BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas Hz. Gelombang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolismenya dari saluran akar (Stock dkk., 2004). Tujuan perawatan saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Nekrosis pulpa adalah kematian sel-sel di dalam saluran akar yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di saluran akar gigi. Bakteri ini bersifat opportunistik yang nantinya bisa menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. ultrasonik digunakan sebagai dasar ultrasonic scaler (Newman dkk.,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akar selama atau sesudah perawatan endodontik. Infeksi sekunder biasanya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan utama dari perawatan saluran akar adalah untuk menghilangkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai salah satu penyebab kegagalan perawatan sistem saluran akar.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membentuk saluran akar gigi untuk mencegah infeksi berulang. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar menjadi sumber berbagai macam iritan.iritan-iritan yang masuk

BAB I PENDAHULUAN. utama yaitu preparasi biomekanis saluran akar atau pembersihan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

Lampiran 1 Alur Pikir

Rumusan masalah Apakah ada efek antibakteri Aloe vera terhadap Enterococcus faecalis sebagai bahan medikamen saluran akar?

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB I PENDAHULUAN. Pembuangan jaringan yang tidak sehat secara mekanik dan kimiawi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut perawatan penyakit atau cedera pada jaringan pulpa dan jaringan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kelainan oklusi dan posisi gigi-gigi dengan rencana perawatan yang cermat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. etiologi, pencegahan, diagnosis, dan terapi mengenai pulpa gigi, akar gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Staphylococcus aureus merupakan patogen utama pada manusia. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2 merupakan medikamen saluran akar yang paling sering digunakan sejak tahun 1920.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) dengan konsentrasi 25%, 50%

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih cukup tinggi (Pintauli dan Taizo, 2008). Penyakit periodontal dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat gunamemperolehgelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : JOCELYN NIM :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam perawatan saluran akar. Menghilangkan jaringan pulpa, mikroorganisme

I. PENDAHULUAN. secara perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) bioteknologi dan rekayasa biologi (bio-engineering).

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. saluran akar dan menggantinya dengan bahan pengisi. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. terus-menerus, yaitu mencabutkan atau mempertahankan gigi tersebut. Dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertujuan untuk mempertahankan gigi vital atau gigi nekrosis, agar gigi tetap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan praktik kedokteran modern. Saat ini penggunaan kateter

LAMPIRAN 1. Alur pikir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 PEMBAHASAN. Hama belalang kembara merupakan suatu masalah yang banyak. menimbulkan kerugian di sektor pertanian. Serangan hama belalang kembara

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri yang invasi

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : LUSIANA BEATRICE NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan etiologi, pencegahan, diagnosis dan terapi terhadap penyakit-penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin di dalam mulut dengan cara pengambilan semua jaringan pulpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seluruh dunia setiap tahun (Salni et al.,2011). Penyakit infeksi banyak diderita

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme yang terbanyak dalam rongga mulut adalah bakteri. Bakteri yang

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi. Bidang kedokteran umum memakai gelombang ultrasonik dengan frekuensi antara 2.000.000 Hz sampai 10.000.000 Hz (Bushberg, 1994). Gelombang ultrasonik yang digunakan dalam prosedur diagnosis memiliki frekuensi 700.000 Hz sampai 3.000.000 Hz sedangkan untuk prosedur terapi menggunakan frekuensi antara 3.000.000 Hz sampai 7.000.000 Hz (Cosgrove, 1993). Dalam bidang kedokteran gigi gelombang ultrasonik frekuensi rendah (20.000 100.000 Hz) dimanfaatkan sebagai penggerak ultrasonic scaller dengan frekuensi gelombang dalam batas 25.000 Hz sebagai alat ultrasonic scaller (Walmsley dkk, 1992). Dalam bidang endodontik, penggunaan gelombang ultrasonik sebagai ultrasonic files, salah satu teknik irigasi mekanik untuk membersihkan smear layer dari saluran akar (Dalai dkk., 2014). Gelombang ultrasonik frekuensi rendah yaitu 20.000-100.000 Hz diklasifikasikan sebagai power ultrasound yakni gelombang ultrasonik dengan frekuensi rendah yang memiliki efek kavitasi yang penting dalam kematian sel bakteri. 1

