BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Keterampilan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Mata Kuliah Nursing Theorist

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran. Metodenya antara lain: berbicara dan mendengarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengirim pesan kepada penerima. Komunikasi merupakan aspek. pencapaian kesembuhan pasien (Siti Fatmawati, 2009:1)

Komunikasi Interpersonal

KOMUNIKASI DAN WAWANCARA KLINIS

PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISITE)

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

1. Bab II Landasan Teori

BAB 2. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu communis yang berarti. kata communico yang artinya membagi (Nasir dkk., 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi baik verbal atau non verbal (Chitty, 2001, dalam Marquis,

INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana mahasiswa

Manajemen Asuhan Keperawatan. RAHMAD GURUSINGA, Ns., M.Kep.-

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi adalah pandangan maupun kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan (Nurhasanah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

KBBI, Effendy James A. F. Stoner Prof. Drs. H. A. W. Widjaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB I PENDAHULUAN. 1945, yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

Materi Minggu 1. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Komunikasi. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain (Handoko, 2002 : 30).

Interaksi yang dilakukan perawat menimbulkan dampak terapeutik yang memungkinkan klien untuk tumbuh dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan merupakan bagian integral dari sistem kesehatan Nasional.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 KUESIONER PENELITIAN UNTUK PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah usia tiga puluh tahun, kanker payudara sangat jarang muncul.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi yang diberikan perawat bertujuan memberi terapi maka

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan jalan utama untuk mengekspresikan maksud dari pikiran seseorang. Salah satu bentuk komunikasi ialah komunikasi terapeutik dalam bidang kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Pada realita yang ada memang komunikasi menjadi bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien, sesama teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik. Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan anggota tim kesehatan lainnya. Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien selalu menuntut pelayanan perawatan yang lebih dan membutuhkan informasi yang jelas. Sakit yang diderita bukan hanya sakit secara fisik saja, namun psiko (jiwanya) juga terutama mengalami gangguan emosi. Keadaan demikian menyebabkan komunikasi dengan pasien akan membutuhkan metode atau standart khusus agar pada pelaksanaannya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan intervensi. Namun yang tidak boleh dilupakan oleh perawat adalah melibatkan keluarga terdekat dalam melakukan pengkajian sampai dengan menentukan diagnosa yang sesuai. Tentunya yang 1

demikian juga membutuhkan sarana komunikasi yang efektif dan efisien mengingat bahwa keluarga akan sangat berpengaruh dalam memberikan motivasi kesembuhan kepada pasien. Apabila ada kesalahan komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien, maka tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh banyak terhadap segala macam intervensi yang dilakukan oleh perawat. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah permasalahan yaitu: 1. Bagaimana komunikasi terapeutik antara perawat dengan keluarga klien? 2. Apa saja faktor yang menghambat komunikasi tersebut? 3. Bagaimana solusi yang efektif untuk mengurangi hambatan tersebut? 4. Apa saja manfaat dari komunikasi yang baik antara perawat dengaan keluarga klien? 1.3 Tujuan Masalah Adapun tujuan dari penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu: 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui maksud dari komunikasi terapeutik antara perawat dengan keluarga klien serta memahami bagaimana prosedur komunikasi terapeeutik tersebut. 1.3.2 Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan pelajaran baru bagi seorang perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan komunikasi dengan keluarga klien guna meningkatkan standart asuhan keperawatan yang ada. 1.4 Batasan Masalah 2

Makalah ini hanya membahas konsep dasar dari komunikasi dengan keluarga pasien serta penerapannya di klinis sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi 3

Kata komunikasi berasal dari kata to commune, yang berarti menjadikan milik bersama. Berikut ini merupakan pengertian komunikasi. a. Komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua atau lebih manusia, atau dengan kata lain, pertukaran ide dan pikiran (Kozier & Erb,1995). b. Komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang memiliki arti diantara individu (William Ablig). c. Komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mengoper perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk mengubah tingkah laku individu yang lain (komunikan) (Carl I. Hovland). d. Komunikasi adalah proses berbagi (sharing) informasi atau proses pembangkitan dan pengoperan arti (Taylor, Lilis, Le Mone). Berdasarkan berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih dalam bentuk ide, pikiran yang mempunyai tujuan perubahan pada orang lain. 2.2 Elemen Dalam Komunikasi Elemen-elemen dalam komunikasi menurut Potter & Perry (2005) meliputi : 2.2.1 Referen Referen atau yang lebih dikenal dengan stimulus akan memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen ini dapat berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan. 2.2.2 Pengirim Pengirim atau encoder adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada emosional pesan tersebut. 4

