Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02,

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI FORMULA SNEDDS (SELF-NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : SYAHNIDAR ZUHRA NAZILA NIM.

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM ) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA OLIVE OIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang dengan penduduk yang memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System

BAB I PENDAHULUAN. Hiperkolesterolemia merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh gaya

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : MEYLANA INTAN WARDHANI NIM.

OPTIMASI FORMULA SEDIAAN SNEDDS (SELF- NANOEMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM) DARI EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM DENGAN PEMBAWA MINYAK KEMIRI

TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : NYANTI MUHAROMAH NIM.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berasal dari bahan alam. Tanaman merupakan salah satu sumber obat-obatan

OPTIMASI FORMULA SELF NANO-EMULSIFYING DRUG DELIVERY SYSTEM (SNEDDS) TETRAHIDROKURKUMIN MENGGUNAKAN D-OPTIMAL DESIGNS

Media Farmasi Indonesia Vol 10 No 2

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SNEDDS (Self-Nanoemulsifying Drug. Delivery System) EKSTRAK KLOROFORM DAUN SALAM

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN SNEDDS

FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Tetrahidrokurkumin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

MAGDA LILIANNA FORMULASI SOLID LIPID NANOPARTIKEL DENGAN VITAMIN E ASETAT PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan buah yang sering digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pterostilben (3,5-dimetoksi-4 -hidroksistilben) adalah komponen stilben

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN ARTI SINGKATAN. RINGKASAN... ABSTRACT... BAB I PENDAHULUAN...

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan. memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi. Oleh : SYAHNIDAR ZUHRA NAZILA NIM.

Disusun oleh: APRILIA SAEFANAN SHOFA M SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat

DONNY RAHMAN KHALIK FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI UNTUK SEDIAAN NUTRISI LENGKAP PARENTERAL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Farmasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen biasa digunakan untuk pengobatan rematoid artritis, osteoartritis, dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. iridoid, lignan, dan polisakarida (Chan-Blan-co et al., 2006). Senyawa flavon

Pemanfaatan Ekstrak Daun Mangrove (Rhizophora mucronata sp.) dengan Variasi Pelarut Sebagai Bahan Aktif Sediaan Farmasi Terapi Anti Kanker

LISA AYU LARASATI FORMULASI MIKROEMULSI DL-ALFA TOKOFEROL ASETAT DENGAN BASIS MINYAK KELAPA MURNI DAN UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

Formulasi Sediaan Mikroemulsi Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.) dan Evaluasi Efektivitasnya sebagai Antikerut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK DAUN SIRIH HITAM (Piper sp.) TERHADAP DPPH (1,1-DIPHENYL-2-PICRYL HYDRAZYL) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti

EFEK EKSTRAK METANOL DAUN SALAM (SYZYGIUM POLYANTHUM) TERHADAP PERUBAHAN UKURAM BATU GINJAL

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB II LANDASAN TEORI Uraian tentang daun salam (Syzygium polyanthum Wight Walp) a. Klasifikasi daun salam (Syzygium polyanthum Wight Walp)

PENGARUH VARIASI ASAM SITRAT, ASAM TARTRAT DAN NATRIUM BIKARBONAT DALAM FORMULASI GRANUL EFFERVESCENT

BAB I PENDAHULUAN. antaranya tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat. Penggunaan tumbuhan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah temu kunci (Boesenbergia pandurata)

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK METANOL DAN PROFIL KLT PARTISI CAIR-PADAT EKSTRAK DAUN JAHE BALIKPAPAN (Etlingera balikpapanensis)

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ABSTRAK... iv ABSTRACT... KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR.. xiii DAFTAR LAMPIRAN..

