BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di samping penyakit gigi dan mulut lainnya. Hasil survei penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. efek yang buruk pada kesehatan pada umumnya, sehingga kesehatan mulut yang. baik dapat dicapai dengan kebersihan mulut yang baik.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik. Kesehatan ibu harus benar-benar dijaga agar janin yang dikandungnya sehat

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi atau yang biasanya dikenal masyarakat sebagai gigi berlubang,

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia mengalami peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. makanan secara mekanis yang terjadi di rongga mulut dengan tujuan akhir proses ini

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlalunya waktu dan dapat meningkatkan resiko terserang penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. petunjuk tentang ksehatan umum seseorang. Kesehatan rongga mulut dapat

BAB I PENDAHULUAN. karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya, karena di dalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki urutan kedua yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. anatomi dan hormonal. Efek perubahan hormonal akan mempengaruhi hampir semua

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi akibat akumulasi bakteri plak. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua jenis

PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Skizofrenia adalah suatu penyakit otak persisten yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai mikroorganisme terdapat di dalam rongga mulut, termasuk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN RESESI GUSI PADA KARYAWAN PABRIK KONVEKSI SYAHDIKA KAWALU KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah mengalami peningkatan populasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan organ manusia yang terpenting, tanpa gigi geligi manusia

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) adalah proses alamiah yang pasti akan dialami oleh setiap manusia. Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksi akan meningkat cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti Negara Indonesia. Dengan adanya peningkatan tersebut berarti usia lansia bertambah panjang, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya kualitas hidup lansia. Menurut survei kementerian kesehatan Indonesia tahun 2013, kelompok umur lansia (50-64 tahun dan 65+) berdasarkan proyeksi 2010-2035 terus meningkat. 1 Pada intinya, dengan adanya peningkatan jumlah penduduk lansia, memberikan dampak kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut harus menjadi perhatian khusus, karena ada begitu banyak penyakit yang bisa menyerang kesehatan gigi dan mulut manusia khususnya lansia. 2 Persentase penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut menurut Riskesdas tahun 2007 sampai 2013 mengalami peningkatan dari 23,2% menjadi 25,9%. 3 Jumlah lansia yang mengalami masalah kebersihan gigi dan mulut di kota Bandung Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan, pada tahun 2007 jumlah lansia yang mengalami masalah gigi dan mulut sebesar 25,3% meningkat menjadi 28,6% pada tahun 2013. 3 Angka tersebut menunjukan kesadaran lansia untuk menjaga gigi dan mulutnya masih dikategorikan rendah, khususnya pada di Kota 1

2 Bandung. Pada hal, kebersihan gigi dan mulut pada lansia harus dijaga. Mengingat pada lansia terjadi perubahan mukosa mulut yang mengalami penipisan, penurunan produk saliva, dan tanggalnya gigi. 4 Beberapa penelitian menunjukan, kualitas hidup pada lansia dapat dipengaruhi oleh faktor kesehatan mulut. Gangguan mulut pada lansia seperti karies, kehilangan gigi dan penyakit periodontal merupakan kelainan bersifat kronik. 5 Gejala dari penyakit tersebut dapat berupa rasa sakit, infeksi, dan terganggunya fungsi pengunyahan. Salah satu penyakit yang sering dialami pada lansia adalah penyakit periodontal. 6 Penyakit periodontal merupakan peradangan pada jaringan pendukung gigi yaitu gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah kondisi inflamasi yang reversible dari papila dan tepi gingiva. Periodontitis adalah penyakit peradangan jaringan pendukung gigi disebabkan mikroorganisme, sehingga menyebabkan kerusakan progresif dari ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan terbentuknya pocket, resesi atau keduanya. Studi epidemiologi menunjukkan penyakit periodontal lebih banyak terjadi pada kelompok usia lebih tua daripada kelompok muda. Hal ini merupakan akibat dari kerusakan jaringan kumulatif seumur hidup yang mempengaruhi kerentanan periodontal. Faktor etiologi penyakit periodontal adalah plak gigi. Plak gigi adalah deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi yang diantaranya mengandung berbagai spesies dan strain mikroba. Penelitian yang dilakukan Loe dkk menunjukkan bahwa bila berhenti membersihkan gigi-geligi, plak berkumpul di sekitar tepi gingiva, selanjutnya timbul inflamasi gingiva. Bila pembersihan gigi dilakukan kembali

