PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG SITI MAULINA NURYANI KARNAEN

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

PERANAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN DI DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUKNAGA, KABUPATEN TANGERANG

1Konsep dan Teori Gender

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

Gender, Social Inclusion & Livelihood

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

DEFINISI & TERMINOLOGI ANALISIS GENDER

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. ontribusi sosial budaya. Perbedaan peran ini bukan disebabkan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

Gender menurut pendapat Wood (2001) yang dicuplik oleh Mugniesyah. (2005) merupakan suatu bentukan atau kontruksi sosial mengenai perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pembahasan mengenai peran perempuan menjadi topik yang amat sering di

BAB IX KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

Pertanyaan awal : mengapa pembangunan merupakan isu gender?

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PEMBAGIAN PERAN GENDER DALAM KELUARGA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

II. TINJAUAN PUSTAKA

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA TEORI Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI. Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11)

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.15/MEN/2005 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

ANALISIS GENDER. SUYATNO, Ir. MKes FKM UNDIP SEMARANG, 2009

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Curahan Waktu Kerja Istri Nelayan. sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

Transkripsi:

5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi oleh lingkungan sosial-budaya dan politik serta ekonomi. Gender mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran sosial dan tanggung jawabnya dalam masyarakat mengenai beragam kegiatan yang seharusnya dinilai dan dihargai. Selain itu, gender juga mengacu pada sanksi sosial yang berlaku dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (Hubeis, 2010). Gender adalah konsep yang berbeda dengan jenis kelamin (seks), karena sifatnya yang tidak stabil. Gender berbeda dengan seks. Seks adalah jenis kelamin perempuan dan laki-laki dilihat secara biologis. Hal ini dikarenakan gender dipengaruhi oleh interaksi dalam lingkungan sosial, konstruksi sosial yang bervariasi di seluruh budaya yang berubah dari waktu ke waktu. Artinya, terdapat perbedaan perempuan dan laki-laki secara sosial, masalah atau isu yang berkaitan dengan peran, perilaku, tugas, hak, dan fungsi yang dibebankan kepada perempuan dan laki-laki sehingga memunculkan isu gender. Hal ini biasanya muncul sebagai akibat suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan gender. Tabel 1 Perbedaan seks dan gender No. Seks Gender 1. Perbedaan anatomis perempuan dan Atribut emosional dan psikologis laki-laki terintegrasi pada karakteristik fisik perempuan dan laki-laki 2. Biologis, dipunyai sejak lahir Tidak dipunyai sejak lahir 3. Kodrat, ketentuan biologis, tidak dapat dipertukarkan 4. Tidak dapat diubah Contoh: - Hanya perempuan yang dapat melahirkan - Hanya laki-laki yang dapat menghamili Sumber: Prasodjo NW et al. (2003) Konstruksi atau bentukan sosial budaya (identitas, peran, fungsi, pola perilaku kegiatan, persepsi tentang perempuan dan laki-laki) Dapat diubah (adaptasi) Contoh: - Perempuan dan laki-laki dapat bekerja sebagai guru, buruh, dan sebagainya Menurut Bappenas (2012), gender adalah peran, status dan relasi yang berbeda diantara kedua jenis kelamin itu dikonstruksikan, disosialisasikan oleh budaya dimana seseorang dibesarkan/diharapkan. Gender memiliki dua konsep teori, yaitu teori nature dan nurture. Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat sehingga harus diterima, sedangkan menurut teori nurture, perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya. Akibatnya, karakteristik perempuan dilekatkan dengan

