Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) Universitas Diponegoro

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 12 TAHUN 2013 PASAR TRADISIONAL KOTA SALATIGA J U R N A L. Disusun untuk memenuhi persyaratan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Pedoman Wawancara Analisis Implementasi Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah Di Kota Medan Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Lexy J.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini merupakan penelitian dengan tipe deskriptif

Oleh : Made Surya Diatmika I Nyoman Suyatna Kadek Sarna Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh : Rista Dewi Putriana, Hartuti Purnaweni

Jaringan Kebijakan Kesehatan. Indra Darmanto Dumilah Ayuningtyas Disampaikan pada Forum Nasional IV

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

IMPLEMENTASI KETERSEDIAAN BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BATANG

PENGEMBANGAN DOSEN DI LINGKUNGAN SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK AMAL ILMIAH YAPIS WAMENA KABUPATEN JAYAWIJAYA

IMPLEMENTASI PERDA PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Penulisan Hukum (Skripsi)

Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang

BAB III IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN. A. Analisa Implementasi Peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2012

1 Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Kepensiunan di Indonesia (Studi Kasus:Tinjauan Implementasi

IMPLEMENTASI PERATURAN DISIPLIN PNS

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: indikator yang diteliti yaitu komunikasi. Komunikasi masih banyak

IMPLEMENTASI PROGRAM WIRAUSAHA BARU OLEH DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DALAM MENDUKUNG GERDU KEMPLING KOTA SEMARANG TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. Bentuk kebijakan pembatasan usaha waralaba terutama minimarket. melindungi/proteksi terhadap UMKM-UMKM dalam bentuk warung

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

Implementasi Jasa Umum di Kabupaten Wonogiri. ( Kasus Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi )

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL BERDASARKAN PP NO

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: F.C. Susila Adiyanta 2 ABSTRACT

BAB V PENUTUP. Dalam penelitian ini, beberapa kesimpulan yang dapat ditarik. sebagaimana dijelaskan pada bagian pembahasan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum

WALIKOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN, PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

Implementasi Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 5 tahun 2009 tentang Perizinan Mendirikan Bangunan di Kota Semarang

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIMBANGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM ERA OTONOMI DAERAH DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3,

PENGATURAN PENDIRIAN MINIMARKET BERDASARKAN PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 9 TAHUN 2009

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. implementasi kebijakan pengelolaan air limbah domestik di Kota Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bertipe

ANALISIS KINERJA KECAMATAN KEJAKSAN KOTA CIREBON. Oleh : Diah Ayu Purbasari, Sri Suwitri, Ida Hayu D. ABSTRAK

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

IMPLEMENTAS KEBIJAKAN PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN MALANG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TUNJANGAN KHUSUS GURU DAERAH TERPENCIL DI DESA BATURUBE KECAMATAN BUNGKU UTARA KABUPATEN MOROWALI

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN KLATEN TESIS

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang dilaksanakan oleh BPPLH Kota Bandar Lampung belum berjalan optimal

Ida Ayu Asti Windriyani, Agus Yulianto, SH. MH, Dr. Shinta Hadiyantina, SH., MH Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa implementasi

cukup, dan 11 indikator kinerja bernilai kurang.

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tersebut, aktivitas atau perbuatan itu dibedakan menjadi dua

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

IMPLEMENTASI PAJAK DAERAH DI PROVINSI DKI JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TESIS

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA PALU (STUDI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT)

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

Implementasi Peraturan Bupati Pelalawan Nomor 45 Tahun 2012 Tentang Perubahan Pedoman Penilaian PNS Berprestasi

HALAMAN PERNYATAAN. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : NIM :

TESIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PROGRAM SIMPANAN KELUARGA SEJAHTERA

PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 1 TAHUN 2010

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

SISTEM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG OPTIMAL DALAM BIROKRASI PERIZINAN

LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO TAHUN 2015

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERIZINAN TOKO MODERN DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN AYU LESTARI PROGRAM ILMU SOSIAL DAN POLITIK

