BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC

Gambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

PENGGUNAAN ETIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2 PLA hasil sintesis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

EVALUASI PENGARUH VARIASI KONSENTRASI POLIVINIL ALKOHOL SEBAGAI SURFAKTAN TERHADAP PROFIL PELEPASAN MIKROPARTIKEL DEKSAMETASON MENGGUNAKAN HPLC

DRUG DELIVERY SYSTEM Dhadhang Wahyu Laboratorium Farmasetika Unsoed

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II Pemodelan. Gambar 2.1: Pembuluh Darah. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air:

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

Bilamana beberapa fase berada bersama-sama, maka batas di antara fase-fase ini dinamakan antarmuka (interface).

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan kristal merupakan persoalan. dalam sediaan suspensi parenteral terutama dalam melewati

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRASI

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sifat Fisikokimia Sifat fisikokimia menurut Ditjen POM (1995) adalah sebagai berikut :

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGGUNAAN METIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL: STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

PENGGUNAAN KARBONDIOKSIDA SUPERKRITIS UNTUK PEMBUATAN KOMPOSIT OBAT KETOPROFEN POLIETILEN GLIKOL 6000

PENGARUH KATALISIS TERHADAP TETAPAN LAJU

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

PATEN NASIONAL Nomor Permohonan Paten :P Warsi dkk Tanggal Permohonan Paten:19 November 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN

PAH akan mengalami degradasi saat terkena suhu tinggi pada analisis dengan GC dan instrumen GC sulit digunakan untuk memisahkan PAH yang berbentuk

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KELARUTAN DAN GEJALA DISTRIBUSI. Oleh : Nur Aji, S.Farm., Apt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. Suspensi adalah sistem dua fasa dimana fasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran lepas lambat sedang dikembangkan untuk mengatasi kekurangan dari sistem penghantaran obat konvensional. Sistem lepas lambat dapat bekerja dengan material seperti mikropartikel yang dapat mengenkapsulasi obat dan melepaskannya secara terkontrol pada waktu yang relatif lama (Muhaimin, 2013). Mikropartikel berpotensi besar meminimalkan toksisitas, mengurangi frekuensi pemberian dosis dan meningkatkan bioavailabilitas relatif obat (Parida et al., 2013). Pemanfaatan mikropartikel dalam tisssue engineering scaffold yaitu sebagai sistem penghantaran obat yang kompleks dan dikemas dengan profil degradasi tertentu. Scaffold dapat dimanfaatkan sebagai faktor pertumbuhan dan/ atau untuk membantu pelepasan obat secara terkontrol sehingga dapat memfasilitasi perbaikan dan regenerasi jaringan target (Chau et al., 2008). Deksametason dikenal sebagai molekul signal yang penting untuk diferensiasi di sumsum tulang dan mesenchymal stem cells. Evaluasi in vivo dari deksametason memberikan penurunan yang signifikan terhadap respon inflamasi dan dapat menaikkan osteogenesis (Webber et al., 2012). Polivinil alkohol (PVA) merupakan polimer bersifat non toksik dan biodegradable. Surfaktan PVA pada penelitian ini digunakan sebagai bahan penstabil emulsi. Penelitian medis dan farmasi baru-baru ini mengungkapkan bahwa PVA dapat digunakan dalam formulasi sediaan lepas lambat sebagai agen pengemulsi dalam penyusunan polimer nano/ mikropartikel/ scaffold untuk pengobatan penyakit yang berhubungan dengan jantung, otot dan tulang (Aina et al., 2014). Sukmawati et al. pada 2015 melakukan formulasi mikropartikel deksametason dengan variasi konsentrasi PVA sebagai surfaktan. Penelitian tersebut menghasilkan mikropartikel dengan diameter rata-rata 7,1 μm, 9,85 μm 1

2 dan 7,35 μm pada mikropartikel dengan konsentrasi PVA 0,1%, 0,5%, dan 2,5%. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi PVA cenderung menyebabkan ukuran partikel meningkat. Profil pelepasan deksametason dari MP pada penelitian tersebut yang dianalisis menggunakan spektrofotometer UV menunjukkan ketidaksesuaian hasil dengan obat yang seharusnya terlepas. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan mengganti analisisnya menggunakan alat High Performance Liquid Chromatography (HPLC) yang diharapkan akan memberikan hasil analisis lebih akurat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi polivinil alkohol sebagai surfaktan dalam pembuatan mikropartikel deksametason dengan matriks etil selulosa terhadap profil pelepasan obat yang dianalisis menggunakan HPLC? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai pengaruh perbedaan konsentrasi surfaktan polivinil alkohol dalam formulasi mikropartikel deksametason dengan matriks etil selulosa terhadap profil pelepasan obat dengan analisis menggunakan HPLC. D. Tinjauan Pustaka 1. Penerapan Mikropartikel dalam Tissue Engineering Mikropartikel berukuran sangat kecil yaitu 1-1000 µm dan merupakan salah satu kandidat yang baik sebagai pembawa obat pada sediaan lepas lambat. Mikropartikel telah menjadi sistem penghantaran obat yang akurat dengan cara mengurangi konsentrasi obat di area yang bukan jaringan target dan efektif untuk obat yang tidak larut atau sedikit larut air (Parida et al., 2013).

