Meningkatkan Eksistensi KORPRI dalam Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat dengan Slogan KORPRI BERCAHAYA Oleh : Yoyo Wijianto, S.Pd Memandang Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dari kaca mata publik, tampaknya akan menjadi hal yang cukup menarik. KORPRI yang identik dengan julukan "pelayan masyarakat" menjadikan organisasi yang didirikan pada tanggal 29 November 1971 melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 1 ini kerap menuai pandangan, penilaian hingga kritikan. Baik itu yang bersifat membangun, maupun sejenis cibiran yang sebenarnya tidak akan memberikan kontribusi apapun. Terlebih lagi, sejak diberlakukaanya Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), kredibilitas KORPRI semakin dipertanyakan. Pasalnya, dalam Undang-undang ini, ada dua faktor utama yang memicu hingga UU ASN harus diberlakukan, yakni : Pertama, sejatinya birokrasi adalah abdi negara yang melayani kepentingan publik. Untuk itu diperlukan birokrasi yang profesional dan memiliki sumber daya manusia yang memiliki integritas dan kompetensi di bidangnya. Namun pada kenyataannya, publik mempersepsikan birokasi kita belum ideal seperti itu. Kedua, setelah reformasi 1998 banyak pihak yang merisaukan keadaan dimana birokrasi tidak bekerja profesional melayani publik atau menjadi abdi negara yang sesungguhnya. Justru sering kali ditemui jika birorkasi lebih mengabdi kepada kepentingan politik yang sedang berkuasa 2. 1 http://id.wikipedia.org/wiki/korps_pegawai_republik_indonesia. Diakses 15 November 2014 2 http://birokrasi.kompasiana.com/2013/12/27/uu-asn-untuk-profesionalisme-dan-independensibirokrasi-620175.html. Diakses 15 November 2014
Jika kita bertanya tentang seberapa besar pemahaman dan respons masyarakat dalam memandang diberlakukannya sebuah undang-undang, maka dapat dipastikan akan menemukan jawaban yang sia-sia! Mengapa demikian? Sebab dalam diri masyarakat umum, hanya ada satu kata kunci yang menjawab semua pertanyaan, yakni pelayanan. Pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan prima yang senantiasa memihak kepentingan masyarakat, tanpa pandang bulu! Hal ini semakin menarik, sebab sebagai pelayan publik, KORPRI memiliki tugas utama melayani masyarakatnya. Ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa, Sebuah pujian terkadang akan mendatangkan kesombongan. Sebaliknya, kritikan yang bersifat membangun, justru akan mendatangan semangat untuk senantiasa memperbaiki diri. Ungkapan tersebut mungkin akan dipandang bijaksana apabila seluruh pelayan masyarakat, termasuk KORPRI, bersedia menerima segala pendapat, kritikan dan saran masyarakat sebagai bentuk ungkapan tulus masyarakat dalam upaya memperbaiki kinerja KORPRI. Ketika kita bertanya, apa sebenarnya isu yang mengemuka di tengahtengah masyarakat dalam memandang eksitensi KORPRI? Jawabannya mungkin akan beragam, tergantung dari sisi mana masyarakat itu memandang dan sejauh mana masyarakat memahami akan hak-hak yang semestinya mereka peroleh. Memahami tentang harapan masyarakat terhadap KORPRI, berikut ada sebuah kisah yang mungkin dapat kita jadikan bahan perenungan : Pak Kasim, seorang petani yang berasal dari desa, memiliki 2 orang anak, keduanya sama-sama masih duduk di bangku sekolah. Seorang diantaranya Ia sekolahkan di sekolah SMK Swasta, sedangkan satu lagi Ia sekolahkan di SMA Negeri. Suatu hari, Pak Kasim merasa amat repot karena harus mengambil rapot kedua anaknya dalam waktu yang