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA MANADO JANWAR BINGKU PATAR RUMAPEA MARTHA OGOTAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pamong praja, maka penulis memberikan simpulan bahwa koordinasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

HUBUNGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU TERHADAP TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DIBIDANG KEBERSIHAN LINGKUNGAN

PENGARUH PREFERENSI BELANJA KONSUMEN TERHADAP PERKEMBANGAN PASAR CIPUTAT DI KOTA TANGERANG SELATAN

JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ISSN Vol. 4, No. 1 (2015)

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. UPTPK didirikan kegiatan penyaluran bantuan kemiskinan di Kabupaten Sragen

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

Ahmad Muhammad Fakhruddin ( ) Departeman Politik dan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro

Implementasi Kebijakan Pengendalian Penggunaan BBM Bersubsidi untuk Kendaraan Dinas di Kota Semarang. Oleh:

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO. 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN TLOGOSARI SEMARANG

GUBERNUR KALIMANTAN UTARA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun

BAB III METODE PENELITIAN. sebelumnya maka peneliti merumuskan penelitian ini sebagai jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN UNDANG-UNDANG DESA DENGAN MODEL EDWARD III DI DESA LANDUNGSARI KABUPATEN MALANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 41 TAHUN

JURNAL. KO MODERN (Studi

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS KEBERSIHAN PERTAMANAN DAN PASAR KABUPATEN ROKAN HILIR

PENGAWASAN PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 5 KABUPATEN TANGERANG

SOAL DAN TUGAS. Mata Kuliah Manajemen Sumber Daya Alam Dosen : Prof. Dr. Bambang Heru, M.S DISUSUN OLEH : IID MOH. ABDUL WAHID

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (Studi di Kecamatan Ciamis) LILIS ISTORIYAH ABSTRAK

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya maka didapatkan

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

EVALUASI IMPLEMENTASI PERGUB NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK DI PROV. DIY

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA DALAM RANGKA MENCIPTAKAN KONSEP GREEN CITY

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL,

Transkripsi:

Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Oleh : Otniel Handityasa P 1), Hartuti Purnaweni 1,2) 1) Departemen Administasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro 2) Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Diponegoro Email : otnielhandityasa@rocketmail.com; hartutipurnaweni@gmail.com Abstrak Pelaksanaan Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern untuk minimarket waralaba/cabang di Kecamatan Depok tidak berjalan sesuai dengan aturan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana implementasi peraturan perizinan toko modern (izin usaha toko modern) di Kecamatan Depok serta faktor penghambat dan pendukung implementasi kebijakannya. Penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan kebijakan izin usaha toko modern di Kecamatan Depok belum memenuhi aspek-aspek dalam peraturan tersebut yaitu aspek lokasi usaha, aspek sosial, aspek kemitraan dengan UMKM, dan aspek penggunaan tenaga kerja lokal. Hal ini terjadi karena lemahnya sanksi, kurangnya anggaran untuk pengawasan dan pembinaan, serta komunikasi yang tidak intensif antara aparat pelaksana kebijakan dengan pengelola toko modern, serta lingkungan kebijakan yang tidak kondusif. Berdasarkan kekurangan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya mulai dari menambah anggaran dana, memberikan sanksi yang lebih tegas bagi toko modern (minimarket waralaba/cabang) yang tidak memiliki izin, dan meningkatkan pengawasan dan pembinaan. Kata Kunci : Peraturan Daerah Kabupaten Sleman, Perizinan Toko Modern, Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok Abstract The implementation of Sleman District regional regulation Number 18 2012 about Shopping Centers and Modern Stores Licensing for minimarket franchise or branch in Depok Districts did not go according to the rules. This study aims to determine the implementation of modern shop licensing regulations (modern store business license) in Depok Districts as well as inhibiting factors and supporting factors of the policy implementation. The research shows that the implementation of the policy of modern store business license in Depok Districts did not comply the aspects of the regulation including aspect of the business location, social aspects, aspects of partnerships with SMEs, and aspects of the use of local labor. This happened because of weak sanctions, lack of budget for the supervision and development, and the communications were not intensive between the authorities that implementing the policy with managers of modern store, and also the policy environment was not conducive. Based on these concerns, there should be an efforts starting from increasing the budget, giving more sanctions to modern stores (minimarket franchise or branch) that do not have licenses, and improve the supervision and development. Keywords : Sleman District Regional Regulation, Modern Shop License, Minimarket Franchise/Branch in Depok Districts

