Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur

dokumen-dokumen yang mirip
Keanekaragaman dan Parasitisasi Parasitoid Telur Leptocorisa Acuta pada Berbagai Pola Tanam Padi

Keanekaragaman Parasitoid dan Parasitisasinya pada Pertanaman Padi di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

Keragaman Serangga Musuh Alami Kutu Sisik Lepidosaphes beckii Pada Jeruk Keprok Dan Jeruk Manis

Pengaruh Habitat Sekitar Lahan Persawahan dan Umur Tanaman Padi terhadap Keanekaragaman Hymenoptera Parasitika

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. Aturan karantina di negara-negara tujuan ekspor komoditi buah-buahan

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA UNAND PADANG, 23 APRIL Biodiversitas dan Pemanfaatannya untuk Pengendalian Hama

commit to users I. PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DAN LABA-LABA PADA PERTANAMAN PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

Permasalahan OPT di Agroekosistem

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

EKOLOGI. KOMUNITAS bag. 2 TEMA 5. Program Studi Tadris Biologi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Jember

MANIPULASI HABITAT SEBAGAI SOLUSI TERJADINYA OUTBREAK WERENG COKLAT

EKSPLORASI PARASITOID TELUR Plutella xylostella PADA PERTANAMAN KUBIS Brassica oleracea DI DAERAH MALANG DAN KOTA BATU ABSTRACT

Keanekaragaman Arthropoda pada Varietas Padi di Lahan Organik di Desa Tegal Binangun Kecamatan Plaju Kelurahan Plaju Darat Palembang

Pengaruh Kehadiran Gulma terhadap Jumlah Populasi Hama Utama Kubis pada Pertanaman Kubis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

MENGELOLA LEDAKAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH PADA AGROEKOSISTEM YANG FRAGIL DENGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU BIOINTENSIF

AUGMENTASI DAN KONSERVASI KEANEKARAGAMAN PARASITOID : ANALISIS EKOLOGI AGROEKOSISTEM UNTUK. Damayanti Buchori, IPB Nurindah, BALITTAS

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

SKRIPSI. Oleh Okky Ekawati H

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

I. PENDAHALUAN. dan kehutanan. Dalam bidang kehutanan, luas kawasan hutannya mencapai. (Badan Pusat Statistik Lampung, 2008).

Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITAN

KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis ABSTRAK

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

PENGELOLAAN HAMA SECARA HAYATI Oleh : Awaluddin (Widyaiswara)

BIOMA, Juni 2015 ISSN: Vol. 17, No. 1, Hal. 9-15

KAJIAN PARASITOID: Eriborus Argenteopilosus Cameron (Hymenoptera : Ichneumonidae) PADA Spodoptera. Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae)

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas buah-buahan Indonesia harus diperhatikan seiring dengan

STUDI KELIMPAHAN DAN SEBARAN PHYTOPLANKTON SECARA HORIZONTAL (KASUS SUNGAI KURI LOMPO KABUPATEN MAROS) Abdul Malik dan Saiful ABSTRAK

Struktur Komunitas Hama Pemakan Daun Kubis dan Investigasi Musuh Alaminya

FITOPLANKTON DI PERAIRAN AREAL PERTAMBANGAN NIKEL BULI HALMAHERA TIMUR PHYTOPLANKTON IN NICKEL AREA GULF OF BULI EAST HALMAHERA

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN 2. GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS KEMIRIPAN KOMUNITAS ARTROPODA PREDATOR PENGHUNI PERMUKAAN TANAH SAWAH RAWA LEBAK DI SUMATERA SELATAN DENGAN LAHAN PINGGIR DI SEKITARNYA

BAB IV METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRUKTUR POPULASI Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) PADA BEBERAPA TIPE LANSEKAP DI SUMATERA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

J. Agroland 22 (2) : , Agustus 2015 ISSN : X E-ISSN :

BAB IV METODE PENELITIAN

Keragaman dan Kelimpahan Populasi Parasitoid Telur Penggerek Batang Padi di Kabupaten Tabanan

