BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata (UU RI No. 9, 1990). Jika berbicara mengenai wisata selalu ada hubungannya dengan obyek wisata itu sendiri. Obyek wisata adalah suatu bentukan dan/atau aktivitas dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/ tempat tertentu. Agar suatu obyek wisata dapat tetap diminati dan ramai dikunjungi, perlu dilakukan suatu pengembangan sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki obyek tersebut. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan hanya merupakan sumber daya potensial. Jika demikian, belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata sampai ada suatu pengembangan tertentu seperti misalnya penyediaan aksesibilitas atau fasilitas (Yoeti,2002). Ada dua faktor yang perlu diperhatikan pada tempat rekreasi yaitu kebersihan lingkungan dan fasilitas keamanan (Psikologi Lingkungan, 1992). Pancuran Pitu adalah suatu tempat atau obyek wisata yang terletak di kaki Gunung Slamet. Di tempat ini terdapat sumber mata air yang mengandung belerang. Air ini panasnya mencapai 70 0 C - 90 0 C dan dapat menyebuhkan penyakit kulit, tulang/rematik juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. 1
Luas lahan dari Pancuran Pitu adalah ± 3Ha. Sebagai tempat wisata sama seperti tempat wisata lainnya, Pancuran Pitu menyediakan fasilitas yaitu gerbang loket, shelter, mushola, toilet, kios makanan dan tempat parkir. Namun karena Pancuran Pitu ini disebut juga wisata husada yang memanfaatkan air panas dari mata air, maka di tempat ini juga menyediakan fasilitas kamar mandi rendam dan kolam air panas bagi mereka yang ingin berobat. Pemandian air panas dan pengobatan beberapa jenis penyakit di Pancuran Pitu merupakan pemanfaatan kekayaan alam berupa air panas. Jenis wisata yang ditawarkan di Pancuran Pitu saat ini adalah kolam untuk lulur belerang, kamar mandi rendam, tebing belerang dan pemandangan. Banyak wisatawan datang untuk menikmati jenis wisata yang telah ada dan juga berobat. Setiap tahunnya pengunjung Pancuran Pitu tidak stabil. Hal itu dapat terlihat dari tabel jumlah wisatawan yang datang mengalami peningkatan dan penurunan tiap tahunnya sebagai berikut : Tabel 1.1 Data Wisatawan Pengunjung Pancuran Pitu NO. TAHUN 2002 2003 2004 2005 2006 ASALWISATAWAN 1. WisNus 65.014 64.610 66.977 49.563 50.315 2. WisMan 34 0 0 0 0 SUMBER : ARSIP PT. PALAWI BATURADEN, 2006 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pengunjung yang data tiap tahunnya tidak stabil. Hal itu dapat disebabkan karena pengunjung tidak mendapatkan sesuatu yang membuat terkesan dengan tempat tersebut. Oleh karena itu, untuk menarik minat pengunjung baik yang bertujuan berwisata ataupun berobat maka perlu suatu pengembangan agar pengujung tidak merasa bosan karena atraksi yang monoton. Yang dimaksud pengembangan disini adalah mengembangkan potensi alam yang dimiliki Pancuran Pitu dan memberikan sesuatu yang baru dan berbeda dengan memperhatikan apa saja kebutuhan yang diperlukan wisatawan juga memberi kesempatan kepada setiap orang untuk dapat menikmati suasana Pancuran Pitu. Jumlah pengunjung tahun 2004 sebanyak 66.977 wisatawan. Obyek wisata Pancuran Pitu ini tiap bulan ramai dikunjungi rata-rata 5582 wisatawan. Dan jika dihitung tiap harinya pengunjung yang datang sebanyak 186 wisatawan. Wisatawan yang datang semuanya adalah wisatawan nusantara. Untuk menarik minat pengunjung datang ke tempat wisata dalam sebuah pariwisata harus ada beberapa produk yang menarik agar wisatawan datang, menikmati perjalanannya dan kedatangannya tidak sia-sia diantaranya : 1. obyek itu sendiri harus menarik untuk disaksikan maupun dipelajari. 2. mempunyai kekhususan dan berbeda dari obyek yang lain 3. prasarana menuju ke tempat tersebut terpelihara dan baik. 4. tersedia fasilitas: something to see, something to do dan something to buy. 3
5. kalau perlu dilengkapi dengan saran-sarana akomodasi dan hal lain yang dianggap perlu (Marpaung, 2002) Sedangkan fasilitas yang harus tersedia antara lain adalah aksesibilitas, dengan jalur pemandangan yang indah berikut view-point, jalan setapak, lahan perkemahan, tempat sampah, tempat berteduh, fasilitas pelayanan, akomodasi dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, rekreasi adalah penyegaran kembali badan dan pikiran. Terapi adalah upaya untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; perawatan penyakit. Jadi rekreasi terapi adalah suatu kegiatan memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit; perawatan penyakit dengan cara bersenang-senang sehingga seseorang tidak merasa sedang menjalani perawatan tetapi dengan kegiatan rekreasi tersebut tanpa disadari orang tersebut sudah melakukan terapi. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana mengembangkan obyek wisata Pancuran Pitu di Kabupaten Banyumas yang dapat memfasilitasi kegiatan terapi dengan menyediakan rekreasi terapi untuk tuna daksa. 1.3. Tujuan Mengembangkan obyek wisata Pancuran Pitu di kabupaten Banyumas yang dapat memfasilitasi kegiatan terapi dengan menyediakan rekreasi terapi untuk tuna daksa. 1.4. Sasaran 1. Melakukan studi tentang obyek wisata 2. Melakukan studi tentang Pancuran Pitu 4
3. Melakukan studi tentang terapi 4. Melakukan studi tentang rekreasi terapi 5. Melakukan studi tentang tuna daksa 1.5. Lingkup 1. Pengembangan obyek wisata yang dibatasi pada fasilitas rekerasi 2. Berbagai macam jenis terapi yang dibatasi pada rekreasi terapi 3. Pacuran Pitu yang dibatasi pada potensi air panas 4. Berbagai macam aksesibilitas yang dibatasi untuk tuna daksa 5. Berbagai macam kecacatan tuna daksa yang dibatasi pada tuna daksa yang masih dapat disembuhkan 1.6. Metode 1.6.1. Mencari Data 1. Wawancara Ditujukan kepada pengelola Pancuran Pitu, Kantor Dinas Pariwisata Banyumas, Terapis (orang yang melayani terapi), pengelola PALAWI. 2. Observasi Melakukan pengamatan langsung obyek wisata Pancuran Pitu dan pelaksanaan terapi, Live in di YAKKUM 3. Studi pustaka. Mempelajari buku-buku tentang rekreasi, terapi, tuna daksa. 5
1.7. Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN OBYEK WISATA PANCURAN PITU, DI KECAMATAN BATURADEN, KABUPATEN BANYUMAS Mengungkapkan potensi dan kondisi arsitektural obyek wisata Pancaran Pitu BAB 3 TINJAUAN TEORITIS REKREASI TERAPIS UNTUK TUNA DAKSA Mengungkapkan design requirement rekreasi terapis untuk tuna daksa yang dapat diterapkan pada bangunan BAB 4 ANALISIS MENUJU KONSEP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANCURAN PITU Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada obyek wisata Pancuran Pitu BAB 5 KONSEP PENGEMBANGAN OBYEK WISATA PANCURAN PITU 6
Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam rancangan fisik arsitektural pada pengembangan obyek wisata tersebut 7