Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan Melalui M-KRPL di Kabupaten Cianjur Arti Djatiharti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat E-mail: artidjatiharti@gmail.com Abstrak Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilaksanakan sejak tahun 2011 sampai tahun 2014. Kegiatan ini merupakan salah satu program Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian. Makalah ini bertujuan untuk melihat optimalisasi pemanfaatan pekarangan kegiatan M-KRPL di Kabupaten Cianjur dilihat dari koordinasi, partisipasi kelompok, pendampingan, pelaksanaannya di lapangan, serta permasalahan setelah selesai pembinaan. Kajian ini dilakukan di KWT Mawar, Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur pada tahun 2013. Data diambil berdasarkan data primer dan hasil pengamatan (obse rvasi), laporan akhir tahun, dan dan data sekunder dari instansi terkait (Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur dll). Data diolah, dan dianalisis dalam bentuk tabel kemudian disampaikan secara deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa, masyarakat khususnya KWT Mawar dilokasi KRPL Kabupaten Cianjur berpartisipasi aktif sejak awal pelaksanaan kegiatan sampai kegiatan berjalan mulai dari koordinasi dengan dinas/instansi terkait, sosialisasi, pelatihan, dan pembinaan kepada anggota KWT hingga pemeliharaan KBD. Kesimpulannya adalah bahwa, dalam pelaksanaan kegiatan KRPL terlihat bahwa, lahan pekarangan baik yang sempit maupun yang sedang pemanfaatannya belum optimal, oleh karena itu diharapkan adanya pembinaan agar dapat berfungsi sebagai habitat rumah tangga, sosial budaya, kehidupan, dan sebagai pendukung usaha dengan melakukan kegiatan a.l. : meningkatkan kegiatan fisik yang melibatkan anggota dan pengurus KWT Mawar; meningkatkan penanaman tanaman di polybag dan penanaman menggunakan sistem vertikultur untuk mengatasi lahan yang terbatas/sempit; dibuat jadwal pembinaan dan pemantauan yang tetap pada anggota KWT; meningkatkan sosialisasi P2KP disertai praktek langsung, serta diskusi dan musyawarah, dan meningkatkan kehadiran anggota dalam pertemuan rutin bulanan (penguatan kelembag aan); serta penambahan aneka macam bibit, penataan ulang dan pembenahan kembali media tanam. Kata kunci : KWT, M-KRPL, optimalisasi, pekarangan. Pendahuluan Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sangat kaya namun tingkat konsumsi sebagian penduduk Indonesia masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan pekarangan yang dikelola oleh rumah tangga. Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL) yang merupakan kumpulan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rabbani,.2015). Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M -KRPL) merupakan salah satu program pemerintah yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian untuk mendukung peningkatan ketahanan pangan dan upaya diversifikasi pangan di Indonesia (Hermawan, 2012). Pedoman Umum Model KRPL oleh Kementerian Pertanian adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara 1742 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
lestari; (2) Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (T oga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3) Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan; dan (4) Mengembangkan kegiatan e konomi produktif keluarga sehingga mampu meningkat kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. (Kementerian Pertanian.2011). Awal pengembangan model KRPL telah dilakukan sejak Nopember 2010 di Kabupaten Pacitan. Prinsipnya adalah pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Rumah tangga merupakan landasan bagi ketahanan pangan masyarakat, yang selanjutnya menjadi pilar bagi ketahanan pangan daerah dan nasional. Berdasarkan pemahaman tersebut maka salah satu prioritas utama pembangunan ketahanan pangan adalah memberdayakan masyarakat agar mereka mampu menanggulangi masalah pangannya secara mandiri serta mewujudkan ketahanan pangan rumah tangganya secara berkelanjutan. Bagi kelompok masyarakat tertentu yang rentan terhadap masalah kerawanan pangan seperti golongan