BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan dalam pembangunan di Indonesia merupakan salah satu masalah utama yang ditandai oleh masih besarnya jumlah penduduk miskin, pengangguran, keterbelakangan, dan keterpurukan. Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat (Suharyanto, dalam Syawie, 2011). Hak-hak dasar disini termasuk hak pangan, sandang, papan, tidak adanya akses terhadap kebutuhan dasarnya seperti kesehatan, pendidikan, sanitasi, dan lainnya (Suharto, 2005). Kemiskinan ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan, dan gizi. Sebagai kebutuhan dasar, kesehatan memiliki peran paling penting dalam kehidupan setiap manusia. Notoatmodjo (2003) mengemukakan, bahwa kesehatan tidak hanya dapat diukur dari aspek fisik, mental dan sosial semata. Namun juga dapat diukur dari aspek ekonomi. Maksudnya adalah produktivitas seseorang, apakah dia mempunyai pekerjaan atau dapat menghasilkan secara ekonomi. Sedangkan bagi yang masih belum memasuki usia kerja (anak-anak dan remaja), berlaku produktif bisa dilakukan dengan bersekolah atau kuliah. Dan bagi orang yang telah lanjut usia (sudah pensiun), mempunyai kegiatan pelayanan sosial. Kesehatan adalah kebutuhan penting setiap manusia. Setiap manusia menginginkan kesehatannya. Kesehatan merupakan hak setiap manusia, termasuk masyarakat miskin. Konstitusi di Indonesia mengatur tentang tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak-hak warga negara. Hak warga negara Indonesia yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945. 1
2 Berkaitan dengan aturan tentang tanggung jawab negara terhadap hak masyarakat yang tertuang dalam konstitusi terdapat dalam Pasal 28I ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 menagatakan bahwa : perlindungan, pemajuan, penegakan dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah. Selanjutnya terdapat dalam Pasal 34 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945 mengatakan bahwa : negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Tanggung jawab negara yang diatur dalam konstitusi berkaitan dengan hak asasi manusia. Selain itu dalam konstitusi juga mengatur bahwa negara memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan umum bagi warga negara seperti pelayanan kesehatan. Hak asasi manusia tidak sama dengan hak warga negara. Hak asasi manusia sifatnya lebih universal dan ia tetap dipandang sebagai hak-hak dasar manusia meskipun konstitusi suatu negara tidak mencantumkannya. Sebaliknya hak-hak warga negara bersifat partikular artinya ditentukan oleh konstitusi. Jadi dapat dikatakan bahwa hak warga negara suatu negara bisa jadi berbeda dengan hak warga negara di negara lain karena sesuai dengan rumusan konstitusinya masing-masing. Hak asasi manusia yang tercantum dalam konstitusi negara ada dasarnya adalah hak-hak warga negara (Winarno, 2009:27). Tanggung jawab negara, terhadap pemenuhan hak bagi warga negara adalah merupakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah di dalam sebuah negara. Berdasarkan pendapat TH Marshall dalam buku Citizenship and social Class (1950) tentang kewarganegaraan berbasis hak yang dikutip oleh Winarno (2009: 20), kewarganegaraan dikonseptualisasikan atas dasar tiga hak yaitu hak sipil, hak politik, dan hak sosial. Hak sipil mencakup perlindungan individu untuk bebas yaitu kebebasan berbicara, berkeyakinan, berhak atas keadilan. Hak politik mencakup hak berpartisipasi dalam pemerintahan. Hak sosial adalah hak atas pelayanan pendidikan, kesehatan dan pelayanan sosial lainnya. Hal itu sesuai dengan salah satu komponen pendidikan kewarganegaraan yakni civic skills. Menurut MS Branson yang dikutip dari buku Winarno dan Wijianto (2010: 54), civic skill commit merupakan to user kecakapan kewarganegaraan yang
3 meliputi dua kecakapan intelektual dan partisipatoris. Berkaitan dengan pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan maka kemampuan warga negara untuk berpartisipasi dalam kontrol terhadap penyelenggaraan dan pemerintahan. Memperhatikan hak-hak warga miskin yang belum terpenuhi, karena hal tersebut merupakan tanggung jawab negara. Upaya kerangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sistem jaminan sosial, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan program yang merupakan pengembangan sistem perlindungan sosial yang dapat meringankan dan membantu rumah tangga sangat miskin dalam hal mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan pendidikan dasar. Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat dengan PKH ini merupakan program yang dibuat oleh Kementerian Sosial RI yang berlandaskan pada Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No: 31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang Tim Pengendali Program Keluarga Harapan. Program Keluarga Harapan atau disingkat PKH, adalah program nasional yang memberikan bantuan tunai bersyarat kepada Keluarga Sangat Miskin yang selanjutnya disingkat KSM. Bantuan tunai diberikan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dibidang pendidikan dan kesehatan. Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku KSM yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MillenniumDevelopment Goals (MDGs). Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas: 1) Meningkatkan status sosial ekonomi KSM; 2) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari KSM; 3) Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan, khususnya bagi anak-anak KSM; 4) Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak KSM.
