang terdiri dari daun clan batang, setelah panen termasuk kelobot clan tongkol merupakan makanan temak ruminansia. Seluruh tanaman dapat diberikan padatemak manakalajagung ticlak bisa di panen misalnya karena kemarau panjang. Disamping itu sisa tanaman jagung setelah panen clapat dijadikan panang penggembalaan. Pada waktu hargajagung memungkinkan clapat pula seluruh tanaman jagung termasuk tongkol jagung diberikan kepada ternak untuk penggemukan. Kenyataan ini menunjukkan persedian tanaman jagung cukup besar diharapkan dapat menggantikan rumput sebagai pakan ternak. Bahkan saat ini seclang dikembangkan seluruh tanaman jagung diberikan sebagai hijauan pakan temak. Tanaman jagung termasuk buah jagung yang masih muda, batang clan daun yang masih hijau dipotong-potong untuk dibuat silase. Pada periode ini tanaman jagung kayaakan zat gizi terutama zat gula sehingga membantu proses fennentasi, clan silase yang terbentuk lebih disukai temak dengan total nutrien tercerna 60-75 %, clan protein sekitar I I - 15 % ( Tangendjaya dkk, 1988 ). Pemanfaatan silase seperti ini dibeberapa daerah sudah mulai dikembangkan clan merupakan komoditi ekspor. Prospek Pengembangan Tanaman Jagung Dari evaluasi sifattumbuh, lingkungan tumbuh clan produksi ternyata tanaman jagung mempunyai prospek yang baik sebagai sumber hijauan pakan ternak. Dalam pengembangan tanaman jagung bisa ditanam secara tunggal atau tumpang sari dengan tanaman lain. Walaupun demikian, keberhasilan usaha pengembangan sangat ditentukan oleh tingkat pemanfaatan hasil. Karenanya perlu dilakukan evaluasi terhadap kemungkinan pengembangan pendayagunaan sebagai sumberhijauan pakan temak. Dari hasil produksi tanaman jagung sangat menjanjikan hasil per ha per setiap kali pemanenan cukup tinggi yaitu 60-70 ton. Hal ini apabila dikembang secara baik akan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Tanaman jagung sebagai sumber hijauan pakan temak mempuyai peluang ekspor clan masih terbuka peluang pasamya. Dari berbagai alternatif kiranya peningkatan dayaguna tanaman jagung dapat dikembangkan di Indonesia sehingga lebih bersifat komersial. Komoditi tanaman jagung sebagai sumber hijauan pakan ternak hendaknya clikenalkan secara luas kepada masyarakat. 30 Pusat Penelitian clan Pengembangan Peternakan
KESIMPULAN Menelaah sifat tanaman jagung yang dapat tumbuh pada berbagai lahan dan nilai gizinya cukup baik serta berproduksi tinggi, maka sangat baik bila tanaman jagung dikembangkan sebagai sumber hijauan pakan ternak. Dayaguna tanaman jagung prospek pengembangan dan pemanfaatannya sebagai sumber hijauan pakan ternak mempunyai harapan yang baik untuk jangka panjang. DAFTAR BACAAN Bastari.T, 1988. Program pengembangan jagung di Indonesia. Jagung Tusat Penelitian dan Pengembangan Pangan. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. P :21-32. PTFamily Sejahtera, 2002. Komunikasi langsung. Suparman.M., 2002. Teknik komposisi bijijagung pipilandalam bauahjagung kering giling. Prosiding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. P : 218-229. Sutoro, YSulaeman dan Iskandar, 1988.Budidaya tanaman jagung. Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. P : 49-66. Tangendjaya.B, dan Gunawan, 1988. Jagung dan limbahnya untuk makanan ternak. Jagung. Pusat Penelitian danpengembangan Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. P : 349-378. Tangendjaya. B, 1993. Bahan pakan alternatif, sebagai subtitusi jagung untuk pakan ayam. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 15 (6) : 15-16. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3 1