miskin, ibu hamil dan anak balita, pemerintah wajib mengupayakan jaminan akses pangan bagi mereka, agar terpenuhi haknya untuk memperoleh pangan yang cukup (Dewan Ketahanan pangan, 2006). Kegiatan M-KRPL selain dapat mengatasi kerawanan pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, juga dapat menekan pengeluaran belanja rumah tangga keluarga. Adapun sasaran KRPL adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial yang bermartabat dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Hal ini akan dapat terwujud dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (1) penataan pekarangan, (2) pemilihan komoditas, (3) pengelompokkan lahan pekarangan, dan (4) pengembangan kawasan rumah pangan lestari. Kajian ini ditujukan untuk melihat optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan cara mengidentifikasi sejauh mana pelaksanaan M-KRPL di Kabupaten Cianjur dilihat dari koordinasi, partisipasi masyarakat dan KWT, pelaksanaannya di lapangan, serta permasalahan dan keberlanjutannya setelah kegiatan selesai. Kelompok Wanita Tani atau KWT adalah kumpulan istri petani yang membantu kegiatan usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarganya (Alihamsyah et al dalam Purnamasari.2014). Kelompok Wanita Tani atau KWT merupakan kelompok swadaya yang tumbuh dari, oleh, dan untuk masyarakat. Dengan demikian KWT merupakan kelompok yang tumbuh atas inisiatif dan kemauan serta kesadaran masyarakat sendiri guna ikut berpartisipasi aktif meningkatkan, mengembangkan, dan memberdayakan sumberdaya alam (SDA) dan sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi dan masukan bagi para pengambil kebijakan agar dapat diperbaiki pelaksanaannya di tahun yang akan datang. Dari tulisan ini diharapkan dapat menguraikan dasar pemikiran, perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan pekarangan melalui kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) berbasis sumberdaya lokal dan pelestarian sumberdaya genetik melalui pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD). Kebun Bibit Desa atau KBD adalah suatu kebun tempat produksi dan distribusi benih atau bibit milik warga/komunitas pelaku Rumah Pangan Lestari (RPL), yang pengelolaannya oleh kelembagaan yang dibentuk oleh warga pelaku RPL bersangkutan. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1743
Dampak yang diharapkan dari pemanfaatan pekarangan antara lain: (1). Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui pemanfaatan pekarangan secara lestari;( 2). Meningkatnya kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan di perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), ternak dan ikan, serta pengolahan hasil dan limbah rumah tangga menjadi kompos; (3). Terjaganya kelestarian dan keberagaman sumber pangan lokal; (4). Berkembangnya usaha ekonomi produktif keluarga untuk menopang kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan lestari dan sehat. Hal ini akan dapat terwujud dengan tahapan kegiatan sebagai berikut : (1) penataan pe karangan, (2) pemilihan komoditas, (3) pengelompokkan lahan pekarangan, dan (4) pengembangan kawasan rumah pangan lestari (Kementerian Pertanian. 2011). Metodologi Kajian dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Oktober tahun 2014 di Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Pengambilan data primer dilakukan menggunakan metode FGD serta observasi atau pengamatan, sedang data sekunder diperoleh dari instansi terkait a.l : Kantor Badan Ketahanan Kabupaten Cianjur, Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur, serta referensi lainnya. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis kemudian ditulis secara deskriptif. Hasil dan Pembahasan Dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan pelestarian tanaman lokal yang diduga hampir punah sebagai plasma nutfah, maka Badan Litbang Pertanian mendapat mandat untuk mengembangkan M-KRPL diseluruh propinsi. Pada tahun 2011, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat sudah menerapkan M-KRPL di tiga Kabupaten, untuk tahun 2012 di dua puluh kabupaten/kota, sedangkan pada tahun 2013 diharapkan diimplementasikan di seluruh kabupaten dan kota (26 kabupaten/kota) di Jawa Barat (BKP. 2011). Pada tahun 2012, BPTP telah melakukan pendampingan kegiatan M-KRPL di dua lokasi di Kabupaten Cianjur. Kegiatan tersebut terus berkembang dengan adanya dukungan Pemda Kab. Cianjur. BPTP Jawa Barat terus memperluas pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kabupaten Cianjur, terdiri dari 4 lokasi antara lain : Desa Sarampad, Kecamatan Cugenang (2011), Desa Sindangasih Kecamatan Karangtengah (2012), Desa Sukamulya Kecamatan Warungkondang, dan Desa Sukasirna Kecamatan Sukaluyu (2013). Selanjutnya pada tahun 2014 kegiatan KRPL dilanjutkan di Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang (Laporan KRPL Kab.Cianjur.2014). Oleh karena Tahun pelaksanaannya berbeda maka perkembangan yang dicapai di lapanganpun berbeda, untuk KRPL di Kecamatan Cugenang dan Karangtengah lebih berkembang daripada KRPL di Kecamatan Warungkondang dan Sukaluyu, namun demikian kegiatan lapangan dari ke 4 unit KRPL di atas masih berjalan dengan cukup baik. Tahun 2014 sumber dana kegiatan KRPL terbatas, untuk itu fokus pendampingan serta pembinaan dilakukan di Desa Sukamulya Kecamatan Warungkondang. Tahun 2014 merupakan tahun ke empat pelaksanaan program dan kegiatan ketahanan pangan yang menjadi program strategis kementerian pertanian 2010-2014. Tahapan kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari di lapangan meliputi: a. Koordinasi: (1). Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dari lokasi P2KP untuk kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari; (2) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya, lokasi dan kelompok sasaran pendampingan. 1744 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
b. Sosialisasi: Penyampaian maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan pada kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana dari instansi terkait. c. Penguatan Kelembagaan Kelompok: Dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok; (1) Mengambil keputusan bersama melalui musyawarah, (2) Mentaati keputusan bersama yang telah ditetapkan bersama, (3) Memperoleh dan memanfaatkan informasi, (4) Bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong -royongan), (5) Bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. d. Perencanaan Kegiatan: Melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga (Toga), ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan juga penyusunan rencana kerja unuk satu tahun. Kegiatan ini dilakukan bersama - sama dengan kelompok dan dinas Instansi terkait. e. Pelatihan: Pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan di lapang. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya : (1) teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga; (2) teknik budidaya ikan dan ternak; (3) perbenihan dan pembibitan tanaman, (4) pengolahan hasil dan pemasaran; (5) teknologi pengelolaan limbah rumah tangga; dan (6) penguatan kelembagaan. f. Pelaksanaan: Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh penyuluh dan Petani Andalan. Secara bertahap, pelaksanaan kegiatan ini diarahkan untuk menuju pada mencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal dan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, dan peningkatan kesejahteraan. g. Pembiayaan: Bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, dan dana lain yang tidak mengikat. Pelaksanaan M-KRPL di KWT Mawar, Desa Sukamulya, Kec. Warungkondang Karakteristik anggota KWT Mawar. Karakteristik sumberdaya manusia yang terlibat dalam kegiatan M-KRPL di Kabupaten Cianjur melalui kegiatan pemberdayaan kelompok wanita bertujuan untuk mengembangkan pemahaman pemanfaatan lahan pekarangan dalam pemenuhan gizi keluarga, selain itu juga dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga dan menambah pendapatan rumah tangga. Sasaran kegiatan ini adalah kelompok wanita tani (KWT) Mawar. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar mempunyai 30 anggota yang termasuk ke dalam Gapoktan Mulyatani yang berdomisili di Desa Sukamulya mencakup wilayah 3 RT dalam 1 RW dengan agroekosistem termasuk pada lahan dataran rendah. Komoditas utama yang bernilai ekonomi adalah padi diikuti oleh jagung manis. Tabel 1. menunjukkan bahwa, anggota KWT Mawar rata-rata berumur 45 tahun, sebagian besar berumur diatas 41 tahun (67%), dan sisanya berumur dibawah 41 tahun (33%). Umur termuda anggota kelompok adalah 26 tahun dan tertua berumur 61 tahun. Dilihat dari golongan umur dan umur rata-rata terlihat bahwa, anggota kelompok Mawar termasuk pada kategori umur produktif, artinya masih dapat bekerja serta dapat mengikuti keterampilan serta ilmu pengetahuan. Adapun dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar anggota KWT berpendidikan Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1745
SD sebesar 80%, SMP (13,33%), dan SMA (6,67%). Dengan demikian pendidikan anggota KWT Mawar sebagian besar adalah SD (6 tahun). Tabel 1. Umur, dan pendidikan anggota KWT Mawar, Desa Sukamulya. 2013. No Umur Jumlah (orang) Pendidikan Jumlah 1. 24-30 5 SD 24 2. 31-35 2 SMP 4 3. 36-40 3 SMA 2 4. 41 45 4 5. 46 50 4 6. 51 55 7 7. 56-60 4 8. >61 1 Jumlah 30 30 Sumber: data primer. 2013 Pekerjaan utama anggota KWT Mawar seluruhnya (30 orang) adalah ibu rumah tangga (100%), sedangkan pekerjaan sampingannya antara lain : membantu suami di sawah sebagai petani/peternak, sebagai pedagang dengan berjualan makanan/minuman, serta mengelola warung/toko (30%). Kepemilikan lahan pekarangan di perdesaan dikelompokkan menjadi empat (4), yaitu : (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2). Pekarangan sempit (< 120 m2), (3). Pekarangan sedang (120 400 m2), dan (4). Pekarangan luas (>400m2) (Kementerian Pertanian,.2011). Hasil pengamatan menggambarkan bahwa, Pekarangan sempit (<120 m2) paling banyak dimiliki oleh anggota kelompok sebesar 86,67%, dan sisanya memiliki pekarangan sedang (120-400 m2) sebesar 13,33%. Koordinasi dan Partisipasi M-KRPL di KWT Mawar Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kabupaten Cianjur dilaksanakan dengan cakupan kegiatan sebagai berikut : (1). Peningkatan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan; (2). Pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat secara lestari; (3). Diversifikasi pangan perdesaan berbasis sumberdaya lokal; (4). Pengembangan Kebun Bibit Desa (KBD); dan (5). Konservasi tanaman lokal. Sebelum Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dimulai, tim BPTP Jawa Barat telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait yaitu Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kab. Cianjur, dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur. Kemudian dilakukan pendekatan partisipatif antara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat dengan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Cianjur, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan ( BP4K) Kab. Cianjur, UPT BP3K Kecamatan Warungkondang, Aparat tingkat Kecamatan, Aparat desa/kelurahan, Kelompok Wanita Tani, dan Kelompok tani. BPTP Jawa Barat berpartisipasi dalam pendampingan teknologi, pemberdayaan sumber daya manusia, kelembagaan, dan bantuan sebagian sarana produksi; BP4K berpartisipasi dalam penyediaan petugas lapang yang berperan sebagai pembina di lokasi kegiatan, sedangkan Kelompok Wanita Tani berpartisipasi dalam koordinator lapangan. Pertemuan koordinasi dalam rangka sinergisitas program dan pendampingan kegiatan KRPL/P2KP Kabupaten Cianjur dengan Kepala Bidang III bersama Kepala Seksi dan Staf Ketahanan Pangan. Untuk menentukan CPCL dan menginformasikan kegiatan M-KRPL tahun anggaran 2014, BPTP Jawa Barat berkoordinasi dengan instansi terkait antara lain : BPMD (Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa), Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura 1746 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Kabupaten Cianjur, serta BP4K Kabupaten Cianjur. Hasil koordinasi tersebut, maka ditentukan CPCL yaitu KWT Mawar yang berlokasi di Desa Sukamulya, Kecamatan Warungkondang. Hal ini sangat dinantikan dan dibutuhkan oleh KWT Mawar, karena berkaitan dengan lomba desa dimana Desa Sukamulya merupakan salah satu desa perwakilan kecamatan yang