A.Latar Belakang Kebijakan penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern adalah kebijakan dari Peraturan Menteri Perdagangan No.53 tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern, dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman juga turut melaksanakan peraturan tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, dan toko modern yaitu Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Kecamatan Depok merupakan kecamatan terpadat di Kab.Sleman dan merupakan kecamatan dengan pertumbuhan toko modern minimarket waralaba/cabang yang cukup tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain, serta merupakan kawasan yang sangat kondusif dan potensial untuk lokasi pasar-pasar modern. Selain itu Kecamatan Depok termasuk dalam Satuan Kawasan Pembangunan (SKP) II dengan tema pengembangan jasa dan perdagangan skala regional/nasional (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah TK II Sleman No.5 1994). (Berlian, 2013:3). Proses implementasi kebijakan Izin Usaha Toko Modern (IUTM) di Kecamatan Depok ternyata belum mampu mencapai tujuannya, Kecamatan Depok menjadi kawasan pendirian minimarket waralaba/cabang yang tidak memiliki izin usaha toko modern tertinggi di Kab.Sleman serta masih banyak ditemui pelanggaran-pelanggaran dalam pendirian minimarket waralaba/cabang di Kecamatan Depok yang tidak sesuai dengan aturan dalam Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern untuk Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern 2. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern untuk Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan dengan menunjuk lokasi Kecamatan Depok sebagai lokasi penelitian. Pemilihan subjek penelitian menggunakan criterion based selection, yang didasarkan pada asumsi bahwa subjek tersebut sebagai aktor dalam tema penelitian yang diajukan (Idrus, 2009:92). Sumber data yang digunakan yaitu data primer hasil wawancara dan data sekunder yang digunakan

adalah Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern serta data-data pendukung lainnya. Teknik untuk menguji keabsahan suatu data yang digunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik pengecekan apakah proses dan hasil suatu data yang diperoleh dari informan sudah dapat dipahami secara jelas oleh peneliti. (Moleong, 2009 :330-331), kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah Model Miles & Huberman dalam Idrus (2009) berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan akan menganalisis implementasi kebijakan perizinan toko modern untuk minimarket waralaba/cabang di Kecamatan Depok dan menganalisis faktor pendukung serta penghambat yang mempengaruhi implementasi sehingga dapat dirumuskan upaya yang perlu dilakukan oleh implementor kebijakan yang dalam hal ini adalah Disperindagkop Kab.Sleman, BPMPPT Kab, dan Satpol PP Kab.Sleman. Demi meningkatkan kualitas implementasi Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Implementasi Kebijakan Peraturan Izin Usaha Toko Modern bagi Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok Untuk melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan perizinan pusat perbelanjaan dan toko modern di Kecamatan Depok. Penelitian ini menggunakan Teori George C. Edward III dan Mazmanian & Sabatier. 1. Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan suatu pelaksanaan kebijakan. Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari pelaksanaan. Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan. Pengetahuan atas apa yang akan dikerjakan dapat berjalan apabila komunikasi berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Dengan kata lain, tujuan, sasaran, dan berbagai informasi yang berkaitan dengan kebijakan harus ditransmisikan dengan baik dan benar untuk menjamin keberhasilan suatu kebijakan. Terdapat tiga hal yang dilihat dari aspek komunikasi, yaitu sosialisasi, pemahaman terhadap kebijakan izin usaha toko modern, dan pembinaan. Sosialisasi program dimaksudkan supaya pihak-pihak yang terkait dalam program dapat memahami dan mengetahui maksud dan tujuan dari program serta ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sehingga dapat melaksanakan program dengan sebaik-baiknya. Sosialisasi yang dilakukan oleh aparat pelaksana adalah

