BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan; merancang dan merakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran IPA terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum 2013 dimana pembelajaran ini dikemas

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu ilmu dalam rumpun IPA (sains) yang mempelajari tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

I. PENDAHULUAN. dengan IPA, dimana dalam pembelajarannya tidak hanya menuntut penguasaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Ruang lingkup IPA meliputi alam semesta secara keseluruhan baik

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB I PENDAHULUAN. terkandung empat hal yang perlu digaris bawahi dan mendapat penjelasan lebih

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak boleh ditinggalkan yaitu pengetahuan (cognitive, intelectual), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang. segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan pembelajaran seperti

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Metakognitif tentang cara berpikir siswa dalam membangun strategi untuk

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Proses berkaitan dengan

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Oleh RAHMAH NIM Telah diperiksa dan telah disetujui

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

I. PENDAHULUAN. melalui proses kerja praktikum di laboratorium untuk menghasilkan sikap

BAB I PENDAHULUAN. memaknai pembelajaran dengan baik (Fauzan, 2012). pengembangan aspek sensori-motorik, afektif, dan nilai-nilai (value).

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan yang baik dicerminkan oleh lulusan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hanya penguasaan kumpulan pengetahu yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

BAB I. PENDAHULUAN. yang memadai. Biologi adalah bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam. Biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-undang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Biologi. Disusun Oleh : YULI WIDY ASTUTI A

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komponen penting dalam membentuk manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat dibutuhkan dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan. pendidikan menengah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Listrik Dinamis di Kelas X SMA Negeri 3 Lamongan, Jurnal Prosiding Seminar Nasional Sains, ISBN , (2014), 5.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya, biologi merupakan pendidikan berorientasi kehidupan, lingkungan, dan pelaksanaannya sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat. Akan tetapi, biologi masih diajarkan dengan sistem hafalan sehingga kurang mengembangkan proses berpikir dan proses pembelajaran siswa dilaksanakan secara pasif (Rustaman, 2005). Seharusnya, pembelajaran Biologi dilandaskan pada prinsip keterampilan proses, siswa dididik untuk menemukan dan mengembangkan fakta dan konsep (Yuniastuti, 2013). Siswa yang belajar sains tidak hanya menerima informasi tentang produk sains, tetapi juga melakukan proses ilmiah untuk menemukan fakta dan membangun konsep serta prinsip di bidang sains (Susanto, 2003). Oleh karena itu, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu mengeksplorasi dan memahami fenomena alam sekitar (Asmani, 2009). Dengan melakukan hands on activity dan minds on activity berbasis proses ilmiah, siswa dapat memahami, mengalami dan menemukan jawaban dari persoalan dari yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari (Susilowati, 2013). Berdasarkan penelitian Piaget dan Bruner dalam Devi (2010) terungkap bahwa anak mampu berpikir tingkat tinggi jika memperoleh pengalaman secara nyata dan bimbingan yang menghubungkan antara konsep dengan fakta. 1

2 Endrawati dkk (2012) menyatakan bahwa selain meningkatkan pemahaman siswa, pembelajaran dengan mengembangkan proses ilmiah dapat melatihkan pengembangan karakter siswa. Melalui pemecahan masalah, siswa dapat dilatih untuk mengembangkan karakter cermat, menghargai pendekatan logis dan empiris meningkatkan rasa ingin tahu serta melatih kejujuran siswa dalam mengolah dan menyajikan data. Menurut Lie (2010), pendidikan karakter tidak bisa terpisah dengan bentuk pendidikan yang sifatnya kognitif atau akademik sehingga pendidikan karakter tersebut harus diintegrasikan ke dalam kurikulum dengan mengimplementasikan pendidikan karakter dalam mata pelajaran dan keseharian peserta didik. Pendidikan karakter membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan pengalaman nilai secara nyata (Anonim, 2010a). Penggunaan program pendidikan karakter di sekolah menunjukan perubahan yang signifikan terhadap perilaku, siswa lebih memiliki karakter yang positif seperti rasa hormat, peduli, dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada setiap mata pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari (Larson, 2009). Kementerian Pendidikan Nasional pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat akan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Kebutuhan pendidikan karakter secara imperatif, adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional. Dalam proses pendidikan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan

3 potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat. Penerapan proses sains dan karakter dalam proses pembelajaran dapat disajikan melalui instrumen LKS. Sehingga pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartispasi aktif (Muslimin, 2013). LKS sebagai media pembelajaran digunakan sebagai pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran (Arfianty, 2012). LKS berbasis inkuiri mampu mengembangkan kemampuan berpikir dan kemandirian sisswa dengan prinsip metode ilmiah dalam menemukan konsep atau prinsip (Rehulina, 2013). LKS merupakan petunjuk atau pedoman berisi langkahlangkah penyelesaian tugas sehingga dapat membantu siswa memperoleh pengalaman secara langsung ( Masithussyifa dkk, 2012). Muslimin (2013) menyatakan bahwa salah satu inovasi yang diperlukan dalam membuat LKS adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman, interaksi sosial, dan dunia nyata. Akan tetapi, LKS yang beredar di lapangan umumnya berisi latihan soal atau ulasan dari bahan ajar setiap topik. LKS berupa drill latihan soal tidak melatih siswa dalam melakukan proses penyelidikan (Suyanto, 2011). LKS di sekolah kurang memfasilitasi tujuan pembelajaran yang ada pada silabus. Hingga LKS digunakan hanya sebagai latihan dan kurang memperhatikan aspek pengalaman belajar (Belawati, 2007).

4 Rehulina (2013) menyatakan bahwa LKS yang beredar kurang mengembangkan potensi berpikir siswa yang sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum. Sehingga tidak melatih kemampuan proses ilmiah dan tidak menunjukan karakter yang ingin dicapai. LKS yang digunakan belum relevan dengan ketentuan yang terdapat dalam kurikulum, tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan kurang mengembangkan keterampilan sains dan kemampuan berpikir dalam pemecahan masalah (Angkat, 2013). Rendahnya ketersediaan LKS IPA berbasis proses sains dan pendidikan karakter berdampak pada penurunan kualitas kegiatan eksplorasi membangun pengetahuan siswa dalam menemukan konsep dan prinsip. Berdasarkan permasalahan di atas, perlu melakukan pengembangan LKS berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter. Dengan menggunakan LKS yang berorientasi proses sains dan pendidikan karakter, siswa dituntut untuk aktif sehingga mampu mengungkapkan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai melalui percobaan yang dilakukan oleh siswa sendiri. LKS berbasis proses sains perlu dikembangkan karena membantu siswa belajar mengembangkan pikiran, memberikan kesempatan melakukan penemuan, dan membantu siswa mempelajari konsep-konsep sains.

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang diperoleh, yaitu sebagai berikut: (1) Proses pembelajaran biologi kurang menerapkan proses ilmiah; (2) LKS Biologi yang tersedia hanya berisi ringkasan materi dan latihan soal; (3) LKS Biologi Kelas VII yang tersedia kurang mengembangkan proses ilmiah dan pendidikan karakter; dan (4) ketersediaan LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter pada SMP Kelas VII masih sangat terbatas. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan dan agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah maka pembatasan masalah penelitian ini dibatasi pada: 1. Menyusun LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII dengan menggunakan model Borg dan Gall. 2. LKS yang dikembangkan pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. 3. Validitas LKS Biologi yang dikembangkan dilakukan secara uji ahli, uji coba kecil, dan uji coba kelompok lapangan terbatas. 4. Uji coba produk LKS Biologi yang dikembangkan dilakukan untuk mengetahui kelayakan LKS berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter pada pembelajaran Biologi SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi

6 Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. 5. Uji coba produk LKS Biologi yang dikembangkan dilakukan untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap LKS berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter pada pembelajaran Biologi SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. 6. LKS Biologi yang dikembangkan diuji efektivitasnya terhadap hasil belajar. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Bagaimanakah mengembangkan LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. 2. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan? 3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan?

7 4. Bagaimanakah hasil uji efektivitas LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 45 Medan? 1.5 Tujuan Penelitiann Tujuan penelitian pengembangan LKS ini yaitu: 1. Untuk mengembangkan LKS berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. 2. Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan yang dikembangkan. 3. Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan yang dikembangkan. 4. Untuk mengetahui keefektivan LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa di SMP Negeri 45 Medan. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian yang akan dilaksanakan, diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis. Manfaat secara teoritis diantaranya; (1) Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya meningkatkan kualitas

8 pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan pengembahangan LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, dan Pencemaran Lingkungan; dan (2) Sumbangan pemikiran dan refrensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji dan mengembangkan secara lebih mendalam tentang pengembangan LKS Biologi berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter SMP Kelas VII Semester 2 pada materi Interaksi Makhluk Hidup dan Lingkungan, Keanekaragaman Makhluk Hidup, serta Pencemaran Lingkungan. Manfaat secara praktis dari penelitian ini adalah LKS berbasis proses ilmiah dan pendidikan karakter yang akan dikembangkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan alternatif bagi guru dalam memilih bahan belajar. Sehingga LKS yang digunakan dapat mendukung proses pembelajaran Biologi.