6 sisi feminin (lembut, manja, perasa, sensitif, penuh perhatian, penuh rasa cinta), sedangkan karakteristik laki-laki dilekatkan dengan sisi maskulin (berkepribadian keras, tegas, kerja keras, senang berkompetisi, punya rencana yang sistematis, kurang sensitif). Namun demikian, kedua sifat tersebut bercampur di dalam setiap individu laki-laki maupun perempuan. Menurut Fakih (1996), menjelaskan bahwa perbedaan gender antara perempuan dan laki-laki terjadi melalui proses yang sangat panjang, melalui proses sosialisasi, penguatan dan konstruksi sosial, kultural dan keagamaan, bahkan melalui kekuasaan negara. Demikian gender sebagai suatu konsep merupakan hasil pemikiran atau rekayasa manusia, dibentuk oleh masyarakat sehingga gender bersifat dinamis, dapat berbeda karena perbedaan adat istiadat, budaya, agama, serta sistem nilai dari bangsa, masyarakat, dan suku bangsa tertentu. Gender pun dapat berubah karena perjalanan sejarah, perubahan politik, ekonomi dan sosial budaya, atau karena kemajuan pembangunan. Sehingga gender tidak bersifat universal atau tidak berlaku secara umum, akan tetapi bersifat situasional sesuai masyarakatnya. Menurut Gustina (2011), gender seringkali keliru digunakan hanya untuk mewakili perempuan. Perdebatan pada perempuan dan gender merupakan upaya untuk memperkenalkan analisis bagaimana hubungan kekuasaan antara perempuan dan laki-laki serta pengaruh dalam kehidupan mereka. Semua referensi gender hanya berfokus pada perempuan, sementara laki-laki tidak dihubungan dengan gender dalam analisis feminis awal. Analisis semacam itu menjadi masalah karena menimbulkan batasan antara perempuan dan laki-laki. Gender bukan tentang perempuan atau laki-laki sebagai kategori yang terpisah dan independen, tetapi merupakan konsep yang saling berkaitan. Fokus dari pemahamannya adalah mengenai perempuan dan laki-laki serta maskulin dan feminin yang saling membentuk dan bergantungan sehingga mensyaratkan keterkaitan keduanya. Ideologi Gender Ideologi gender adalah segala aturan, nilai-nilai stereotipe yang mengatur hubungan antara perempuan dan laki-laki, melalui pembentukan identitas feminism dan maskulin. Ideologi gender mengakibatkan ketidaksetaraan peran, dimana posisi perempuan berada pada titik terlemah. Maskulin adalah sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi laki-laki, sedangkan feminin merupakan ciri atau sifat yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ideal bagi perempuan. Feminitas dan maskulinitas berkaitan dengan stereotipe peran gender yang dihasilkan dari pengkategorisasian antara perempuan dan laki-laki yang merupakan suatu representasi sosial yang ada dalam struktur kognisi masyarakat (Saptari 1997). Ideologi gender dirumuskan sebagai segala aturan, nilai, stereotipe yang mengatur hubungan perempuan dan laki-laki terlebih dahulu melalui pembentukan identitas feminin dan maskulin yang menjadi struktur dan sifat manusia, dengan ciri-ciri dasar dan sifatnya dibentuk sejak masa anak-anak awal sehingga selalu konservatif dan tertinggal di belakang perubahan. Hal ini disebabkan oleh struktur serta sifat manusia, perempuan dan laki-laki yang dibentuk sejak masa kecil menjadi kekuatan aktif tenaga materiilmanusia juga menyebabkan mengklasifikasian secara universal antara perempuan dan laki-laki.

7 Salah satu ideologi paling kuat yang menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam sektor publik dan domestik. Sektor publik yang terdiri dari pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh laki-laki meskipun ada perempuan yang memasuki sektor publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada laki-laki (Widanti 2005). Peranan Gender Menurut Moser (1993), terdapat tiga peranan gender, yakni produktif, reproduktif, serta pengelolaan masyarakat dan politik. Peranan produktif merujuk pada peran perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai dan sejenisnya. Hal ini termasuk produksi pasar dengan suatu nilai tukar, dan produksi rumah tangga atau subsistem dengan suatu nilai guna, tetapi juga sesuatu nilai tukar potensial. Misalnya kegiatan bekerja baik di sektor formal maupun informal. Peranan reproduktif merujuk pada peranan hubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan hidup keluarga seperti melahirkan, memelihara dan mengasuh anak, memasak, membersihkan rumah, dan sebagainya. Peranan pengelolaan masyarakat dan politik yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu: (1) peranan pengelolaan masyarakat (kegiatan sosial) yang mencakup semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif, bersifat sukarela, dan tanpa upah; (2) pengelolaan masyarakat politik (kegiatan politik), yaitu peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik, biasanya dibayar (langsung atau tidak langsung), dan meningkatkan kekuasaan status. Ketidakadilan Gender Menurut Fakih (1996), ketidakadilan dalam gender memunculkan ketimpangan gender yang sesungguhnya ditegaskan terus-menerus oleh struktur sosial yang berpatriarki. Hal ini diakibatkan adanya pandangan-pandangan masyarakat yang seringkali menyebabkan ketidakadilan pada salah satu jenis kelamin. Faktor ketidakadilan gender antara lain: 1. Stereotipe, adalah pemberian citra baku atau label kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan dalam masyarakat. Seringkali pelabelan negatif ditimpakan pada perempuan, misalnya perempuan dianggap cengeng, suka menggoda, perempuan tidak dapat mengambil keputusan penting, laki-laki sebagai pencari nafkah utama sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan. 2. Subordinasi, adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua hal yang sama atau suatu penilaian/anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain (penomorduaan). Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam sektor domestik atau reproduksi, sedangkan laki-laki dalam sektor publik atau produksi. 3. Marginalisasi, adalah proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan kemiskinan di sektor-sektor kehidupan terutama yang

