BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

semua masalah kesehatan dapat diatasi oleh pelayanan pengobatan modern (BPOM, 2005). Tumbuhan obat Indonesia atau yang saat ini lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

Penetapan Kadar Sari

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

PARAMETER STANDARISASI DARI TANAMAN SEGAR, SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN MANGGA (MANGIFERA INDICA L ) DARI TIGA DAERAH BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

KARAKTERISASI SIMPLISIA DAN EKSTRAK ETANOL DAUN BERTONI (Stevia rebaudiana) DARI TIGA TEMPAT TUMBUH

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan obat atau bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm.) Swingle) merupakan buah yang

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tanaman obat dan rempah telah berlangsung sangat lama

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kolesterol total, trigliserida (TG), Low Density Lipoprotein (LDL) dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman nenek moyang sampai sekarang, masyarakat banyak

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Identifikasi sampel

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dari segi jumlah tanaman obat yang sebagian besar belum dapat dibuktikan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1 Rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB I PENDAHULUAN I.1

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

UJI KADAR SISA ETANOL DAN ABU TOTAL EKSTRAK ETANOL 80 % DAUN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus) DAN TANAMAN ANTING-ANTING (Acalypha indica Linn)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

BAB I PENDAHULUAN. supaya tidak terserang oleh penyakit (Baratawidjaja, 2000). keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik (Widianto, 1987).

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun. temurun oleh masyarakat. Penggunaan obat tradisional dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

BAB I PENDAHULUAN. peradaban manusia, tumbuhan telah digunakan sebagai bahan pangan, sandang maupun obat

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, trombosit dan faktor pembekuan darah (Dewoto, 2007). dengan demikian dapat menghentikan perdarahan (Tan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. faktor seperti radiasi, senyawa kimia tertentu, dan virus. Faktor-faktor

I. PENDAHULUAN. tumbuhan yang telah banyak dikenal dan dimanfaatkan dalam kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

FITOFARMAKA Re R t e n t o n W a W hy h un u i n n i g n ru r m u

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka tingkat pemahaman individu terhadap persoalan dirinya juga semakin

PARAMETER STANDARISASI TANAMAN SEGAR, SIMPLISIA DAN ESKTRAK ETANOL DAUN INSULIN (Smallanthus soncifolius) DARI TIGA DAERAH BERBEDA

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mutagen (mutagene) adalah bahan yang dapat menginduksi. deoxyribonucleic acid (DNA) menjadi mutasi. Adapun yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Lampiran 2. Gambar Hasil Makroskopik. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERIA MEDIKA HERBAL

I. PENDAHULUAN. endemik di Indonesia (Indriani dan Suminarsih, 1997). Tumbuhan-tumbuhan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya dengan berbagai tumbuhan, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

hayati ini dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan di kalangan masyarakat. Pengobatan dan pendayagunaan obat tradisional merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di negara berkembang seperti Indonesia banyak sekali faktor-faktor

DAFTAR ISI II METODOLOGI PENELITIAN III Alat dan bahan Alat Bahan Bakteri uji... 36

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati berupa ratusan jenis tanaman obat dan telah banyak dimanfaatkan dalam proses penyembuhan berbagai penyakit. Namun baru sejumlah kecil obat tradisional yang dapat dibuktikan manfaatnya (Sudewo, 2004). Lebih dari 30.000 jenis tumbuhan yang terdapat di Indonesia dan lebih dari 1000 jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan dalam industri obat tradisional. Keanekaragaman ini merupakan modal potensial untuk pengembangan obat baru (BPOM RI, 2005). Sebagai negara tropis, Indonesia kaya akan berbagai macam buahbuahan. Bahkan Indonesia merupakan salah satu dari delapan pusat keberagaman genetika tanaman di dunia khususnya untuk buah-buahan tropis. Salah satunya adalah buah mangga yang merupakan buah-buahan khas daerah tropis. Mangga berasal dari negara India yang kemudian menyebar ke Burma, Srilangka, Malaysia, Indonesia dan beberapa Negara Asia Tenggara lainnya serta ke wilayah Afrika dan Amerika tropis (Morton, 1987; Pracaya, 2008). Terdapat bermacam-macam varietas tanaman mangga diantaranya mangga gadung, mangga golek, mangga madu, mangga arumanis dan lain-lain tetapi untuk jenis (spesies) adalah sama yaitu Mangifera indica L. Tanaman mangga diketahui banyak manfaatnya, dan telah digunakan dalam pengobatan tradisional (Khare, 2004). Ekstrak kulit batang mangga digunakan di banyak negara untuk pengobatan menorrhagia, diare, sifilis, diabetes, kudis, infeksi kulit dan anemia (Scartezzini dan Speroni, 2000). 1