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

LAPORAN AKHIR PKMP POTENSI LARVA CHRYSOPIDAE SEBAGAI AGENS PENGENDALIAN HAYATI HAMA KUTU-KUTUAN DAN THRIPS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

Konsep Ekologi PHT. Dr. Akhmad Rizali

KELIMPAHAN POPULASI PARASITOID Trichogramma sp DAN SERANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI SAWAH DI KABUPATEN MINAHASA

Transkripsi:

64 BioWallacea Jurnal Ilmiah Ilmu Biologi Mei 2015 Vol. 1 No. 2, p. 64-68 ISSN: 2442-2622 Keanekaragaman dan Parasitasi Parasitoid Telur Walang Sangit pada Lanskap Pertanian Berbeda di Lombok Timur Aisah Jamili 1), Hery Haryanto 2) Astam Wiresyamsi 2) Irfan Jayadi 2) Paturusi 1) 1 Fakultas Pertanian, Universitas Nahdlatul Wathan Mataram (email: qawlanhafidza@yahoo.co.id) 2 Fakultas Pertanian, Universitas Mataram Parasitoid telur walang sangit merupakan musuh alami yang efektif dalam pengendalian hama walang sangit (Leptocorisa acuta). Namun, Keefektifan musuh alami dipengaruhi oleh keanekaragaman tanaman penyusun struktur lanskap. Untuk itu perlu adanya informasi yang akurat mengenai keanekaragaman parasitoid telur walang sangit khususnya pada lanskap pertanian yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kekayaan, kelimpahan, dan keanekaragaman spesies parasitoid telur walang sangit pada lanskap pertanian yang berbeda di Lombok Timur. Penelitian ini dilakukan di empat desa terdiri atas Desa Aik Mel (lanskap pertanian sederhana), Sembalun, Keruak dan Labuhan Haji (lanskap pertanian komplek). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengambilan telur walang sangit dilakukan secara langsung dengan mencari kumpulan telur di masing-masing petak sampel. Hasil penelitian diperoleh bahwa kelimpahan parasitoid telur pada lanskap pertanian sederhana lebih banyak yaitu 443 ekor jika dibandingkan lanskap yang komplek yaitu 86 ekor. Kekayaan parasitod yang ditemukan ada dua spesies yaitu Hadronotus leptocorisae dan Ooencyrtus malayensis. Komposisi parasitoid telur didominasi oleh Ooencyrtus malayensis (54,63%) dan Hadronotus leptocorisae (45,36%). Persentese parasitasi tertinggi pada masing-masing desa yaitu Aik Mel (28,56%), Sembalun (0%), Keruak (5,03%) dan Labuhan Haji (19,55%). Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H ) secara keseluruhan antara 0,00-0,30. Indeks dominansi(c) antara 0,00-0,59. Nilai indeks kemerataan (E) berkisar 0,00 0,43. Keanekaragaman parasitoid telur tinggi pada lokasi dengan lanskap pertanian sederhana, selanjutnya akan berkurang pada lanskap pertanian komplek. Kata kunci: keanekaragaman, parasitoid telur, Leptocorisa acuta, lanskap pertanian PENDAHULUAN Berbagai usaha yang sampai saat ini sedang dilakukan untuk menekan hama walang sangit (Leptocorisa acuta) salah satunya dengan memanfaatkan parasitoid telur. Namun diperlukan banyak informasi tentang keanekaragaman species ini akibat perbedaan lanskap pertanian. Lanskap pertanian adalah sekumpulan ekosistem yang tidak hanya meliputi lahan pertanaman (agroekosistem) tetapi juga ekosistem di luarnya, seperti tumbuhan liar, jalan raya, perkampungan dan lainnya (Forman dan Gordon, 1986). Pada lanskap pertanian modern, keanekaragaman habitat dan komposisi habitat sangat bervariasi dari satu lanskap ke lanskap yang lain. Lanskap pertanian yang sangat sederhana misalnya, hanya terdiri atas satu jenis pertanaman (monokultur) dan tumbuhan liar, sedangkan lanskap pertanian yang kompleks tidak hanya terdiri atas berbagai pertanaman (polikultur), tetapi juga terdapat banyak tumbuhan liar. Keberadaan musuh alami pada ekosistem pertanian, baik itu predator maupun parasitoid, memiliki peranan yang sangat penting khususnya dalam pengaturan populasi serangga hama (Altieri 1999). Penggunaan pestisida untuk mengendalikan serangga hama, cenderung mengakibatkan penurunan atau bahkan menghilangkan keberadaan musuh alami (Wanger et al. 2010). Oleh karena itu upaya konservasi seperti manajemen habitat lahan pertanian, menjadi sangat penting dilakukan untuk mempertahankan keberadaan musuh alami tersebut (Perfecto et al. 2009). Diantara musuh alami yang penting diharapkan dalam mengendalikan populasi hama adalah

65 parasitoid telur walang sangit. Keberadaan parasitoid ini khususnya di berbagai lanskap pertanian belum terungkap dan masih sedikitnya informasi mengenai keanekaragaman parasitoid pada lahan pertanian dalam hubungannya dengan kondisi habitat menyebabkan parasitoid belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi parasitoid telur ini dalam menekan populasi hama sudah banyak dilaporkan beberapa di antaranya. Menurut Jamili (2000) di Kotamadya Mataram ditemukan parasitoid telur pada telur Leptocorisa acuta terparasit yaitu dari genus Hadronotus. Dari hasil penelitian tersebut, parasitoid telur dapat dijadikan pertimbangan sebagai agensia pengendali hayati bagi telur Leptocorisa acuta. Informasi mengenai keanekaragaman parasitoid telur walang sangit (Leptocorisa acuta) yang berhubungan dengan struktur lanskap sangat terbatas. Padahal studi tentang struktur lanskap pertanian terhadap parasitoid telur dapat memberikan informasi untuk pengelolaan lanskap pertanian yang lebih baik dan berkelanjutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data mengenai keanekaragaman parasitoid telur walang sangit pada pertanaman padi sebagai langkah awal dalam pengendalian hayati (biological control). METODE PENELITIAN Persiapan penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengumpulan telur walang sangit di lapangan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Penelitian telah dilakukan di pertanaman padi milik petani yang berada di empat desa yaitu Aik Mel, Sembalun, Keruak dan Labuhan Haji di Kabupaten Lombok Timur. Tahap pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2012 dan tahap identifikasi dilakukan di laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Mataram dan laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada pada bulan Agustus 2012. Daerah sampel ditentukan berdasarkan struktur lanskap pertanian masing-masing daerah pertanaman padi. Lokasi pengamatan Desa Aik Mel mewakili lanskap pertanian sederhana, Desa Sembalun, Keruak dan Labuhan haji mewakili lanskap pertanian komplek. Petak sampel ditentukan secara purpossive sampling di areal pertanaman padi yang terluas, masing-masing petak sampel terdiri atas lima anak petak sampel dengan masing-masing ukuran 3 x 3 m 2 secara diagonal. Pengambilan Parasitoid Telur Pengambilan parasitoid telur dilakukan di pertanaman padi milik petani yang berada di Desa Aik Mel, Sembalun, Keruak dan Labuhan Haji. Pengambilan telur walang sangit dilakukan secara langsung di masing-masing petak sampel dengan mencari kumpulan telur pada saat munculnya bunga sampai tanaman padi masak susu di masingmasing petak sampel. Parasitoid telur diperoleh dengan cara mencari telur walang sangit yang menempel di atas daun tanaman padi. Pengambilan parasitoid telur dilakukan sebanyak 4 kali dengan berselang 7 hari. Pengumpulan Telur Walang Sangit Telur walang sangit yang didapat selanjutnya dimasukkan dalam tabung reaksi yang ditutup dengan kapas diberi label kemudian dibawa ke Laboratorium untuk dipelihara (rearing). Pemeliharaan Telur Terparasit Telur walang sangit yang diambil di lapangan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan pengamatan selama 15 hari dengan mencatat berapa jumlah nimpa dan parasitoid yang menetas tiap harinya. Telur inang yang terparasit berwarna hitam dan setelah 10-13 hari akan muncul parasitoid sedangkan dari telur yang tidak terparasit akan muncul nimpa walang sangit. Setelah 15 hari pengamatan ternyata masih ada telur yang belum menetas maka dilakukan pembedahan di bawah mikroskop untuk memastikan telur berisi nimpa walang sangit atau parasitoid. Telur yang berisi nimpa walang sangit setelah pembedahan ditandai dengan adanya bangkai berwarna oranye dengan lubang bekas gerekan yang besar di bagian pinggirnya sedangkan telur yang berisi parasitoid ditandai dengan ada bangkai parasitoid berwarna hitam dengan lubang bekas gerekan yang lebih kecil di bagian pinggirnya. Identifikasi dan Deskripsi Pengamatan di laboratorium meliputi identifikasi dan determinasi serangga parasitoid yang dihasilkan dari koleksi di lapangan dan dapat diamati karakter-karakter morfologi dari parasitoid dengan bantuan mikroskop binokuler atau menggunakan lup (kaca pembesar). Karakterkarakter morfologi itu dibandingkan dan diidentifikasi berdasarkan buku-buku identifikasi sebagai penunjang seperti: Boror, et al (1992); Kalshoven (1981); Boror & White (1970). Tahap identifikasi dilakukan sampai genus yang dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Mataram dan identifikasi species dilakukan di Laboratorium Entomologi

66 Dasar Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Analisis Data dari spesies Hadronotus leptocorisae (Gambar 1.) dan Ooencyrtus malayensis (Gambar 2.). Komposisi Parasitoid Telur Walang Sangit Pengamatan komposisi parasitoid telur walang sangit berguna untuk mengetahui jumlah masingmasing jenis parasitoid telur pada seluruh petak sampel. Persentase Telur Walang Sangit Terparasit Pengamatan persentase telur walang sangit terparasit berguna untuk mengetahui jumlah telur walang sangit yang terparasit oleh parasitoid. Indeks Keanekaragaman Shannon - Wienner (H ) Keanekaragaman (H ) species dapat diartikan sebagai keheterogenitas species dan merupakan ciri khas struktur komunitas. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus Krebs, (1972) : Gambar 1. Hadronotus leptocorisae perbesaran 4x10 S H = Pi log Pi i=1 Keterangan: H : Indeks keanekaragaman Shannon- Wienner Pi : ni/n ni : Total individu species ke-i N : Total jumlah individu dalam komunitas S : Jumlah species Indeks Keseragaman Pielou (E) Keseragaman Pielou (E) merupakan komposisi individu tiap species yang terdapat dalam komunitas. Dapat dihitung dengan rumus Pielou, (1975): Gambar 2. Ooencyrtus malayensis perbesaran 10x40 Komposisi Parasitoid Telur Walang Sangit Komposisi imago parasitoid yang muncul dari kelompok telur walang sangit yang dikumpulkan menunjukkan bahwa, Ooencyrtus malayensis (54,63%) merupakan parasitoid dominan jika dibandingkan dengan Hadronotus leptocorisae (45,36%) lihat Gambar 3. E = H ln S Keterangan: E : Indeks keseragaman Pielou H : Indeks keanekaragaman Shannon- Wienner S : Jumlah species HASIL PENELITIAN Ooencyrtus malayensis 55% Hadronotus leptocorisae 45% Jenis parasitoid telur Berdasarkan hasil pemeliharaan telur walang sangit terkoleksi ditemukan dua jenis parasitoid telur yang berada di berbagai lanskap pertanian yanga ada di Lombok Timur yaitu parasitoid telur Gambar 3. Komposisi parasitoid telur walang sangit pada lanskap pertanian berbeda di Lombok Timur

67 Dua spesies parasitoid telur tersebut tersebar di semua lokasi pengamatan, kecuali di Sembalun. Fakta ini menunjukkan kedua spesies parasitoid ini mampu berkembang dan beradaftasi dengan lanskap pertanian yang ada di Lombok Timur Persentase parasitasi parasitoid telur walang sangit Pada Gambar 4. Persentase parasitasi berdasarkan lanskap pertanian tanaman padi menunjukkan tingkat parasitasi yang berbeda. Pada lokasi Aik Mel yang merupakan lanskap pertanian sederhana menunjukkan nilai parasitasi yang lebih tinggi yaitu 28, 56 %, selanjutnya mulai berkurang pada lanskap pertanian yang komplek yaitu Labuhan haji 19,55%, Keruak 5,03% dan Sembalun 0%. Gambar 4. Persentase parasitasi parasitoid telur walang sangit pada lanskap pertanian berbeda di Lombok Timur 28,56 % 0,00 % 5,03 % 19,55 % Aik Mel Sembalun Keruak Labuhan Haji Hal ini disebabkan karena lokasi dengan lanskap pertanian sederhana banyak menerapkan sistem tanam monokultur, dimana akan ditemukan populasi inang yang lebih tinggi jika dibandingkan populasi inang pada lanskap pertanian yang komplek dengan sistem tanam polikultur. Ketersediaan inang yang lebih banyak memberikan peluang yang tinggi kepada spesies parasitoid untuk menemukan inangnya (host finding). Pada sistem pertanaman padi polikultur yaitu pertanaman dengan vegetasi yang tinggi. Keanekaragamn vegetasi yang lebih tinggi pada polikultur berpengaruh terhadap penyediaan sumber pakan (nectar dan polen) yang lebih banyak bagi parasitoid dan walang sangit. Kondisi ini menarik parasitoid untuk datang pada petanaman tersebut (host habitat location) yang selanjutnya berakibat pada penemuan inang (host location) dan terjadinya parasitisasi. Dengan demikian factor kepadatan inang dan keanekaragaman vegetasi berpengaruh dalam menarik parasitoid untuk mendatangi dan menimbulkan mortalitas pada suatu agroekosistem. Indek keanekaragaman (H ), kemerataan (E) dan dominansi (C) parasitoid telur Tabel 1. Data kelimpahan, Kekayaan (S), keanekaragaman (H ), dominansi (C) dan kemerataan (E) parasitoid telur walang sangit pada berbagai lanskap pertanian di Lombok Timur Kelimpahan No Lokasi S H C E (ekor) 1. Aikmel 443 2 0,30 0,50 0,43 2. Sembalun 0 0 0,00 0,00 0,00 3. Keruak 28 2 0,26 0,50 0,43 4. Labuhan H 130 2 0,27 0,56 0,39 Pada Tabel I. Dapat dilihat Aik Mel dengan lanskap sederhana yang terdiri atas ekosistem padi monokultur memiliki kelimpahan parasitoid telur yang lebih banyak yaitu 443 ekor jika dibandingkan lanskap yang komplek meliputi Labuhan haji (130 ekor), Keruak (28 ekor) dan Sembalun (0). Keadaan ini pun berpengaruh pada kekayaan spesies parasitoid. Jumlah spesies parasitoid yang ditemukan pada lanskap sederhana ada dua spesies parasitoid dari dua famili, sedangkan di lokasi lanskap pertanian komplek bervariasi dari 2 spesies dan ada lokasi yang tidak ditemukan sama sekali S = nol. Beragamnya jumlah spesies dilokasi lanskap yang komplek kemungkinan karena variasi keadaan lanskap. Munculnya nol spesies khususnya di daerah Sembalun disebabkan karena praktik pertanian yang telah dilakukan menggunakan insektisida yang lebih intensif, sedangkan khusus di lokasi sembalun dapat disebakan karena jauhnya lokasi dari permukaan laut dan suhu yang ektrim di lokasi tersebut. Keanekaragaman spesies parasitoid pada Aik Mel dengan lanskap sederhana yang terdiri atas ekosistem padi monokultur memiliki keanekaragaman parasitoid telur yang lebih banyak yaitu 0,30 jika dibandingkan lanskap yang komplek meliputi Labuhan haji (0,27), Keruak (0,26) dan Sembalun (0). yang terdiri atas ekosistem tanaman padi, palawija, sayuran, sungai, pegunungan, perkampungan. Begitupun indeks kemerataanya lebih banyak yaitu 0,30 sedangkan lanskap yang komplek yaitu 0,00-0,30. Hal ini dikarenakan populasi telur walang sangit lebih tinggi di lanskap sederhana, sehingga banyak pesies parasitoid yang dapat dikoleksi. Hasil penelitian Settle et al., (1996) di pulau Jawa menunjukkan bahwa tingkat parasitasi (kekayaan dan kelimpahan parasitoid) bertautan padat dengan

