BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia (lansia), dan keluarga miskin. 1 Salah satu pelaksanaan pembangunan kesehatan adalah melalui upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat salah satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit menular. Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit, menurunkan angka kesakitan serta mencegah akibat buruk. Salah satu program pemberantasan penyakit menular adalah pemberantasan penyakit malaria. 2 Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Setiap tahun lebih dari 500 juta penduduk dunia terinfeksi malaria dan lebih dari satu juta orang meninggal dunia. Kasus terbanyak terdapat di Afrika dan beberapa negara Asia termasuk Indonesia, Amerika Latin, Timur Tengah dan beberapa bagian negara Eropa. 3 Berdasarkan WHO (World Health Organization) tahun 2006, IR (Incidence Rate) malaria pada daerah yang berisiko 7,48% (247 juta kasus) dan CFR (Case
Fatality Rate) 0,36% dimana hampir satu juta kematian akibat malaria terjadi pada anak-anak usia < 5 tahun. Sebanyak 1,2 miliar penduduk berada di wilayah risiko tinggi malaria. Penduduk yang berada di wilayah risiko tinggi tersebut paling banyak berada di Afrika (586 juta penduduk) dan di Asia Tenggara (457 juta penduduk). Kasus malaria terbanyak terjadi di Afrika yaitu 212 juta kasus (IR 32,77%) yang berada di Nigeria, Republik Demokratik Kongo, Etiopia, Tanzania, Kenya, Uganda, Mozambik, Ghana, Cote d lvoire, Burkina Faso, Niger, Camerun, Malawi, Mali, Chad, Guinea, Zambia, Angola, dan Rwanda. Sedangkan kasus yang terjadi di luar Afrika berada di India, Sudan, Myanmar, Bangladesh, Indonesia, Papua New Guinea, Pakistan, Brazil, Somalia, dan Afganistan. 4 Pada tahun 2008 dinyatakan ada 109 negara endemis malaria dimana 45 negara diantaranya berada di wilayah Afrika. 5 Berdasarkan WHO SEAR (South East Asia Region) tahun 2006, CSDR (Cause Spesific Death Rate) tertinggi akibat malaria ada di Timor Leste (93 per 100.000 penduduk). Urutan kedua adalah Negara Myanmar (19 per 100.000 penduduk) dan urutan ketiga adalah Negara Bangladesh (4 per 100.000 penduduk). CSDR malaria di Indonesia berada di urutan kelima (2 per 100.000 penduduk) setelah Bhutan (3 per 100.000 penduduk). 5 Di Indonesia tahun 2007 dinyatakan 73,6% daerah merupakan endemis malaria dimana 45% penduduk Indonesia berisiko tertular malaria. Berdasarkan hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, PMR (Proportionate Mortality Ratio) akibat malaria adalah 1,3%. 6 Pada tahun 2009 terjadi KLB (Kejadian Luar Biasa) dan peningkatan kasus malaria di Indonesia yaitu di 20 desa dalam 10 provinsi dengan
jumlah penderita positif malaria sebesar 869 penderita dan 11 kematian (CFR 1,23 %). 7 Berdasarkan Ditjen PP-PL (Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan) Depkes RI, API (Annual Parasite Incidence) di Jawa Bali tahun 2007 sama dengan tahun 2008 yaitu 0,16 per 1.000 penduduk. AMI (Annual Malaria Incidence) di luar Jawa Bali tahun 2007 yaitu 19,67 per 1.000 penduduk, dan tahun 2008 yaitu 18,82 per 1.000 penduduk. 6 Tahun 2009 sekitar 80% kabupaten/kota di Indonesia masih termasuk kategori endemis malaria. Jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2009 sebanyak 1.143.024 orang. 3 IR tahun 2009 menurun menjadi 1,85 % dibandingkan tahun 2007 sebesar 2,89%. 7 Di Provinsi Jambi tahun 2007, AMI 6,86 per 1.000 penduduk (19.122 kasus). 8 Tahun 2008 AMI 18,08 per 1.000 penduduk (51.401 kasus). Angka ini merupakan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Kepulauan Bangka Belitung (40,58 per 1.000 penduduk) dan Bengkulu (22,96 per 1.000 penduduk). 6 Di Kabupaten Merangin tahun 2007, AMI 18,98 per 1.000 penduduk dan tahun 2008 AMI 27,40 per 1.000 penduduk. 8 Kunjungan malaria di Puskesmas dominan penyakit malaria klinis. Dari 12.876 kunjungan malaria 20,4 % atau 2.632 kasus diperiksa laboratorium dan dinyatakan positif malaria. Jika ditetapkan penyakit malaria hanya yang positif saja, maka seakan-akan kunjungan malaria sangat kecil. Padahal kendala pemeriksaan laboratorium untuk malaria masih mengalami kendala tentang pembuatan spesimen dan rujukan pemeriksaan ke Puskesmas. 9 Berdasarkan data survei awal yang diperoleh dari RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi diketahui jumlah penderita malaria
dengan parasit positif yang dirawat inap tahun 2007 yaitu 445 penderita dari 747 penderita malaria (59,57%), tahun 2008 yaitu 223 penderita dari 458 penderita malaria (48,69%), dan tahun 2009 yaitu 140 penderita dari 446 penderita malaria (31,39%). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009. 1.2. Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita malaria dengan parasit positif yang dirawat inap di Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi tahun 2009. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan sosiodemografi, antara lain: umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan tempat tinggal.
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria. c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan gejala malaria. d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan status komplikasi malaria. e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan jenis komplikasi malaria. f. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita malaria. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan riwayat kambuh. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang. i. Untuk mengetahui distribusi proporsi sumber biaya penderita malaria. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita malaria berdasarkan status komplikasi malaria. k. Untuk mengetahui distribusi proporsi status anemia penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria. l. Untuk mengetahui distribusi proporsi status splenomegali penderita malaria berdasarkan jenis parasit malaria. m. Untuk mengetahui distribusi proporsi status komplikasi malaria berdasarkan jenis parasit malaria. n. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis parasit malaria.
o. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi malaria. p. Untuk mengetahui distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. q. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis parasit malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang. r. Untuk mengetahui distribusi proporsi status komplikasi malaria berdasarkan keadaan sewaktu pulang. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Daerah Kolonel Abundjani Bangko untuk meningkatkan pelayanan dan penatalaksanaan penderita malaria. 1.4.2. Sebagai bahan referensi di perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan peneliti lain yang membutuhkan.