BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gelombang ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi daripada kemampuan pendengaran telinga manusia yaitu diatas 20.000 Hz. Gelombang ultrasonik mempunyai peranan penting dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi. Bidang kedokteran umum memakai gelombang ultrasonik dengan frekuensi antara 2.000.000 Hz sampai 10.000.000 Hz (Bushberg, 1994). Gelombang ultrasonik yang digunakan dalam prosedur diagnosis memiliki frekuensi 700.000 Hz sampai 3.000.000 Hz sedangkan untuk prosedur terapi menggunakan frekuensi antara 3.000.000 Hz sampai 7.000.000 Hz (Cosgrove, 1993). Dalam bidang kedokteran gigi gelombang ultrasonik frekuensi rendah (20.000 100.000 Hz) dimanfaatkan sebagai penggerak ultrasonic scaller dengan frekuensi gelombang dalam batas 25.000 Hz sebagai alat ultrasonic scaller (Walmsley dkk, 1992). Dalam bidang endodontik, penggunaan gelombang ultrasonik sebagai ultrasonic files, salah satu teknik irigasi mekanik untuk membersihkan smear layer dari saluran akar (Dalai dkk., 2014). Gelombang ultrasonik frekuensi rendah yaitu 20.000-100.000 Hz diklasifikasikan sebagai power ultrasound yakni gelombang ultrasonik dengan frekuensi rendah yang memiliki efek kavitasi yang penting dalam kematian sel bakteri. 1
2 Gelombang ultrasonik memiliki kemampuan untuk melisiskan sel bakteri. Energi akustik yang dihantarkan pada frekuensi di atas 20.000 Hz diperkirakan akan menimbulkan efek yang merusak bagi pertumbuhan sel bakteri. Sebuah penelitian in vitro yang menilai efek Low Frequency Ultrasounic (LFU) yang dihantarkan sebesar 40.000 Hz dengan menggunakan semburan partikel halus saline ternyata bersifat merusak bagi membran MRSA, dan tipe bakteri lainnya. Penelitian in vitro lainnya menunjukkan bahwa penggunaan Low Frequency Ultrasonic (LFU) sebesar 40.000 Hz selama 5 menit mampu menyebabkan terjadinya reduksi Pseudomonas aeruginoa (33%), Eschericia coli (40%), dan Enterococcus faecalis (27%). Efek yang ditimbulkan gelombang ultrasonik menunjukkan adanya manfaat positif yang dapat digunakan untuk berbagai terapi kedokteran maupun kedokteran gigi (Draper dkk, 1993) Efek terhadap jaringan berupa efek termal dan efek non termal. Efek termal gelombang ultrasonik adalah meningkatkan aliran darah, reduksi spasme otot, meningkatnya ekstensibilitas serabut kolagen dan mengurangi kekakuan sendi. Fungsi efek termal dari gelombang ultrasonik dapat ditingkatkan melalui coupling medium yang memiliki kemampuan untuk menghantarkan energi suara ke jaringan yang dituju (Merrick dkk, 2002). Coupling medium memiliki peranan sebagai perantara bioefek. Hal ini disebabkan karena sifat coupling medium yang dapat bersifat cair atau gel dengan viskositas tinggi. Kekentalan, ketegangan permukaan, densitas, hambatan akustik dari coupling medium dapat memberikan pengaruh terhadap efek yang dihasilkan (Mann, 2011).
3 Efek non termal gelombang ultrasonik berupa cavitation dan acoustic microstreaming (Speed, 2001). Efek non termal berupa kavitasi dapat memberi kontibusi pada inaktivasi fisik bagi struktur mikroba dan juga elemen toksik. Paparan singkat gelombang ultrasonik menyebabkan penipisan dinding sel sehingga mengakibatkan pelepasan membran sitoplasma dari dinding sel (gholami dkk, 2014).. Di dalam saluran akar terdapat bakteri yang resisten yaitu Enterococcus faecalis (Venigalla dkk., 2015). E. faecalis merupakan spesies bakteri yang paling umum ditemukan pada isolasi gigi yang telah diobturasi dan disertai periodontitis apikal kronis (Bolla dkk., 2012). Menurut Wilson dkk. (2014), E. faecalis merupakan spesies bakteri penting diantara mikroorganisme lain yang dapat bertahan di dalam saluran akar meskipun telah dilakukan perawatan. Fisher dan Philips (2009) melaporkan bahwa bakteri E. faecalis bertanggung jawab terhadap 80-90% infeksi saluran akar yang biasanya merupakan satu-satunya spesies Enterococcus yang diisolasi dari saluran akar yang telah selesai dilakukan perawatan. Penelitian Porteniner dkk. (2003) juga melaporkan bahwa 63% kasus infeksi ulang yang mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar disebabkan oleh E. faecalis. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam suasana ph yang tinggi, serta dapat bertahan dari kondisi kekurangan nutrisi dalam jangka waktu yang lama (Kundabala dan Suchitra, 2002). Penelitian lain yang dilakukan oleh Fransiska (2012) menyatakan bahwa penggunaan gelombang ultrasonik frekuensi terapi 3.500.000 Hz dapat menurunkan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans.
4 Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gelombang ultrasonik dengan frekuensi rendah yakni sebesar 20.000 90.000 Hz terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis yang resisten dalam perawatan saluran akar. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, timbul permasalahan bagaimanakah pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : Untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai penggunaan frekuensi rendah gelombang ultrasonik dalam menghambat bakteri E. faecalis. 2. Penggunaan gelombang ultrasonik dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri selain penggunaan bahan medikamen kimiawi.
5 E. Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu : 1. Monsen dkk (1998) melakukan penelitian secara in vitro mengenai efek ultrasonik terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bakteri gram positif lebih resisten terhadap efek ultrasonik dibandingkan dengan bakteri gram negatif. Penelitian ini menggunakan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 20.000 Hz. 2. Fransiska dkk (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh lama paparan gelombang ultrasonik frekuensi terapi terhadap jumlah koloni bakteri Streptoccus mutans. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat penurunan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutans. Penelitian ini menggunakan gelombang ultasonik dengan frekuensi terapi 3.500.000 Hz Sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan penelitian tentang pengaruh frekuensi rendah gelombang ultrasonik terhadap pertumbuhan bakteri E. faecalis.
6