8 berkaitan dengan pengelolaan sumber-sumber kehidupan (ekonomi dan sumberdaya alam). Marginalisasi umumnya dilakukan dengan berbagai cara, terutama menggunakan institusi sosial, hukum, kebudayaan, agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kekuasaan politik. 4. Kekerasan (violence), adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok dalam penyalahgunaan kekuatan fisik atau non fisik yang menimbulkan bahaya atau ancaman bagi orang atau kelompok lain dalam hal badan, nyawa, kemerdekaan, ataupun membuat tidak berdaya. Contohnya, kekerasan fisik ataupun non fisik yang dilakukan oleh suami kepada istrinya dalam rumah tangga, pelecehan seksual, eksploitasi tenaga kerja, dan sebagainya. 5. Beban ganda (double burden), adalah beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Meskipun jumlah perempuan yang bekerja di sektor publik sudah banyak, hal tersebut tidak diirngi dengan berkurangnya beban mereka di sektor domestik. Analisis Gender Menurut Fakih (1996), analisis gender adalah analisis sosial meliputi aspek ekonomi, budaya, dan sebagainya yang melihat perbedaan perempuan dan laki-laki dari segikondisi (situasi) dan kedudukan (posisi) di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Terdapat tiga komponen utama yaitu: 1) pembagian kerja (dapat dilihat dari profil kegiatan perempuan dan laki-laki); 2) profil akses dan kontrol terhadap sumberdaya dan manfaat; dan 3) faktor-faktor yang mempengaruhi profil kegiatan, akses dan kontrolterhadap sumberdaya, serta manfaat dan partisipasi dalam lembaga dan pengambilan keputusan (Prasodjo et al. 2003). Salah satu kategori utama alat analisis gender adalah kerangka analisis Harvard. Model ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID (Women in Development) yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender paling awal. Model ini lebih sesuai untuk digunakan dalam perencanaan proyek, menyimpulkan data basis atau data dasar. Komponen dasarnya, yaitu: a. Profil kegiatan (produktif, reproduktif, dan sosial) yang didasarkan pada pembagian kerja dan data terpilah berdasarkan jenis kelamin; b. Profil akses dan kontrol; c. Faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol; dan d. Analisis siklus proyek. Konsep Perikanan Menurut Undang-undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan Pasal pertama, dijelaskan bahwa perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Sumberdaya ikan yang dimaksud adalah potensi semua jenis ikan, yang lingkungannya adalah perairan tempat kehidupannya termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau

9 mengawetkan untuk tujuan komersial. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati. Konsep Rumah Tangga Menurut Badan Pusat Statistik (2010), rumah tangga adalah seorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Maksud dari satu dapur adalah pengurusan kebutuhan sehari-harinya dikelola bersama menjadi satu. Jika ada perkawinan diasumsikan akan terbentuk rumah tangga baru, tetapi ada sebagian rumah tangga baru yang masih bergabung dengan rumah tangga induknya (nuclear family). Menurut Moser (1993), rumah tangga adalah satu panci, satu atap yang artinya tinggal sebagai keluarga dan bekerja bersama sebagai unit dasar pekerja, berbagi peran, dan berbagi hasil pekerjaan mereka. Pengambilan Keputusan Kekuasaan yang dinyatakan sebagai kemampuan untuk mengambil keputusan yang mempengaruhi kehidupan keluarga bisa tersebar dengan sama nilainya (equally) atau tidak sama nilainya, khususnya antara suami dan istri. Pembagian kerja menunjuk pada pola peranan yang ada dalam keluarga, khususnya suami dan istri melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu. Kombinasi dari kedua aspek itu (kekuasaan dan pembagian kerja) adalah hal yang paling mendasar dalam keluarga, yang dipengaruhi oleh posisi keluarga di lingkungan atau masyarakatnya (Sajogyo 1983). Peranan perempuan di dalam dan luar rumah tangga sebagai pengambil keputusan pada berbagai bidang kehidupan cukup bervariasi. Menurut Sajogyo (1983), untuk setiap jenis keputusan rumah tangga, dikelompokkan dalam lima angkatan sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan hanya oleh istri; 2. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi istri dominan; 3. Pengambilan keputusan dilakukan bersama setara; 4. Pengambilan keputusan dilakukan bersama tetapi suami dominan; dan 5. Pengambilan keputusan hanya oleh suami. Suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki menunjukkan adanya distribusi kekuasaan yang seimbang (balanced power) tetapi ada kesaling-ketergantungan yang kuat di antaranya. Penguasaan terhadap sumber-sumber yang penting, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada hubungan yang saling mendominasi.