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beta karoten merupakan salah satu bentuk karotenoid yaitu zat yang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu 10%, 25%, 50%, 75% dan 100%. 2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Enterococcus faecalis dengan

Formulasi dan Evaluasi Mikroemulsi Antikerut Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN PELAPIS MALTODEKSTRIN DAN GUM ARAB DALAM MIKROKAPSUL BERBAHAN INTI SITRONELAL ABSTRAK ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB IV PROSEDUR KERJA

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kandungan fenolik total, kandungan flavonoid total, nilai IC 50 serta nilai SPF

PEMBUATAN DAN EVALUASI SECARA IN VITRO EMULSI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) MENGGUNAKAN EMULGATOR TWEEN 80 DAN GOM ARAB SKRIPSI

ETIL ASETAT DAN EKSTRAK METANOL

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

KATA PENGANTAR. kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat

PHARMACY, Vol.06 No. 01 April 2009 ISSN

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen (asam 2-(3-benzoilfenil) propanoat) merupakan obat anti

Optimasi Campuran Carbopol 941 dan HPMC dalam Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Daun Jambu Mete secara Simplex Lattice Design

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

LAPORAN AKHIR PENGARUH WAKTU SULFONASI DALAM PEMBUATAN SURFAKTAN MES (METHYL ESTER SULFONATE) BERBASIS MINYAK KELAPA SAWIT KASAR (CPO)

FORMULASI DAN EVALUASI SIRUP EKSTRAK DAUN SIDAGURI (Sida rhombifolia L.)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mouthwash dari Daun Sirih (Piper betle L.)

Transkripsi:

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02, 102-109 Optimasi dan Uji Antioksidan Sediaan SMEDDS Daun Salam dengan Minyak Inti Sawit sebagai Fase Minyak Optimization and Antioxidant Activity Test Of SMEDDS Bay Leaf with Palm Kernell Oil as Oil Phase Fea Prihapsara 1*, Atmim Nurona 1, dan Pratika Nurul Istiqomah 1 1 Departemen Farmasi, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta *Email korespondensi : feapri87@gmail.com Abstrak: Salah satu tanaman yang menghasilkan efek antioksidan adalah daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.). Ekstrak daun salam memiliki kelarutan dan bioavailabilitas rendah, untuk mengatasi masalah tersebut maka ekstrak daun salam diformulasikan dalam bentuk Self- Microemulsifying Drug Delivery System (SMEDDS) menggunakan Palm Kernel Oil (PKO) sebagai fase minyak. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan emulsi berukuran mikrometer sehingga dapat meningkatkan bioavailabilitas oral ekstrak dan dapat digunakan dengan dosis rendah dalam sediaan mikroemulsi SMEDDS. Efektivitas ekstrak dilakukan dengan memformulasikan ke SMEDDS menggunakan PKO sebagai minyak pembawa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimum formula SMEDDS yakni tween 80:PEG 400:PKO (1,6 : 2,4 : 1 ml) dalam 5 ml sediaan SMEDDS ekstrak kloroform daun salam memiliki emulsification time sekitar 13,93 detik; rerata ukuran tetesan 218,9 nm; polidisperse index 0,203. Secara morfologi berbentuk sferis serta stabil dalam media ph yang berbeda. SMEDDS daun salam memiliki efek antioksidan kategori kuat dengan IC50 sebesar 40,7177 ppm. Abstract: One of the plants which can produce antioxidants is the bay leaves (Syzygium polyanthum (Wight) Walp). Generally, extract have big size molecule and low solubility. To overcome low solubility of extract, it was formulated into self microemulsifying drug delivery system (SMEDDS) using Palm Kernel Oil (PKO) as oil phase. This research, aims to produce micrometer-sized emulsion and thus can be used at low dose in SMEDDS microemulsion preparation. And this research was conducted to determine the antioxidant activity of SMEDDS bay leaf extract. Palm kernell oil has been used because its suitable for SMEDDS and has medium chain trigliseride that can increase drug transport through lymphatics thereby reducing first pass metabolism. Optimization of surfactant, cosurfactant and oil phase was determined with trial and error method. The results showed that the optimum SMEDDS formula was tween 80 : PEG 400 : Palm Kernell Oil (1.6 : 2.4 : 1) in 5 ml. SMEDDS extract of bay leaves has emulsification time 13.93 seconds, average of droplet size was 218.9 nm and polidisperse index 0.203. Morphological observation showed the microemulsion particles had spherical shaped. SMEDDS product of bay leaf extract has powerful antioxidant potential with IC 50 40.7177 ppm. Keywords: Bay Leaf, Palm Kernell Oil, SMEDDS, Antioxidant