2.2.3 Pesan Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang paling efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan dengan cara yang dikenal baik oleh orang yang menerimanya. Pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-verbal. Sayangnya, tidak semua simbol (bahasa non-verbal) memiliki makna yang universal. Oleh karena itu kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan tersebut jika pengirim tidak waspada terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk menjelaskan. 2.2.4 Saluran Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi wajah pengirim secara visual menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan tersampaikan melalui saluran pendengaran. Meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan saluran sentuhan. Semakin sering perawat melakukan sentuhan terhadap klien maka semakin baik pemahaman klien terhadap perawat tersebut. 2.2.5 Penerima Penerima juga disebut dengan decoder, adalah orang yang menerima pesan yang dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan dengan efektif, penerima harus merasa atau mewaspadai pesan tersebut. Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu penerima referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan merespon pesan pengirim. Idealnya, keinginan pengirim diterima oleh penerima. Semakin banyak kesamaan antara pengirim dan penerima, maka semakin besar kemungkinan bahwa makna yang di sampaikan akan tersampaikan. 2.2.6 Respon 5

Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan kepada pengirim. Respon ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Tujuan dari komunikasi bukan hanya untuk meyakinkan bahwa pesan tersebut telah diterima dengan akurat. Respon verbal dan non verbal dari penerima mengirimkan respon kepada pengirim menunjukan pemahaman penerima tentang pesan tersebut. Dalam hubungan komunikasi tersebut diperlukan saling terbuka untuk menyampaikan suatu masalah agar hubungan perawat dan klien menjadi lebih baik. 2.3 Klasifikasi Komunikasi 2.3.1 Komunikasi Intrapersonal. Komuniasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi pada diri sendiri atau proses berfikir pada diri sendiri, keyakinan, perasaan dan berbicara pada diri sendiri, bisa juga terjadi pada saat melakukan ibadah misalnya, shalat, kita berkomunikasi dengan Allah SWT, yaitu dengan memohon doa kepada Sang Pencipta. 2.3.2 Komunikasi Interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang, yang terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini berlangsung secara tatap muka, bisa melalui medium. Komunikasi ini dianggap paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku seseorang. 2.3.2 Komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang melibatkan lebih dari dua orang atau tiga orang, bisa berbentuk kelompok diskusi, rapat dan lain-lain yang satu 6

sama lain saling mengenal. Misalnya komunikasi kelompok remaja, pengajian ibu-ibu, dan lain-lain. 2.3.3 Komunikasi Publik. Komunikasi pblik adalah proses komunikasi yang terjadi didepan publik atau masyarakat, baik secara aktif maupun pasif dengan menggunakan media atau dengan tidak menggunakan media (berbicara langsung. 2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Faktor yang mempengaruhi komunikasi menurut Potter & Perry (2005) terdiri dari: 2.4.1 Perkembangan Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan bahasa. Anak dengan kegagalan perkembangan seperti paralisis serebral, autisme dan sindroma Down akan memiliki tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley & Wong, 1995). Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus memahami pengaruh perkembangan bahasa dan proses berpikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi secara sukses dengan mereka. 2.4.2 Persepsi Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara berbeda. Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi antar individu dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi. 7

