BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan-kegiatan dan peraturan yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu untuk dapat bersaing di zaman yang semakin maju. Pendidikan juga

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. lingkungan (Semiun, 2006). Penyesuaian diri diistilahkan sebagai adjustment.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari hari, tanpa disadari individu sering kali bertemu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dekat dengan ustadzah. Dengan kriteria sebagai berikut dari 100

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak disampaikan menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI BARU NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB I PENDAHULUAN. lapar dia akan menangis, dan ketika disuapin ia akan diam, hal ini menunjukan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sering diartikan juga sebagai sekolah agama bagi pelajar muslim (Sumadi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang unik. Remaja bukan lagi anak-anak, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pesantren adalah tempat para santri (Dhofier, 2011). Pesantren sendiri berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencari pengalaman hidup serta ingin menuntut ilmu yang lebih tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa Remaja merupakan suatu fase transisi dari anak-anak menjadi dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadikannya sebagai insal kamil, manusia utuh atau kaffah. Hal ini dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Pondok Pesantren Daar el-qolam merupakan salah satu pondok pesantren

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. mental, emosional, sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Salah satu tahap yang akan dihadapi individu jika sudah melewati. masa anak-anak akhir yaitu masa remaja.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk bertahan dan melanjutkan tugas dalam setiap tahap perkembangannya. Remaja tidak terlepas dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan tersebut dapat bersumber dari bermacam-macam faktor baik dari dalam diri remaja, keluarga, atau lingkungan sosial. Masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja memberikan suatu kekuatan bagi para remaja agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial mereka. Santrock (2007) berpendapat permasalahan dalam kehidupan remaja disebabkan oleh berbagai macam pertimbangan bahwa masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan pada aspek biologis, koginitif, dan sosio-emosional. Perubahan intelektual remaja merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua periode perkembangan dan mampu mengintegrasikan diri ke dalam masyarakat dewasa. Posisi remaja yang berada di antara anak dan orang dewasa membuat remaja dikenal dengan fase mencari jati diri. Ali & Asrori (2014) berpendapat pesatnya perkembangan fisik dan psikis pada diri remaja menimbulkan kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Remaja secara umum mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang sukses harus rajin belajar. Faktor pencarian identitas diri yang kuat menyebabkan remaja lebih senang mencari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bersama-sama dengan 1

2 kelompoknya selain kegiatan belajar dan yang muncul dipermukaan adalah remaja yang malas dan tidak disiplin dalam belajar. Perubahan yang terjadi pada diri remaja dan lingkungan sosial yang baru menuntut remaja untuk melakukan penyesuaian diri. Desmita (2012) menyatakan penyesuaian diri pada prinsipnya adalah suatu proses yang mencakup respons mental dan tingkah laku, individu berusaha untuk berhasil mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-keteganan, konflik-konflik, dan frustasi yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan oleh lingkungan di mana ia tinggal. Remaja harus mampu untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut, sehingga mampu menghadapi perubahan yang terjadi dalam diri remaja atau lingkungan sosial di sekitarnya. Ali dan Asrori (2014) menyebutkan karakteristik penyesuaian diri yang terjadi pada remaja dapat terlihat dari penyesuaian diri terhadap peran dan identitas, pendidikan, kehidupan seks, norma sosial, penggunaan waktu luang, penggunaan uang, dan penyesuaian terhadap kecemasan, konflik, dan frustasi. Menyesuaikan diri dalam menghadapi situasi baru bukan hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih jika situasi yang dihadapi sangat berbeda dengan keadaan sebelumnya. Salah satunya adalah melanjutkan pendidikan di sekolah dengan sistem pesantren. Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dan penyebaran agama Islam yang dapat dikatakan sebagai wujud proses perkembangan sistem pendidikan nasional. Menurut Qomar (2006) pesantren didefinisikan sebagai suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan

3 pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan Pasal 1 Ayat 4 yang menyatakan bahwa pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasis masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan pendidikan jenis lainnya. Pesantren sendiri memiliki karakteristik yang unik dan sedikit berbeda dari sekolah formal pada umumnya, seperti pelajaran agama yang lebih banyak dan lebih ditekankan. Siswa yang belajar di pesantren dikenal dengan sebutan santri dan diwajibkan untuk tinggal di lingkungan pesantren. Santri yang tinggal secara terpisah dari orang tua dan keluarga diharuskan untuk siap dalam menjalani kehidupan secara mandiri. Menurut Irfani (2004) gambaran penyesuaian santri baru, pada umumnya santri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyesuaikan diri terhadap kegiatan di lingkungan pesantren. Ketika pertama kali melihat peraturan-peraturan di pesantren, santri baru merasa bahwa peraturan yang ada sangat berat. Pernyataan ini sesuai dengan yang dialami oleh para santri baru Madrasah Takhassusyiah di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo yang masih terbiasa dengan pola kegiatan di rumah dan gaya belajar-mengajar di sekolah luar dan para santri baru membutuhkan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan tempat tinggal yang baru yaitu di pondok pesantren. Kemampuan dari masing-masing santri baru untuk menyesuaikan diri akan sangat menentukan sejauh mana santri baru dapat

4 bertahan dalam lingkungan pesantren. Santri baru membutuhkan waktu untuk mempelajari kebiasaan-kebiasaan baru di lingkungan pondok pesantren. Penyesuaian diri diperlukan oleh para santri baru agar terjadi keselarasan antara pribadi remaja dengan lingkungan pesantren, sehingga remaja dapat tinggal di lingkungan pesantren dengan nyaman dan dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan lebih efektif. Irfani (2004) menyatakan bahwa penyesuaian diri para santri tersebut dapat berhasil apabila mereka mampu memenuhi tuntutan yang berasal dari dalam diri seperti makan, minum, kasih sayang, dan tuntutan dari luar diri mereka seperti peraturan, norma agama, dan norma sosial yang berlaku di lingkungan pesantren. Santri mampu memenuhi tuntutan tersebut dengan cara adjustment yaitu: kemampuan mengatasi stres dan kecemasan, ketika mengalami kesulitan keuangan santri berusaha meminjam dari teman atau menelpon orang tua untuk meminta tambahan uang. Santri baru yang tinggal di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Sukoharjo tergolong remaja awal, rentang usia antara 12 tahun hingga 17 tahun. Masa remaja awal menurut Mappiare (Ali & Asrori, 2014) berada pada rentang usia 12/13 tahun sampai dengan usia 17/18 tahun. Monks, Knoers, dan Haditono (2006) menyatakan bahwa masa remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Kemampuan siswa untuk melakukan penyesuaian diri mempunyai pengaruh yang cukup besar pada keadaan siswa untuk memberikan respon pada setiap keadaan yang dihadapi. Pola asuh yang diberikan oleh orang tua dan

5 pengaruh teman sebaya juga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap keberhasilan siswa dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial di sekolah. Hal ini disebabkan interaksi sosial yang pertama diperoleh individu adalah di dalam keluarga, yang kemudian dikembangkan di masyarakat. (Kusdiyanti, Halimah, dan Faisaluddin, 2011) Fenomena santri baru yang melakukan pelanggaran sehingga diberikan sanksi dan hukuman merupakan gambaran dari kurangnya keyakinan diri santri baru pada kemampuannya untuk dapat memenuhi tuntutan yang diberikan serta menghadapi persoalan yang dihadapi dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan pondok pesantren. Pamardi dan Widayat (2014) menyatakan bahwa peranan efikasi diri akan mempengaruhi seberapa jauh individu tersebut memandang suatu beban, tuntutan, dan kewajiban yang akan dijalankan. Menurut Bandura (Feist & Feist, 2011) manusia yang yakin dapat melakukan sesuatu yang mempunyai potensi untuk dapat mengubah kejadian di lingkungannya, akan lebih mungkin bertindak dan lebih mungkin untuk menjadi sukses daripada manusia yang mempunyai efikasi diri yang rendah. Keyakinan manusia mengenai efikasi diri mempengaruhi bentuk tindakan yang akan dipilih untuk dilakukan, sebanyak apa usaha yang akan diberikan ke dalam aktivitas ini, selama apa manusia akan bertahan dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, serta ketangguhan mengikuti adanya kemunduran. Penelitian tentang penyesuaian diri di PPMI Assalaam sudah pernah ditemui, antara lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yuniar, Abidin, dan Astuti (2005) mengenai gambaran penyesuaian santri baru di PPMI Assalaam dan

6 diketahui hasil penelitian bahwa 5-10% dari santri baru mengalami masalah dalam melakukan proses penyesuaian diri. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mampu melakukan penyesuaian diri yang baik diperlukan faktor-faktor pendukung, salah satunya yaitu efikasi diri. Penelitian penyesuaian diri santri baru yang dikorelasikan dengan efikasi diri di PPMI Assalam belum pernah ditemui, sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini baru. Remaja yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri untuk mengontrol fungsi diri dan lingkungannya akan mampu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru. Hal tersebut berlaku juga dalam penyesuaian diri santri baru terhadap lingkungan di pondok pesantren. Santri baru yang memiliki tingkat efikasi diri tinggi diharapkan lebih mudah untuk melakukan penyesuaian diri terhadap semua kegiatan dan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan semua orang di pondok pesantren. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah, apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan penyesuaian diri pada santri baru di Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam. Untuk mengkaji permasalahan secara empiris maka peneliti mengajukan judul penelitian : HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SANTRI BARU B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara efikasi diri dengan penyesuaian diri santri baru.

7 2. Tingkat efikasi diri pada santri baru. 3. Tingkat penyesuaian diri pada santri baru. 4. Sumbangan efektif efikasi diri terhadap penyesuaian diri santri baru. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan Psikologi Klinis, Psikologi Sekolah, dan Psikologi Sosial. 2. Manfaat Praktis a. Bagi santri, dapat memberikan wawasan agar mampu melakukan penyesuaian diri yang baik. b. Bagi pendidik, dapat memberikan wawasan agar menjadi masukan dalam rangka menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung. c. Bagi peneliti lain, dapat menjadi rujukan dan referensi untuk penelitian lain yang berfokus pada tema mengenai hubungan efikasi diri dengan penyesuaian diri pada santri baru dengan mempertimbangkan variabel lain untuk diteliti lebih lanjut.