akan dilombakan dihadiri oleh Camat Kec. Warungkondang. Kegiatan Sosialisasi KRPL di KWT Mawar, Kec. Warungkondang Sosialisasi dilaksanakan di rumah Kepala Desa Sukamulya yang dihadiri oleh 37 orang antara lain : Pengurus dan anggota KWT Mawar, Camat serta aparatnya, Tokoh masyarakat, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Desa Sukamulya, BP4K Kabupaten Cianjur, Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur, serta BPTP Jawa Barat sebagai narasumber. Pertemuan dibuka oleh perwakilan dari Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur yang dilanjutkan oleh BP3K. Penjelasan teknis mengenai KRPL disampaikan oleh narasumber dari BPTP. KRPL merupakan konsep rumah pangan yang dibangun dalam suatu kawasan (dusun, desa, kecamatan dst) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan untuk meningkatkan kesejahteraan melalui partisipasi masyarakat. Hasil sosialisasi yang dilaksanakan pada awal kegiatan KRPL memperlihatkan bahwa, pemahaman anggota KWT Mawar tentang KRPL antara lain : 1). Tingkat pengetahuan anggota KWT Mawar tentang KRPL masih kurang; 2). Belum seluruh anggota mengetahui fungsi dari KBD, polybag, vertikultur, dan kelembagaan. Penguatan Kelembagaan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui M-KRPL sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat lokal melalui berbagai kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melalui peningkatan keterampilan yang diberikan secara terpadu dan berkesinambungan dengan tujuan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Keberlanjutan M-KRPL di Kabupaten Cianjur membutuhkan pengembangan kelembagaan yang terlibat dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia pengelola KWT, KBD maupun KBI (Kebun Bibit Induk), berkomitmen menegakkan norma dan aturan kesepakatan organisasi (AD/ART) sebagai alat untuk mencapai tujuan dan memperkuat organisasi dengan status formal sehingga memiliki kekuatan dan bargaining dalam melakukan interaksi dengan kelembagaan pendukung lainnya (Permodalan, Pengolahan, dan Pemasaran). Peran dan fungsi Kebun Bibit Desa (KBD) sejak awal adalah memproduksi bibit sayuran dengan menggunakan teknologi anjuran untuk memenuhi kebutuhan masing-masing KRPL baik di perdesaan maupun di perkotaan. Kapasitas peran tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat beberapa bulan terkahir sebagai penjual bibit. Proses produksi yang berlangsung di KBD dari sisi institusi ekonomi memiliki peran untuk mengadakan kebutuhan-kebutuhan ekonomis peserta M- KRPL secara khusus dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, proses produksi tidak hanya dilihat dari segi ekonomis tetapi perlu juga tinjauan sosiologis yang mempunyai peran subsistem dalam sebuah struktur masyarakat. Dinamika interaksi yang berlangsung pada kebun bibit desa menjadi indikator penting untuk keberlanjutan M-KRPL, sehingga butuh upaya pemberdayaan melalui proses produksi yang memiliki peran yang cukup vital dalam rangka mempertahankan eksistensi (keberadaan) dan keberlanjutan M-KRPL (Satna et al. 2014) Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1747
Perencanaan Partisipatif Kebutuhan Tanaman pada KWT Mawar Perencanaan partisipatif (perumusan kebutuhan teknologi) dalam pelaksanaan kegiatan M-KRPL khususnya di Kelompok Wanita Tani (KWT) Mawar, Desa Sukamulya antara lain : pertemuan yang diikuti oleh pengurus dan anggota KWT Mawar, serta Petugas Lapang. Pertemuan diawali dengan inventarisasi kegiatan di lapangan seperti kebutuhan tanaman yang belum terpenuhi untuk Kebun Bibit Desa (KBD) di KWT Mawar. Tabel 2. dibawah ini memperlihatkan komoditas yang akan dikembangkan yang disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan anggota KWT Mawar, serta dipertimbangkan komoditas yang mempunyai nilai jual. Tanaman TOGA seperti kunci, kumis kucing, jawer kotok, kunci, temu lawak, sambiloto, dan daun sirih, serta ubi kayu sudah ada di lokasi KWT Mawar. Tabel 2. Kebutuhan tanaman untuk KBD di KWT Mawar. 