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 103 1. Pendahuluan Ekstrak non polar tumbuhan umumnya memiliki kelarutan yang rendah dan berefek pada tingkat bioavailabilitas yang rendah sehingga memerlukan dosis yang cukup besar dalam penggunaannya untuk mencapai efektivitas terapi yang maksimal (Bansal dkk., 2010). Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini ekstrak kloroform daun salam diformulasikan dalam bentuk mikroeemulsi yang diharapkan dapat meningkatkan kelarutan, bioavailabilitas serta meminimalkan jumlah dosis yang dikonsumsi dari ekstrak tersebut. Dalam formulasinya, mikroemulsi dapat diformulasikan melalui Self-Microemulsifying Drug Delivery System (SMEDDS). Secara substansial SMEDDS terbukti meningkatkan bioavailabilitas obat lipofilik melalui pemberian oral. Perkembangan teknologi memungkinkan SMEDDS memecahkan masalah terkait penghantaran obat dengan kelarutan dalam air yang buruk (Makadia dkk., 2013). Salah satu komponen penting dalam formulasi SMEDDS adalah minyak, dalam penelitian ini digunakan Palm Kernel Oil (PKO) sebagai komponen minyak. sebagai komponen minyak karena merupakan trigliserida rantai menengah yang didominasi oleh asam laurat. Asam lemak rantai medium bersifat lebih polar (lebih cepat melepas ion-ion H) dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang. Asam lemak rantai medium lebih mudah masuk secara langsung tanpa enzim lipase pankreatik ke dalam hati melalui vena portal setelah diabsorbsi oleh usus dan dengan cepat dimetabolisme menjadi energi. Asam lemak rantai medium tidak masuk dalam siklus kolesterol dan tidak mengakumulasi jumlah lemak dalam jaringan (Dayrit, 2003). Pada penelitian ini, dilakukan optimasi formulasi SMEDDS ekstrak kloroform daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) menggunakan minyak Palm Kernel Oil (PKO). Hasil optimasi tersebut dianalisis untuk mengetahui emulsification time, ukuran distribusi ukuran, nilai potensial zeta, dan morfologi partikel mikroemulsi. Pengujian aktivitas antioksidan semakin menguatkan akan potensi ekstrak daun salam dalam bentuk SMEDDS. 2. Bahan dan Metode Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : daun salam dari daerah Klaten, klorofrom (Brataco), PEG (Brataco), tween 80 (Brataco), fase minyak PKO (Brataco), methanol p.a, Artificial Gastric Fluid, Artificial Intestinal Fluid, DPPH(1,1-Diphenyil-2-picrylhidrazyl). Alat yang digunakan adalah : Blender, alat timbang, bejana maserasi, batang pengaduk, gelas ukur (Pyrex) 10 ml dan 100 ml, gelas beaker (Pyrex) 250 ml, 500 ml dan 1000 ml, corong buchner, Waterbath, kompor listrik, cawan porselin, erlemenyer (Pyrex) 1000 ml, chamber, labu ukur (Pyrex) 10 ml, 50 ml dan 100 ml, seperangkat alat spektrofotometer UV-Visibel double beam, timbangan analitik, flakon 10mL, pipet tetes, pipet volume (Pyrex) 1 ml, glasfin, mikro pipet (Finnpipette), corong, tabung reaksi (Pyrex), dan rak tabung reaksi. Sebelum dilakukan proses optimasi terlebih dahulu adalah proses pembuatan ekstrak kloroform daun salam dengan metode maserasi. Metode optimasi yang digunakan adalah metode trial and error dengan menggunakan berbagai variasi konsentrasi surfaktan (tween 80 dan tween 20), ko-surfaktan (PEG dan propylenglikol (PG)) dan minyak pembawa (Palm Kernel Oil) pada sediaan mikroemulsi yang diformulasikan melalui Self-Microemulsifying Drug Delivery System (SMEDDS). Dalam pembuatannya, formulasi SMEDDS dibuat dalam berbagai formulasi dengan komposisi masing-masing komponen yang berbeda. Selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui ukuran dan distribusi partikelnya, nilai potensial zeta, stabilitas mikroemulsi serta

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 104 bentuk morfologi partikel mikroemulsi. Pengujian aktivitas antioksidan sediaan SMEDDS daun salam menggunakan metode peredaman warna DPPH. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Optimasi Surfaktan dan Kosurfaktan; dan Optimasi Surfaktan, Kosurfaktan dan Minyak Tabel I. Hasil Optimasi Surfaktan dan Ko-Surfaktan Surfaktan Rasio Komposisi Hasil Surfaktan : ko- PG PEG Surfakatan T80 1 : 1 X 2 : 1 X X 3 : 1 X X 3 : 2 X 2 : 3 X 1 : 2 X X T20 1 : 1 X 2 : 1 X 3 : 1 X 3 : 2 X 2 : 3 X 1 : 2 X T80 : T20 Rasio Komposisi Kombinasi Surfaktan T80/T20 : PG (1 : 3 ) T80/T20 : PEG(1 : 3 ) 1 : 1 X X 2 : 1 X X 3 : 1 X X 3 : 2 X X 2 : 3 X X 1 : 2 X X Keterangan : Surfaktan = T80 (tween 80), T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propyleneglycol), PEG Polyethylene glycol 400); = homogen; X = memisah (dalam 24 jam). Kombinasi tween 20 dan propilenglikol lebih mampu menghasilkan campuran yang homogen dibandingkan pada penggunaan tween 80 dan PEG 400. Hal ini dikarenakan tween 20 dan propilenglikol mempunyai bobot molekul dan viskositas yang lebih rendah dan struktur yang lebih sederhana dibandingkan tween 80 dan PEG 400, sehingga dapat lebih mudah berinteraksi dengan kandungan ekstrak. Kandungan ekstrak yang mungkin berinteraksi dengan SMEDDS adalah gugus hidroksil dan oksigen bebas, semakin besar jumlah gugus hidroksil dan oksigen bebas pada tiap komponen memungkinkan terjadinya pembentukan ikatan hidrogen yang lebih banyak sehingga ekstrak lebih mudah larut (Meirista, 2014). Palm Kernel Oil lebih mampu bercampur dengan tween 20 dibandingkan dengan tween 80, hal ini disebabkan karena PKO lebih didominasi C 12 (asam laurat) sekitar 48%, C 14 (asam miritat) sekitar 16% dan 18:1 (asam oleat) sekitar 15% (Codex, 1999). Hal ini sesuai dengan kandungan tween 20 yang memiliki kandungan yang didominasi oleh asam laurat sekitar 40,0-60,0% (Rowe dkk., 2009) dengan adanya kesamaan komposisi ini sehingga diperkirakan sistem

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 105 dapat membentuk sistem yang homogen. Asam oleat memiliki nilai log P sebesar 6,5 (PubChem, 2014 a ) dan asam laurat memiliki nilai log P sebesar 4,2 (PubChem, 2014 b ). Log P merupakan indeks lipofilisitas yang mana semakin tinggi nilai log P maka menunjukkan sifat yang lebih lipofilik. Nilai log P yang lebih besar dari 4 cenderung menginginkan sistem lipid. Semakin besar nilai koefisien partisi suatu senyawa, semakin mudah terjadi interaksi antar gugus lipofilik (Sarpal dkk., 2010). Tabel II. Hasil Optimasi Surfaktan, Kosurfaktan, dan Minyak Surfaktan Rasio Komposisi Hasil komposisi MInyak : Surfaktan : Ko- Surfaktan Ko-Surfaktan(1: Surfakatan 4) PG PEG 1 : 1 X 2 : 1 X X 3 : 1 X X T80 3 : 2 X X 2 : 3 X 1 : 2 X X 1 : 1 X 2 : 1 X 3 : 1 X T20 3 : 2 X 2 : 3 X 1 : 2 X X Keterangan : Surfaktan = T80 (tween 80), T20 (tween 20); Kosurfaktan = PG (Propylene glycol), PEG (Polyethylene glycol 400); Minyak = Palm Kernel Oil; = homogen; X = memisah (dalam 24 jam). 3.2. Pemilihan formula SMEDDS