10 Sementara itu, suatu hubungan antara perempuan dan laki-laki yang menunjukkan hierarki dalam kekuasaan, artinya distribusi kekuasaannya tidak seimbang. Salah satu pihak memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari yang lain dan mendominasinya. Kerangka Pemikiran Masyarakat yang tinggal di daerah perikanan memanfaatkan sumberdaya yang ada untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik perempuan maupun lakilaki dalam rumah tangga memiliki andil yang besar dalam mencari pendapatan. Kegiatan perikanan dibagi menjadi perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, dan pembudidayaan perikanan. Perikanan tangkap merupakan kegiatan mencari sumberdaya ikan yang dilakukan oleh laki-laki. Pengolahan hasil perikanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan yang ada dalam bentuk lain sebagai sumber pendapatan. Pembudidayaan perikanan merupakan kegiatan membiakkan ikan yang dilakukan oleh laki-laki. Merujuk pada hasil penelitian Nurmala dan Lumintang (2006), motivasi perempuan pengolah dalam mengelola usahanya termasuk dalam kategori sedang. Motivasi ini timbul karena semakin tingginya kebutuhan hidup yang dirasakan dengan keterbatasan ekonomi yang kian menurun. Selain itu juga mereka membutuhkan informasi dan teknologi tambahan dalam menunjang kegiatannya, karena selama ini yang terjadi informasi yang disampaikan hanya kepada suaminya saja. Usaha ini dilakukan secara turun-menurun sehingga yang mereka miliki hanya pengalaman berupa warisan dari orang tuanya. Padahal, kontribusi dari perempuan memberikan dampak yang besar bagi perekonomian keluarga. Dilihat dari keterampilannya yang teliti dalam memilih ikan asin yang segar, serta pengalaman-pengalaman membuat mereka cenderung meningkatkan usaha mereka masing-masing. Merujuk pada hasil penelitian Yulisti dan Nasution (2009), perempuan mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja perempuan. Curahan waktu kerja perempuan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi (mencari nafkah) dan kegiatan non ekonomi, yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga. Jumlah dan curahan waktu perempuan dalam kegiatan rumah tangga pada umumnya lebih tinggi dari curahan tenaga kerja laki-laki. Hal ini disebabkan perempuan merupakan penanggung jawab pekerjaan domestik (pengaturan rumah tangga) yang membutuhkan waktu lebih banyak. Pekerjaan tersebut dilakukan sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan mencari nafkah. Peran ganda inilah yang menyebabkan mobilitas tenaga kerja perempuan terbatas Kegiatan perikanan yang dilakukan pun berhubungan dengan karakteristik individu yang melakukan usaha, meliputi usia yang produktif atau tidak, status individu dalam rumah tangga sebagai pencari nafkah utama atau sampingan, dan pandangan tentang peran gender sehingga mempengaruhi pembagian tugas dalam mencari pendapatan. Karakteristik individu dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga mempengaruhi peran-peran setiap individu dalam rumah tangganya. Hal ini disebabkan peran dan fungsi perempuan dan laki-laki dipengaruhi oleh konsep