dengan sosialisasi yang dilakukan setiap instansi SKPD terkait seperti Disperindagkop, BPMPPT, dan Satpol PP Kab. Sleman yang turut berpartisipasi dalam sosialisasi dan biasanya diadakan oleh BPMPPT Kab.Sleman serta mengundang perwakilan toko modern, lurah/dukuh, camat seluruh Kabupaten Sleman, dan warga masyarakat. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, untuk kejelasan aparat terhadap kebijakan, ternyata setiap instansi memiliki pemahamannya masingmasing, ada 3 Instansi SKPD terkait kebijakan Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kabupaten Sleman, yaitu Disperindagkop, BPMPPT, dan Satpol PP, untuk tingkat pemahaman terhadap kebijakan tersebut Diseprindagkop dan BPMPPT jauh lebih memahami karena merupakan ranah mereka, berbeda dengan Satpol PP yang mengurus penegakan peraturan undang-undang/daerah yang bermacam-macam. Selanjutnya untuk pembinaan, kedua instansi antara Disperindagkop Kab.Sleman dengan BPMPPT Kab.Sleman memiliki SOP yang berbeda. Di Disperindagkop Kab.Sleman pembinaan berjalan dengan baik dan toleransif serta SOPnya adalah P3 (Pengawasan, Penertiban, Pengendalian), sedangkan di BPMPPT Kab. Sleman untuk pembinaan tidak memiliki kaitannya dengan instansi tersebut hanya sebatas sosialisasi yang dilakukan oleh bidang pendaftaran izin. 2. Sumber Daya Sumber daya dalam mengimplementasikan sebuah kebijakan merupakan salah satu faktor yang penting. Sumberdaya dalam sebuah program/kebijakan tidak hanya sumber daya manusia saja, melainkan sarana dan prasarana juga merupakan faktor yang mendukung keberhasilan suatu program. Ada 2 aspek penting dalam sumber daya dalam penelitian ini yaitu aparat, dan fasilitas yang dimiliki aparat pelaksana. Untuk aspek aparat, seperti prosedur dan pembagian kewenangan aparat adalah Disperindagkop yang bertugas untuk (Pengawasan, Penertiban, dan Pengendalian) pada toko modern, BPMPPT yang memproses dan mengeluarkan izin, sementara itu Satpol PP sebagai penegakan aturan, masingmasing sudah berjalan di koridornya masing-masing, untuk tupoksi setiap instansi sudah berjalan dengan baik, sementara itu untuk jumlah aparat yang paling kekurangan adalah Satpol PP Kab. Sleman dan begitu juga Disperindagkop Kab.Sleman juga mengalami kendala jumlah aparat dalam pengawasan dan pembinaan toko modern. Selanjutnya, untuk fasilitas yang dimiliki aparat pelaksana bagi seluruh SKPD terkait hanya Satpol PP Kab.Sleman yang masih kekurangan dibanding dua instansi lainnya yaitu Disperindagkop Kab.Sleman dan BPMPPT Kab.Sleman, sementara untuk anggaran untuk fasilitas Satpol PP dan Disperindagkop masih kekurangan untuk operasionalnya, namun penggunaan fasilitas yang dimiliki aparat pelaksana sejauh ini sudah baik.