2013 No Sayuran terdiri dari : Toga terdiri dari : Tan.Pangan : 1. Tomat Jahe Jagung manis 2. Cabe Merah Kunyit Ubi Jalar 3. Cabe Rawit Kencur Garut 4. Bawang daun Salam Ubi kayu 5. Seledri Kunci Singkong 6. Kacang panjang Temu lawak Ganyong 7. Kangkung Kumis kucing 8. Sawi hijau Jawer kotok 9. Selada bokor merah/hijau Sambiloto 10. Mentimun Daun Sirih 11. Oyong/gambas 12. Pare Pelatihan/Pendampingan yang diperlukan KWT Mawar Tujuan dari kegiatan pelatihan itu sendiri agar anggota kelompok wanita tani dapat memahami teknis berbudi daya sayuran yang baik, sehingga dapat menerapkannya di lahan pekarangan masing-masing. Seluruh anggota KWT sangat berpartisipasi aktif dan merespon baik kegiatan ini. Pelaksanaan pelatihan dihadiri oleh 30 orang wanita tani dan 1 orang Penyuluh Pendamping yang bertugas di Kecamatan Sukamulya, Kabupaten Cianjur. Pembuatan pupuk organik dipilih menjadi materi dalam pelatihan yang dilakukan mengingat kebutuhan yang paling besar dalam pengembangan M-KRPL adalah pupuk organik, sehingga dipandang perlu diseminasi informasi tentang pembuatan pupuk organik. Dalam kegiatan ini juga diinformasikan cara pembuatan pupuk organik yang dibuat dalam bentuk leaflet yaitu Leaflet budidaya tanaman sayuran, dan pembuatan pupuk kompos. Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui M-KRPL sangat penting artinya dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat lokal melalui berbagai kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan, melalui peningkatan keterampilan yang diberikan secara terpadu dan berkesinambungan dengan tujuan memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan kebudayaan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hal-hal yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok : (1) mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan be rsama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi; (4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong -royongan); dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya (Mayanasari et al,. 2014). 1748 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian
Kelompok sasaran pendampingan adalah kelompok wanita tani yang telah memiliki kelembagaan yang aktif dengan pendekatan pemilihan berdasarkan dasa wisma. Tujuan pendampingan kelompok wanita ini dimaksudkan untuk : (1) meningkatkan pola pikir, keterampilan dan perubahan pola sikap kelompok wanita dalam mengkonsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman; (2) Meningkatkan keterampilan kelompok wanita dalam menyusun, mengolah dan menyajikan menu makanan beragam, bergizi seimbang dan aman dengan memanfaatkan bahan pangan hasil pekarangan sendiri dan mengurangi sajian nasi dalam menu makanan sehari-hari, dan (3) Meningkatkan citra positif pangan sumber karbohidrat non beras dan non terigu (Satna et al,. 2014). Pelaksanaan Kegiatan KWT Mawar setelah Pendampingan dari BPTP Jawa Barat Pelaksanaan kegiatan berdasarkan pada Kebutuhan teknologi di KWT Mawar secara partisipatif, yang dijadikan bahan materi pendampingan adalah sebagai berikut : 1) Pengendalian OPT tanaman sayuran, khususnya untuk komoditas tomat, cabe merah, pare, caisin, dan bayam; 2). Pembuatan kompos dan manfaatnya; 3). Pemeliharaan tanaman sayuran seperti : komposisi media tanam, penyiraman, pengendalian HPT, dan pemupukan; 4). Pemberdayaan/penguatan kelembagaan. Dengan demikian untuk keberlanjutan kegiatan KRPL ini, maka KWT Mawar sampai saat ini terus melanjutkan pembinaan kepada anggota antara lain dengan : meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta meningkatkan penguatan kelembagaan (gotong royong, disiplin, dan dukungan dari aparat desa/lembaga) yang terkait dengan M-KRPL. Pembiayaan Hal penting lainnya, yaitu dana untuk pengadaan benih tanaman sayuran dan pangan setelah selesai program M-KRPL dari BPTP Jawa Barat didapat secara swadaya, yaitu dari kas KWT Mawar, serta dana yang didapat dari masing-masing anggota kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, setelah dilaksanakan sosialisasi, penguatan kelembagaan, pendampingan, serta pembinaan kepada anggota KWT Mawar dilokasi KRPL Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, maka terlihat adanya partisipasi aktif sejak mulai pelaksanaan kegiatan