5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

Lampiran 1. Prosedur Analisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

Bahan kimia : * Asam sulfat pekat 98%, Asam borat 2 % Natrium salisilat, Natrium nitroprusida, Natrium hypokhlorida, Natrium hidroksida, Kalium hidrog

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

BAB III METODOLOGI. Untuk lebih memudahkan prosedur kerja pembuatan crude papain dan

Bab III Bahan dan Metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hijau atau tauge. Nata yang dihasilkan kemudian diuji ketebalan, diukur persen

LAMPIRAN 1 SPESIFIKASI KALSIUM KARBONAT

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

A = berat cawan dan sampel awal (g) B = berat cawan dan sampel yang telah dikeringkan (g) C = berat sampel (g)

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

MATERI DAN METODE. Materi

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu penelitian eksperimental yang dilakukan untuk

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

II. BAHAN DAN METODE

BAB III TEKNIK PELAKSANAAN. Kegiatan ini dilaksanakan di Balai POM di Gorontalo, Jalan Tengah, Toto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen.

6 FRAKSINASI DAN ISOLASI PROTEIN WHEY SUSU KUDA SUMBA

x100% LAMPIRAN PROSEDUR ANALISIS A.1. Pengujian Daya Serap Air (Ganjyal et al., 2006; Shimelis et al., 2006)

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Perhitungan Nisbah C/N dan Kadar Air

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

1.Penentuan Kadar Air. Cara Pemanasan (Sudarmadji,1984). sebanyak 1-2 g dalam botol timbang yang telah diketahui beratnya.

BAB III MATERI DAN METODE. Memfiksasi Nitrogen Urea dan Potensinya sebagai Sumber Nitrogen Slow Release

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lima pasar tradisonal yang terdapat di Bandar

BAB 3 METODE PERCOBAAN Penentuan Kadar Kebutuhan Oksigen Kimiawi (KOK) a. Gelas ukur pyrex. b. Pipet volume pyrex. c.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 ALAT DAN BAHAN. 1. Gelas ukur 25mL Pyrex. 2. Gelas ukur 100mL Pyrex. 3. Pipet volume 10mL Pyrex. 4. Pipet volume 5mL Pyrex. 5.

Ekstraksi Minyak Buah Makasar (Brucea javanica (L.) Merr.) selama 1 menit dan didiamkan selama 30 menit. diuapkan dengan evaporator menjadi 1 L.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dan analisis proksimat kadar air, kadar protein, dan kadar lemak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari 2017

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan perlakuan (udang rebon) Tabel 3. Analisis proksimat pelet udang rebon

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

PENETAPAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE KJELDAHL

LAMPIRAN 1. PROSEDUR ANALISIS CONTOH TANAH. Pertanian Bogor (1997) yang meliputi analisis ph, C-organik dan P-tersedia.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Transkripsi:

23 5 KAJIAN KOMPOSISI KIMIAWI SUSU KUDA SUMBA Abstract The aim of this study were to determine the composition of sumba mare s milk. Determination of the chemical compositions of sumba mare's milk have done through analyzing protein content using Kjeldahl method, fat content using Gerber method, lactose content and the total solids content. The results showed the average of sumba mare s milk composition are protein, fat, lactose and total solids in respectively 1.82%, 1.67%, 6.48% and 11.37%. The average value of protein and fat in sumba mare s milk decreased significantly at the fifth month of lactation period. Keyword: sumba, mare s milk, composition. Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan komposisi susu kuda sumba. Penentuan komposisi kimiawi susu kuda sumba dilakukan melalui pengujian kadar protein susu menggunakan metode Kjeldahl, kadar lemak susu menggunakan metode Gerber, kadar laktosa dan kadar total padatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu kuda sumba memiliki nilai rataan komposisi protein sebesar 1.82%, kadar lemak 1.67%, kadar laktosa 6.48% dan kadar total padatan 11.37%. Nilai rata-rata protein dan lemak susu kuda mengalami penurunan secara signifikan pada bulan ke-5 dari masa laktasi. Kata kunci: sumba, susu kuda, komposisi Pendahuluan Susu kuda merupakan sumber nutrisi penting untuk anak kuda selama bulan pertama dan juga sebagai minuman kesehatan bagi manusia terutama di wilayah Mongolia dan Eropa timur bahkan susu kuda telah diproduksi dalam skala industri (Tamime et al. 1999). Saat ini susu kuda telah diteliti sebagai makanan pengganti susu sapi bagi bayi yang mengalami alergi terhadap susu sapi (Businco et al. 2000). Susu kuda memiliki komposisi yang jauh berbeda dari susu beberapa ternak seperti sapi, kerbau, kambing dan domba. Bila dibandingkan dengan susu sapi, susu kuda mengandung sedikit lemak, protein, garam-garam anorganik tetapi laktosa lebih tinggi dengan konsentrasi yang mendekati kandungan laktosa pada manusia. Susu kuda juga memiliki konsentrasi kasein yang lebih rendah dibanding susu sapi (Bornaz et al. 2010). Sejak susu kuda diketahui sebagai minuman yang memiliki efek terapi pada berbagai penyakit, maka banyak dilakukan kajian tentang susu kuda terhadap jenis kuda lokal (Bornaz et al. 2010; Malacarne et al. 2002; Minjigdorj et al. 2012).

24 Kolostrum susu kuda dilaporkan mengandung lebih dari 10% protein dan hampir 80% protein mengandung imunoglobulin. Di antara faktor yang memengaruhi komposisi susu terutama protein susu, masa laktasi adalah hal yang paling penting. Protein susu kuda mengalami penurunan secara cepat pada minggu kedua laktasi dan terus menurun perlahan pada akhir bulan kedua. Menurut beberapa penelitian faktor keturunan kuda memengaruhi secara signifikan terhadap komposisi susu kuda khususnya komponen protein (Csapó-Kiss et al. 1995). Kuda sumba merupakan kuda asli Indonesia. Kuda sumba merupakan campuran dari keturunan kuda cina dan kuda mongolia dan memiliki beberapa persamaan dengan kuda sumbawa (Soehardjono 1990; Edward 1994, Pickeral 2004). Data pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyebutkan bahwa seperempat populasi kuda nasional berada di Provinsi NTT. Penelitian ini bertujuan mengkaji potensi pengembangan susu kuda sumba melalui kajian komposisi susu yaitu kadar protein, lemak, laktosa dan total padatan dan komposisi protein dan lemak pada beberapa periode laktasi. Kajian tentang susu kuda sumba diharapkan dapat menjadi sumber acuan dasar tentang komposisi susu kuda sumba dalam rangka pemanfaatan dan pengembangan susu kuda sumba sebagai pangan asal hewani yang bergizi. Bahan dan Metode Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan untuk menghitung komposisi lemak yaitu sampel susu, H 2 SO 4 p.a, amil alkohol dan alat yang digunakan yaitu tabung butirometer Gerber, penyumbat karet, sentrifus, penangas air, pipet. Bahan dan alat yang digunakan untuk mengetahui komposisi protein yaitu, sampel susu, K 2 SO 4, CuSO 4, 5H 2 O, H 2 SO 4, H 2 O, NaOH, HCl dan alat yang digunakan yaitu tabung digesti, vorteks, lemari asam, Kjeldahl digestor, Kjeldahl destilator, rak labu Kjeldahl. Bahan dan alat yang digunakan untuk menghitung kadar laktosa air suling, batu didih, ragi, Erlenmeyer, labu ukur, larutan Fehling, larutan kalium iodide, asam sulfat, natrium tio sulfat, dan larutan kanji. Bahan yang digunakan untuk menghitung jumlah bahan kering dan ph yaitu susu kuda dan alat yang digunakan adalah beaker glass, cawan, oven, eksikator, pipet volumetrik, timbangan analitik dan ph meter. Sampel susu yang digunakan dalam pengujian ini adalah susu kuda yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Pengujian Kadar Protein Pengujian kadar protein susu dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl (Sudarwanto 2012; Wehr dan Frank 2004). Prinsip metode Kjeldahl yaitu pemanasan susu dalam keadaan pekat mengakibatkan terjadinya destruksi protein menjadi unsur-unsurnya. Untuk mempercepat proses destruksi sering ditambahkan kalium sulfat bersamaan dengan kupri sulfat (sebagai indikator) sehingga gugusan N (organik) akan berubah menjadi gugusan ammonium sulfat. Melalui penambahan natrium hidroksida dan pemanasan terjadilah proses destilasi dimana ammonium sulfat akan dipecah menjadi ammonia. Selanjutnya ammonium yang dibebaskan akan ditangkap oleh asam borat, sedangkan sisa

asam borat yang tidak bereaksi dengan ammonia akan dititrasi dengan asam klorida 0.1 N. Selisih jumlah titrasi sampel dengan blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen. Sampel susu dihangatkan dan dihomogenkan dan diambil sebanyak 5 ml, 10.5 gram K 2 SO 4 dan 1,2 gram CuSO 4 dimasukkan ke dalam tabung digesti, kemudian ditambahkan 20 ml H 2 SO 4 dan dihomogenkan dengan baik. Tabung diposisikan pada rak tempat penguapan dan aspirator diaktifkan, dilanjutkan proses digesti pada Kjeldahl digestor yang telah diatur temperaturnya pada 180-230 o C selama 30 menit dan temperatur ditingkatkan menjadi 420 o C dan proses digesti dilanjutkan selama 75 menit. Labu didinginkan sampai suhu kamar selama 15 menit untuk dilanjutkan pada proses destilasi. Tabung digesti dipasang pada alat Kjeldahl destilator dan proses destilasi dilakukan secara otomatis. Bahan hasil digesti dicairkan dengan menambahkan 75 ml akuades. Sebanyak 25 ml larutan penerima dan 75 ml larutan NaOH 40% ditambahkan ke dalam tabung. Pada akhir proses destilasi akan muncul kadar protein tiap sampel melalui monitor yang ada pada Kjeldahl destilator. Hasil uji dinyatakan dalam persen. Pengujian Kadar Lemak Pengujian kadar lemak susu dilakukan dengan metode Gerber (Sudarwanto 2012; Wehr dan Frank 2004). Prinsip dalam perhitungan kadar lemak yaitu penambahan asam sulfat pekat merombak dan melarutkan kasein dan protein lainnya (protein susu pada selubung butir lemak akan larut). Penambahan amil alkohol akan mencairkan lemak melalui panas yang ditimbulkan sehingga mempercepat terjadinya proses pemisahan. Adanya proses sentrifugasi akan menyebabkan lemak terkumpul di bagian skala dari butirometer. Pada tabung butirometer Gerber dimasukkan berturut-turut 10 ml H 2 SO 4 91%-92% dan 10.75 ml susu kuda (homogen), kemudian ditambahkan 1 ml amil alkohol. Butirometer ditutup dengan sumbat karet, dan dikocok dengan memutarnya seperti angka delapan. Butirometer dipegang dengan kain, karena di dalam butirometer terjadi reaksi yang menimbulkan panas. Proses dilanjutkan dengan sentrifus butirometer selama 3 menit dengan kecepatan 1 200 rpm. Butirometer dimasukkan ke dalam penangas air (suhu 65 o C) selama 5 menit dengan posisi bagian yang disumbat ada di bawah. Pembacaan hasil dilakukan dengan melihat jumlah larutan berwarna jernih (kekuningan) yang ada pada skala tabung butirometer. Hasil uji dinyatakan dalam persen. Pengujian Kadar Laktosa Pengujian laktosa dilakukan dengan menimbang 2-5 gram susu, dimasukan ke dalam Erlenmeyer 100 ml, ditambah 30 ml air suling dan batu didih, dididihkan selama 10 menit kemudian dibiarkan suhu menurun. Sebanyak 1 gram ragi ditambahkan pada susu lalu disumbat dengan kapas dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Erlenmeyer dipanaskan dan dididihkan selama 10 menit, sumbat kapas dibuka. Larutan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dihimpit sampai tanda garis, dikocok dan disaring. Pada Erlenmeyer 300 ml, diambil sebanyak 10 ml susu yang telah disaring, ditambah 15 ml air suling dan 25 ml larutan Fehling serta beberapa butir batu didih. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin tegak dan dipanaskan di atas penangas listrik hingga mendidih selama 10 menit. Erlenmeyer dimasukkan ke dalam bak es hingga dingin lalu 25

26 ditambahkan sebanyak 10 ml kalium iodide 20% dan 25 ml asam sulfat 25%. Sampel dititrasi dengan larutan natrium tio sulfat 0.1 N dan larutan kanji 0.5%. Penetapan blanko dilakukan dengan 25 ml air suling dan 25 ml larutan Fehling. Kadar laktosa diperoleh dengan menghitung selisih V 1 dan V (dalam ml) larutan natrium tio sulfat yang dibutuhkan dijadikan 0.1 N, kemudian dalam daftar dicari jumlah laktosa (dalam mg) yang tertera untuk jumlah natrium tio sulfat yang digunakan, hasil dinyatakan dalam persen (Sudarwanto 2012). Pengujian Kadar Bahan Kering Pengujian kadar total padatan dilakukan dengan metode analitik yakni menghilangkan kadar air susu melalui pemanasan. Cawan dikeringkan di oven pada suhu 100 o C selama 10 menit, kemudian cawan diletakkan pada eksikator dan didinginkan sampai mencapai suhu kamar, cawan dan penutupnya selanjutnya ditimbang, dicatat (a gram). Sebanyak 3-5 ml susu kuda dimasukkan ke dalam cawan kemudian ditimbang bersama penutup, dicatat (b gram). Tahap berikut dilakukan pemanasan cawan di oven dengan suhu 100 o C selama 1 jam, lalu didinginkan di eksikator, ditimbang dan dicatat bobot cawan tersebut (c gram). Pemanasan kedua dilakukan lagi selama 1 jam dengan suhu yang sama, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang seperti pemanasan pertama. Prosedur diulang sampai mencapai berat yang stabil dan dihitung selisih antara berat awal dan setelah proses pemanasan stabil (Sudarwanto 2012). Perhitungan kadar bahan kering (BK): (c-a) gram BK (%) = --------------- x 100% (b-a) gram Hasil dan Pembahasan Komposisi Kimiawi Susu Kuda Sumba Hasil pengujian kadar protein dengan menggunakan metode Kjeldahl, diperoleh nilai rataan sebesar 1.82% dengan rentangan kadar minimun sebesar 1.40 dan maksimun sebesar 2.14%. Menurut Uniacke-Lowe et al. (2010), kadar protein susu kuda sebesar 2.14% sedangkan Minjigdorj et al. (2012) melaporkan kadar protein susu kuda mongolia sebesar 2.2%. Kadar protein susu kuda lebih rendah dibandingkan susu sapi namun lebih tinggi dari susu manusia. Kandungan whey pada susu kuda sekitar 38% dari total protein, berbeda dengan susu sapi yang memiliki kandungan whey sekitar 20% dari total protein susu (Uniacke- Lowe et al. 2010). Keseimbangan antara kasein dan whey protein dapat menjadi faktor penting dalam menentukan alerginisitas susu sapi pada manusia. Rasio whey dan kasein pada susu kuda, mendekati nilai rasio whey dan kasein pada susu manusia sehingga susu kuda potensial untuk digunakan sebagai makanan pengganti yang baik (Lara-Villoslada et al. 2005). Hasil pengujian kadar lemak susu menggunakan metode Gerber diperoleh nilai rataan sebesar 1.67% dengan kadar minimum dan maksimun sebesar 0.5% dan 2.6%. Susu kuda mengandung sedikit lemak dibanding susu sapi atau susu manusia. Berdasarkan studi pustaka yang dilakukan oleh Uniacke-Lowe et al. (2010), disebutkan kadar lemak susu kuda dan keledai paling rendah dibanding

sebagian besar jenis ternak yang didomestikasi. Jumlah kadar lemak yang sedikit pada susu kuda dapat menguntungkan terutama bagi konsumen yang lebih memilih minuman dengan kadar lemak rendah. Beberapa karakteristik tambahan dari susu kuda antara lain memiliki kadar asam lemak tidak jenuh dan kandungan rendah kolesterol (Kücükcetin et al. 2003), menjadi hal yang menarik untuk mengembangkan pemanfaatan susu kuda. Hasil pengujian laktosa susu diperoleh nilai rataan kadar laktosa sebesar 6.48% dengan kadar minimun dan maksimum masing-masing sebesar 5.29% dan 7.88%. Jumlah kadar laktosa susu kuda sumba tidak berbeda dengan kadar laktosa pada susu kuda yang dilaporkan Uniacke-Lowe et al. (2010) yaitu sebesar 6.37%, sedangkan penelitian tentang susu kuda mongolia, diperoleh nilai laktosa sebesar 6.6% (Minjigdorj et al. 2013). Kadar laktosa susu kuda lebih tinggi dari susu sapi, kambing, domba, kerbau dan unta namun mendekati kadar laktosa susu manusia sebesar 7.0% (Uniacke-Lowe et al. 2010). Hasil pengujian total padatan susu kuda sumba diperoleh nilai rataan total padatan sebesar 11.37% dengan kadar minimun dan maksimum masing-masing sebesar 6% dan 16%. Bahan kering susu mengandung lemak, protein, laktosa, vitamin dan bahan organik lainnya. Berdasarkan komposisinya, susu kuda mengandung total padatan yang lebih sedikit dibanding susu sapi atau susu manusia. Kadar total padatan susu kuda mendekati kadar total padatan susu unta dan lebih sedikit dari susu sapi dan susu manusia. Komposisi susu kuda sumba secara lengkap disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Komposisi protein, lemak, laktosa dan total padatan susu kuda sumba Komponen Persentase Rataan Minimal Maksimal Simpangan baku Protein 1.82 1.40 2.14 0.26 Lemak 1.67 0.50 2.60 0.79 Laktosa 6.48 5.29 7.88 1.31 Total padatan 11.37 6.00 16.00 3.02 27 Komposisi susu yang dihasilkan kelenjar susu, secara fisiologis dihubungkan dengan faktor genetik dan lingkungan (Uniacke-Lowe et al. 2011). Faktor lain yang memengaruhi komposisi susu adalah masa laktasi (Pikul dan Wójtowski 2008), frekuensi menyusui (Akers 2002), nutrisi yang diperoleh induk kuda (Potočnik et al. 2011), faktor keturunan, individu hewan, umur induk, kondisi kesehatan ternak (Uniacke-Lowe et al. (2010) dan perbedaan wilayah tempat pemeliharaan (Minjigdorj et al. 2013). Komposisi Protein dan Lemak Berdasarkan Periode Laktasi Sampel susu diambil dari kuda dalam masa laktasi berkisar antara 2 hingga 5 bulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komposisi lemak dan protein susu kuda sumba mengalami penurunan seiring bertambah lama masa laktasi. Perubahan komposisi lemak dari masa laktasi bulan ke 2, 3, 4 dan 5

28 berturut-turut 2.6%, 1.9%, 1.5% dan 0.8%. Penurunan drastis terjadi pada bulan ke 5. Perubahan persentase protein juga mengalami penurunan secara signifikan pada bulan ke 5. Komposisi protein pada masa laktasi bulan ke 2, 3, 4, dan 5 berturut-turut 2.14, 1.97, 1.88, dan 1.55% (Gambar 6). Kadar protein dan lemak 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 2 3 4 5 Kadar lemak Kadar protein Masa laktasi (bulan) Gambar 6 Perbandingan komposisi kadar lemak dan protein susu kuda sumba dari induk kuda dengan masa laktasi pada bulan ke 2, 3, 4, dan 5 Komposisi dan produksi susu, termasuk asam lemak, asam amino dan vitamin dapat mengalami perubahan tergantung pada masa laktasi, umur dan keseimbangan nutrisi (Akers 2002; Malacarne et al. 2002). Menurut Csapó et al. (2009), diantara berbagai faktor yang memengaruhi komposisi protein susu kuda, masa laktasi paling berperan. Senada dengan itu Salimei dan Fantuz (2012), menyebutkan faktor utama yang memengaruhi komposisi susu kuda adalah masa laktasi. Periode kolostrum pada kuda lebih pendek dibandingkan periode kolostrum pada sapi (Pikul dan Wójtowski 2008). Kandungan total padatan pada susu kuda mengalami penurunan secara drastis dari kolostrum hingga laktasi normal. Hal yang sama juga pada kandungan protein mengalami penurunan mulai minggu kedua seiring berjalannya masa laktasi (Markiewicz-Ke szycka et al. 2013). Simpulan Berdasarkan fakta dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan susu kuda memiliki komposisi kimia yang terdiri dari kandungan protein, lemak, laktosa dan bahan kering berturut-turut 1.81%, 1.67%, 6.48%, 11.37%. Kandungan protein dan lemak susu kuda sumba mengalami penurunan dengan bertambahnya lama masa laktasi.