1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Brunner & Suddarth, 2005). Pada pasien yang mengalami fraktur (patah tulang) baik yang disebabkan oleh kecelakaan maupun trauma termasuk dalam katagori nyeri akut. Selain menimbulkan ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dan tidak mendapatkan penanganan dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin dan imunologik (Yeager dkk 1987 dalam Brunner & Suddarth, 2005). Nyeri juga dapat timbul oleh berbagai stimulus seperti rangsangan fisik karena terpapar oleh suhu, mekanik, listrik dan pembedahan. Angka kejadian trauma saat ini masih sangat tinggi baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas yang merupakan penyebab kematian terbesar ketiga di dunia. Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni 22 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 jiwa dibawah usia 25 tahun meninggal akibat kecelakaan, dengan rata-rata 1000 jiwa setiap harinya. Berdasarkan laporan tahunan National Trauma Data Bank Amerika Serikat (2013), angka kejadian trauma menelan korban 833.311 jiwa, 55,53% fraktur, di Indonesia angka kejadian trauma atau kecelakaan tahun 2012 sebanyak 109. 038
2 jiwa, yang meninggal sebanyak 25.131 jiwa (25%). Data dari Badan Pusat Statistik Propinsi Bali tahun 2013 tercatat angka kejadian trauma atau kecelakaan sebanyak 2.166 jiwa dan yang meninggal sebanyak 578 jiwa sedangkan catatan di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2013 korban kecelakaan sebanyak 1.625 jiwa, rawat jalan sebanyak 1447 orang (89,04%), rawat inap sebanyak 147 orang (9,04%) dan yang meninggal sebanyak 37 orang (2,27%). Setiap kasus trauma yang dicurigai dengan fraktur datang ke rumah sakit terutama ke instalasi gawat darurat mengeluh rasa nyeri disebabkan karena mengalami cedera otot, sendi maupun tulang. Berdasarkan rekam medik RSUP Sanglah Denpasar tahun 2013 tercatat pasien fraktur yang datang sebanyak 1.588 kasus baik yang rawat inap maupun rawat jalan, pasien meninggal tercatat sebanyak 16 orang (1%). Pasien fraktur ekstremitas sebanyak 1.208 orang, 59,1% (714 orang) usia diatas 24 tahun dan sebanyak 27 orang (2,23%) mengalami syok. Buku register Instalasi Bedah Sentral, Kamar Operasi IGD dan Wing Amerta RSUP Sanglah tahun 2013 mencatat 429 kasus fraktur yang dilakukan operasi, 58,9% (253 kasus) merupakan fraktur ekstremitas bawah. Prinsip penatalaksanaan pasien fraktur adalah reduksi, imobilisasi, pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi. Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar. Imobilisasi dini dapat dilakukan dengan metode fiksasi interna dan fiksasi externa. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, traksi dan bidai (Brunner & Suddarth, 2005).
3 Menurut Gilbert (2011), pembidaian / splinting merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh kita yang cedera. Ada berbagai macam pembidaian yaitu soft splint (bidai lunak), hard splint (bidai kaku), air or vacuum splint (bidai udara), traction splint (bidai dengan traksi) dan anatomy splint (bidai dengan anggota tubuh). Tujuan pembidaian adalah untuk mempertahankan fragmen tulang, mencegah kerusakan jaringan sekitar tulang yang patah dan mengurangi nyeri. Nyeri dapat timbul secara primer baik karena masalah muskuloskeletal maupun masalah penyertanya misalnya; tekanan pada tonjolan tulang akibat dari pembidaian, spasme otot dan pembengkakan. Tekanan yang berkepanjangan diatas tonjolan tulang dapat menyebabkan rasa terbakar dan nyeri (Brunner & Suddarth, 2005). Penanganan awal pada pasien fraktur di Triage IGD RSUP Sanglah saat ini dilakukan dengan pembidaian menggunakan spalk (bidai kayu yang dibalut kapas dan verban atau dengan spon dibungkus plastik). Pembidaian menggunakan satu spalk untuk fraktur ekstremitas atas dan tiga spalk untuk fraktur ekstremitas bawah. Pembidaian ini dilakukan untuk imobilisasi sementara dalam menegakkan diagnosis dan sebelum dilakukan tindakan definitif baik operatif maupun non operatif (conservative care). Meningkatnya kualitas pelayanan rumah sakit diiringi dengan peningkatan kunjungan jumlah pasien sehingga hal ini menyebabkan over load, bed block serta antrean jadwal tindakan operasi yang cukup panjang. Pasien dengan fraktur yang akan dilakukan tindakan baik close reduction maupun open reduction dengan
4 prosedur pembiusan minimal menunggu 8 jam puasa, belum termasuk antrean jumlah pasien yang akan menggunakan ruang tindakan operasi. Selama itu pasien merasakan nyeri yang sangat hebat pada ekstremitas yang mengalami fraktur saat digerakkan yang diperberat dengan penekanan pada tonjolan tulang akibat pembidaian spalk yang telah dipasang walaupun telah diberikan analgesia. Penelitian manajemen nyeri telah banyak dilakukan baik dengan teknik relaksasi, distraksi, guided imaginary, stimuli perkutaneus dan farmakologi. Sudarmika (2012), dalam penelitiannya tentang Pengaruh Pembidaian Back Slab Cast dalam Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Triage IGD RSUP Sanglah menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan pemasangan back slab cast dalam menurunkan intensitas nyeri. Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Efektifitas Pembidaian Back Slab Cast dan Spalk terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas di RSUP Sanglah 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, dapat dirumuskan suatu masalah penelitian yaitu : Bagaimanakah keefektifan pembidaian back slab cast dan spalk terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah di Triage IGD RSUP Sanglah?
5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui efektifitas pembidaian back slab cast dan spalk terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah di Triage IGD RSUP Sanglah. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah sebelum dilakukan pembidaian dengan back slab cast. b. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah setelah dilakukan pembidaian dengan back slab cast. c. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien fraktur ektremitas bawah sebelum dilakukan pembidaian dengan spalk d. Mengidentifikasi intensitas nyeri pada pasien fraktur ektremitas bawah setelah dilakukan pembidaian dengan spalk e. Menganalisa efektifitas pembidaian back slab cast dan spalk dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang keperawatan bedah khususnya bedah orthopedi dalam penatalaksanaan fraktur ekstremitas.
6 1.4.2 Praktis a. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pembidaian pada pasien fraktur ekstremitas. b. Bagi Instalasi Gawat Darurat Diharapkan penelitian ini sebagai acuan dalam penyusunan SPO penatalaksanaan nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah dengan menggunakan back slab cast atau spalk di Instalasi Gawat Darurat. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian sejenis yang pernah dilakukan adalah : penelitian Putu Sudarmika tahun 2012 dengan judul Pengaruh Pembidaian Back Slab Cast dalam Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur Ekstremitas di Triage IGD RSUP Sanglah. Hasil analisis perubahan intensitas nyeri sebelum dengan sesudah dilakukan pembidaian dengan back slab cast didapatkan nilai p value 0,000 (p<0,05), ada pengaruh yang signifikan pemasangan back slab cast dalam menurunkan intensitas nyeri. Kesamaan dari penelitian ini yaitu manajemen nyeri, tempat penelitian, metode penelitian dengan pre dan post test group design serta pembidaian dengan back slab cast. Perbedaannya yaitu membandingkan efektifitas pembidaian back slab cast dengan pemasangan spalk dalam manajemen nyeri, karakteristik sampel yang berfokus pada ekstremitas bawah yakni pada pasien dengan fraktur daerah cruris.