Minuman yang terbuat dari rebusan daun mangga digunakan untuk kudis, perdarahan dan disentri (Quisumbing, 1978). Bhowmik et al.(2009) meneliti potensi efek antidiabetes ekstrak akuades dan etanol kulit batang dan daun mangga. Hewan coba dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok 1 tikus normal, kelompok 2 tikus diabetes tipe 1 dan kelompok 3 tikus diabetes tipe 2. Dosis ekstrak yang digunakan 1,25g/kgBB per 10 ml yang disondekan pada tikus kelompok II dan III. Streptozosin (STZ) dosis 60mg/kg BB digunakan untuk menginduksi kondisi diabetes tipe 1 dan 90 mg/kg BB untuk menginduksi kondisi diabetes tipe 2. Insulin digunakan sebagai pembanding dengan dosis 40 IU/ ml untuk diabetes tipe 1 dan glibenklamid dengan dosis 5 mg/kg BB untuk diabetes tipe 2. Hasil penelitian menunjukkan kedua ekstrak saat diberikan bersama dengan larutan glukosa secara signifikan menunjukkan efek antihiperglikemik pada tikus diabetes tipe 2, hal tersebut dibuktikan pada pengukuran kadar gula darah yaitu dari 9,14 2,55 menjadi 8,57 2,01 untuk ekstrak akuades daun mangga, 8,81 3,06 untuk ekstrak etanol daun mangga, 6,44 0,55 untuk ekstrak akuades kulit batang mangga dan 9,30 3,40 untuk ekstrak etanol kulit batang mangga. Penelitian lain yang dilakukan oleh Luka and Mohammed, (2012) yaitu evaluasi efek antidiabetes pada ekstrak akuades daun mangga pada tikus normal dan tikus yang dibuat diabetes dengan diinduksi aloksan (150mg/kg). Hewan coba dikelompokkan menjadi 4 kelompok masingmasing terdiri dari 6 tikus. Kelompok 1 tikus diabetes, kelompok 2 tikus diabetes dan diberi ekstrak, kelompok 3 tikus normal dan kelompok 4 tikus normal dan diberi ekstrak. Dosis ekstrak yang digunakan adalah 400 mg/kgbb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis 400 mg/kg BB secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Hal tersebut 2

ditunjukkan dengan hasil pengukuran kadar glukosa (mg/dl) tikus diabetes 156,20 2,83 dan setelah pemberian ekstrak 100,50 0,34. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya penurunan kadar kolesterol, trigliserida dan aktivitas enzim tetapi tidak menunjukkan efek toksik pada liver sehingga bisa digunakan untuk pengobatan diabetes. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengukuran trigliserida dan kolesterol total (Mmol/L) pada tikus diabetes secara bertutur-turut 4,95 0,35 dan 1,85 0,02, kemudian setelah pemberian ekstrak secara berturut-turut 3,35 0,07 dan 0,40 0,01. Penurunan aktivitas enzim alkaline phosphatase (ALP), alamine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST) (U/L) juga ditunjukkan pada tikus diabetes secara berturut-turut 123,3 2,83; 18,2 0,41; 93,3 5,62 dan setelah pemberian ekstrak 107,3 2,83; 13,5 0,71; 75,5 3,54. Penelitian oleh Yogisha and Raveesha (2010) membuktikan adanya aktivitas penghambatan dipeptil peptidase (DPP-IV) dari ekstrak metanol daun mangga. Pada penelitian tersebut ekstrak metanol daun mangga terbukti dapat menghambat kerja dipeptil peptidase (DPP-IV) dan IC 50 yaitu 182,7 µg/ml. Diprotin A digunakan sebagai pembanding. Hasil penelitian membuktikan ekstrak metanol daun mangga dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pengobatan pada diabetes tipe II. Berdasarkan penggunaan secara tradisional maupun penelitianpenelitian yang sudah dilakukan membuktikan bahwa tanaman mangga khusunya bagian daunnya memiliki banyak khasiat sehingga dapat diformulasikan sebagai obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian dunia terhadap obatobatan dari alam (obat tradisional) menunjukkan adanya peningkatan. Seiring dengan meningkatnya kecenderungan masyarakat dalam 3

penggunaan produk yang berasal dari bahan alam terutama tumbuhan obat untuk pemeliharaan kesehatan, maka keamanan, manfaat dan mutu obat tradisional harus dipertimbangkan (Depkes, 2007). Pemerintahan RI melalui Depkes-BPOM mulai mengintensifkan pembuatan standart dan acuan standardisasi bahan obat alam. Persyaratan mutu simplisia dan ekstrak sejumlah tanaman tertera dalam buku Farmakope Herbal Indonesia (FHI), Ekstra Farmakope Indonesia, atau Materia Medika Indonesia. Materia Medika Indonesia (MMI) yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengawasan Obat Tradisional yang memuat persyaratan baku mutu bahan alam meliputi standardisasi simplisia dan ekstrak baik secara kualitatif (macam-macam senyawa metabolit sekunder) maupun kuantitatif (jumlah kadar senyawa metabolit sekunder). Sejauh studi literatur yang telah dilakukan, tidak ditemukan data-data mengenai parameter standardisasi daun mangga. Oleh sebab itu pada penelitian ini akan dilakukan standardisasi terhadap daun mangga. Standardisasi diperlukan agar dapat diperoleh bahan baku yang seragam yang akhirnya menjamin efek farmakologi tanaman tersebut (BPOM RI, 2005). Standarisasi tanaman segar dilakukan untuk mengkarakterisasi dan mengidentifikasi tanaman tersebut agar dapat dibedakan dari tanaman lainnya. Standardisasi bahan baku obat tradisional, baik berupa simplisia maupun ekstrak merupakan titik awal yang menentukan kualitas suatu produk. Hal tersebut di dukung oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, tentang fitofarmaka, yang berarti diperlukan adanya pengendalian mutu simplisia yang akan digunakan untuk bahan baku obat atau sediaan galenik (BPOM RI, 2005). Selain itu dilakukannya standardisasi diperlukan untuk menjamin aspek keamanan dan stabilitas ekstrak. Proses ekstraksi mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu dengan 4