bersamaan. Kendati demikian, dengan segala keluguannya, Pak Kasim berupaya untuk membagi waktu agar rapot kedua anaknya dapat diambil tepat waktu. Kali pertama, Pak Kasim menuju ke SMK swasta dimana anak pertamanya menempuh pendidikan. Memasuki pintu gerbang sekolah, Pak Kasim sudah disambut oleh beberapa orang pegawai dengan muka yang ramah dan senyuman yang manis, Pak Kasim pun tersanjung dan merasa amat amat dihargai. Bukan itu saja, pak Kasim lalu diantar menuju sebuah ruangan yang dikehendaki. Maklumlah, Pak Kasim hanyalah orang desa yang lugu, jadi pantas saja jika ia merasa bingung ke ruang mana ia hendak menuju. Tibalah saatnya Pak Kasim menuju ke SMA Negeri dimana rapot anak keduanya meski diambil. Berharap ingin mengetahui ke ruang mana Ia harus mengambil rapot anaknya, Pak Kasim bertemu dengan seorang Satpam yang menjawab maksud hati Pak Kasim dengan wajah yang datar-datar saja, berbeda dengan sambutan di sekolah sebelumnya, Bapake mlebet mawon, mangke teng mrika tangled malih, nggih? Soale kula mboten ngertos putrane bapake kelas sepuluh napa!. Pak Kasim pun mengangguk dan bergegas masuk. Sampai di sana, Pak Kasim menjumpai seorang pegawai, nampaknya ia tengah buru-buru, Nuwun sewu, Pak, niki anake kula Nita teng kelas napa nggih? Terus ruangane pundi, wau kula kesupen mboten tangled... Lalu pegawai tersebut menjawab, Lhah, angger bapake mboten ngertos kelas pinten-pintene nggih angel. Cobi, nika tangled ibu-ibu nika, soale kula anu karyawan TU dados mboten patosa paham.. Pak Kasim pun kemudian melanjutkan petualangan yang ia anggap kurang menggembirakan itu. Bagaimana, setelah menyimak cerita di atas? Adakah hikmah didalamya? Tanpa perlu panjang lebar, cerita tersebut seyogianya dapat menjadikan
sebuah inspirasi bagi kita sekalian, bahwasanya betapa berharganya nilai dari sebuah pelayanan bagi masyarakat, khususnya masyarakat kecil! Pengalaman Pak Kasim sebuah sekolah swasta menunjukkan adanya niat yang sungguh-sungguh dari pengelola sekolah untuk memberikan layanan yang terbaik. Sedangkan ketika Pak Kasim tidak mendapatkan hal yang demikian. Padahal, kita tahu bahwa disana terdapat pelayan masyarakat yang dibayar dari uang masyarakat. Hanya sepenggal cerita memang, namun jika melihat keadaan di sekeliling kita, mungkin keadaan yang demikian masih banyak ditemui. Dari cerita inilah, kita dapat belajar tentang hakikat sebuah pelayanan yang menyentuh hati masyarakat bawah. Kembali ke inti dari pembahasan tentang bagaimana upaya yang harus dilakukan KORPRI dalam memberikan layanan prima sesuai amanat Undang-Undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), berikut penulis memberikan slogan KORPRI sebagai pemacu semangat dalam melayani masyarakat. Keempat slogan tersebut penulis beri judul KORPRI BERCAHAYA 1. BER : Berikan senyum, salam dan sapa 2. CA : Capai prestasi dengan disiplin dan etos kerja 3. HA : Hadirkan pelayanan prima tanpa pandang bulu 4. YA :Yakinkan bahwa KORPRI selalu menjaga netralitas Dengan segala kerendahan hati, semoga pemaparan dalam arikel ini akan memberikan inspirasi dan energi positif bagi kita semua, khususnya bagi KORPRI Kabupaten Cilacap agar lebih semangat dalam melayani masyarakat. Melayani sepenuh hati, melayani dengan hati. Bravo Cilacap Bercahaya!
Lampiran DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : YOYO WIJIANTO, S.Pd Tempat, Tgl lahir : Banyumas, 6 Maret 1982 Alamat : RT 001 RW 004 Desa Pekuncen, Kec. Jatilawang Kabupaten Banyumas, Kode Pos 53174 Pendidikan Pekerjaan Email : S1 PGSD : Guru Honorer di SDN 2 Pekuncen, UPK Jatilawang : yoyowijianto@gmail.com Nomor Telepon : 082220324533, 085641677018 Judul Artikel : Meningkatkan Eksistensi KORPRI dalam Meningkatkan Pelayanan kepada Masyarakat dengan Slogan KORPRI BERCAHAYA. Jumlah Halaman : 4 (empat) lembar