11 gender yang berbeda-beda setiap kondisi. Peran gender dalam rumah tangga perikanan meliputi aspek reproduktif, produktif, dan sosial kemasyarakatan yang merupakan cerminan dari Teori Analisis Harvard mengenai akses dan kontrol perempuan dan laki-laki dalam rumah tangganya. Adanya peran gender dalam rumah tangga tersebut, secara tidak langsung dan didukung faktor-faktor lain yang ada, memberikan pengaruh terhadap kesejahteraan keluarga dalam setiap rumah tangga. (X 1 ) Karakteristik Rumah Tangga (X 1.1 ) Usia (X 1.2 ) Tingkat pendidikan formal (X 1.3 ) Status bekerja (X 1.4 ) Pandangan tentang gender (X 2 ) Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga (X 2.1 ) Jumlah tanggungan (X 2.2 ) Jenis usaha perikanan (X 2.3 ) Curahan waktu (X 2.4 ) Pendapatan (X 2.5 ) Pengeluaran Analisis Ketimpangan Gender - Akses - Kontrol - Manfaat - Partisipasi (Y 1 ) Peran Gender dan Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga Perikanan (Y 1.1 ) Reproduktif (Y 1.2 ) Produktif (Y 1.3 ) Sosial kemasyarakatan Keterangan: Gambar 1 Mempengaruhi Alat analisis Kerangka pemikiran peran gender dalam rumah tangga perikanan

12 Proporsi Penelitian Proporsi penelitian yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi dengan peran gender dalam rumah tangga perikanan. 2. Terdapat hubungan karakteristik rumah tangga dan kondisi sosial ekonomi rumah tangga dengan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan. Definisi Operasional Definisi operasional untuk masing-masing variabel sebagai berikut: X 1. Karakteristik individu adalah ciri-ciri personal yang melekat pada seseorang yang membedakan dengan orang lain. Beberapa variabelnya, antara lain: X 1.1 Usia, yaitu lamanya seseorang hidup di dunia yang diukur dalam satuan tahun dan berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan lingkungan dan perubahan sosial. Usia produktif seseorang berkisar antara 15-64 tahun, namun untuk keperluan penelitian, dilakukan pengelompokkan umur berdasarkan Teori Perkembangan Havighurst (Mugniesyah 2006), yaitu: a. Usia 18-30 tahun = masa awal dewasa b. Usia 30-50 tahun = masa usia pertengahan c. Usia >50 tahun = masa tua X 1.2 Pendidikan formal adalah jenis pendidikan formal/sekolah tertinggi yang pernah diikuti, dikur menggunakan skala ordinal yang dibedakan menjadi tiga kategori: a. Tidak sekolah/tidak tamat SD = skor 1; rendah b. Tamat SD = skor 2; sedang c. SMP/SMA = skor 3; tinggi X 1.3 Status bekerja, merupakan status seseorang dalam pekerjaan, khususnya dalam penelitian ini di bidang perikanan. Responden dibedakan sebagai penggarap, penyewa, atau pemilik. Seseorang dikatakan penggarap apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik orang lain namun tidak membayar uang sewa, namun adanya pembagian hasil antara pelaku dan pemilik. Seseorang dikatakan penyewa apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan meminjam atau membayar sewa kepada orang lain. Seseorang dikatakan pemilik apabila perahu/tambak/peralatan penunjang lain yang digunakan dalam usaha perikanan merupakan milik sendiri. a. Penggarap = skor 1 b. Penyewa = skor 2 c. Pemilik = skor 3