3 Pemanfaatan mikropartikel dapat diterapkan dalam tisssue engineering sebagai sistem penghantar obat lepas lambat. Tissue engineering merupakan bidang yang memfokuskan pada perbaikan, penggantian, dan regenerasi jaringan yang terpapar penyakit atau yang dirusak oleh biomaterial, molekul biologis dan sel-sel terkait. Prinsip utama dalam tissue engineering melibatkan pertumbuhan sel-sel yang sesuai secara in vitro untuk tujuan pengobatan yang diinginkan sebelum diberikan ke dalam tubuh pasien (Chau et al., 2008). 2. Metode Pembuatan Mikropartikel Metode pembuatan mikropartikel hendaklah memenuhi persyaratan yaitu: (1) Aktivitas biologis dan stabilitas obat tidak terpengaruh oleh proses pembuatan mikropartikel; (2) Mikropartikel yang dihasilkan harus memiliki bermacam ukuran yang diinginkan dan efisiensi enkapsulasi obat harus tinggi; dan (3) Profil pelepasan obat dan kualitas partikel harus reprodusibel. Pembuatan mikropartikel memiliki beberapa metode menurut Muhaimin (2013): a. Presipitasi Partikel dengan Penambahan Non Pelarut (Koaservasi) Mikropartikel dibuat dengan cara mendispersikan baik kristal partikel padat atau larutan obat dalam larutan polimer organik yang diikuti oleh pemisahan kedua fase dengan penambahan pelarut organik kedua dan polimer tidak dapat larut. Partikel yang dihasilkan oleh metode ini memiliki distribusi ukuran partikel besar yang tidak sesuai untuk penggunaan klinis yang diinginkan. b. Presipitasi Partikel dengan Partisi Pelarut Larutan atau suspensi obat dalam polimer diinjeksikan ke dalam aliran minyak. Pelarut organik akan larut dalam minyak tapi obat dan polimer tidak akan larut. Obat dan polimer akan mengendap bersama jika obat larut dalam larutan polimer. Polimer akan mengendap disekitar partikel obat jika obat tersuspensi dalam larutan polimer. Mikropartikel yang terbentuk biasanya relatif besar. c. Spray Drying Obat dilarutkan atau disuspensikan dalam larutan polimer organik dan campuran yang dihasilkan disemprot kering untuk membentuk mikrosfer. Kekurangan dari metode ini yaitu partikel yang terpapar udara panas dalam skala

4 besar dapat mempengaruhi stabilitas oksidasi-sensitif obat atau obat menjadi termolabil. d. Ekstraksi Fluida Superkritis Penggunaan cairan superkritis sebagai media ekstraksi merupakan alternatif untuk pembentukan mikropartikel. Selama fase ini kristal dapat tumbuh dalam ukuran yang tidak terkendali. Kelemahan lainnya yaitu prosesnya memakan waktu lama dan mahal, dihasilkan polidisper dengan berbagai ukuran besar, dan beracun karena pelarut organik yang digunakan saat rekristalisasi dapat melebihi batas yang ditentukan. e. Penguapan Pelarut Metode penguapan pelarut telah digunakan secara luas untuk preparasi mikropartikel berbasis polimer. Metode penguapan pelarut terdiri dari metode emulsi tunggal dan emulsi ganda. Metode emulsi tunggal merupakan proses yang melibatkan emulsi minyak dalam air (O/W). Emulsi O/W terdiri dari fase organik yang berisi pelarut mudah menguap, larutan polimer dan obat yang akan dienkapsulasi, dan fase air yang berisi larutan surfaktan. Metode emulsi ganda digunakan untuk obat hidrofilik yang tidak larut dalam pelarut organik. Percobaan ini menggunakan metode emulsi tunggal tipe O/W karena metode ini paling umum untuk pembuatan mikrokapsul. Mikroenkaspsulasi dengan metode penguapan pelarut memiliki konsep yang sederhana. Konsep yang pertama yaitu emulsifikasi larutan polimer yang mengandung obat terlarut dan surfaktan untuk membentuk dispersi obat. Kedua, pelarut dihilangkan dengan pemanasan, vakum atau dengan penguapan pada suhu ruang untuk menghasilkan suspensi yang akan disentrifugasi untuk mendapatkan endapan mikropartikel. Konsep yang terakhir yaitu mikropartikel dicuci dan dikeringkan untuk memperoleh mikropartikel kering (Kumar et al., 2011). 3. Mekanisme dan Kinetika Pelepasan Obat dari Sediaan Pelepasan obat adalah proses ketika obat diubah menjadi bentuk yang dapat diabsorpsi, didistribusi, dimetabolisme dan diekskresikan di dalam tubuh sehingga dapat menunjukkan aktivitas farmakologi. Model matematika berperan

