BAB 1 PENDAHULUAN. mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi antara bahan restorasi dengan jaringan gigi merupakan hal yang penting

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) ionomer kaca. Waktu kerja yang singkat dan waktu pengerasan yang lama pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kerusakan gigi dapat berupa karies, keausan, trauma, penyakit periodontal,

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. terhadap restorasi estetik semakin banyak. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dokter gigi sering mengalami kesulitan dalam merestorasi gigi pasca

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan terbukanya tubulus dentin terhadap mikroorganisme yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi. Penyakit ini dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam

I. PENDAHULUAN. kedokteran gigi sejak awal abad 19 ( Florez, dkk.,2011). Prosedur ini semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulpitis adalah penyebab utama di antara seluruh jenis nyeri yang dirasakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahan restorasi yang cepat dan mudah untuk diaplikasikan, dapat melekat dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Selama beberapa tahun terakhir, perawatan endodontik cukup sering

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan saluran akar merupakan suatu usaha perawatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada jaringan keras dan akan terus berlangsung sampai jaringan dibawahnya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi yang populer belakangan ini adalah perawatan bleaching yaitu suatu cara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. infeksi dan menutup sistem saluran akar dengan rapat. Perawatan saluran akar

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semen ionomer kaca banyak dipilih untuk perawatan restoratif terutama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. silikat dan semen polikarboksilat pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan

toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan sampai saat ini. 1,2,3 Resin komposit adalah suatu bahan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan ikat tubuh lainnya yang tersusun oleh jaringan pembuluh darah dan

BAB I PENDAHULUAN. Kehilangan struktur mahkota gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuanpenemuan

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berbagai bahan kedokteran gigi digunakan untuk merestorasi gigi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga untuk mengembalikan fungsinya

I. PENDAHULUAN. pencapaian sekitar 54 juta ton per tahun yang mencerminkan bahwa negara kita

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat terutama pada bidang kedokteran gigi. Cara pengobatan dengan. untuk memungkinkan aplikasi yang lebih aman dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. telah tanggal. Selama lebih dari 35 tahun dental implantology telah terbukti

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. suatu infeksi ulang (Namrata dkk., 2011). Invasi mikroorganisme terjadi melalui

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena selain dapat menghasilkan senyum yang indah juga sangat membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. layer. 4 Smear layer menutupi seluruh permukaan saluran akar yang telah dipreparasi

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Putih kekuning-kuningan, kuning keabu-abuan, dan putih keabu-abuan. warna atau yang dinamakan diskolorisasi gigi (Grossman, 1995).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kurang estestik, sulit dipolish, dan mempunyai sifat brittle. Kitosan adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Restorasi dapat dibedakan menjadi restorasi direk dan indirek. Restorasi direk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada gigi yang umumnya berakibat pada kehilangan gigi dan dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

I. PENDAHULUAN. dan banyak digunakan dalam aplikasi elektronik, keramik, adsorben semen,

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mahkota (crown) dan jembatan (bridge). Mahkota dapat terbuat dari berbagai

Dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam,

BAB I PENDAHULUAN. gigi pada satu lengkung rahang atau gigi antagonis. Maloklusi dapat dikoreksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, tujuan dari penelitian dan manfaat yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. gigi berlubang (karies gigi). Pasien datang dengan kondisi gigi berlubang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Beer dkk., 2006; Walton dan Torabinejad, 2008). gejalanya, pulpitis dibedakan menjadi reversible pulpitis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memunculkan penemuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. posterior dalam dunia kedokteran gigi terus mengalami peningkatan yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut, yang salah satunya digambarkan oleh indeks DMF-T

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB IV PEMBAHASAN. seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sekitar delapan juta orang mengalami kejadian patah tulang dengan jenis patah

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. estetika yang sangat mempengaruhi penampilan. Hal ini menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS ILMU KONSERVASI GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. mekanis dari bahan restorasi, kekuatan mekanis dari gigi, estetik, dan bentuk jaringan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna. memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : IDELIA GUNAWAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI PENGUJIAN SEM DAN EDX HIDROKSIAPATIT DARI GIPSUM ALAM CIKALONG DENGAN 0

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 BAHAN ADHESIF. Kata adhesi berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti menyatukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar bertujuan untuk mengeleminasi bakteri yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai perbedaan kekuatan geser antara self adhesif semen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. masalah estetik namun juga melibatkan fungsi dari gigi yang akan direstorasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan saluran akar merupakan salah satu perawatan untuk