metode maserasi. Maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut organik yang digunakan pada suhu ruangan. Proses ini sangat menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendamannya (Darwis, 2000). Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol 96%. Pelarut etanol mempunyai beberapa kelebihan yaitu merupakan pelarut universal yang mampu melarutkan senyawa metabolit sekunder, tidak berbahaya, memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar dan mempunyai titik didih yang rendah sehingga mudah menguap pada saat pembuatan ekstrak kental (Mardawati, 2008). Penentuan parameter standardisasi tidak dapat hanya ditentukan dari satu titik lokasi saja. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi mutu simplisia dan metabolit sekunder yang dihasilkan. Salah satunya adalah faktor biologi meliputi identitas simplisia, lokasi tumbuh tanaman, waktu panen, penyimpanan dan umur tanaman. Spesies dari tanaman mangga meskipun sama tetapi jika ada perbedaan tempat tumbuh juga akan mempengaruhi kandungan kimia atau disebut fenomena chemodem melipui faktor dalam (unsur hara, ketinggian, air, suhu, tumbuhan yang tumbuh disekitarnya) sedangkan faktor luar (tumbuhan itu sendiri misalnya ada infeksi atau hama). Kualitas dan kuantitas komponen aktif berbagai herba dipengaruhi oleh faktor ekosistem (Naiola dkk., 1996). Faktor ekofisiologi harus optimal agar menghasilkan simplisia yang berkualitas (Gupta, 1991). 5

Daun mangga yang akan distandardisasi diperoleh dari kebun bibit dan simplisia daun mangga didapatkan dari tiga lokasi yang berbeda yaitu dari Materia Medika Malang yang terletak pada ketinggian ± 875 dpl dengan suhu rata-rata 20-25ºC, kelembaban udara sekitar 80 % dan curah hujan 3.073 mm per-tahun. Balittro Bogor terletak pada ketinggian 400 dpl dengan suhu rata-rata 21ºC-26ºC, kelembaban udara sekitar 70% dan curah hujan 3.500 4000 mm per-tahun. Herbs Research Laboratories (HRL) Pacet terletak pada ketinggian 587dpl curah hujan rata-rata 2.500-4.500 mm per tahun dengan suhu rata-rata 5-10ºC. Standardisasi yang dilakukan meliputi standardisasi parameter spesifik dan non spesifik dari tanaman segar, simplisia dan ekstrak yang diperoleh dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Parameter spesifik yang dilakukan meliputi identitas, makroskopis, mikroskopis, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, skrining fitokimia, penetapan profil kromatogram dengan menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT), Penetapan profil spektrum dengan menggunakan spectrofotometer infrared (IR) dan penetapan kadar flavonoid, alkaloid dan fenol dengan metode spektrofotometri. Penetapan kadar fenol menggunakan pembanding asam galat, flavonoid menggunakan pembanding kuersetin dan alkaloid menggunakan pembanding kafein. Parameter non spesifik yang dilakukan meliputi susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu larut air, kadar abu tak larut asam dan kadar air, bobot jenis dan ph. 6

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Bagaimana profil karakteristik makroskopik dan mikroskopik daun segar tanaman mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari kebun bibit? b) Bagaimana profil parameter kualitas dari simplisia daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda? c) Bagaimana profil parameter kualitas dari ekstrak etanol daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda? d) Bagaimana kadar fenol, flavonoid dan alkaloid dari ekstrak etanol daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda? 1.3. Tujuan Penelitian a) Menetapkan profil karakteristik makroskopik dan mikroskopik dari daun segar tanaman mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh kebun bibit. b) Menetapkan profil parameter kualitas dari simplisia daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda. c) Menetapkan profil parameter kualitas dari ekstrak etanol daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda. 7

d) Menentukan kadar fenol, flavonoid dan alkaloid dari ekstrak etanol daun mangga (Mangifera indica) varietas gadung yang diperoleh dari tiga daerah berbeda. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian standardisasi dari daun mangga (Mangifera indica) diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang senyawa-senyawa yang terkandung dalam tanaman tersebut dan dapat menjadi acuan dalam pembuatan sediaan obat bahan alam yang terstandar, sehingga dapat menjamin mutu sediaan obat bahan alam. 8