BAB I PENDAHULUAN. aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Puisi merupakan karya sastra tertua (Waluyo, 1987: 1). Waluyo juga

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah sistem yang kompleks sehingga untuk

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah bentuk karya seni yang diungkapkan oleh pikiran

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.

DAFTAR ISI x. ABSTRAK.xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari adanya Restorasi Meiji. Pada masa Meiji ini banyak dihasilkan karya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, puisi selalu diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Asal mula keberadaan lagu di negara Jepang diawali pada zaman Joodai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan. (berkomunikasi), saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan salah satu media yang digunakan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. disaksikannya, gagasan hidup, hingga cita-cita. Pengungkapan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. tanda ini disebut semiotik. Oleh karena itu, analisis semiotik itu tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komik yang akan diterjemahkan pada Tugas Akhir ini adalah sebuah

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa kecil perupa hingga dewasa banyak terinspirasi oleh informasi yang di

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

Karya Ahmad Tohari. Heisma Arya Demokrawati dan Widowati. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTEXSTUAL TEACHING AND LEARNING ( CTL) PADA KELAS VII. C DI MTs.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini diuraikan tentang kesimpulan dan saran-saran, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lagu dikenali hampir seluruh umat manusia. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Pada umumnya, sebuah lagu memiliki dua elemen penting didalamnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum terdapat tiga genre sastra yaitu puisi, prosa, dan drama. Puisi

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran dan perasaannya bilamana tidak saling menyerap tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa masyarakat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti morfem, kata, kelompok kata, kalusa, kalimat. Satuan-satuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya (Coleridge

BAB I PENDAHULUAN. soundtrack film. Film dan soundtrack adalah dua komponen yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB III DATA DAN TEORY

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

Analysis of Song Lyric and Its Application in Language Style and Poetry Learning in Primary School

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra diciptakan berdasarkan gagasan dan pandangan seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Soal UTS Bahasa Indonesia Kelas VI Semester 2

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

Penggunaan bahasa kias yang terdapat dalam novel AW karya Any Asmara

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lagu akan selalu berkaitan dengan lirik dan musik yang mengiringinya. Dapat dikatakan bahwa kekuatan dari sebuah lagu terletak pada hadirnya kedua aspek tersebut. Lirik merupakan pemikiran atau gagasan seseorang terhadap suatu hal yang dituangkan dalam rangkaian kata dengan musik sebagai media penyampaiannya. Sebuah lagu tanpa lirik hanya akan menjadikannya sebuah musik instrumental, begitu pula dengan sebuah lagu tanpa musik tidak akan membedakannya dengan sebuah puisi atau sajak sehingga dapat pula dikatakan lagu merupakan perpaduan antara dinamisme musik dan keindahan bahasa sastra meskipun tentu saja tidak semua lagu dapat digeneralisasi demikian. Lalu, apa yang membuat sebuah lagu dapat dikaitkan dengan sastra? Sastra menurut Esten (1978: 9) merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Jenis karya sastra yang hampir serupa dengan lirik lagu adalah puisi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 820), lirik merupakan karangan (sastra) prosa tetapi berirama puisi sehingga lebih indah dari prosa biasa. Hal ini sejalan dengan beberapa definisi puisi yang dikemukakan oleh para penyair romantik Inggris. Carlyle (via Pradopo, 2010: 6) berpendapat 1