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 106 Tabel IV. Hasil Perhitungan Emulsification Time Pada Suhu 37 o C Rasio M : Media S/K S K Rasi o S : K T20 PG 2 : 1 1 : 4 Akuades AGF AIF Emulsificatio n time (detik) (x±sd) 14,19±0,27 23,47±0,39 23,77±1,38 T20 PG 3 : 1 1 : 4 Akuades AGF AIF 17,13±0,17 22,25±1,08 24,90±0,12 T80 PEG 2 : 3 1 : 4 Akuades AGF AIF 13,98±0,025 15,46±0,23 12,38±0,60 Keterangan : AGF = artificial gastric fluid; AIF = artificial intestinal fluid Dari hasil uji emulsification time yang tersaji tabel di atas menunjukkan bahwa ketiga formula mampu memberikan hasil perhitungan emulsification time dengan rerata kurang dari 5 menit, menurut penelitian yang dilakukan Meirista (2014) syarat emulsification time untuk sediaan SMEDDS yaitu kurang dari 5 menit. Formula dengan hasil terbaik ditunjukkan pada formula 3 dengan kombinasi T80 dan PEG dengan rasio 2:3 yakni dalam media akuades dengan rerata waktu 13,98 detik dalam media AGF memerlukan rerata waktu 15,46 detik dan pada media AIF memerlukan rerata waktu 12,38 detik, sehingga formula ini ditetapkan menjadi formula SMEDDS yang paling optimal. 3.3. Karakterisasi Tetesan Mikroemulsi Formula Optimal Tabel V. Hasil Karakterisasi Tetesan Mikroemulsi Polydispersity Ukuran tetesan index (PI) tetesan Potensial Zeta 218,9 nm 0,203 0,2 mv Dari hasil uji menggunakan particle size analyzer (PSA) menunjukkan hasil ukuran partikel sebesar 218,9 nm dengan nilai Polydispersity index (PI) tetesan kurang dari 1. Tetesan mikro emulsi terdistribusi pada rentang 44,72-454,69. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran tetesan mikroemulsi telah dapat dikatakan berukuran mikrometer yakni 50nm-500nm. Secara

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 107 teoritis proporsi minyak yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan SMEDDS dalam menampung/membawa kombinasi ekstrak temulawak dan sambung nyawa, namun dapat menyebabkan ukuran tetesan menjadi lebih besar. Hal ini diperbaiki dengan peningkatan rasio komposisi surfaktan terhadap minyak. Peningkatan jumlah surfaktan memfasilitasi emulsifikasi dan pembentukan tetesan berukuran lebih kecil (Xi dkk., 2009). Nilai Polydispersity index (PI) tetesan kurang dari 1 (0,203) indikator distribusi ukuran yang homogen. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembuatan SMEDDS yang digunakan untuk preparasi mikroemulsi memiliki reliabilitas yang baik. Dari hasil uji potensial zeta tersebut menunjukkan bahwa SMEDDS memiliki nilai potensial zeta yang rendah yakni tidak melebihi +30mVdan tidak kurang dari -30 mv. Zeta potensial adalah parameter muatan listrik antara partikel koloid. Mikropartikel dengan nilai potensial zeta dalam batas rentang ± 30 mv memiliki kestabilan yang baik dalam wujud suspensi dan mampu mencegah agregasi partikel (Singh dan Lillard, 2009). Semakin tinggi nilai potensial zeta, maka semakin mencegah terjadinya flokulasi (peristiwa pengabungan koloid dari bagian yang kecil menjadi lebih besar), nilai potensian zeta yang berkurang mengakibatkan kemungkinan terjadinya penggabungan partikel untuk saling tarik menarik dan menyebabkan terjadinya flokulasi. Nilai potensial zeta yang rendah mengakibatkan daya tarik menarik muatan antar partikel melebihi daya tolak menolaknya sehingga kemungkinan terjadinya flokulasi lebih besar. 3.4. Uji Visualisasi Morfologi Mikroemulsi Gambar 1. Hasil Pengujian Transmission Electron Microscope (TEM) Dari pengamatan dengan transmission electron microscope (TEM) memperlihatkan sebagian besar bentuk partikel mikroemulsi yang sferis. Bentuk partikel yang sferis penting karena bentuk partikel yang kurang sferis akan mempermudah kontak antar partikel menjadi berujung pada agregasi. Potensial zeta partikel akan memberikan gambaran gaya tolakan antar partikel dan menyebabkan semakin besar potensial zeta maka sistem dispersi akan semakin stabil (Couvreur et al., 2002). 3.5. Uji Antioksidan Menurut Armala (2009), tingkat kekuatan antioksidan senyawa uji menggunakan metode DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC 50. Nilai IC 50 sangat kuat apabila nilai IC 50 <50 g/ml, kuat