5 penting dalam memprediksi mekanisme pelepasan obat. Berikut merupakan beberapa model perhitungan pelepasan obat dari sediaan menurut Shaikh et al. (2015): a. Fick s First Law of Diffusion Fick s First Law of Diffusion merupakan hukum yang berhubungan dengan difusi fluktuatif dari daerah konsentrasi tinggi ke rendah, yang dirumuskan dengan Persamaan 1. J = -D(dc/dx) (1) J = jumlah zat yang secara tegak lurus melalui permukaan per waktu D = koefisien difusi dc/dx = konsentrasi gradien b. Fick s second law of diffusion Fick s second law of diffusion merupakan hukum yang menunjukkan perubahan konsentrasi dalam volume bidang difusi sebanding dengan laju perubahan konsentrasi spasial, dirumuskan dengan Persamaan 2. dc/dt = D d 2 c/dx 2 (2) J = jumlah zat yang secara tegak lurus melalui permukaan per waktu D = koefisien difusi dc/dx = konsentrasi gradien Kekurangan dari Fick s law yaitu terdapat keterbatasan dalam difusi obat yang memiliki struktur heterogen, pergerakan terbatas, difusi non-fickian dan jenis ion, dalam hal jenis seperti koefisien difusi tidak dapat dianggap konstan pada semua sistem. c. Orde Nol Model orde nol menjelaskan sistem pelepasan obat yang tidak tergantung pada konsentrasi obat, dirumuskan dengan Persamaan 3. C = C 0 -K 0 t (3) C = jumlah obat yang terlepas atau terlarut (diasumsikan bahwa pelepasan obat terjadi secara cepat setelah obat terlarut)

6 C 0 = jumlah awal obat dalam larutan (biasanya nol) K 0 = konstanta orde nol t = waktu Persamaan ini dapat diterapkan untuk menggambarkan pembubaran obat dari beberapa obat sediaan modified release tertentu seperti sistem transdermal serta tablet dengan matriks obat kelarutan rendah, sistem osmotik, dan lain-lain. d. Orde Satu Model orde satu menggambarkan absorbsi dan eliminasi beberapa obat, dirumuskan dengan Persamaan 4. Log C = Log C 0 -Kt/2,303 (4) C 0 = konsentrasi awal obat dalam larutan K = konstanta orde satu t = waktu Data yang diperoleh diplotkan sebagai log kumulatif persentase obat yang tersisa versus waktu dalam persamaan garis lurus dengan slop = K/2,303. Persamaan ini dapat digunakan untuk menggambarkan obat terlarut dalam sediaan seperti obat-obat yang larut air dalam material berpori. e. Higuchi Model Higuchi biasanya digunakan untuk menghitung pelepasan obat dari sistem matriks, dirumuskan dengan Persamaan 5. Qt = K H x t 1/2 (5) Qt = jumlah obat yang terlepas pada waktu (t) tertentu K H = konstanta Higuchi t = waktu Higuchi menjelaskan pelepasan obat sebagai proses difusi berdasarkan hukum Fick yang tergantung akar kuadrat waktu. Proses difusi Q terhadap akar kuadrat dari waktu adalah linier (Salome et al., 2013). Penelitian ini menggunakan Persamaan 5 yaitu model matematika Higuchi. Model Higuchi digunakan karena model ini dikenal sebagai perhitungan yang sederhana dan biasa digunakan untuk mengetahui laju pelepasan obat sediaan lepas terkontrol.

7 4. Deskripsi Bahan a. Deksametason Deksametason (DXM) adalah salah satu obat antiinflamasi dan imunomodulasi yang potensial dan telah secara luas diterapkan pada sejumlah strategi biomaterial untuk mengurangi respon imun (Webber et al., 2012). Deksametason berkhasiat untuk sebagian besar penyakit kronis yang berhubungan dengan penyakit fibronektin-kardiovaskuler, inflamasi dan rheumatoid artritis (Tsung and Burgess, 2001). Pemerian berupa serbuk atau hablur, berwarna putih, tidak berbau dan berasa agak pahit. Kelarutannya tidak larut dalam air, larut dalam 165 bagian kloroform P dan 42 bagian etanol 95% P (Depkes RI, 1979). Struktur kimia deksametason dapat dilihat di Gambar 1. Gambar 1. Struktur kimia Deksametason b. Etil Selulosa Etil selulosa (EC) adalah polimer rantai panjang unit b-anhidroglukosa yang dihubungkan melalui hubungan asetal. Pemerian berupa serbuk tidak berasa, berwarna putih dan free flowing. Kelarutannya larut dalam kloroform, etanol 95%, etil asetat dan toluene, dan tidak larut dalam propilen glikon, air dan gliserin. Penyimpanannya pada suhu tidak melebihi 32 C dan tidak disimpan di samping peroksida atau agen pengoksidasi lainnya. Penggunaan EC dalam formulasi oral dapat digunakan sebagai agen pelapis hidrofobik untuk tablet, memodifikasi pelepasan obat, menutupi rasa yang tidak menyenangkan, atau untuk meningkatkan stabilitas formulasi. Formulasi tablet lepas terkontrol dapat dibuat menggunakan EC sebagai matriks. Etil selulosa yang viskositasnya tinggi dapat

8 digunakan dalam mikroenkapsulasi obat. Pelepasan obat dari mikrokapsul etilselulosa tergantung dari ketebalan dan luas permukaan dinding mikrokapsul (Dahl, 2009). c. Polivinil Alkohol Polivinil alkohol (PVA) ialah polimer sintesis semi-crystaline, bersifat biodegradable, dan memiliki rumus (C 2 H 4 O)n (Aina et al., 2014; AbuBaker, 2009). Pemerian berupa serbuk granul, tidak berbau, dan berwarna putih-krem. Kelarutannya larut dalam air, sedikit larut dalam etanol 95%, dan tidak larut dalam pelarut organik. Polivinil alkohol stabil bila disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang sejuk dan kering, dan tetap sabil saat terkena cahaya. Polivinil alkohol mengalami degradasi lambat pada suhu 100 C dan cepat pada suhu 200 C. Polivinil alkohol dapat terurai di asam kuat, larut dalam asam lemah dan basa. (AbuBaker, 2009). d. Diklorometana Diklorometana (DCM) adalah hidrokarbon terklorinasi yang memiliki rumus molekul CH 2 Cl 2. Pemerian pada suhu kamar berupa cairan tidak berwarna dan berbau manis mirip kloroform. Kelarutannya larut dalam air, alkohol, eter, dimetil formamida, dan karbon tetraklorida. Diklorometana umumnya stabil pada tekanan dan temperatur normal, namun dapat menjadi senyawa yang mudah meledak ketika berada pada lingkungan tinggi oksigen. Diklorometana dapat digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan obat-obatan (NTP, 2014). E. Landasan Teori Berdasarkan penelitian Sukmawati et al. pada 2015 mengenai pengaruh variasi konsentrasi PVA pada mikropartikel deksametason menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi PVA yang digunakan maka pelepasan obat juga semakin besar dan cepat. Persentase kumulatif pelepasan obat deksametason dari mikropartikel dengan matriks EC dalam waktu 6 jam dengan variasi konsentrasi surfaktan PVA 0,1%, 0,5% dan 2,5% hasilnya berturut-turut 85,4±7,77%,

9 99,9±6,91% dan 116,1±0,69% dengan analisis menggunakan spektrofotometer UV. Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang seharusnya yakni persentase pelepasan obat seharusnya tidak lebih dari 100%, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengganti alat analisisnya menggunakan HPLC yang memiliki sensitivitas lebih baik. Pachuau dan Mazumder pada 2009 melakukan percobaan mengenai pengaruh surfaktan yaitu tween 80 dan span 80 dengan variasi konsentrasi masing-masing 0,2%, 0,6% dan 1% terhadap mikrosfer etilselulosa. Studi pelepasan in vitro menunjukkan bahwa kecepatan dan jumlah pelepasan obat meningkat dengan meningkatnya konsentrasi surfaktan dengan rasio polimer dan obat dibuat konstan. Choi et al. pada 2011 melakukan penelitian untuk menentukan profil pelepasan optimal mikropartikel SKL-2020 dengan polimer PLGA (poly (lacticco-glycolic acid). Penelitian tersebut menggunakan surfaktan PVA dengan berbagai konsentrasi yaitu 0,2%, 2% dan 5%. Persentase pelepasan obat pada hari ke-4 menunjukkan bahwa laju pelepasan SKL-2020 dari mikropartikel meningkat dengan meningkatnya konsentrasi PVA. F. Hipotesis Semakin besar konsentrasi polivinil alkohol dalam formulasi mikropartikel diduga akan menyebabkan laju pelepasan obat deksametason dari mikropartikel menjadi lebih cepat.