2 bahwa puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal. Penyair dalam menciptakan puisi itu memikirkan bunyi yang merdu seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan menggunakan orkestra bunyi. Dunton (via Pradopo, 2010: 6) juga berpendapat bahwa sebenarnya puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama, misalnya dengan kiasan, citra-citra, dan disusun secara artistik dan bahasanya penuh perasaan serta berirama seperti musik. Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa puisi dan lirik lagu sebenarnya memiliki bentuk yang sama, yang membedakan keduanya adalah cara penyampaiannya. Puisi disampaikan dengan cara dibaca, sedangkan lirik lagu dengan cara dinyanyikan dengan iringan musik. Pada penelitian ini, yang digunakan sebagai objek material penelitian adalah lirik lagu dari sebuah grup musik Jepang bernama Sound Horizon. Gensou gakudan 1 Sound Horizon atau lebih dikenal dengan sebutan Sound Horizon adalah salah satu grup musik dari Jepang. Meskipun dinamakan grup musik akan tetapi anggota tetap dari Sound Horizon hanya satu orang yaitu Revo. Revo merupakan pemimpin grup sekaligus sebagai pengarang lagu, penata musik, dan pengaransemen untuk semua karya dari Sound Horizon. Revo kemudian bekerja sama dengan para musisi dan penyanyi lain pada setiap karya musik dari Sound Horizon. 1 Gensou gakudan ( 幻想楽団 ) grup musik fantasi

3 Sound Horizon menyebut grup musik mereka dengan sebutan gensou gakudan karena konsep musik mereka yang merupakan musikal cerita fantasi. Karya musik dari Sound Horizon hampir selalu merepresentasikan cerita fiksi fantasi dengan tema utama umumnya seputar kehidupan manusia dengan mengangkat aspek kontradiksi antara dua hal yang bertentangan tetapi tidak dapat terpisahkan seperti kehidupan dan kematian, kegembiraan dan kesedihan, cahaya dan kegelapan, cinta dan kebencian, dan lain sebagainya. Sound Horizon memiliki seorang ilustrator bernama yokoyan yang bertugas menangani ilustrasi pada setiap karya dari Sound Horizon untuk dapat membantu memudahkan imajinasi pendengar terhadap dunia yang ada di dalam cerita pada setiap karya musik dari Sound Horizon. Selain itu, Sound Horizon juga menghadirkan peran narator serta tidak jarang melibatkan para seiyuu 2 untuk menyuarakan dialog-dialog dalam karyanya. Sound Horizon telah merilis tujuh album konsep (Sound Horizon menyebutnya sebagai CD cerita), tiga album orisinal, satu best album, dan empat maxi single 3 hingga saat ini. Seperti yang telah ditulis sebelumnya, hampir seluruh album dan maxi single dari Sound Horizon merepresentasikan sebuah cerita dengan tema tertentu. Album konsep (untuk selanjutnya penulis akan 2 Seiyuu ( 声優 ) pada dasarnya sama seperti penyulih suara. Penulis memutuskan untuk tetap menggunakan istilah seiyuu dikarenakan tingkat profesinya di Jepang berbeda dengan di Indonesia. 3 Merupakan sebutan untuk rilisan sebuah single yang berisi lebih dari dua lagu di dalamnya. Sebuah maxi single biasanya berisi antara tiga hingga lima lagu, sebagai perbandingan untuk sebuah single yang umumnya hanya berisi dua lagu saja.