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumber energi alternatif saat ini terus digiatkan dengan tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gigi merupakan salah satu faktor penting dalam estetika yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu tindakan restorasi gigi tidak hanya meliputi pembuangan karies

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi dalam kedokteran gigi harus tetap terjaga mutunya bahkan dapat ditingkatkan untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut khususnya dalam perawatan konservasi gigi. Pada saat ini perawatan lebih diarahkan dengan mengutamakan aspek preventif. Dalam penanganan kerusakan gigi, baik oleh karies atau trauma, mempertahankan jaringan pulpa tetap vital merupakan hal yang paling utama harus dilakukan oleh dokter gigi, karena pada gigi nonvital, cenderung peka terhadap fraktur (Smith, 2008). Terapi konservasi gigi bertujuan untuk mempertahankan gigi selama mungkin dalam kedudukannya agar dapat berfungsi lebih lama. Tujuan ini dapat dicapai dengan merawat jaringan keras atau jaringan lunak gigi sehingga struktur gigi normal kembali atau paling tidak mendekati normal. Kerusakan atau kelainan pada jaringan keras gigi yang disebabkan trauma, bakteri dan sistemik dapat merubah struktur jaringan. Terapi yang dilakukan dapat berupa menghentikan dan mencegah proses kerusakan, melakukan restorasi dan membentuk atau memperbaiki kerusakan gigi (Hargreaves dan Cohen, 2011). Perkembangan bahan restorasi terus berlanjut menghasilkan bahan-bahan kedokteran gigi yang beragam dengan sifat fisis dan mekanis yang meningkat serta mengutamakan sifat biokompatibel untuk digunakan dalam aplikasi klinis.

Biokompatibilitas bahan material gigi merupakan hal yang penting agar dapat digunakan dalam dunia kedokteran gigi. Walaupun bahan biomaterial yang memiliki biokompatibilitas tinggi, efek antimikroba dan sifat mekanis ideal masih perlu diteliti (Ghavamnasiri dkk., 2005). Masalah yang dihadapi di bidang kedokteran gigi saat ini di Indonesia adalah hampir semua bahan yang dipakai dalam perawatan gigi merupakan bahan impor, harganya mahal dan masa kadarluarsa jadi semakin singkat pada saat digunakan. Khususnya di bidang konservasi gigi dalam mempertahankan jaringan pulpa tetap vital, bahan-bahan yang sering digunakan adalah kalsium hidroksida dan Mineral Trioxide Aggregate (MTA), sehingga kalsium hidroksida dan MTA masih disebut sebagai bahan gold standard walaupun kalsium hidroksida lebih ekonomis dan banyak beredar, tetapi hasil akhir yang diharapkan tidak sebaik dibandingkan menggunakan Mineral Trioxide Aggregate (MTA) (Gutmann dkk., 2006). Kalsium hidroksida sampai saat ini masih menjadi bahan pilihan untuk kaping pulpa dalam merangsang dentin reparatif, tetapi studi jagka panjang telah membuktikan bahwa bahan ini tidak dapat diandalkan. Bahan ini tidak dapat beradaptasi dengan dentin, tidak dapat merangsang difrensiasi odontoblas secara konsisten, sitotoksik pada sel, dan ph yang tinggi menyebabkan kalsium hidroksida mudah larut yang mengakibatkan defect tunnel (Escandarizadeh dkk., 2006) sedangkan MTA merupakan bahan kaping pulpa non biologi yang terbukti telah menjadi salah satu bahan yang serba guna dan biokompatibel, memiliki sifat fisik yang lebih baik dalam hal sealing ability dan biokompatibilitasnya dibandingkan

dengan bahan lainnya seperti kalsium hidroksida (Queiroz dkk., 2005). Namun penggunaan MTA relatif masih jarang karena sulit untuk didapatkan, harganya yang mahal, manipulasi yang sulit, waktu pengerasan yang panjang, dan sedikit kandungan arsen pada MTA (Bramante dkk, 2008). Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin (SIKMR) merupakan perkembangan dari SIK konvensional yang berkembang pada tahun 1980-an (Nagaraja dan Kishore, 2005). Pengerasan SIK modifikasi resin merupakan kombinasi dari reaksi asam basa dan polimerisasi photochemical. Resin modifikasi menggantikan SIK dengan tambahan reaksi polimerisasi dengan cahaya (light cure). Untuk mencapai keberhasilan bahan ini, ditambahkan monomer yang larut dalam air, seperti HEMA (Hidroxyethyl Methacrylate) ke cairan asam poliakrilat yang larut air (McCabe dan Walls, 2008). Pertama kali, SIK modifikasi resin dikembangkan sebagai lining tetapi kemudian dikembangkan sebagai bahan restorasi. Keuntungan yang diberikan SIK modifikasi resin adalah kemudahan dalam manipulasi, meningkatkan ketahanannya terhadap sensitivitas air, dan mampu melepaskan ion fluor sehingga dapat mencegah karies kambuhan (Mc Cabe dan Walls, 2008). Ciri utama semen SIK modifikasi resin adalah ketika bubuk dan cairan dicampur akan terjadi reaksi pengerasan dengan bantuan sinar (light cure). Disamping kelebihannya, SIKMR ini memiliki kekurangan yaitu HEMA yang terkandung pada SIKMR bersifat sitotoksik (Dahl dan Orstavik, 2010). SIKMR menimbulkan respon inflamasi persisten tingkat menengah hingga

berat pada pulpa dan pembentukan zona nekrotik yang besar (Nagaraja dan Kishore, 2005). Banyak penelitian mencari bahan-bahan pengganti bahan impor dengan memakai bahan dasar dari tanaman tradisional ataupun bahan-bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam. Indonesia kaya dengan bahan alam, contohnya abu sekam padi dan kitosan. Padi merupakan produk utama pertanian di negara-negara agraris. Sekam padi merupakan produk samping yang melimpah dari hasil penggilingan padi, dan selama ini hanya digunakan sebagai bahan bakar. Soeswanto dan Lintang, 2011 menyatakan bahwa penanganan sekam padi yang kurang tepat akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, sedangkan kandungan silikanya tinggi. Sekam padi mengandung senyawa organik berupa lignin dan kitin, selulosa, hemiselulosa, senyawa nitrogen, lipid, vitamin B, dan asam organik, sedangkan senyawa anorganik berupa silika. Kandungan silika dalam abu sekam padi mengandung 94-96 % dan atau mendekati di bawah 90 % dalam bentuk amorf terhidrat (Makarim dan Suhartatik, 2009). Indahyani dkk (2011) dalam penelitiannya mengatakan bahwa silika yang berasal dari abu sekam padi ini terbukti mempunyai sifat osteoinduktif yang mampu menyebabkan terjadinya proliferasi sel osteoblast dan mempunyai nilai absorbansi yang paling tinggi. Abu sekam padi terdiri dari tiga lapisan : abu-abu, putih dan merah jambu. Kandungan silika yang paling banyak terdapat pada lapisan yang berwarna merah jambu. Peneliti menggunakan abu sekam padi yang berwarna merah jambu karena

abu sekam padi merah jambu mempunyai silika yang lebih tinggi dikarenakan pembakaran lebih dari 700 C dan dengan adanya proses alam sehingga terjadilah warna merah jambu (Zakaria, 2002). Bahan alami lainnya yang dapat dijadikan alternatif untuk mengurangi sifat toksik dari abu sekam padi adalah kitosan. Kitosan dapat dipakai sebagai scaffold. Kitosan [2-amino-2-deoxy-D-glucan] merupakan salah satu biomaterial yang memiliki sifat istimewa, yaitu biokompatibiliti baik, tidak bersifat toksik, tidak menyebabkan reaksi immunologi, dan tidak menyebabkan kanker (Modena dkk., 2009). Bahan ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama pada suhu kamar karena larutan kitosan akan terhidrolisis sehingga konsentrasi berkurang (Agusnar,1997 dan Sugita dkk., 2009). Trimurni dkk (2006) melakukan penelitian pada tikus wistar dengan menggunakan kitosan blangkas dan kitosan komersil sebagai bahan pembanding pada perawatan kaping pulpa direk. Hasil penelitian tersebut menunjukkan keduanya lebih mampu menstimulasi pembentukan dentin reparatif dan dengan jumlah sel-sel inflamasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan kalsium hidroksida sebagai kontrol. Henny dkk., 2013 mengatakan bahwa terjadinya peningkatan viabilitas sel yang signifikan pada SIKMR dan SIKMRn yang ditambahkan 0,015% berat kitosan nano dari blangkas. Abu sekam padi dan kitosan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk nanopartikel dengan prinsip rekayasa jaringan, ukuran partikel material dapat mempengaruhi efek biologi, yaitu makin kecil ukuran partikel, makin luas

permukaannya, sehingga makin meningkat pula interaksi material dan jaringan sekitarnya (Fan Y, 2008 dan Kong Y, 2007 cit. Suprastiwi, 2011). Ukuran partikel kitosan yang berskala nanometer akan meningkatkan luas permukaan sampai ratusan kali dibandingkan dengan partikel yang berukuran mikrometer, sehingga dapat meningkatkan efektifitas kitosan dalam hal mengikat gugus kimia lainnya. Kitosan nano juga dapat meningkatkan efisiensi proses fisika-kimia pada permukaan kitosan tersebut karena memungkinkan interaksi pada permukaan yang lebih besar (Ningsih, 2010). Penelitian abu sekam padi berwarna merah jambu yang merupakan biomaterial belum pernah diteliti, oleh karena itu peneliti ingin menggabungkan abu sekam padi dengan kitosan sebagai scaffold untuk mengetahui bagaimana karakteristik bimaterial tersebut. Penggabungan kedua biomaterial ini diharapkan dapat menjadi biomaterial yang digunakan untuk kaping pulpa indirek sebagai pengganti bahan yang ada seperti MTA dan SIKMR. Penambahan kitosan molekul tinggi nanopartikel pada abu sekam padi diharapkan dapat meningkatkan sifat-sifat fisis bahan abu sekam padi. Dalam penelitian ini digunakan Field Emission-Scanning Electron Microscopy (FE-SEM) dan Energy Dispersive X-ray (EDX). Observasi SEM memberi gambaran morfologi dari gabungan bahan biomaterial yaitu kitosan molekul tinggi nanopartikel dengan abu sekam padi nanopartikel pada permukaan dentin dan EDX memperlihatkan komposisi dari campuran kitosan molekul tinggi nanopartikel dengan abu sekam padi nanopartikel.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, tema sentral penelitian ini adalah: - Abu sekam padi merupakan sumber silika potensial yang dapat menyebabkan proliferasi sel odontoblas dan bersifat biokompatibel. - Kitosan merupakan bahan biokompatibel yang terbukti dapat merangsang pembentukan dentin reparatif. - Bahan biomaterial yang dapat merangsang dentin reparatif adalah biomaterial yang mempunyai sifat biokompatibel, biodegradable, sealing ability yang baik dan dapat menjaga pulpodentinal kompleks. Oleh karena itu, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat perbedaan mikrostruktur permukaan jaringan dentin yang diaplikasikan gabungan kedua bahan biomaterial abu sekam padi yang ditambahkan kitosan molekul tinggi nanopartikel dalam menjaga pulpodentinal kompleks dibanding dengan MTA dan SIKMR? 2. Apakah terdapat perbedaan kandungan aktif yang dapat menjaga pulpodentinal kompleks dari gabungan biomaterial abu sekam padi yang ditambahkan kitosan molekul tinggi nanopartikel dibandingkan MTA dan SIKMR?

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Menganalisis karakteristik mikrostruktur permukaan kitosan molekul tinggi nanopartikel dengan abu sekam padi dengan jaringan dentin dan komposisi kimia. Tujuan Khusus 1. Menganalisis morfologi dentin dengan melihat adanya tag like structure atau resin tag dan porositas setelah diaplikasikan bahan abu sekam padi nanopartikel yang ditambahkan kitosan molekul tinggi nanopartikel, MTA, dan SIKMR dengan menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) 2. Menganalisis komposisi kimia abu sekam padi nanopartikel dengan kitosan molekul tinggi nanopartikel, MTA, dan SIKMR dengan menggunakan Energy Dispersive X-ray (EDX). 1.4 Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan pemahaman mengenai manfaat biomaterial yang merupakan gabungan abu sekam padi dengan kitosan molekul tinggi nanopartikel dalam protektif jaringan pulpa. 2. Menambah data ilmiah mengenai bahan biomaterial yang merupakan gabungan abu sekam padi dengan kitosan molekul tinggi nanopartikel bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi khususnya penjagaan pulpodentinal kompleks.