3.Disposisi Disposisi adalah faktor ketiga yang mempengaruhi suatu kebijakan selain komunikasi dan sumberdaya. Disposisi yaitu bagaimana komitmen dan respon pelaksana kebijakan dalam menjalankan peraturan. Apabila aparat pelaksana memiliki disposisi yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Sebaliknya jika sikap dan perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga akan menjadi tidak efektif. Komitmen yang baik diharapkan menjadi efek yang baik pula dalam pelaksanaan suatu kebijakan. Namun komitmen yang kurang baik akan memperlambat atau juga bahkan memperburuk suatu keadaan. Ada 4 hal yang penting terkait disposisi dalam penelitian ini yaitu tanggapan/respon aparat, persepsi aparat, sikap aparat, dan komitmen aparat. Yang pertama adalah tanggapan/respon aparat. Tanggapan instansi seluruh SKPD terkait implementasi Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sudah responsif dan sesuai dalam peraturan tersebut, namun fungsi pengawasan dan respon dari masyarakat kalangan pengusaha toko modern minimarket waralaba/cabang masih minim dan kurang dalam mentaati aturan Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Yang kedua, adalah persepsi aparat terhadap pelaksanaan (implementasi) Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern bisa dikatakan sudah baik dan memiliki dasar hukum yang kuat sesuai Peraturan Kementrian Perdagangan tetapi untuk proses implementasi masih terkendala secara teknis dan operasional di lapangan dan belum sepenuhnya maksimal. Yang ketiga, adalah sikap aparat. Sejauh ini sikap aparat sudah kooperatif dan tanggap sesuai dengan SOPnya masing-masing dan telah bekerja sesuai prosedur sesuai dengan bidangnya masing masing dan sudah melakukan koordinasi antar satu instansi dengan instansi lainnya terkait pelaksanaan Perda Modern. Yang keempat, adalah komitmen aparat. Setiap instansi SKPD terkait sudah berkomitmen dalam melaksanakan tugasnya masing-masing sesuai SOP dan prosedur yang berlaku dan sesuai ketentuan yang berlaku dalam Perda Modern, yang mempengaruhi motivasi mereka adalah pedagang-pedagang kecil dan perintah dari atasan terkait implementasi kebijakan tersebut. 4. Struktur Birokrasi Menurut George C. Edward III, walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia atau para pelaksana mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu

kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi kebijakan biasanya sudah dibuat Standart Operating Procedure (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Para pelaksana kebijakan dalam melaksanakan suatu harus sesuai pada SOP. Dari hasil wawancara dengan pihak. Untuk proses perizinan izin usaha toko modern minimarket waralaba/cabang. BPMPPT Kab.Sleman yang berwenang dalam ranah tersebut, penjelasannya adalah proses mekanisme pendaftaran izin usaha toko modern dimulai dengan pendaftaran kemudian diolah di BPMPPT Kab.Sleman, ditanda tangani, kemudian jadi kembali lagi ke pendaftaran, untuk mekanisme pemberian izin usaha toko modern diberikan setelah syarat sudah dipenuhi. Untuk tinjau lokasi, bidang Izin Usaha, Gangguan, dan Jasa melakukan tinjau lokasi/cek lokasi untuk aspek kemitraan dengan UMKM, tenaga kerjanya, untuk kaitan jarak yang diproses yang berada dalam daftar dispensasi, jika itu semua sudah memenuhi syarat lalu dibuatlah draft ke pimpinan dan ditertibkan. Kemudian Disperindagkop Kab.Sleman memiliki SOP P3 yaitu (Pengawasan, Penertiban, dan Pengendalian) mereka bertugas untuk melakukan SOP tersebut untuk memonitoring toko modern minimarket waralaba/cabang di Kabupaten Sleman terutama Kecamatan Depok, sementara itu Satpol PP Kab.Sleman bertugas untuk melakukan penegakan peraturan daerah/undang-undang terutama terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dan berkoordinasi langsung dengan Disperindagkop Kab.Sleman. 5. Lingkungan Kebijakan Menurut Mazmanian & Sabatier, lingkungan kebijakan yang senyatanya terjadi dapat mempengaruhi proses implementasi sebuah kebijakan, dalam penelitian ini menggunakan variabel kondisi sosial, ekonomi, dan teknologi di Kecamatan Depok yang sudah sangat maju dan berkembang, selain itu lokasi Kecamatan Depok yang sangat strategis karena berdekatan dengan perbatasan Kota Yogyakarta dan banyak terdapat universitas serta mahasiswa di kecamatan ini menjadikan Kecamatan Depok pangsa pasar yang strategis bagi pendirian toko modern minimarket waralaba/cabang sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap implementasi kebijakan perizinan toko modern tersebut. E.Kesimpulan dan Saran Melihat apa yang terjadi lapangan dan yang senyatanya terjadi dalam pelaksanaan dan implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern Minimarket Waralaba/Cabang terkait Perda Kab.Sleman No.18 tahun 2012 tentang Perizinan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern di Kecamatan Depok. Dapat disimpulkan faktor penghambat dalam pelaksanaan implementasi peraturan ini adalah (1) Faktor Komunikasi, (2) Faktor Sumber Daya, dan (3) Faktor Lingkungan Kebijakan. Sementara untuk faktor pendukung dalam pelaksanaan implementasi