4 menggunakan istilah CD cerita) dari Sound Horizon yang akan diteliti pada skripsi ini adalah CD cerita ketujuh yang berjudul Märchen (dilafalkan: mĕr'khən). Märchen merupakan kata yang berasal dari bahasa Jerman dan dalam bahasa Indonesia memiliki arti dongeng. Sesuai dengan namanya, CD cerita ketujuh tersebut mengangkat tujuh dongeng yang diambil dari kumpulan dongeng terkenal dari Jerman 4 sebagai cerita utamanya. Sepertinya hal itulah yang menjadi alasan Sound Horizon kemudian mengambil kata Märchen sebagai judul CD cerita ketujuhnya. CD cerita Märchen terdiri atas sembilan lagu yang berurutan sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian tanpa mengkaji keseluruhan lirik lagu yang terdapat pada CD cerita tersebut. Lagu pertama memiliki peran sebagai lagu pembuka cerita yang kurang lebih menjelaskan mengenai situasi yang melatarbelakangi cerita. Kemudian tujuh lagu setelahnya (lagu kedua hingga kedelapan) masing-masing menceritakan kisah dari tujuh aktris utama, yang menjadi fondasi CD cerita Märchen. Dan lagu kesembilan yang merupakan lagu terakhir berperan seperti penutup cerita. Sebagai CD cerita, Märchen memiliki elemen-elemen layaknya cerita fiksi pada umumnya seperti karakter atau tokoh, alur, latar, tema, serta sudut pandang meskipun tidak sedetail cerita fiksi pada 4 Kumpulan dongeng yang dimaksud adalah Kinder und Hausmärchen (Dongeng Anakanak dan Rumah Tangga) atau lebih dikenal dengan nama Grimms Elfenmärchen (Dongeng Grimm) karya Jacob dan Wilhelm Grimm, kakak-beradik penulis dongeng berkebangsaan Jerman. Kumpulan dongeng ini dipublikasikan pertama kali pada tahun 1812. Edisi ketujuh kumpulan dongeng ini merupakan edisi final yang diterbitkan pada tahun 1857, memuat 200 dongeng dan sepuluh cerita legenda anak-anak. Dongeng-dongeng terkenal seperti Hansel & Gretel, Putri Salju dan Tujuh Kurcaci, serta Rapunzel merupakan contoh beberapa dongeng karya Grimm (Heidi Anne Heiner. The Quest for The Earliest Fairy Tales. Diakses pada 6 Maret 2014, Pukul 14.38 WIB dari http://www.surlalunefairytales.com/introduction/earliesttales.html)

5 umumnya. Hal-hal tersebut yang membuat penulis tertarik untuk meneliti CD cerita Märchen sebagai objek penelitian pada skripsi ini. Märchen dimulai dengan cerita mengenai seorang pria bernama Märchen von Friedhof yang terbangun di dasar sumur dengan sebuah boneka perempuan yang dapat berbicara bernama Elise. Elise yang dikuasai oleh rasa dendam lalu mengajak Märchen untuk melakukan aksi balas dendam bersama-sama. Märchen kemudian mendatangi tujuh wanita yang telah melewati batas 5 kemudian menawarkan kepada mereka kesempatan untuk melakukan aksi balas dendam di bawah arahannya. Tujuh dongeng Jerman yang telah disebutkan sebelumnya itulah yang menjadi dasar cerita ketujuh wanita ini. Ketujuh dongeng tersebut diceritakan kembali dengan pendekatan tragedi yang disesuaikan dengan situasi tragis yang dialami ketujuh wanita tersebut. Dalam hal ini penulis melihat adanya paradoks antara dongeng yang diangkat pada CD cerita Märchen dengan fungsi dongeng pada umumnya. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2001: 355), dongeng merupakan cerita yang dikarang-karang karena banyak hal di dalamnya yang tidak masuk akal atau tidak dapat ditemukan dalam kenyataan hidup seharihari. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (1997: 144), secara umum pengertian dongeng adalah cerita yang dituturkan atau dituliskan yang bersifat hiburan dan biasanya tidak benar-benar terjadi dalam kehidupan. Dongeng merupakan suatu bentuk karya sastra yang ceritanya tidak benar-benar terjadi/fiktif yang bersifat menghibur dan terdapat ajaran moral yang terkandung 5 Pada naskah lirik asli CD cerita Märchen tertulis sebagai kyoukai ( 境界 ) namun tidak dijelaskan dengan pasti tentang batas apa yang dimaksud pada CD cerita tersebut. Berdasarkan apa yang penulis pahami dari situasi pemakaian kata tersebut, penulis menyimpulkan bahwa batas yang dimaksud pada CD cerita Märchen merupakan batas antara kehidupan dan kematian.

