PERILAKU PENGGUNAAN TISU TOILET TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU DENGAN TERJADINYA KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA KRISTEN 1 TOMOHON

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

PENGARUH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG VULVA HYGIENE

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 9 SEMARANG TAHUN 2012

ANALISIS FAKTOR PERILAKU YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KEPUTIHAN PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN. Oleh : RONAULI AGNES MARPAUNG

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja dan Pencegahan Keputihan di SMK Muhammadiyah 1 Moyudan Sleman Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

PENGARUH PENGGUNAAN SABUN SIRIH (Piper battle L) TERHADAP KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

PENGARUH AKUPRESUR PADA TITIK PERICARDIUM 6 TERHADAP MORNING SICKNESS PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI PUSKESMAS KERTEK I WONOSOBO KARYA TULIS ILMIAH

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI MENGENAI KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA DAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMA NEGERI 1 SUKODONO

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 15 SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ANGGUN PUTRI PERTIWI

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERSONAL HYGIENE SAAT MENTRUASI. Aris Dwi Cahyono, Amelia Noerainin Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MERAWAT KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013

SibueaSH,Angraini DI, AdnyaniNMD Faculty of Medicine Lampung University

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

TAHUN Yogyakartaa

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS I SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN TENTANG MENSTRUASI

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai salah satu negara dengan AKI tertinggi Asia dan tertinggi ke-3 di

RABIATHUL IRFANIAH NIM I

KARYA TULIS ILMIAH. PERILAKU REMAJA PUTRI DALAM PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI Di Madrasah Aliyah Darul Huda Mayak Kabupaten Ponorogo

PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH DI SMA NEGERI RONGKOP GUNUNG KIDUL TAHUN 2012

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN REMAJA TENTANG CARA MENJAGA KESEHATAN ALAT REPRODUKSI WANITA DI MAN 2 PONOROGO

PENGETAHUAN REMAJA PUTRI DENGAN KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE DI ACEH BESAR KNOWLEDGE OF YOUNG WOMEN IN READINESS TO FACE MENARCHE STATE OF ACEH BESAR

PENTINGNYA PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PONDOK PESANTREN AL FALAH SIDOARJO.

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Persetujuan Responden LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN. Yang bertandatangan dibawah ini, saya: Nama : (Inisial) Umur :

UNIVERSITAS UDAYANA GAMBARAN PERILAKU HYGIENE VAGINA PADA WUS YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

Maria Ulfa dan Ika Agustina STIKes Patria Husada Blitar

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTRI DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUTIHAN DI SMA SUTOMO 2 MEDAN TAHUN 2015 SKRIPSI

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

The Prevalence of Sexual Dysfunction in Mothers Contraceptive Implant Users at Urban Villages Seputih Gunung Sugih Central Lampung 2013

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE PEER EDUCATION TERHADAP PENGETAHUAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS II SMP DI PONDOK TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

Transkripsi:

PERILAKU PENGGUNAAN TISU TOILET TERHADAP KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA Paryono, Intan Nugraheni Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan Abstract: Toilet Tissue, whitish, Young Women. Whitish in medical terms is called fluorine albus or leucorrhea is liquid released from the genitals. Whitish disease is a problem in women. Normal whitish discharge translucent color, no odor, does not itch and occur before menstruation and after menstruation, sexual stimulation, when a pregnant woman and a state of stress. Abnormal discharge of fluid that comes out cloudy and thick, stinking, rancid, fishy, itchy, fluid quantity many, yellowish or greenish. Behavioral habits that are not good personal hygiene will cause vaginal discharge. Behaviors that can reduce the whiteness using toilet paper after urinating. To determine differences in the use of toilet paper on the incidence of vaginal discharge in adolescent girls at school Veteran 1 Sukoharjo. The study design used was quasi exsperiment with Time Series Design study design is the design of the study using pretest posttest conducted by direct observation. The sampling technique used purposive sampling with a sample of 41 students who have signs of symptoms of vaginal discharge. Mc Nemar statistical test used to determine the effect on the incidence of vaginal discharge toilet paper. Before the treated (preliminary examination) most respondents experienced pathological vaginal discharge as many as 33 students (80.5%), after being given treatment using toilet paper (final inspection) of respondents who experience vaginal discharge pathology as many as 14 students (34.14%). Results of the study showed statistical tests p: 0.000, which means there is the effect of the use of toilet paper on the incidence of vaginal discharge. There is a distinction mark whitish symptoms before and after using toilet paper. Keywords: Toilet Tissue, whitish, Young Women Abstrak: Tisu Toilet, Keputihan, Remaja Putri. Keputihan dalam istilah medis disebut flour albus atau leucorrhea adalah cairan yang dikeluarkan dari alat genital. Penyakit keputihan menjadi problem pada wanita. Keputihan yang normal cairan yang keluar berwarna bening, tidak bau, tidak gatal dan terjadi menjelang menstruasi maupun setelah menstruasi, rangsangan seksual, saat wanita hamil dan keadaan stress. Keputihan yang tidak normal cairan yang keluar keruh dan kental, berbau busuk, anyir, amis, terasa gatal, jumlah cairan banyak, warna kekuningan atau kehijauan. Kebiasaan perilaku personal hygiene yang tidak baik akan menyebabkan keputihan. Perilaku yang dapat mengurangi keputihan dengan menggunakan tisu toilet setelah buang air kecil. Untuk mengetahui perbedaan penggunaan tisu toilet terhadap kejadian keputihan pada remaja siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi exsperiment dengan desain studi Time Series Design yaitu rancangan penelitian dengan menggunakan pretest posttest yang dilakukan dengan observasi secara langsung. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 20