2.4.3 Nilai Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkahlaku. Nilai adalah apa yang dianggap penting dalam hidup seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan ide, sehingga nilai mempengaruhi interpretasi pesan. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik sedangkan yang lainnya mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan sulit untuk diartikulasikan. 2.4.4 Emosi Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seseorang bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. 2.4.5 Latar Belakang Sosio Kultural Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berfikir, dan merasakan. Bahasa, pembawaan, nilai dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. 2.4.6 Gender Perbedaan jenis kelamin mempengaruhi proses komunikasi, dimana pria dan wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling mempengaruhi proses komunikasi secara unik. 2.4.7 Pengetahuan Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas jika kata-kata dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. 2.4.8 Peran dan Hubungan Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran mereka. Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan rekan sejawat, namun komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan peran yang berbeda. Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika 8

masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu hubungan. 2.4.9 Lingkungan Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan baik dalam lingkungan yang nyaman. Kebisingan dan kurangnya kebebasan dalam suatu lingkungan dapat mengakibatkan seseorang kebingungan, ketegangan, atau ketidaknyamanan. 2.4.10 Ruang dan Teritorial Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan sekitarnya. Teritorial sangat penting karena membuat orang merasa memiliki identitas, keamanan, dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang merasa terancam ketika orang lain memasuki daerah teritorialnya karena hal tersebut mengganggu homeostasis psikologis, menimbulkan kecemasan, dan menyebabkan timbulnya perasaan kehilangan kontrol. Dalam interaksi, orang secara sadar mempertahankan jarak antar mereka sendiri. 9

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Konsep Keluarga Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Status sehat atau sakit anggota keluarga akan saling mempengaruhi keseluruhan keluarga dan interaksinya. Karena itu, pengaruh status sehat atau sakit terhadap keluarga dan dampak status sehat atau sakit keluarga saling terkait. Keluarga cenderung menjadi pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus menjadi pelaku dalam menentukan masalah kesehatannya. Menurut Campbell (2000) cit Friedman (2010), keluarga bepengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya. Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses terapi pada setiap tahapan sehat dan sakit anggota keluarga. 10

Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998) : 1. Mengenal masalah 2. Membuat keputusan tindakan yang tepat 3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat 5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat. 3.2 Fungsi komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien a. Meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien. b. Mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien terhadap kondisi pasien, proses parawatan untuk pasien, proses rawat inap pasien (misal: di unit perawatan intensif), dll. c. Misalkan jika ada berita buruk seperti pasien meninggal atau Pada saat awal diagnosis buruk, perawat secara aktif berpartisipasi dalam memberikan informasi, mengklarifikasi informasi medis, dan mendengarkan tanggapan pasien dan keluarga mereka mengevaluasi pilihan pengobatan. Selama perawatan aktif seperti kemoterapi, perawat merupakan kunci dalam mendengarkan kekhawatiran pasien dan gejala dan pasien pembinaan untuk berbagi 11

keprihatinan ini. Pada penyakit kambuhan atau stadium akhir atau bagi mereka mendekati akhir hidup, berkomunikasi tentang keputusan dari keprihatinan yang signifikan sangat penting. d. Dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang kesehatan. e. Mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya. 3.3 Tahapan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Pasien Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir A dkk (2011) yaitu: 3.3.1Prainteraksi Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). Proses ini membantu menghindari terjadinya stereotip pada keluarga klien dan membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan pribadi (Potter & Perry, 2005). 3.3.2Orientasi Pada tahap orientasi perawat menggali keluhankeluhan yang dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya. Sehingga perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011). 3.3.3Kerja Pada tahap ini, perawat berupaya untuk mencapai tujuan selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja bersama. Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika keluarga pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan mendiskusikan masalah. Jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry, 2005). Pada tahap ini 12

pula perawat berperan untuk mengatasi kecemasan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). 3.3.4Terminasi Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan terjadi, keluarga pasien tidak seharusnya terkejut. Dengan tetap memperhitungkan keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter & Perry, 2005). 3.4 Penerapan komunikasi terapeutik pada keluarga pasien Dalam perawatan pasien di rumah sakit tidak hanya terbentuk hubungan antara perawat dengan pasien saja tetapi juga terdapat hubungan antara perawat dengan keluarga pasien karena keluarga juga berperan dalam pemulihan kondisi pasien. Dengan demikian maka perlu adanya komunikasi yang baik antara perawat dengan keluarga pasien yang berhubungan dengan kondisi pasien. Banyak jenis kondisi yang dialami pasien dan untuk menyelesaikan kondisi tersebut sangat diperlukan adanya komunikasi antara perawat, pasien dan keluarga pasien. Disini kami berikan dua contoh kondisi yaitu untuk pasien jiwa dan pasien end-of-life. Berikut adalah penjelasannya : 1. Pasien jiwa Berikut ini adalah penjelasan tentang prinsip dan teknik komunikasi pada saat perawat melakukan interaksi dengan keluarga. Interaksi dengan keluarga atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga juga dilakukan secara bertahap, meliputi tahap : 13