68 populasi inang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman dan populasi parasitoid selain dipengaruhi oleh keanekaragaman habitat juga dipengaruhi oleh populasi inangnya. Selain itu proses penemuan inang oleh parasitoid dipengaruhi juga oleh kompleksitas struktur tanaman. Inang yang terdapat pada struktur tanaman yang sederhana lebih mudah ditemukan dibandingkan dengan inang pada struktur tanaman yang lebih kompleks (Gingras et al., 2003). KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut yaitu: 1. Berdasarkan hasil identifikasi didapatkan dua species yaitu Hadronotus leptocorisae dan Ooencyrtus malayensis. Komposisi parasitoid telur didapatkan 45,36% dari spesies Hadronotus leptocorisae dan 54,63% dari spesies Ooencyrtus malayensis. 2. Persentase parasitasi parasitoid telur tertinggi secara berurutan didapatkan di Aik Mel (28,56%), Labuhan Haji (19,55%), Keruak,(5,03%) dan Sembalun (0,00%) 3. Perbedaan lanskap pertanian yang sederhana memiliki keanekaragaman dan kelimpahan yang lebih tinggi dan kecendrungan berkurang pada lanskap yang komplek di lokasi Lombok Timur. DAFTAR PUSTAKA Altieri, MA. 1999. The ecological role of biodiversity in agroecosystems. Agriculture Ecosystems & Environment 74:19-31. Borror, D. J., and Richard E. W. 1970.A Field Guide to The Insect of America North of Mexico Houghton. Miffli Company. Boston. 404 p. Borror, D. J, Triplehom CA, Johnson NF. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Partosoedjono, S & Brotowidjoyo MD. Penerjemah Yosyukanta. Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to the study of in insects. Yogyakarta. Forman, R.T.T. & M. Godron. 1986. Landscape ecology. John Willey and Sons. New York. 619 p. Gingras D, Dutilleul P, Boivin G. (2003) Effect of plant struktur on host finding capacity of lepidoptereus pest of crucifers by two Trichogramma parasitoid. Biol control 27:25-31. Jamili, A. (2000). Studi keragaman parasitoid telur pada pertanaman padi di Kotamadya Mataram. Skripsi Fakultas Pertanian, UniversitasMataram. 57 h. Kalshoven, L.G.E. (1981). The pest of crop in Indonesia (Resived and Translated by P.A. Van Der Laan). PT. Ichtiar Baru-Van Hoeve, Jakarta. Krebs, C. J., 1972. Ecology, the Experimental Analysis of Distribution and Abudance Haper and Row Publ. New York. 496 p. Pielou, E.C., 1975. Ecology Diversity. John Wipley & Sonts, Inc. New York. Perfecto I, Vandermeer JH. Dan Wright AL. 2009. Nature's Matrix: Linking Agriculture, Conservation And Food Sovereignty. London: Earthscan. Seetle, W.H., Ariawan, H., Astuti, R.T., cahaya W., hakim, A.L., Hindayana, D., lestari, A.S., dan Panjarningsih. (1996). Managing trophical rice pest through conservation of generalist natural enemies and alternative prey. Ecology 77 (7); 1975-1988. Wanger TC, Rauf A, Schwarze S. 2010. Pesticides And Tropical Biodiversity. Frontiers In Ecology And The Environment 8:178-17