peraturan ini adalah (1) Faktor Disposisi dan (2) Struktur Birokrasi. Berikut saran terhadap faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Izin Usaha Toko Modern untuk Minimarket Waralaba/Cabang di Kecamatan Depok terkait Perda Modern. a.) Faktor Komunikasi Untuk faktor komunikasi, kelemahannya adalah respon antara SKPD terkait yaitu Disperindagkop, BPMPPT, dan Satpol PP Kab.Sleman dengan pihak pengelola/pemilik toko modern minimarket waralaba/cabang masih kurang. Sehingga itu yang menyebabkan pihak toko modern minimarket waralaba/cabang banyak yang tidak mempedulikan aturan, bahkan punishment bagi pihak yang melanggar dirasa sangat kurang dan itu menyebabkan banyak pendirian liar toko modern minimarket waralaba/cabang yang tidak memiliki kelengkapan izin. Sehingga sarannya adalah untuk meningkatkan koordinasi antara SKPD terkait kebijakan perizinan toko modern dengan pihak pemilik ritel/pengelola minimarket waralaba/cabang. Serta memberikan sanksi yang lebih berat kepada pihak pengelola toko modern jika kembali melanggar peraturan tersebut agar toko modern lain yang tidak memiliki izin tidak kembali bermunculan. b.) Faktor Sumber Daya Untuk Faktor Sumber Daya, berdasarkan hasil observasi kepada SKPD terkait kebijakan perizinan toko modern. Satpol PP dan Disperindagkop Kab.Sleman masih sangat kurang, baik dari jumlah aparat dan anggarannya terutama dalam sektor pengendalian, pengawasan, penertiban dan penegakan peraturan/undang-undang. Sehingga hal tersebut menyebabkan pelaksanaan Perda Modern di Kecamatan Depok menjadi terhambat. Sarannya adalah dengan meningkatkan jumlah aparat dan meningkatkan anggaran untuk sarana prasarana agar proses pengawasan, pembinaan, dan penertiban bisa lebih maksimal. c.) Faktor Lingkungan Kebijakan Kemudian, untuk faktor lingkungan kebijakan. Kecamatan Depok merupakan kecamatan dengan jumlah pendirian toko modern minimarket waralaba/cabang yang tidak memiliki izin usaha toko modern yang paling tinggi dibandingkan kecamatan lain serta lokasi yang strategis bagi pendirian toko modern. Sehingga diperlukan koordinasi dan pengawasan menyeluruh bagi pihak Disperindagkop Kab.Sleman sebagai pengawas dan pembina serta Satpol PP Kab.Sleman sebagai pihak penertiban dan penegak peraturan/undang-undang khusus di Kecamatan Depok.