6 dalam cerita dongeng tersebut. Hal senada juga dikatakan oleh Trianto (2007: 46) yakni dongeng adalah cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral (mendidik) dan juga menghibur. Selain itu melalui dongeng, nilai, kepercayaan, dan adat masyarakat juga dapat tercermin. Kisah ketujuh wanita tersebut selain diangkat dari tujuh dongeng Jerman, masing-masing juga dihubungkan dengan konsep seven deadly sins 6. Berdasarkan hal-hal yang dijelaskan di atas, penulis ingin mengetahui makna yang ingin disampaikan oleh Sound Horizon melalui CD cerita Märchen tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, penulis akan meneliti sembilan lirik lagu yang terdapat pada CD cerita Märchen karya Sound Horizon. CD cerita Märchen merupakan CD cerita yang dibuat berdasarkan tujuh dongeng Jerman yang diceritakan kembali dengan pendekatan tragedi dan dihubungkan dengan konsep seven deadly sins. Adapun rumusan masalah penelitian dijabarkan sebagai berikut: 1. Apa makna yang terkandung pada CD cerita Märchen? 2. Bagaimana hubungan konsep seven deadly sins terhadap cerita dalam CD cerita Märchen? 6 Dalam teologi Kristen, terdapat dosa-dosa yang tergolong ke dalam dosa yang mematikan. Disebut mematikan karena dosa-dosa tersebut dapat mengecualikan manusia dari keadaan rahmat (state of grace) jika tidak benar-benar bertobat dan dihilangkan dari nurani manusia. S. Paulus mengatakan: Dari kemurkaan terpenuhilah kehendak raga maupun jiwa. sehingga dari ketujuh dosa mematikan tersebut terdapat tiga dosa yang tergolong ke dalam dosa raga karena beroperasi melalui indulgensi indera manusia yakni nafsu birahi (lust), kehilangan kuasa diri (intemperance), dan kemalasan (sloth). Sementara empat dosa lainnya diklasifikasikan sebagai dosa jiwa karena lebih tersalurkan di dalam pikiran manusia dibandingkan raga yakni kebanggaan (pride), iri hati (envy), amarah (wrath), dan ketamakan (covetousness) (Liddle, 1858: 2)

7 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan teoritis dan tujuan praktis. Tujuan teoritis pada penelitian ini adalah untuk mengetahui makna yang terkandung dalam lirik lagu-lagu pada CD cerita Märchen karya Sound Horizon berdasarkan perspektif teori semiotika Riffaterre. Sedangkan tujuan praktisnya adalah untuk memperkenalkan Sound Horizon dan CD cerita ketujuhnya yakni Märchen kepada pembaca sehingga diharapkan dapat memperkaya khazanah penelitian karya-karya Sound Horizon yang terkait dengan lirik-lirik lagu yang dibuatnya khususnya di Universitas Gadjah Mada. 1.4. Tinjauan Pustaka Sejauh pengetahuan penulis, penelitian terhadap lirik lagu dengan menggunakan teori semiotika Riffaterre pernah dilakukan oleh Andini Surety Indranesya dalam skripsinya yang berjudul Lirik Lagu Kanjani Eito Bertema Osaka: Analisis Semiotik Riffaterre pada tahun 2012. Indranesya menggunakan teori semiotika Riffaterre untuk menganalisis empat lirik lagu bertema Osaka dari sebuah grup musik dari Jepang bernama Kanjani Eito. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh Indranesya, diketahui makna keempat lirik bertema Osaka tersebut yakni menceritakan prinsip hidup yang dimiliki orang-orang Osaka yang tidak pantang menyerah dalam menghadapi berbagai rintangan dan selalu berusaha untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Sedangkan pada penelitian ini, penulis menggunakan lirik lagu dari grup musik yang berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Indranesya.