%Aktivitas Antioksidan Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 108 bila nilai IC 50 bernilai 50-100 g/ml, sedang bila nilai IC 50 bernilai 101-150 g/ml, dan lemah bila nilai IC 50 bernilai >150 g/ml. Dari kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa SMEDDS ekstrak kloroform daun salam memiliki kekuatan antioksidan yang sangat kuat karena nilai IC 50 nya kurang dari 50 g/ml. 80 60 40 Sediaan SMEDDS y = 0,2091x + 41,496 R² = 0,9953 20 0 0 50 100 150 Konsentrasi (ppm) Gambar 2. Persentase Aktivitas Antioksidan SMEDDS 4. Kesimpulan Formula SMEDDS ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) menggunakan minyak PKO yang paling optimal terdiri dari kombinasi tween 80 : PEG 400 : PKO (1,6 : 2,4 : 1 ml) yang dapat memuat 0,15 g ekstrak dengan hasil emulsification time dalam media aquadest dengan rerata waktu 13,97 detik dalam media AGF memerlukan rerata waktu 15,46 detik dan pada media AIF memerlukan rerata waktu 12,38 detik dan stabil dalam media ph yang berbeda, serta memiliki rerata ukuran tetesan 218,5nm (50nm-500nm) namun berpotensi lebih besar membentuk flokulasi yang ditunjukkan dengan nilai potensial zeta jauh dari ±30 mv. Uji antioksidan menunjukkan bahwa sediaan SMEDDS ekstrak kloroform daun salam memiliki kekuatan antioksidan yang sangat kuat karena nilai IC 50 nya kurang dari 50 g/ml. Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada Universitas Sebelas Maret atas dana hibah PNBP tahun 2016. Daftar Pustaka Armala, M. M., 2009, Daya Antioksidan Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir (Cosmos caudatus H. B. K.) dan Profil KLT, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Bansal, A., Munjal, B., dan Patel, S., 2010. Self-Nano-Emulsifying Curcuminoids Composition with Enhanced Bioavailability., WO/2010/010431. Codex. Codex Standard for Edible Fats and Oils not Covered by Individual Standards: Codex Stan 19-1981 (rev.2-1999). Couvreur, P., Barrat, G., Fattal, E., Legrand, P., Vauthier, C., 2002, Nanocapsule Technology: a Review, Crit. Rev. Ther. Drug Carrier Syst., 19: 99-134. Dayrit, C S., 2003. Coconut Oil : Atherogenic or not? ( What therefore causes Atherosclerosis ). Philippine Journal of Cardiology, 31 : 97-104.

Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2017, 02 109 Makadia, Ms. Hiral A., Bhatt A. Y., Parmar R. B., Paun J. S., dan Tank H. M. 2013. Self- Nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS): Future Aspects. Asian. J. Pharm. Res. 3(1): 21-24. Meirista, Indri., 2014, Formulasi dan Uji Aktivitas Nano-Herbal Anti-Hiperkolestrol dari Kombinasi Ekstrak Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Dan Sambung Nyawa (Gynura Procumbens (Lour.) Merr.) Menggunakan Myritol 318 sebagai Fase Minyak. Tesis. Farmasi. Yogyakarta : UGM. PubChem, 2014 a. 'Oleic Acid - PubChem' PubChem Compound. URL: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=445639&loc=ec_rcs (diakses tanggal 23/5/2016). PubChem, 2014 b. 'lauric acid - PubChem' PubChem Compound. URL: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/summary/summary.cgi?cid=3893&loc=ec_rcs (diakses tanggal 23/5/2016). Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Edition, sixth. ed. Pharmaceutical Press, London, UK. Sarpal, K., Pawar, Y.B., dan Bansal, A.K., 2010. Self Emulsifying Drug Delivery Sistems: A Strategy to Improve Oral Bioavailability. NRIPS, 11: 42 49. Singh, R. dan Lillard, J.W., 2009. Nanoparticle-based targeted drug delivery. Experimental and molecular pathology, 86: 215 223. Xi, J., Chang, Q., Chan, C.K., Meng, Z.Y., Wang, G.N., Sun, J.B., dkk., 2009. Formulation Development and Bioavailability Evaluation of a Self Nanoemulsified Drug Delivery System of Oleanolic Acid. AAPSPharmSciTech,10:172 182.