13 X 1.4 Pandangan tentang peran gender, adalah pandangan responden terhadap peran dan fungsi perempuan dan laki-laki. Hal ini dilihat dari sejauh mana responden mengalami bias gender dan kesadarannya terhadap hal tersebut. Skor yang diberikan sebagai berikut: a. Tidak memahami peran gender = skor 1; rendah b. Ragu-ragu = skor 2; sedang c. Memahami peran gender = skor 3; tinggi X 2. Kondisi sosial ekonomi rumah tangga meliputi beberapa variabel berikut: X 2.1 Jumlah tanggungan, menurut Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 tentang PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak), jumlah tanggungan dalam setiap anggota keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, maksimal tiga orang. Menurut program KB dan Suyono (2003), jumlah anak yang menjadi batasan keluarga kecil untuk mencapai keluarga bahagia dan sejahtera adalah dua anak. Berdasarkan hal tersebut, data digunakan untuk keperluan analisis statistik deskriptif. a. Kurang dari tiga orang = rendah b. Sama dengan tiga orang = sedang c. Lebih dari tiga orang = tinggi X 2.2 Jenis usaha perikanan, adalah pengelompokan sampel sesuai dengan kegiatan yang menjadi mata pencaharian utamanya. Skala data peubah X 2.2 ini adalah nominal dan diberi kode sebagai berikut: a. Nelayan = kode A b. Pengolah hasil perikanan = kode B c. Pembudidaya ikan = kode C X 2.3 Curahan waktu adalah lamanya waktu kerja individu dalam sektor domestik dan publik yang akan disimpulkan dalam bentuk presentase sehingga terlihat jelas pembagian waktu dalam sehari bagi responden. Pembagian dilakukan berdasarkan keseimbangan waktu antara sektor domestik dan publik, yaitu: a. Curah waktu domestik dan publik seimbang = sedang b. Curah waktu domestik atau publik berlebih = berlebihan X 2.4 Pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif, baik di bidang perikanan maupun non perikanan dalam rumah tangga yang diperoleh dan dihitung rata-rata per bulan. Nilai rata-rata menggunakan UMR Kabupaten Tangerang 2012, yaitu Rp1 379 000 sehingga dilakukan pembagiaannya sebagai berikut: a. Kurang dari Rp1 000 000 = rendah b. Sekitar Rp1 000 000 - Rp1 700 000 = sedang c. Lebih dari Rp1 700 000 = tinggi X 2.5 Pengeluaran adalah jumlah biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan dalam rumah tangga, baik dalam sektor publik maupun domestik.

14 Pengambilan data dilakukan untuk keperluan analisis deskriptif. Berikut pembagiannya: a. Kurang dari Rp1 000 000 = rendah b. Sekitar Rp1 000 000 - Rp1 700 000 = sedang c. Lebih dari Rp1 700 000 = tinggi Y 1. Peran gender, dalam hal penelitian ini adalah mengukur sejauh mana lakilaki dan perempuan melaksanakan peran dalam rumah tangga, aktivitas ekonomi produktif, dan sosial kemasyarakatan. Peran gender dapat saling dipertukarkan. Selanjutnya, melalui peran gender, dianalisis pula profil aktivitas dan kontrol masing-masing pihak kepada sumber daya modal, pengetahuan, dan informasi. Peran gender dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga perikanan meliputi: Y 1.1 Reproduktif, merupakan kegiatan yang tidak langsung menghasilkan pendapatan, baik berupa uang atau barang. Kegiatan yang dilakukan dalam rumah tangga seperti memasak, mencuci, dan pekerjaan lain dalam mengurus rumah. Y 1.2 Produktif, merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencarian pendapatan berupa uang. Kegiatan yang dilakukan seperti mencari nafkah, membuka usaha, dan sebagainya. Y 1.3 Sosial kemasyarakatan, merupakan kegiatan yang berkaitan dalam hubungan sosial dengan masyarakat setempat. Contohnya adalah pengajian, kerja bakti, dan sebagainya. Pengukuran untuk peran gender dilakukan pembagian sebagai berikut: a. Rendah, ketika pembagian peran tidak jelas dalam aktivitas apakah perempuan atau laki-laki yang melakukan. Selain itu dapat diartikan juga bahwa salah satu pihak sama sekali tidak melakukan aktivitas dalam bidangnya. Penilaian dilakukan jika dalam rumah tangga tidak melakukan aktivitas tersebut atau terjadi ketidakseimbangan dalam pembagian peran. b. Sedang, ketika terjadi pembagian peran sesuai seksual. Dalam hal ini dapat diartikan hanya perempuan atau laki-laki saja yang melakukan aktivitas terkait. c. Tinggi, ketika terjadi pembagian peran yang sama sehingga antara perempuan dan laki-laki sama-sama melakukan kegiatan tersebut. Sedangkan pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh dominan istri, dominan suami, atau bersama setara. Untuk keperluan penelitian, masingmasing variabel diukur dengan pengkategorian sebagai berikut: a. Dominan istri, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh istri/perempuan dalam rumah tangga perikanan. b. Dominan suami, ketika pengambilan keputusan cenderung lebih banyak dilakukan oleh suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan. c. Bersama setara, ketika pengambilan keputusan dilakukan oleh istri/perempuan dan suami/laki-laki dalam rumah tangga perikanan tanpa ada pihak yang lebih dominan.