8 Penelitian oleh Noor Sa idah dalam skripsinya yang berjudul Diksi, Gaya Bahasa, dan Kata Konkret dalam Lirik Lagu Karya Ninomiya Kazunari pada tahun 2014 juga merupakan penelitian terhadap lirik lagu. Sa idah meneliti diksi, gaya bahasa, kata konkret, serta ketidaklangsungan ekspresi pada tiga lirik lagu karya Ninomiya Kazunari. Dari hasil analisis yang dilakukan oleh Sa idah, diketahui makna dari ketiga lagu yang dianalisis yakni lagu pertama Niji adalah kenangan sepasang kekasih yang sudah menikah saat mereka masih berpacaran, lagu kedua Gimmick Game adalah kebohongan dan pengkhianatan yang dilakukan oleh sepasang kekasih, dan lagu ketiga 1992*4##111 adalah penyampaian rasa terima kasih melalui sebuah kode. Penelitian yang dilakukan oleh Dinar Kinanthi Hanggoro Kasih pada tahun 2012 yang berjudul Puisi Remon Aika dalam Antologi Chiekosho Karya Takamura Kotaro (Sebuah Kajian Semiotik Riffaterre) juga menggunakan teori semiotika Riffaterre dalam skripsinya untuk menganalisis sebuah puisi dan menyimpulkan makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Kasih menganalisis sebuah puisi berjudul Remon Aika karya Takamura Kotaro dan menyimpulkan bahwa puisi tersebut merupakan refleksi cinta dan kasih sayang dari seorang suami kepada istrinya. Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini menggunakan objek material yang berbeda dengan penelitianpenelitian yang telah disebutkan sebelumnya. Penelitian Kasih menggunakan puisi Jepang kontemporer sebagai objek material penelitian, sedangkan penelitian ini menggunakan lirik lagu. Meskipun pada penelitian Indranesya dan Sa idah juga

9 menggunakan lirik lagu sebagai objek material penelitiannya, tetapi sembilan lirik lagu dari CD cerita Märchen karya Sound Horizon yang digunakan pada penelitian ini memiliki hubungan pada setiap liriknya yang pada akhirnya membentuk sebuah cerita yang padu, sedangkan empat lirik lagu dari Kanjani Eito pada penelitian Indranesya dan tiga lirik lagu pada penelitian Sa idah merupakan lirik lagu yang berdiri sendiri dan tidak memiliki hubungan satu sama lain. 1.5. Landasan Teori Penelitian Teori utama yang dipakai pada penelitian ini adalah teori semiotika. Teori semiotika pada dasarnya merupakan teori mengenai tanda. Menurut Paul Cobley dan Litza Janz, secara definitif semiotika berasal dari kata seme dari bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda. Literatur lain menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata semeion yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, serta apa manfaatnya terhadap kehidupan manusia (Ratna, 2004: 97) Sebagai ilmu, semiotika berfungsi untuk mengungkapkan secara ilmiah keseluruhan tanda dalam kehidupan manusia, baik tanda verbal maupun nonverbal. Menurut Eco (via Ratna, 2004: 105), semiotika berhubungan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda. Sebuah tanda adalah segala sesuatu yang secara signifikan dapat menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tidak harus eksis atau hadir secara aktual (Ratna, 2004: 105) Dalam bentuk teks, baik berupa narasi maupun notasi, musik dapat dianalisis secara semiotis. Komponis dalam hubungan ini memiliki kedudukan