21 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 sampel 41 siswi yang memiliki tanda gejala keputihan. Uji statistik menggunakan Mc Nemar untuk mengetahui pengaruh tisu toilet terhadap kejadian keputihan. Sebelum diberi perlakuan (pemeriksaan awal) sebagian besar responden mengalami keputihan patologi yaitu sebanyak 33 siswi (80,5%), setelah diberi perlakuan menggunakan tisu toilet (pemeriksaan akhir) responden yang mengalami keputihan patologi sebanyak 14 siswi (34,14%). Hasil penelitian uji statistik menunjukan p : 0,000 yang artinya ada pengaruh penggunaan tisu toilet terhadap kejadian keputihan. Ada perbedaan tanda gejala keputihan sebelum dan sesudah menggunakan tisu toilet. Kata Kunci: Tisu Toilet, Keputihan, Remaja Putri PENDAHULUAN Menurut studi Badan Kesehatan Dunia (WHO) masalah kesehatan reproduksi perempuan yang buruk telah mencapai 33% dari jumlah total beban penyakit yang diderita para perempuan di dunia (Women's Health, 2006). Organ reproduksi kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan. Hal tersebut sangat membutuhkan perhatian, terutama kesehatan dan kebersihannya. Hasil penelitian menyebutkan tiga perempat wanita di dunia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya. Hampir 75% wanita Indonesia mengalami keputihan dalam hal ini tidak terkecuali remaja putri. Survey menunjukan 65% remaja putri mengalami keputihan. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan siswi rendah tentang keputihan 51,8%, sikap siswi mendukung upaya pencegahan keputihan 69,6%, melakukan upaya pencegahan keputihan baik 50,0%. Hasil lain menunjukan sikap dan perilaku remaja dalam mencegah keputihan, yang memiliki kategori baik 25,86%, cukup 67,24% dan kategori kurang 6,8%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Veteran didapatkan sebanyak 6 dari 10 siswi kelas XI mengalami gatal pada genetalianya, sering keluar cairan putih agak kekuningan dari genetalia sehingga membuat rasa tidak nyaman, setelah buang air kecil atau buang air besar siswi tidak pernah mengeringkan genetalianya. Selain itu tidak tersedianya tisu toilet di sekolah yang dapat dijadikan sarana siswi untuk mengeringkan genetalia setelah buang air kecil pada waktu di sekolah. Hal ini lah yang mendorong peneliti melakukan penelitian tentang perilaku penggunaan tisu toilet terhadap kejadian keputihan pada remaja siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penggunaan tisu toilet terhadap kejadian keputihan pada remaja siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah Clinical Trial atau jenis penelitian klinis dengan menggunakan cara eksperimen. Desain yang digunakan Quasi Eksperimen atau eksperimen semu. Dengan studi Time Series Design yaitu rancangan penelitian dengan menggunakan pretest posttest yang dilakukan dengan observasi secara langsung.