sampai kegiatan berjalan, hal ini disebabkan oleh komitmen masyarakat atau KWT Mawar dalam pemeliharaan tanaman dan pembinaan kelompok atau organisasi dimana pada akhirnya masing-masing anggota sudah dapat mempraktekkan cara membuat benih dengan menggunakan polybag, dan sistem tanam vertikultur di lahan pekarangannya masing-masing dan di KBD. Dengan demikian pelaksanaan berbagai kegiatan di lokasi M-KRPL Kabupaten Cianjur telah berjalan dengan baik mulai dari koordinasi dengan dinas/instansi terkait, sosialisasi, pelatihan, dan pembinaan kepada anggota KWT hingga pemeliharaan KBD. Untuk itu perlu terus ditingkatkan penguatan kelembagaan, koordinasi, serta sosialisasi KWT Mawar dengan masyarakat dalam melanjutkan kegiatan KRPL yang mandiri. Pelaksanaan KRPL di Kabupaten Cianjur dapat berkembang apabila pembinaan kepada kelompok atau KWT serta masyarakat di lingkungan sekitarnya dilakukan secara intensif dan terus menerus/berkelanjutan disertai dengan dukungan dari pemerintah daerah dan instansi yang terkait, juga diberikan pengertian kepada anggota KWT agar mengurus pekarangan sebagai bagian dari komitmen keluarga, anggota Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian 1749
diwajibkan menanam di pekarangannya, serta meningkatkan sosialisasi, namun dipihak lain terlihat bahwa, lahan pekarangan baik yang sempit maupun yang sedang pemanfaatannya belum optimal, oleh karena itu diharapkan adanya pembinaan agar dapat berfungsi sebagai habitat rumah tangga, sosial budaya, kehidupan rumah tangga, dan sebagai pendukung usaha. Sampai saat ini belum ada program yang berpartisipasi dalam pemanfaatan pekarangan selain kegiatan PKK melalui kebun TOGA nya (Tanaman Obat Keluarga), sedangkan pekarangan dapat pula dimanfaatkan untuk beraneka tanaman sayur, serta buah-buahan dengan menggunakan sistem tanam cara vertikultur, dan polybag. Kesimpulan dan Saran 1. Meningkatkan kegiatan fisik yang melibatkan anggota dan pengurus KWT Mawar seperti : pembuatan bibit sayuran, praktek pengolahan, serta pengendalian hama dan penyakit. 2. Meningkatkan penanaman tanaman di polybag dan penanaman menggunakan sistem vertikultur untuk mengatasi lahan yang terbatas/sempit. 3. Dibuat jadwal pembinaan dan pemantauan yang tetap pada anggota KWT. 4. Meningkatkan sosialisasi P2KP disertai praktek langsung, serta diskusi dan musyawarah, dan meningkatkan kehadiran anggota dalam pertemuan rutin bulanan (penguatan kelembagaan). 5. Perlu penambahan aneka macam bibit, penataan ulang dan pembenahan kembali media tanam. Daftar Pustaka Andi Satna dan Ferida Arief. 2104. Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Kegiatan KRPL di Kabupaten Luwu Utara. Buletin No. 9 tahun 2014. BPTP Sulawesi selatan. BKP. 2012. Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Cianjur. Laporan Kegiatan KRPL.2012. Dewan Ketahanan Pangan. 2006. Kabupaten Cianjur. Laporan Kegiatan Tahunan. Dewi Mayanasari dan Rosmiati. Peran Kelompok Wanita Tani Dalam Pemanfaatan Pekarangan di Kota Palopo. Buletin no.9. tahun 2014. BPTP Sulawesi Selatan. Hermawan, A. 2012. RDHP Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Jawa Tengah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. 30 halaman. Kementerian Pertanian, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. 2011. Kementerian Pertanian 2011. PEDUM Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Lahan Pekarangan Perdesaan. Kementerian Pertanian 2011. Laporan Akhir KRPL Kab.Cianjur. 2013. Laporan Akhir KRPL Kabupaten Cianjur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2013. Laporan Akhir KRPL Kab.Cianjur. 2014. Laporan Akhir KRPL Kabupaten Cianjur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat. 2014. Purnamasari,Lucya. 2014. Skripsi. Pemberdayaan Perempuan melalui Kelompok Wanita Tani (KWT) bagi Aktualisasi Perempuan di Desa Kemanukan, Bagelen, Purworejo, Jawa Tengah. Universitas Negeri Yogyakarta. Zaky Rabbani,.2015. Optimalisasi Pemanfaatan pekarangan Melalui KRPL ( Kawasan Rumah Pangan Lestari) Kawasan Perkotaan Dan Pedesaan. @rabynet.blogspot.co.id. 1750 Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian