I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan, diketahui bahwa kemampuan akademik siswa kelas X4 masih dianggap kurang. Hal ini dilihat dari masih banyaknya siswa tidak mencapai KKM. Selain itu, Pada saat proses pembelajaran materi pokok reaksi reduksi oksidasi berlangsung hanya terdapat 27,78% siswa yang aktif bertanya, aktif berdiskusi, aktif berkomunikasi, aktif menanggapi, tidak menyontek, serta aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan baik yang diberikan oleh guru maupun oleh temannya sendiri. Didalam kelas tersebut juga terdapat 72,22% siswa yang senang mengobrol, tidak bertanya, mengantuk, tidak menanggapi, mengganggu siswa lain, tidak aktif berdiskusi, menyalin pekerjaan temannya. Siswa-siswa tersebut jika diberi umpan pertanyaan tidak mau menjawab, serta hanya berdiam diri tidak melakukan aktivitas apa-apa atau hanya melamun di dalam kelas. Dari hasil penguasaan konsep tes formatif siswa saat mempelajari materi pokok reaksi reduksi oksidasi, terlihat bahwa siswa yang senang mengobrol memperoleh nilai di bawah 64 atau di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah
2 ditetapkan oleh sekolah. Nilai rata-rata kelas pada penguasaan konsep melalui tes formatif yang diperoleh pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi, terlihat bahwa siswa yang senang mengobrol memperoleh nilai di bawah 64 atau di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah. Nilai rata-rata kelas pada penguasaan konsep melalui tes formatif yang diperoleh pada materi pokok reaksi reduksi oksidasi. Metode pengajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran materi pokok reaksi reduksi oksidasi selama ini menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan latihan soal. Dengan menggunakan metode pembelajaran tersebut, aktivitas belajar siswa yang lebih dominan adalah memperhatikan, mendengarkan dan mencatat penjelasan guru. Jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya malu dan takut untuk bertanya kepada guru terutama siswa yang berkemampuan rendah. Mereka cenderung memilih diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapat yang mereka miliki. Siswa hanya mengandalkan informasi datang dari guru sehingga aktivitas belajar siswa rendah. Dari metode-metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran memiliki berbagai kelebihan dan kelemahan. Sebagian besar metode tersebut tidak membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran. Bahkan ketika guru memberikan tugas, siswa cenderung menyalin tugas temannya tanpa adanya kerjasama yang positif dalam pembelajaran. Hasil nilai uji blok materi reaksi reduksi oksidasi menunjukkan hanya ada 18 siswa yang tuntas dan 23 siswa yang tidak tuntas.
3 Pelaksanaan KTSP menekankan pembelajaran berorientasi pada paradigma konstruktivisme. Pada proses pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pembelajar aktif, sehingga pembelajaran tidak berpusat pada guru, melainkan pada siswa (student centered). Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi adalah salah satu usaha untuk meningkatkan aktivitas belajar. Meningkatnya kreativitas dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa. Hasil dari wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X4 SMA Gajah Mada Bandar Lampung, mengenai hasil belajar penguasaan konsep hidrokarbon kelas X4 pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010, diketahui bahwa siswa yang mendapatkan nilai 64 berjumlah 35% sehingga 65% siswa dalam kelas X4 belum mencapai KKM. Metode yang digunakan oleh guru adalah ceramah. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Khususnya pada mata pelajaran kimia materi pokok hidrokarbon. Beberapa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa kelas X4 semester genap yaitu: (1) mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa hidrokarbon; (2) menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya dengan sifat senyawa. Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, materi pokok yang harus dipelajari siswa adalah materi hidrokarbon. Materi hidrokarbon memuat konsep yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, tetapi materi hidrokarbon juga memuat konsep abstrak yang dapat dikonkritkan. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat dilatih dengan menggunakan molymod atau eksperimen. Materi hidrokarbon ini
4 termasuk materi yang sulit dimengerti siswa, karena di dalamnya banyak menggunakan istilah-istilah dalam tata bahasa Yunani (tata nama trivial senyawa hidrokarbon), dan bahasa simbolik (rumus kimia senyawa hidrokarbon). Berdasarkan kompetensi dasar dan tuntutan KTSP tersebut, maka pembelajaran yang tepat adalah pembelajaran yang bernafaskan konstruktivisme. Menurut aliran konstruktivisme, pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri, pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan (realitas). Salah satu model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget adalah pembelajaran melalui model pembelajaran Learning Cycle 3 Fase (LC 3E). LC 3E merupakan model pembelajaran yang mengharuskan siswa membangun sendiri pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan yang dibimbing langsung oleh guru. Fase-fase pembelajaranlc 3E meliputi: (1) fase eksplorasi (exploration) ; (2) fase penjelasan (explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration). Fase eksplorasi, guru memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatankegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Fase penjelasan konsep, siswa dituntut lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi, siswa lebih mudah dalam memahami suatu konsep apabila siswa menemukan sendiri konsep-konsep tersebut. Fase penerap-an konsep, di-
maksudkan mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya. 5 Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas maka penulis melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase (LC 3E) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Hidrokarbon (PTK pada siswa kelas X4 SMA Gajah Mada Bandar lampung TP.2010-2011). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah peningkatan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task siswa dengan menggunakan pembelajaran model LC 3E pada materi pokok hidrokarbon dari siklus ke siklus? 2. Bagaimanakah peningkatan rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dengan menggunakan pembelajaran model LC 3E pada materi pokok hidrokarbon dari siklus ke siklus? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan: 1. Peningkatan rata-rata persentase tiap jenis aktivitas on task siswa dengan menggunakan pembelajaran model LC 3E pada materi pokok hidrokarbon dari siklus ke siklus?
6 2. Peningkatan rata-rata persentase penguasaan konsep siswa dengan menggunakan pembelajaran model LC 3E pada materi pokok hidrokarbon dari siklus ke siklus? D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat: 1. Bagi siswa Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle (LC 3E) ini diharapkan dapat lebih memudahkan siswa dalam memahami konsep materi yang sedang dipelajari. 2. Bagi guru Melalui penerapan model pembelajaranlearning Cycle (LC 3E) diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif bagi guru kimia dalam memilih model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep siswa khususnya materi hidrokarbon. 3. Bagi sekolah Melalui penerapan model pembelajaran Learning Cycle (LC 3E) diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran khususnya mata pelajaran kimia.
7 E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini di batasi pada: 1. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas X4 semester genap SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010-2011. 2. Model LC 3E adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa belajar melalui beberapa fase, yaitu: a. Fase Eksplorasi Dalam fase ini guru menggali pengetahuan awal siswa. b. Fase Penjelasan Konsep Siswa dituntut lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. c. Fase Penerapan Konsep Mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya. 3. Aktivitas adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung yaitu perilaku siswa yang relevan (on task) dan perilaku siswa yang tidak relevan (off task) dalam proses pembelajaran. Data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi. 4. Penguasaan konsep yaitu hasil tes penguasaan konsep pada akhir siklus. 5. Media pembelajaran yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis LC 3E yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat membimbing siswa untuk menemukan konsep materi hidrokarbon.