a. Permulaan hubungan perawat dengan keluarga b. Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga dalam merawat pasien c. Penerapan cara merawat pasien d. Peran keluarga merawat pasien di rumah masyarakat (follow up care) Uraian tentang tahap atau langkah langkah pendidikan kesehatan keluarga sebagai berikut : a. Permulaan hubungan perawat - keluarga dirumah Interaksi perawat keluarga dimulai dengan perkenalan, membina hubungan saling percaya, dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman keluarga dalam merawat pasien sehingga dapat ditetapkan pendidikan kesehatan keluarga. b. Keterampilan keluarga merawat pasien Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan metode ceramah, tanya jawab, simulasi tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit. c. Penerapan cara merawat pasien Pada pertemuan ini dilaksanakan dengan melibatkan keluarga tentang cara merawat pasien dirumah. Metode yang paling banyak digunakan adalah demonstrasi dan redemonstrasi. d. Peran keluarga merawat pasien di rumah masyarakat (follow up care) Jika pasien dan keluarga telah memiliki kemampuan merawat pasien secara mandiri maka perlu dibuat jadwal kunjungan rumah secara periodik. Misalnya setiap bulan untuk mengevaluasi kondisi dan kemampuan pasien serta keluarga. 2. Pasien end-of-life a. Persiapan diskusi Persiapan awal: Pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya 14

Tujuan diskusi Perencanaan waktu, lokasi dan setting: Memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga tentang penyakit pasien sedini mungkin Ruangan yang pribadi dan tenang Orang-orang yang hadir: Keluarga, teman, staf, interpreter Sangat penting mengadakan persiapan awal dalam diskusi dan sangat penting juga memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga tentang penyakit pasien sedini mungkin karena hal tersebut dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dan pasien/keluarga, dan memberikan waktu kepada pasien untuk mempertimbangkan kebutuhan dan nilai mereka. Memahami pasien dan keluarga dengan cara mempunyai informasi tentang proses penyakitnya. Pasien mungkin mempunyai banyak pertanyaan mengenai terapi dan prognosis penyakitnya, maka dari itu perawat harus mempunyai banyak informasi tentang hal tersebut. Memikirkan tindak lanjut penanganan dalam diskusi tersebut, apakah dalam diskusi tersebut menghasilkan keputusan dari pasien/keluarga untuk tindak lanjut perawatannya ataukah kita sebagai perawat hanya menyampaikan berbagai informasi mengenai penyakit pasien sehingga pasien/keluarga berpikir dahulu dan belum memutuskan sesuatu. b. Diskusi Memperoleh pemahaman dan nilai pasien/keluarga Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien/keluarga Menyelaraskan sudut pandang antara perawat dengan pasien/keluarga 15

Melakukan pengulangan untuk menunjukkan bahwa kita (perawat) mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh pasien/keluarga Memahami emosi serta kesulitan pasien/keluarga Melakukan feedback untuk menunjukkan empati Bertoleransi Diskusi dalam tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan sudut pandang antara perawat dengan pasien/keluarga. Jika terdapat perbedaan antara pasien/keluarga dengan perawat, maka diskusi ditujukan untuk berbagi pemahaman. Dengan menanyakan pengalaman masa lalu merupakan cara yang baik untuk memulai sebuah komunikasi. c. Akhir diskusi Tercapai pemahaman umum Jangan meninggalkan pasien/keluarga ketika merasa sepi Menanyakan kepada pasien/keluarga jika pasien/keluarga tersebut ada yang ingin ditanyakan Rencana tindak lanjut: Kapan Anda akan bertemu lagi? Bagaimana menghubungi Anda? Memikirkan bagaimana untuk mengakhiri diskusi sehingga dapat mencapai pemahaman umum merupakan hal yang penting dalam berdiskusi antara perawat dengan pasien/keluarga. Selain itu, hal yang penting lainnya adalah menanyakan kepada pasien/keluarga apakah ada pertanyaan yang ingin ditanyakan dan mengembangkan rencana untuk tindak lanjut (kapan dan bagaimana jika akan bertemu kembali ketika ada hal yang ingin didiskusikan lagi). Dalam hal berkomunikasi dengan keluarga pasien pada pasien yang sedang mengalami penarikan 16