Paryono, Perilaku Penggunaan Tisu Toilet Terhadap 22 Penelitian ini dilakukan di SMA Veteran 1 Sukoharjo mulai dari September sampai Desember 2013. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI yang terdiri dari 69 siswi. Pengambilan sampel secara purposive sampling untuk masingmasing populasi tiap kelas yang memiliki kriteria inklusi yaitu memiliki tanda gejala keputihan dan yang hadir atau bersedia menjadi sampel. Hasil perhitungan didapatkan besar sampel sebanyak 41 siswi yang sesuai kriteria. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner tertutup berbentuk ceklist digunakan untuk mengetahui tanda dan gejala keputihan yang berjumlah 15 item dan lembar monitoring untuk mengetahui perilaku penggunaan tisu toilet. Pengumpulan data dilakukan 2 kali untuk mengobservasi keputihan sebelum menggunakan tisu toilet dan observasi keputihan setelah menggunakan tisu toilet. Analisa data pada penelitian ini menggunakan statistik nonparametrik yaitu pengujian Mc Nemar Test pengujian yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 for windows. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden dan kejadian keputihan yang dialami responden. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Karakteristik f (%) Umur a. 16 tahun b. 17 tahun 5 36 12,2 87,8 Berdasarkan tabel 1 didapatkan hasil sebagian besar umur responden 17 tahun sebanyak 36 siswi (87,8%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Informasi Tentang Keputihan Informasi Keputihan f (%) a. Sudah pernah 25 61 b. Belum pernah 16 39 Berdasarkan tabel 2 didapatkan sebagian besar responden sudah mendapatkan informasi tentang keputihan sebanyak 25 siswi (61%). Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Sumber Informasi Tentang keputihan Sumber Informasi Keputihan f (%) a. Media cetak 4 9,75 b. Media elektronik 19 46,34 c. Pelajaran 0 0,0 sekolah d. Orang tua 2 4,9 e. Belum pernah 16 39 Berdasarkan tabel 3 didapatkan sebagian besar responden mendapatkan sumber informasi mengenai keputihan melalui media elektronik sebanyak 19 siswi (46,34%). Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kriteria Keputihan

23 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 Kriteria f (%) Keputihan a. Ya 41 100 0 b. Tidak 0 Mengalami gatal a. Ya 41 100 b. Tidak 0 0 Warna keputihan a. Putih bening 8 19,6 b. Kuning kehijauan 33 80,4 Bau keputihan a. Tidak berbau 8 19,6 b. Amis 33 80,4 Berdasarkan tabel 4 diperoleh hasil semua responden mengalami keputihan dan gatal (100%), sebagian besar responden mengalami keputihan dengan warna kuning kehijauan dan berbau amis sebanyak 33 siswi (80,4%). Tabel 5 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan Awal No Kategori Jumlah (%) 1. Fisiologi 8 19,5 2. Patologi 33 80,5 Total 41 100 Berdasarkan tabel 5 diperoleh sebagian besar responden mengalami keputihan patologi sebanyak 33 siswi (80,5%). Tabel 6 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan akhir No Kategori Jumlah (%) 1. Fisiologi 27 65,9 2. Patologi 14 34,1 Total 41 100 Berdasarkan tabel 6 diperoleh sebagian besar responden mengalami keputihan fisiologi sebanyak 27 siswi (65,9%). 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat menggunakan statistik nonparametrik dengan pengujian Mc Nemar Test dengan hasil sebagai berikut: Tabel 7 Pemeriksaan Awal Uji Mc Nemar Pemeriksaan tota p Akhir l Patologi Fisiolo gi Patologi 1 21 33 0,000 2 Fisiologi 2 6 8 27 41 Total 1 4 Dari tabel 7 menunjukan p sebesar 0,000 yang berarti Ho ditolak yang artinya ada pengaruh tisu toilet terhadap kejadian keputihan. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukan semua responden berusia 16 sampai 17 tahun (100%). Hal ini sesuai teori Mappiare yang dikutip oleh Ali dan Asrori (2006), bahwa remaja adalah golongan manusia yang berumur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 23 tahun bagi pria dimana sudut perkembangan remaja merujuk pada suatu masa perkembangan manusia, yaitu masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Usia 16 sampai 17 tahun adalah masa remaja akhir dimana remaja tidak mau mendengarkan nasehat dari orang lain cenderung ingin mencari jati diri, mencari kebebasan sehingga remaja tidak memperhatikan perilaku menjaga kesehatan reproduksinya terutama mengenai keputihan. Menurut Widyastuti (2009) bahwa remaja adalah usia 12 sampai 22 tahun dimana pada usia ini mempunyai ciriciri antara lain mewujudkan perasaan cintanya, memiliki kemampuan

Paryono, Perilaku Penggunaan Tisu Toilet Terhadap 24 berfikir mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Sebagian besar responden sudah mendapatkan informasi mengenai keputihan (61%), informasi diperoleh melalui media elektronik (70,7%). Hal ini sesuai teori Wuryani (2008), adanya kebutuhan orang untuk dapat memahami kesehatan reproduksi dengan baik dan benar merupakan petunjuk bahwa kesehatan reproduksi sangat penting untuk menentukan kualitas reproduksinya. Pendidikan kesehatan reproduksi khususnya tentang keputihan seharusnya diberikan sejak usia menginjak pubertas. Sumber informasi awal tentang kesehatan reproduksi bisa didapatkan dari orang tua karena orang tua yang paling tepat untuk memberikan bimbingan kepada anakanaknya, dibidang kesehatan reproduksi. Menurut Feliana (2013) Media elektronik sebagai sarana yang mudah diakses oleh masyarakat terutama kalangan remaja, karena dengan media internet tersebut, dapat dengan mudah mencari data dan informasi yang dibutuhkan dari Google.com, Wikipedia.com, Yahoo.com, dan lainnya. Sehingga, saat mencari sesuatu dengan cepat langsung menggunakan media elektronik sebagai media pencarian. Hal tersebut menjadi sebuah kebiasaan dalam bagian kehidupan karena sering dilakukan. Menurut Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran, sementara menurut Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: faktor-faktor dasar (predisposising factors) yang mencakup dalam pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, norma-norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Notoadmodjo (2007) juga menyatakan bahwa pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung mengukur tindakan atau kegiatan responden di mana bahwa perubahan perilaku juga berasal dari adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebility of information). Tingkat pengetahuan yang baik dari remaja putri tentang kepatuhan dan adanya perilaku yang baik dalam memelihara kesehatan reproduksinya, disebabkan karena adanya akses informasi yang diperoleh remaja putri baik melalui media cetak, media elektronik maupun dari orang tua. Hasil penelitian menunjukan semua responden mengalami keputihan dan gatal (100%). Sebagian besar mengalami keputihan dengan warna kuning kehijauan dan berbau amis (80,4%). Teori Aghe (2009) keputihan fisiologi merupakan cairan putih bening dan jernih dari vagina yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan gatal yang tidak berlebihan. Keputihan patologi cairan yang keluar warnanya putih seperti susu basi, kuning kehijauan, disertai rasa gatal yang berlebihan, atau pedih, terkadang berbau amis atau busuk, jumlahnya banyak, timbul terus-menerus. Penyebab keputihan antara lain : Pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut yang tidak sengaja masuk ke vagina, mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi, kegemukan yang dapat menimbulkan keringat atau kelembaban daerah

25 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 genetalia sehingga menyebabkan bakteri berkembang (Saraswati, 2010). Penelitian menunjukan dari pemeriksaan awal diperoleh responden yang mengalami keputihan fisiologi (19,5%) dan responden yang mengalami keputihan patologi (80,5%). Teori Saraswati (2010) penyebab keputihan karena perilaku atau kebiasaan seseorang yang tidak memperhatikan organ reproduksi antara lain daerah genetalia yang lembab, celana dalam terlalu ketat, rambut yang tidak sengaja masuk ke vagina. Hal tersebut dapat menjadikan keputihan patologi atau bisa menimbulkan kanker. Didukung dengan penelitian Astuti (2008) menyatakan ada hubungan antara pangetahuan remaja tentang keputihan dengan terjadinya keputihan patologi, sikap dan perilaku remaja dengan kejadian keputihan patologi. Dari pemeriksaan akhir menunjukan responden yang mengalami keputihan fisiologi (65,86%) sedangkan responden yang mengalami keputihan patologi (34,14%). Hal ini disebabkan setelah diberi tisu toilet ada perubahan perilaku responden yang selalu mengeringkan genetalia setelah buang air kecil atau buang air besar dengan menggunakan tisu toilet. Menurut teori Revina (2011) membersihkan organ intim secara teratur dan selalu mengeringkan genetalia ketika lembab menjadi solusi untuk mengurangi atau mencegah terjadinya keputihan yang dapat berujung pada sebuah penyakit. Menurut Fatrahady (2009) menyatakan membiasakan untuk selalu mengeringkan genetalia setelah buang air kecil ataupun buang air besar dapat menghindari keputihan yang dapat menyebabkan infeksi atau keputihan patologi. Dari hasil perubahan kejadian pada pemeriksaan awal dan pemeriksaan akhir terlihat bahwa responden yang awalnya tidak mengetahui tentang keputihan dan cara pencegahanya, setelah diberi perlakuaan responden menerapkan untuk selalu menjaga genetalia tetap kering, setelah itu dilakukan pemeriksaan akhir hasil yang ditunjukan ada perubahan tanda gejala keputihan yang dialami responden kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai teori Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran, sementara menurut Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2007) bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: faktor-faktor dasar (predisposising factors) yang mencakup dalam pengetahuan, sikap, kebiasaan, kepercayaan, norma-norma sosial dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu dan masyarakat. Hasil penelitian menunjukan dari perhitungan statistik didapatkan p: 0,000 yang artinya ada perbedaan tanda gejala keputihan sesudah menggunakan tisu toilet lebih sedikit dibanding sebelum menggunakan tisu toilet pada siswi di SMA Veteran 1 Sukoharjo. Teori Boyke (2013) dengan menggunakan tisu secara teratur ketika genetalia lembab dapat mengurangi kejadian keputihan yang paling sering dialami wanita. Menurut Revina (2011) Tisu sangat efektif dibawa dan digunakan setiap saat. Selain mencegah keputihan, tisu kesehatan dapat menghilangkan gatal-gatal di area organ intim wanita, mampu mencegah jamur penyebab bau tidak

Paryono, Perilaku Penggunaan Tisu Toilet Terhadap 26 sedap pada organ intim, serta yang lebih penting adalah mampu mencegah penyakit mematikan di kalangan kaum perempuan yaitu kanker serviks. Sehingga menjadikan tisu kesehatan sebagai perawatan lengkap bagi organ intim. Usia 16 sampai 17 tahun sering mengalami keputihan disebabkan remaja usia tersebut tidak mau mendengarkan nasehat dari orang lain cenderung ingin mencari jati diri, mencari kebebasan sehingga remaja tidak memperhatikan perilaku menjaga kesehatan reproduksinya terutama mengenai keputihan. Sebagian besar remaja sudah mendapatkan informasi mengenai keputihan melalui media elektronik dikarenakan media elektronik lebih mudah memberikan informasi dan remaja lebih senang mencari hal-hal baru melalui media elektronik dari pada mendapatkan informasi dari orang lain. Karena informasi yang didapat sangat terbatas remaja belum bisa mencegah kejadian keputihan, sebagian besar remaja mengalami keputihan, gatal, berwarna kuning kehijauan dan berbau amis. Menurut Age (2009) Keputihan patologi cairan yang keluar warnanya putih seperti susu basi, kuning kehijauan, disertai rasa gatal yang berlebihan, atau pedih, terkadang berbau amis atau busuk, jumlahnya banyak, timbul terus-menerus. Remaja sebagian besar mengalami keputihan patologi penyebabnya karena perilaku remaja yang tidak memperhatikan organ reproduksinya (Saraswati, 2010). Dari hasil tersebut kemudian diberi perlakuan dengan memberikan tisu toilet kepada remaja supaya digunakan untuk mengeringkan daerah genetalia setelah buang air kecil atau buang air besar. Setelah remaja menggunakan tisu toilet menunjukan remaja sebagian besar mengalami keputihan fisiologi. Hal ini sesuai teori Notoadmodjo (2007) yang menyatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan kesadaran. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ada perbedaan tanda gejala keputihan sebelum dan sesudah menggunakan tisu toilet. Dengan menggunakan tisu untuk mengeringkan genetalia setelah buang air dapat mengurangi tanda gejala keputihan sehingga diharapkan kepada pihak sekolah untuk memperhatikan dan melengkapi sarana toilet dengan tisu toilet supaya siswi bisa menerapkan personal hygiene untuk mencegah timbulnya tanda gejala keputihan yang dialami oleh siswi. Diharapkan siswi dapat merubah perilaku dengan membiasakan untuk selalu membawa dan menggunakan tisu toilet setelah buang air kecil atau buang air besar. Selain itu, diharapkan tenaga kesehatan dapat memberdayakan guru melalui kegiatan ekstrakulikuler dan UKS sebagai sarana untuk menunjang kesehatan reproduksi berupa : konseling, penyuluhan, pelatihan atau seminar. DAFTAR RUJUKAN Aghe.2009. Leukorrea. Didapat dari :http://one.indoskripsi.com [1 September 2013] Astuti. 2008. Studi Pengetahuan Sikap dan Perilaku Remaja Putri Menjaga Daerah Kewanitaan Dalam Mencegah Terjadinya Keputihan Patologi Pada

27 Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99 Siswi Kelas X di SMA Batik Surakarta Fatrahady. 2009. Flour albuse(leukorea).dari:http:/ /obsginfkunram.blogspot.co m [ Diakses 1 September 2013 ] Feliana. 2013. Komunikasi dan Kemudahan Media Internet. Dari: http://komunikasi.us/index.p hp/mata-kuliah/kmm/12- response-paper-ptk- 2013/920-kemudahaninternet-saat-ini [ Diakses 2 September 2013] Manuaba, I. B. G. 2008. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC Saraswati, S. 2010. 52 Penyakit Perempuan. Jogjakarta: Kata Hati. Widyastuti Y. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta:Fitramaya.