3 dan plak dihilangkan, inflamasi akan reda. Hasil penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa oral hygiene yang buruk, pendidikan rendah, kebiasaan merokok, ditambah perilaku tidak memeriksakan gigi membuat pengaruh terhadap peningkatan penyakit periodontal pada lansia. 7 Salah satu faktor yang menyebabkan lansia mengalami penyakit penyakit periodontal adalah perilaku yang kurang sehat terhadap kesehatan gigi berasal dari diri lansia itu sendiri. 8 Pemikiran lansia mempunyai persepsi bahwa hilangnya gigi merupakan proses alami yang akan diderita oleh usia lanjut. 9 Padahal, masalah hilangnya gigi pada lansia bisa diatasi jika selama masih menjaga dan mempertahankan perawatan gigi secara optimal. 10 Menjaga kebersihan gigi dan mulut sangatlah penting, karena termasuk salah satu obat pencegah terjadinya berbagai penyakit pada gigi dan mulut. 11 Berkaitan dengan hal tersebut, pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung berpengarush terhadap perilaku atau sikap dalam merawat gigi dan mulut. 13 Pengetahuan yang dimiliki akan memberikan kesadaran seseorang akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut 14. Ketika seseorang memiliki tingkatan pengetahuan yang baik tentang kesehatan, maka perhatian yang ditunjukan dalam bentuk perilaku akan kesehatan gigi semakin baik. 15,16 Dan sebaliknya, jika pengetahuan akan kesehatan gigi dan mulut rendah maka perhatian akan kesehatan gigi dan mulut pun akan rendah. Menurut konsep perilaku yang dikemukan oleh L.Green tahun 2009 salah satu yang berpengaruh terhadap kesehatan seseorang adalah pengetahuan dan sikap seseorang. 17 Pengetahuan tentunya berperan penting, karena dengan memiliki

4 pengetahuan yang baik tentang sesuatu, seseorang bisa memutuskan sikap apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. 18 Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi masih merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Jika sikap yang dimiliki seseorang tersebut positif, maka akan menghasilkan perilaku kesehatan yang positif pula. 12 Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan hal yang mempengaruhi kebiasaan menjaga kebersihan gigi dan mulut pada lansia antara lain tingkat pengetahuan dan perilaku akan pentingnya perawatan kesehatan gigi. Hal itu melatar belakangi peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada Lansia di Panti Jompo Kota Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran pengetahuan lansia tentang kesehatan gigi dan mulut? 2. Bagaimana gambaran perilaku lansia tentang kesehatan gigi dan mulut? 3. Bagaimana gambaran indeks plak lansia? 4. Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo di Kota Bandung. 5. Apakah terdapat hubungan antara perilaku dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo di Kota Bandung.

5 6. Apakah terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo di Kota Bandung. 2. Mengetahui hubungan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo di Kota Bandung. 3. Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo Kota Bandung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam informasi ilmiah tentang pengetahuan dan perilaku kesehatan gigi dan mulut pada lansia di Panti Jompo di Kota Bandung. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Dinas Kesehatan Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang lebih baik pada masyarakat khususnya golongan lansia.

6 2. Masyarakat Penelitian ini dapat menjadi perhatian penting bagi masyarakat dalam memberikan informasi yang sesuai tentang kesehatan gigi dan mulut pada lansia. 3. Peneliti Penelitian ini menjadi sumber data dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang kebiasaan masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut khususnya pada lansia. 4. Partisipan Untuk meningkatkan pengetahuan dengan dilakukannya penyuluhan pada lansia di Panti Jompo Kota Bandung. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut WHO kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum dan kesadaran untuk menjaga kesehatan rongga mulut berperan penting dalam menentukan kesehatan rongga mulut seorang individu. Faktor-faktor yang menyebabkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada lansia menurun yaitu kesadaran yang kurang, pengetahuan yang kurang, daya ingat yang mulai menurun, ketidakmampuan secara motorik. Penuaan pada manusia mempengaruhi perubahan fungsional, psikologis dan sosial. Kehilangan seluruh gigi atau edentulus pada lansia sering mengurangi kualitas hidup secara substantial. Kehilangan seluruh gigi juga berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial. Kondisi kehilangan seluruh gigi mempunyai dampak negatif terhadap

7 kualitas hidup mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan percaya diri. 19 Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. 12 Pengetahuan dapat dimiliki manusia melalui pancaindra yang ia miliki. Hasil penglihatan dan pendengaran dapat menjadi dasar seseorang berprilaku dalam kehidupan sehari-hari. Maka semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan tercermin pada perilaku sehari-harinya. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang paling esensial dalam membentuk perilaku seseorang. 20 Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan. Perilaku merupakan segala kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku mempunyai peranan yang sangat besar terhadap status kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan suatu respon atau tanggapan seseorang setelah ada pemicu baik dari dalam diri ataupun dari lingkungan. 12,15 Pengetahuan merupakan dasar terbentuknya suatu perilaku. Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan, dan menganalisis suatu keadaan. 12 Ketika seseorang berada pada tingkatan pengetahuan yang lebih tinggi, maka perhatian akan kesehatan gigi akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, ketika lansia

8 memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan gigi, maka perhatian atau perilaku dalam perawatan giginya juga rendah. 12 PENGETAHUAN N PERILAKU INDEKS PLAK Pengetahuan baik : motivasi Pengalaman Budaya Pelayanan kesehatan Fasilitas Kemudahan mencapai pelayanan kesehatan seperti biaya Dukungan dari keluarga Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 1.6 Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada Lansia di Panti Jompo Kota Bandung. 2. Terdapat hubungan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada Lansia di Panti Jompo Kota Bandung. 3. Terdapat hubungan pengetahuan dan perilaku tentang kesehatan gigi dan mulut dengan indeks plak pada lansia di Panti Jompo Kota Bandung.

9 1.7 Metodologi Penelitian Jenis penelitian Desain penelitian Teknik pengumpulan data Populasi Sampel : Analitik Observasional : Cross Sectional : Kuesioner : Lansia di Panti Jompo Kota Bandung : Whole Sampling