dukungan kehidupan dalam kaitannya dengan end of life pasien, maka komunikasi dengan keluarga pasien adalah fokus pada apa yang menjadi keinginan pasien bukan apa yang diinginkan keluarga untuk pasien sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi secara tepat. 3.5Tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien Ada beberapa tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Tips-tips tersebut antara lain : a. Luangkan waktu anda b. Jelaskan segala sesuatunya dengan jelas dan gunakan bahasa yang mudah dimengerti c. Minta keluarga pasien untuk mengulang informasi dan instruksi yang telah kita berikan kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka sendiri. Jika mereka tidak mengerti, temukan cara lain untuk menjelaskan informasi dan instruksi sampai mereka memahami apa yang kita sampaikan. d. Bila perlu gunakan jasa penerjemah bahasa jika kita tidak mengerti bahasa yang diucapkan keluarga pasien dan bahasa utama mereka bukan bahasa inggris (tidak mengerti bahasa inggris). e. Gunakan batasan ketika berkomunikasi (berdiskusi) dengan keluarga pasien dengan menggunakan Ask Me Three TM, antara lain : 1. Apa masalah utama saya? 2. Apa yang harus saya lakukan? 3. Mengapa penting bagi saya untuk melakukan ini? 3.6 Kapan saja perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien (menurut HIPAA) Jika pasien ada dan memiliki kapasitas untuk membuat keputusan perawatan kesehatan, penyedia perawatan kesehatan dapat mendiskusikan informasi kesehatan pasien 17

dengan anggota keluarga, teman, atau orang lain jika pasien setuju atau, ketika diberi kesempatan, tidak keberatan. Sebagai contohnya, Seorang perawat dapat mendiskusikan status kesehatan pasien dengan saudara pasien jika dia memberitahu pasien dia akan melakukannya dan pasien tidak keberatan. Namun seorang perawat tidak dapat mendiskusikan kondisi pasien dengan saudara pasien jika pasien telah menyatakan dia tidak ingin keluarganya tahu tentang kondisinya. Jika pasien tidak hadir atau tidak mampu, penyedia perawatan kesehatan dapat berbagi informasi pasien dengan keluarga, teman, atau orang lain selama menentukan penyedia layanan kesehatan, berdasarkan penilaian profesional, bahwa itu adalah demi kepentingan terbaik pasien. BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan a. Tujuan dari komunikasi antara perawat dengan klien antara lain untuk meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien, mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien karena, dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang kesehatan, mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya. b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ketika berkomunikasi dengan keluarga pasien, dan minta keluarga pasien untuk mengulangi informasi atau arahan yang kita berikan dengan menggunakan bahasa mereka sendiri untuk mengetahui apakah keluarga pasien sudah memahami apa yang kita katakan. 18

c. Informasi tentang kesehatan pasien dapat kita beritahukan kepada keluarga pasien atau orang terdekat pasien dengan syarat pasien telah menyetujui untuk memberitahukan kondisinya pada orang tersebut. 4.2 Saran a. Sebaiknya makalah ini dijelaskan dengan lebih detail sehingga pembaca bisa lebih mudah untuk memahami materi. DAFTAR PUSTAKA 1. Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi keperawatan: komunikasi terapeutik. Yogyakarta: Ganbika 2. Tamsuri, Anas. 2006. Komunikasi dalam keperawatan. Jakarta: EGC 3. http://www.nursingcenter.com diakses hari sabtu, 6 april 2012 4. http://www.andaners.wordpress.com diakses hari sabtu, 6 april 2012 5. http://digilib.stikesmuhgombong.ac.id/files/disk1/7/jtstikesmuhgo-gdltrisumarsi-306-1-komunika-n.pdf diakses hari jumat, 13 april 2012 19