10 yang sejajar dengan para subjek kreator dalam karya sastra. Dengan menentukan medium, fungsi-fungsi, pesan-pesan, dan efeknya terhadap masyarakat, maka aspek sintaksis, semantis, dan pragmatisnya dapat dianalisis secara semiotis. Hadirnya musik dan lagu-lagu populer, sebagaimana novel populer yang selalu dihindarkan dalam karya sastra dengan alasan bermutu rendah, melalui sudut pandang semiotika diharapkan dapat memberikan hasil yang berbeda (Ratna, 2004: 108-109) Teori semiotika dari Michael Riffaterre yang ditulisnya dalam buku yang berjudul Semiotics of Poetry merupakan teori semiotika yang digunakan sebagai dasar analisis penelitian ini. Teori semiotika Riffaterre berusaha memberikan deskripsi yang koheren dan relatif sederhana terhadap struktur makna dari puisi (Riffaterre, 1978:1) Secara umum, teori semiotika Riffaterre memiliki empat pokok pemikiran yang berkaitan dengan pemaknaan karya sastra khususnya puisi. Pertama adalah ekspresi tidak langsung, yaitu menyatakan suatu hal dengan arti yang lain. Ekspresi tidak langsung itu disebabkan oleh penggantian arti (displacing of meaning), penyimpangan arti (distorting of meaning), dan penciptaan arti (creating of meaning). Penggantian arti disebabkan oleh metafora dan metonimi, yakni bahasa kiasan pada umumnya yaitu simile (perbandingan), metafora, personifikasi, sinekdoki, dan metonimi. Penyimpangan arti disebabkan oleh ambiguitas (disebabkan oleh penggunaan kata-kata, frase, kalimat, atau wacana yang memiliki makna lebih dari satu (polyinterpretable) yang dapat ditafsirkan bermacam-macam menurut konteksnya), kontradiksi (disebabkan oleh

11 penggunaan ironi, paradoks, dan antitesis), dan nonsense ( kata-kata yang tidak memiliki arti, tetapi mempunyai makna gaib, atau juga mempunyai makna lain sesuai dengan konteks, berupa deretan bunyi tanpa arti, juga dapat bermakna lucu atau kebalikan). Penciptaan arti disebabkan oleh enjambement (perloncatan baris dalam sajak, membuat intensitas arti atau perhatian pada kata akhir, atau kata yang diloncatkan ke baris berikutnya), sajak (menimbulkan intensitas arti dan makna liris, pencurahan pada sajak yang berpola sajak itu), tipografi (tata huruf), dan homologue (persejajaran bentuk atau persejajaran baris) (Pradopo, 1999: 77-80) Kemudian yang kedua adalah pembacaan heuristik dan pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik. Pembacaan heuristik atau pembacaan berdasarkan konvensi bahasanya sebagai sistem semiotik tingkat pertama adalah pembacaan menurut sistem tata bahasa normatif. Kata-kata yang tidak berawalan dan berakhiran diberi awalan dan akhiran, dapat pula ditambahkan kata-kata atau kalimat untuk memperjelas hubungan antarkalimat dan antarbaitnya, susunannya diubah menjadi susunan tata bahasa normatif, baik kata maupun kalimatnya dapat diganti dengan sinonimnya atau yang memiliki arti sama. Pembacaan retroaktif atau pembacaan hermeneutik merupakan pembacaan berdasarkan konvensi sastranya sebagai sistem semiotik tingkat kedua. Pada pembacaan hermeneutik, karya sastra dibaca secara berulang (retroaktif) dan diberi tafsirannya berdasarkan konvensi sastra (dengan menafsirkan metafora dan metoniminya) (Pradopo, 1999: 80-81)

12 Ketiga adalah pencarian matriks, model, dan varian-variannya. Secara teoritis, sajak merupakan perkembangan dari matriks menjadi model dan ditransformasikan menjadi varian-varian. Dalam analisis karya sastra, matriks diabstraksikan dari karya sastra yang dianalisis. Matriks dapat berupa satu kata, gabungan kata, bagian kalimat, atau kalimat sederhana (Pradopo, 1999: 81) Terakhir adalah pencarian hipogram atau hubungan intertekstual. Teeuw (via Pradopo, 1999: 83) mengatakan untuk memberikan makna yang lebih penuh dalam pemaknaan sastra, sebuah karya sastra perlu dijajarkan dengan karya sastra lain yang menjadi hipogram atau latar belakang penciptaannya. Hipogram merupakan latar penciptaan karya sastra. Latar penciptaan ini dapat berupa masyarakat, peristiwa dalam sejarah, atau alam dan kehidupan. Selain itu, juga terdapat hipogram yang berupa karya sastra tertentu yang menjadi latar sebuah karya sastra (Pradopo, 1999: 83-84) 1.6. Sumber Data dan Metode Penelitian Seluruh lirik lagu pada CD cerita Märchen karya Sound Horizon yang akan digunakan sebagai sumber data utama penelitian ini merujuk pada lirik lagu yang tertulis di buku lirik lagu yang terdapat di dalam album tersebut yakni Das Märchen des Lichts & Dunkels ~Siebte Märchen~, karena seringkali ditemukan perbedaan antara lirik lagu yang tertulis di buku lirik lagu dengan lirik lagu yang dinyanyikan oleh Sound Horizon. Meskipun judul dari buku lirik lagu tersebut tertulis dalam bahasa Jerman, tetapi lirik lagu yang tertulis di dalamnya seluruhnya menggunakan bahasa Jepang.

13 Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan metode penelitian kualitatif yang terfokus pada pemaknaan lirik lagu dengan menggunakan pendekatan semiotika Riffaterre. Berikut merupakan urutan cara kerja yang dilakukan untuk mengkaji makna yang terkandung pada lirik lagu tersebut: 1. Menentukan album dari Sound Horizon yang akan dijadikan objek penelitian ini, yaitu CD cerita ketujuh berjudul Märchen. 2. Mengumpulkan data-data yang relevan terhadap penelitian ini, antara lain dengan membaca buku-buku maupun skripsi mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian dan mencari sumber bacaan lain yang relevan melalui media internet berupa jurnal/artikel. 3. Melakukan pembacaan heuristik dan hermeneutik terhadap seluruh lirik lagu dalam CD cerita Märchen sesuai dengan teori semiotika Riffaterre. 4. Mencari matriks, model, dan varian, serta menentukan hipogram dari seluruh lirik lagu dalam CD cerita Märchen kemudian menginterpretasikan makna yang ingin disampaikan melalui album tersebut berdasarkan teori semiotika Riffaterre. 5. Menarik kesimpulan dari penelitian. 6. Menulis laporan akhir penelitian berupa skripsi. 1.7. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas empat bab yang ditulis secara sistematis. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian berupa uraian mengenai hal-hal yang mendasari penulis melakukan penelitian; rumusan masalah

14 penelitian yakni berisi uraian butir-butir masalah yang akan diteliti; tujuan penelitian yaitu uraian mengenai tujuan dari penelitian ini; tinjauan pustaka berupa tinjauan penelitian-penelitian serupa yang telah dilakukan sebelumnya untuk membuktikan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang sudah ada; landasan teori penelitian berupa uraian mengenai teori yang digunakan penulis dalam penelitian ini; sumber data dan metode penelitian merupakan penjelasan mengenai hal yang dijadikan sebagai sumber data utama dalam penelitian serta metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini; dan sistematika penulisan yaitu uraian mengenai sistematika penelitian ini. Selanjutnya pada bab II merupakan uraian mengenai biografi dan diskografi dari Sound Horizon. Pada sub-bab biografi Sound Horizon merupakan penjelasan singkat mengenai Sound Horizon serta perjalanan karir musiknya hingga saat ini dan pada sub-bab diskografi Sound Horizon merupakan kumpulan daftar rekaman dari Sound Horizon yang diurutkan secara sistematis. Analisis makna lirik lagu dalam CD cerita Märchen diuraikan pada bab III. Pada bab ini dilakukan empat tahapan analisis sesuai dengan teori semiotika Riffaterre yang telah dijelaskan sebelumnya pada masing-masing sembilan lagu yang terdapat pada CD cerita ketujuh Sound Horizon, Märchen. Empat tahapan analisis tersebut adalah pembacaan heuristik, pembacaan hermeneutik, pencarian matriks, model, dan varian, serta penentuan hipogram. Terakhir, bab IV merupakan penutup penelitian ini yang merupakan uraian jawaban dari hasil analisis penelitian sembilan lirik lagu dalam CD cerita Märchen yang dilakukan pada bab III.