4 Selain itu, PKH menjamin hak-hak warga miskin dalam hal kesehatan, hak disini diwujudkan melalui pemberian layanan kesehatan dan bantuan berupa uang tunai agar warga miskin yang mendapatkan PKH dapat memeriksakan kesehatannya di pelayanan kesehatan yang ada, selain itu di bidang kesehatan, mereka juga memperoleh pelayanan berupa diberikan pemeriksaan untuk ibu hamil tiga kali selama masa kehamilan, memberikan balita vitamin dan pelayanan kesehatan terkait dengan kondisi kesehatan peserta. Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang masih ditemukan tingginya angka kematian ibu dan anak akibat gizi buruk dan gangguan kesehatan pada saat kehamilan. Tingkat kematian Ibu dan bayi yang cukup tinggi di wilayah Sukoharjo membuat DKK waspada. Hingga Oktober 2013, tingkat kematian ibu sudah tercatat 12 kasus. Jumlah tersebut menyamai dengan jumlah catatan pada tahun sebelumnya. Kepala Dinas Kesehatan (DKK) Kabupaten Sukoharjo, Dr Guntur Subiyantoro mengatakan, mayoritas penyebab kematian ibu tersebut adalah karena kasus emboli. Tingginya tingkat kematian ibu ini menandakan jika kondisi kesehatan kita masih kurang dari yang diharapkan. Indikator kesehatan itu kan, indikator kematian ibu, angka harapan hidup dan angka kematian balita. Dengan kasus kematian ibu yang tinggi Ini menunjukkan kondisi kesehatan kita masih kurang memadai, jelas Guntur, Senin (25/11). Sebagai langkah pencegahannya, DKK gencar melakukan sosialisasi dini tentang kemungkinan terjadinya hal-hal yang memicu kasus kematian ibu bersalin. Untuk pencegahannya memang sulit, karena ini tidak terdeteksi. Sifatnya silent. Ketika ditemui harus segera ada tindakan medis, tuturnya. (timlo.net, 25 November 2013) Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kemiskinan dan kurangnya pengetahuan dari keluarga akan pentingnya kesehatan balita dan ibu hamil. Pada usia balita, pemberian asupan gizi sangatlah penting dilakukan, karena pada masa tersebut merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan balita, sedangkan pada ibu hamil, pemenuhan gizi juga sangat penting diberikan karena pada masa kehamilan, ibu dan bayi yang ada didalam kandungannya membutuhkan asupan gizi yang cukup.
5 Masalah kesehatan balita dan ibu hamil terjadi di beberapa kecamatan di Kabupaten Sukoharjo, salah satunya ditemukan masalah terhadap kesehatan keluarga miskin di Kecamatan Polokarto. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Polokarto, dari jumlah penduduk di Kecamatan Polokarto sejumlah 84.382 orang, terdapat 9270 orang penduduk miskin. Dan data dari Puskesmas Kecamatan Polokarto menunjukkan bahwa pada tahun 2012 lalu angka kematian ibu hamil mencapai 13 kasus, sedangkan untuk 2013 sudah berjumlah 6 kasus. Sedangkan untuk angka kematian bayi di Kecamatan Polokarto pada tahun 2013 sudah 70 kasus, padahal sebelumnya pada 2012 lalu lebih dari 100 kasus. Hal ini disebabkan mereka tidak memiliki akses untuk memeriksakan kesehatannya akibat biaya dan kemiskinan yang dideritanya. Kasus meninggalnya Muhammad Fachru Rozy, anak usia 7 tahun, warga Polokarto, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo juga menjadi salah satu kejadian yang harus dijadikan perhatian khusus bagi pemerintah. Sebagaimana diberitakan oleh (www.timlo.net.com/baca/68719511368/dkk-kecolongan-adaanak-penderita-gizi-buruk-meninggal) pada tanggal 17 September 2013, Rozy meninggal karena gizi buruk dan adanya tumor dibagian perutnya. Orang tua Rozy yang termasuk orang miskin tidak mampu memeriksakan ke dokter. Kurangnya perhatian akan asupan gizi dan terkendala karena keadaan keluarga,yang miskin menyebabkan mereka hanya memberikan asupan nutrisi kepada Rozy seadanya saja. Sehingga menyebabkan Rozy yang seharusnya pada umur 7 tahun memiliki berat badan normal 23 kg, namun Rozy hanya memiliki berat badan 14 kg. Rozy baru mendapatkan perawatan setelah kondisinya memburuk dan dirujuk ke rumah sakit Dr. Moewardi Solo pada tanggal 7 September 2013 atau 10 hari sebelum meninggal. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin sangat berarti penting. Kemudahan pemberian pelayanan kesehatan sangatlah dibutuhkan untuk menangani kasus-kasus kesehatan yang terjadi di masyarakat. Permasalahan ekonomi yang biasa dialami oleh commit masyarakat to user terutama masyarakat miskin,
6 menyulitkan mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan cepat. Sehingga diperlukan perhatian dari pemerintah yang merupakan tanggung jawabnya dalam memenuhi hak warga negaranya. Hal tersebut tentunya tidak mencerminkan dari tujuan negara Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alenia ke-4. Selain itu, masalah gizi buruk tersebut juga tidak sejalan dengan isi muatan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang menyebutkan bahwa kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Oleh karena itu setiap individu berhak memperoleh perlindungan atau jaminan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab agar hak hidup sehat masyarakat terpenuhi, termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Sehingga diharapkan melalui Program Keluarga Harapan (PKH) yang dibentuk pemerintah, warga miskin mendapatkan bantuan untuk dapat memenuhi hak mereka dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Kaitan antara permasalahan ini dengan Pendidikan Kewarganegaraan adalah dilihat dari sisi jaminan terhadap hak warga negara. Dalam pendidikan kewarganegaraan dikaji juga tentang hak asasi manusia. Pendidikan Kewarganegaraan (civic) yang hakikatnya juga sebagai pendidikan untuk mengenali dan menghayati hak hak warganegara yang asasi (civil right) dengan tujuan agar setiap orang pada akhirnya dapat menyadari hak haknya yang asasi, yang perlindungannya dijamin oleh undang undang negara. Lebih lanjut, civic and human right education tidak hanya sebatas menyadari hak haknya sendiri, tetapi diharapkan dapat pula akan membangkitkan empati, ialah kesadaran bahwa orang lain sebagai sesama warga/atau sesama manusia itu adalah memliki hak yang harus dihormati. (Malian & Marzuki:2003,hlm2-3) Hak asasi manusia merupakan tatanan nilai, moral konsep yang hidup di masyarakat. Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu dengan instansi.
7 Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Setiap warga negara mempunyai hak-hak yang wajib diakui oleh negara dan wajib dihormati, dilindungi, dan difasilitasi, serta dipenuhi oleh negara. Warga miskin juga merupakan warga negara. Dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Sehingga setiap warga miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo memiliki hak memperoleh pelayanan kesehatan. Sedangkan tanggungjawab pemerintah dalam memenuhi hak warga negara miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan membuat kebijakan berupa Program Keluarga Harapan. Dengan adanya program tersebut, mampu membantu ibu hamil dan anak-anak dari keluarga miskin untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan. Sehingga kasus seperti kematian bayi dan gizi buruk tidak terjadi lagi. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di wilayah Kecamatan Polokarto dalam memenuhi hak warga miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan melalui Program Keluarga Harapan. Untuk itu dalam penelitian ini, penulis menuangkan skripsi ini dengan judul Implementasi Program Keluarga Harapan Terhadap Pemenuhan Hak Memperoleh Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Materi Hak Asasi Manusia (Studi di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo)
8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah yaitu : 1. Apakah melalui Program Keluarga Harapan telah mampu memenuhi hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan di Kecamatan Polokarto? 2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan untuk memenuhi hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo? 3. Apa relevansi Program Keluarga Harapan dalam memenuhi hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin dengan pembelajaran PKn per sekolah? C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya setiap penelitian mempunyai maksud untuk menemukan dan menguji kebenaran dari suatu pengetahuan. Adapun penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui melalui Program Keluarga Harapan (PKH) telah mampu atau belum dalam memenuhi hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo 2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan untuk memenuhi hak memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin di Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo 3. Untuk mengetahui relevansi Program Keluarga Harapan terhadap pemenuhan hak memperoleh pelayanan kesehatan masyarakat miskin pada pembelajaran PKn per sekolah
9 D. Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan suatu manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan masyarakat Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, dengan adanya Program Keluarga Harapan (PKH) dapat memenuhi hak masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan b. Sebagai dasar dan referensi dalam mengadakan penelitian lain yang relevan. c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pengembangan kewarganegaraan sebagai ilmu maupun praktik kewarganegaraan, khususnya yang berkaitan dengan hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan 2. Manfaat Praktis a. Bagi pemerintah Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo sebagai saran atau masukan untuk lebih memperhatikan pemenuhan hak masyarakat miskin untuk memperoleh pelayanan kesehatan b. Bagi masyarakat, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah yang terkait dengan pemenuhan hak masyarakat miskin dalam memperoleh pelayanan kesehatan c. Bagi pembelajaran disekolah dapat menjadi relevansi terhadap pengembangan materi hak asasi manusia d. Bagi guru PKn dapat dijadikan sebagai bahan tambahan materi dan contoh konkret tentang tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak warganya terkait dengan materi Hak Asasi Manusia e. Bagi penulis menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan penalaran, membentuk pola pikir ilmiah.