2 Gelombang ultrasonik memiliki kemampuan untuk melisiskan sel bakteri. Energi akustik yang dihantarkan pada frekuensi di atas 20.000 Hz diperkirakan akan menimbulkan efek yang merusak bagi pertumbuhan sel bakteri. Sebuah penelitian in vitro yang menilai efek Low Frequency Ultrasounic (LFU) yang dihantarkan sebesar 40.000 Hz dengan menggunakan semburan partikel halus saline ternyata bersifat merusak bagi membran MRSA, dan tipe bakteri lainnya. Penelitian in vitro lainnya menunjukkan bahwa penggunaan Low Frequency Ultrasonic (LFU) sebesar 40.000 Hz selama 5 menit mampu menyebabkan terjadinya reduksi Pseudomonas aeruginoa (33%), Eschericia coli (40%), dan Enterococcus faecalis (27%). Efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik menunjukkan adanya manfaat positif yang dapat digunakan untuk berbagai terapi kedokteran maupun kedokteran gigi (Draper dkk, 1993) Efek terhadap jaringan berupa efek termal dan efek non termal. Efek termal gelombang ultrasonik adalah meningkatkan aliran darah, reduksi spasme otot, meningkatnya ekstensibilitas serabut kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Fungsi efek termal dari gelombang ultrasonik dapat ditingkatkan melalui coupling medium yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan energi suara ke jaringan yang dituju (Merrick dkk, 2002). Coupling medium memiliki peranan sebagai perantara bioefek. Hal ini disebabkan karena sifat coupling medium yang dapat bersifat cair atau gel dengan viskositas tinggi. Kekentalan, ketegangan permukaan, densitas, hambatan akustik dari coupling medium dapat memberikan pengaruh terhadap efek yang dihasilkan (Mann, 2011).

3 Efek non termal gelombang ultrasonik berupa cavitation dan acoustic microstreaming (Speed, 2001). Efek non termal berupa kavitasi dapat memberi kontibusi pada inaktivasi fisik bagi struktur mikroba dan juga elemen toksik. Paparan singkat gelombang ultrasonik menyebabkan penipisan dinding sel sehingga mengakibatkan pelepasan membran sitoplasma dari dinding sel (gholami dkk, 2014).. Di dalam saluran akar terdapat bakteri yang resisten yaitu Enterococcus faecalis (Venigalla dkk., 2015). E. faecalis merupakan spesies bakteri yang paling umum ditemukan pada isolasi gigi yang telah diobturasi dan disertai periodontitis apikal kronis (Bolla dkk., 2012). Menurut Wilson dkk. (2014), E. faecalis merupakan spesies bakteri penting diantara mikroorganisme lain yang dapat bertahan di dalam saluran akar meskipun telah dilakukan perawatan. Fisher dan Philips (2009) melaporkan bahwa bakteri E. faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran akar yang biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang diisolasi dari saluran akar yang telah selesai dilakukan perawatan. Penelitian Porteniner dkk. (2003) juga melaporkan bahwa 63% kasus infeksi ulang yang mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh E. faecalis. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam suasana ph yang tinggi, serta dapat bertahan dari kondisi kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama (Kundabala dan Suchitra, 2002). Penelitian lain yang dilakukan oleh Fransiska (2012) menyatakan bahwa penggunaan gelombang ultrasonik frekuensi terapi 3.500.000 Hz dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans.

4 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gelombang ultrasonik dengan frekuensi rendah yakni sebesar 20.000 90.000 Hz terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis yang resisten dalam perawatan saluran akar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, timbul permasalahan bagaimanakah pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : Untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan frekuensi rendah gelombang ultrasonik dalam menghambat bakteri E. faecalis. 2. Penggunaan gelombang ultrasonik dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri selain penggunaan bahan medikamen kimiawi.

5 E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu : 1. Monsen dkk (1998) melakukan penelitian secara in vitro mengenai efek ultrasonik terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bakteri gram positif lebih resisten terhadap efek ultrasonik dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Penelitian ini menggunakan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 20.000 Hz. 2. Fransiska dkk (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh lama paparan gelombang ultrasonik frekuensi terapi terhadap jumlah koloni bakteri Streptoccus mutans. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan gelombang ultasonik dengan frekuensi terapi 3.500.000 Hz Sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis.

6