BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi persaingan bebas dan juga mengatasi krisis moneter yang berkepanjangan maka kebijaksanaan pembangunan difokuskan kepada perbaikan perekonomian yang mengalami kemunduran tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka membangkitkan lagi perekonomian Indonesia yang sedang terpuruk untuk keluar dan krisis moneter yang berkepanjangan ini, maka diperlukan yang tidak sedikit jumlahnya untuk menjalankan atau menyembuhkan perekonomian yang sempat jatuh dalam beberapa saat. Bagi negara berkembang khususnya Indonesia, sumber pembiayaan yang berupa penerimaan devisa yang berasal dan kegiatan ekspor memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional. Salah satu upaya pemerintah untuk mendapatkan devisa dari luar negeri adalah dengan jalan mengekspor hasilhasil sumber daya alam ke1uar negeri. Dari hasil devisa ini dapat digunakan untuk menambah dana pembangunan dalam negeri. Kegiatan ekspor akan tetap menempati peranan penting sebagai penggerak ekonomi dalam negeri. Oleh sebab itu arah kebijaksanaan di bidang perdagangan ekspor ditujukan untuk meningkatkan ekspor barang khususnya komoditi non migas. Dipilihnya komoditi ekspor non migas karena harga minyak bumi di pasaran dunia mengalami kemerosotan. Hal ini berakibat terjadinya penurunan penerimaan negara yang berasal dari minyak dan gas bumi. Untuk mengatasi 1
situasi yang tidak menguntungkan maka pemerintah berusaha mengurangi ketergantungan terhadap ekspor migas yaitu dengan mengadakan diversifikasi penerimaan ke arah peningkatan produksi serta peningkatan ekspor komoditi dan jasa-jasa non migas. (Sukirno, 2002) Salah satu variabel ekonomi makro terpenting yang menentukan apakah perekonomian suatu negara disebut perekonomian terbuka atau perekonomian tertutup adalah ekspor. Biasanya semakin tinggi angka ekspor maka akan semakin terbuka perekonomian negara tersebut dalam alur perekonomian dunia. Eksportir di dalam melakukan aktivitas ekonomi lebih mengutamakan pada pertimbangan berapa besar dia akan memperoleh dollar, yen, dan mata uang negara lain dan bagaimana dengan nilai tukar uang tersebut di dalam negeri serta pendapatan nasional negara tersebut. Mata uang Amerika Serikat tergolong hard currency dan hampir semua negara menyukai mata uang tersebut. Kebijakan menentukan nilai tukar menjadai kebutuhan setiap negara untuk memfasilitasi keterlibatannya dalam perdagangan antar negara. Sebagai negara mematok kurs pada suatu level harga tertentu. Sebagai negara lainya membiarkan kurs bergerak secara bebas mengikuti mekanisne pasar. Ekspor Indonesia pada awalnya didominasi oleh produk-produk minyak dan gas bumi (migas). Sejak tahun 1974 sampai tahun 1986 pembiayaan ekonomi Indonesia banyak tergantung dari penerimaan minyak dan gas bumi. Keadaan yang demikaian menyebabkan perekonomian Indonesia sangat peka terhadap perubahan harga migas di pasar Internasional. 2
Pergeseran ekspor Indonesia terjadi sejak tahun 1989, dengan kontribusi ekspor non migas lebih besar. Hal ini di sebabkan karena tahun 1982 harga minyak turun hingga 50 persen sehingga pendapatan negara dari sektor ekspor migas menurun. Ini memicu pemerintah mencari alternatif sebagai pengganti ekspor migas yang terus merosot. Salah satunya adalah mengembangkan dan meningkatkan ekspor non migas (Lestiyono, 2007). Pergerakan nilai tukar mata uang merupakan konsekuensi dari adanya interaksi yang terjadi diantara pelaku ekonomi di berbagai negara dalam melakukan transaksi kegiatan ekonomi. Suku bunga dasar kredit (SBDK) merupakan suku bunga terendah yang digunakan sebagai dasar bagi bank dalam menentukan suku bunga kredit yang terdiri atas tiga komponen utama, yakni rata-rata harga pokok dana untuk kredit, biaya overhead yang dikeluarkan bank dalam proses pembagian kredit dan marjin keuntungan yang ditetapkan bank untuk aktivitas perkreditan. Tingkat inflasi di Sumatera Utara secara umum juga kondisinya lebih baik dari nasional. Secara umum, laju inflasi Sumatera Utara masih dalam kondisi yang rendah (dibawah 2 digit) keculi pada tahun 2008 yang mencapai 10,72%. Hal ini sebagai akibat kontraksi ekonomi di seluruh dunia, dan bahkan capaianya selalu di bawah capaian nasional kecuali pada tahun 2010 Sumatera Utara capaian tingkat inflasinya di atas nasional, dimana capaian nasional sebesar 6,96%. Tetpi hal ini kan terus di upayakan untuk menstabilisasikannya dalam rangka tetap mempertahankan tingkat daya beli masyarakat. 3
Ekspor Sumatera Utara menurut negara tujuan utama, dimana hampir semua negara tujuan utama ekspor Sumatera Utara tahun 2014 mengalami penurunan nilai ekspor antara lain Malaysia sebesar 35,31 persen, Jepang 31,97 persen, Turkey 5,72 persen, dan Mesir 2,78 persen. Sedangkan negara tujuan utama ekspor yang mengalami kenaikan adalah Pakistan 51,30 persen, Kamboja 36,93 persen, Amerika Serikat 27,29 persen, dan Belanda 0,49 persen. Ditinjau dari distribusi ke berbagai wilayah perdagangan dunia, sekitar 10,18 persen barang ekspor dari Sumatera Utara dipasarkan ke Negara Tiongkok. Negara Amerika Serikat, Jepang, dan India merupakan pangsa pasar terbesar berikutnya yaitu masing-masing 10,23 persen, 6,74 persen, dan 6,50 persen. Ekspor ke negara lain kurang dari 5 persen. 4
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor Non Migas Sumatera Utara Menurut Sektor tahun 1995-2014 (US $) Tahun Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Lainnya Jumlah 1995 448.954 634 2.657,523 55 3.107,163 1996 998.291 98 2.104,037 6 3.102,431 1997 891.707 758 2.545,890 5.199 3.443,555 1998 746.359 198 1.978,413 12 2.713,611 1999 625.157 2.480 1.978,413 164 2.606,216 2000 551.295 16.559 1.869,809 101 2.437,764 2001 665.936 10.632 1.616,118 110 2.294,796 2002 600.529 19445 2.271,999 22 2.891,996 2003 838.057 13.717 4.179,345 41 2.681,996 2004 1.029,559 43.936 3.165,894 23 4.239,409 2005 1.705,920 19.602 3.798,229 79 5.523,901 2006 1.850,402 7.953 5.224,512 31 7.082,899 2007 2.187,776 5.437 7.068,651 114 9.261,977 2008 1.444,088 3.067 5.012,880 82 6.460,117 2009 1.311,225 3.068 5.012,879 82 6.327,254 2010 2.677,304 2.637 6.467,624 212 9.147,778 2011 3.951,429 9.121 7.922,544 175 11.883,269 2012 2.740,148 8.994 7.644,597 197 10.393,936 2013 2.403,011 14.437 7.179,658 119 9.598,008 2014 1.937,883 12.427 7.410,702 12 9.361,110 Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014 Dalam kurun waktu 1995-20014, perkembangan ekspor non migas Sumatera Utara secara keseluruhan menunjukan hasil yang positif. Artinya ekspor non migas Sumatera Utara selalu meningkat. Pada tahun 2003 nilai FOB ekspor non migas Sumatera Utara sebesar 5,022 miliar US$. Jumlah tersebut terus meningkat hingga menyentuh angka 9,361 miliar US$ pada tahun 2014. 5
Dari tahun ke tahun nilai ekspor non migas Sumatera Utara selalu berfluktuasi. Nilai ekspor tertinggi diterima pada tahun 2011 dengan nilai FOB 11,883 miliar US$, sedangkan yang terendah adalah 2,563 miliar US$ pada tahun 2004. Sejak tahun 2005 hingga 2009 cenderung mengalami peningkatan. Dan semakin membaik pada tahun tahun berikutnya yang ditunjukan dengan nilai FOB pada tahun 2011, 2012, 2013, dan 2014 masing-masing sebesar 11,883 miliar US$, 10,393 miliar US$, 9,598 miliar US$, dan 9,361 miliar US$. Tabel 1.2 Perbandingan Ekspor Migas dan Non Migas Sumatera Utara Tahun 1995-2014(US$) Tahun Migas Non Migas 1995-3.107,163 1996-3.102,431 1997-3.443,555 1998 144 2.713,611 1999 2 2.606,216 2000-2.437,764 2001-2.294,796 2002-2.891,996 2003-2.681,996 2004-4.563,075 2005-5.523,901 2006-7.820,899 2007-9.261,977 2008-6.460,117 2009-6.327,254 2010-9.147,778 2011-11.838,269 2012-10.393,936 2013 726 9.598,008 2014 87 9.361,110 Sumber: BPS Sumatera Utara 1995-2014 Pada tahun 2003-2012 sektor non migas Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 6
11,838 miliar US$ perkembangan tersebut didominasi oleh sektor industri sebesar 7,922 miliar US$, Sedangkan ekspor sektor minyak dan gas bumi tidak mengalami peran sama sekali. Pada tahun 2013 dan 2014 sektor minyak dan gas bumi mengalaimi peningkatan sebesar 726 miliar US$, dan 87 miliar US$. Adanya keterkaitan dan ketergantungan serta persaingan global menyebabkan kehidupan dalam suatu negara terpengaruh oleh ekonomi internasional (Hamdy Hadi, 2004). Dengan kata lain dalam era global dan perdagangan bebas saat ini dapat dikatakan tidak ada lagi negara-negara yang autarki, yaitu negara yang hidup terisolasi tanpa mempunyai hubungan ekonomi, keuangan maupun perdagangan internasional (ekspor dan impor). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penelitian ini berjudul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR NON MIGAS DI SUMATERA UTARA. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka yang terjadi pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh nilai tukar terhadap ekspor non di migas Sumatera Utara? 2. Apakah terdapat pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara? 3. Apakah terdapat pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara? 7
4. Apakah terdapat pengaruh GDP perkapita negara tujuan ekspor terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai tukar terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh inflasi terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara. 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh GDP perkapita negara tujuan ekspor terhadap ekspor non migas di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti khususnya dalam hal ekspor non migas. 2. Sebagai bahan masukan atau pemikiran bagi instansi yang terkait dalam mengambil keputusan. 3. Menjadi referensi atau diharapkan sebagai bahan kajian peneliti-peneliti lain untuk menulis topik yang sama. 8