BAB I PENDAHULUAN tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates. pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Pergerakan yang dilakukan baik secara volunter maupun

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada konsep paradigma menuju Indonesia sehat 2010, tujuan. pembangunan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan pada post stroke non haemoragik

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari. Pergerakan normal sangat diperlukan dalam menunjang aktivitas seharihari

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

Ada beberapa bentuk metode atau tipe latihan yang dapat diaplikasikan oleh pasien stroke diantaranya adalah :

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan gizi yang lebih baik, maka mereka hidup lebih lama dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang pertama ingin dicapai baik dari pasien sendiri maupun dari keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat menurut UU Kesehatan No. 36 tahun 2009, Bab 1 Pasal

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bebas tanpa Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC DI RSUD SUKOHARJO. Oleh : KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

HUBUNGAN LAMANYA MENGIKUTI SENAM PERNAFASAN SINAR PUTIH DENGAN KESEIMBANGAN STATIK

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan olahraga. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap

BAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak (Needlman, 2000). Perkembangan adalah bertambahnya

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DENGAN PENDEKATAN BOBATH CONCEPT TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. adalah transisi epidemiologi, dimana masih tingginya jumlah kejadian

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak dengan terjadinya peningkatan jumlah anak yang. mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Manusia sebagai makhluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGE DEXTRA DI RSUD PANDANARANG BOYOLALI

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan yang serius dan berdampak pada disfungsi motorik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit sudah sejak zaman dahulu yaitu sekitar 2400 tahun yang lalu. Pertama kali diduga adanya stroke oleh Hipocrates yaitu ditemukannya gejala yaitu tiba-tiba orang menjadi lumpuh. Pada saat itu kondisi demikian disebut dengan apopleksi. Pada saat itu pengetahuan tentang anatomi masih kurang sehingga tidak diketahui penyebabnya, demikian pula pengobatannya (Waluyo, 2013). Di Indonesia stroke menjadi penyebab kematian tertinggi di antara penyakit-penyakit tidak menular di perkotaan, (Riset Kesehatan Dasar, 2007) Kemudian pada abad ke 16 seorang peneliti Jacob Wepfer menyatakan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh gangguan aliran darah pada otak. Dia menduga adanya penyumbatan pembuluh darah di otak penderita apopleksi atau yang kini disebut stroke. Kemudian pada tahun 1928 sejumlah peneliti dengan yakin dan berdasar bukti-bukti ilmiah menemukan bahwa penyakit ini disebabkan oleh gangguan peredaran darah yang menuju ke otak atau serangan serebrovascular mirip dengan serangan jantung atau cardiovascular dan harus segera mendapat pertolongan. (Peter J. Adamo, 2011). Stroke dapat menyerang siapa saja dari berbagai usia baik muda atau tua. Setelah terjadi serangan stroke pada jenis tertentu mungkin tidak meninggalkan gejala sisa atau dapat meninggalkan gejala sisa. Gejala sisa ini yang menyebabkan fungsional seseorang mengalami gangguan. Tidak 1

2 hanya diri pasien sendiri yang dirugikan tetapi keluarganya juga ikut menanggungnya karena untuk beberapa aktivitas dan sementara waktu tidak bisa mandiri. Ketika yang terserang stroke adalah seseorang yang sangat penting dalam keluarganya, misalnya bertanggung jawab mencari nafkah maka gejala sisa ini yang menghambat aktivitasnya harus segera di atasi. Penanganan pasien stroke harus mengacu pada kemampuan fungsionalnya, bukan hanya sekedar menjaga kwalitas otot dan lingkup gerak sendinya saja. Kebanyakan yang terjadi di lapangan yaitu hanya beranggapan pada kwalitas otot dan lingkup gerak sendinya saja dan mengesampingkan kemampuan fungsionalnya. Pasien stroke yang paling penting adalah kemampuan fungsionalnya dan setelah itu baru pindah pada hal-hal lain. Telah terjadi kesenjangan pandangan antara teori dengan praktek di lapangan pada saat penanganan pasien stroke. Beberapa fisioterapis lebih mengutamakan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi. Mereka memberikan latihan penguatan otot yang cara latihan penguatan otot yang melebihi kemampuan pasien. Bahkan ada yang menggunakan beban 2 Kg yang terpasang di kedua pergelangan kaki pasien. Tujuannya yaitu agar kekuatan otot pasien meningkat. Ini sebenarnya tidak benar karena pasien stroke sebenarnya mengalami gangguan neuromusculosceletal bukan gangguan musculosceletal saja, sehingga tidak benar bila dilakukan latihan penguatan otot yang melebihi kemampuan pasien. Penderita gangguan neuromusculosceletal paling benar diberikan stimulasi dan fasilitasi. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode propioseptive neuromusculer 2

3 facilitation (PNF) untuk meningkatkan stabilitas scapula, serta menjaga kekuatan otot, dan menstimulasi syaraf. Kestasbilan scapula menentukan letak pusat gravitasi atau centre of gravity (CoG) seorang pasien stroke. Stroke mengalami gangguan postur yang cenderung condong ke depan atau membungkuk. Karena postur yang jelek ini menyebabkan atau centre of gravity atau pusat gravitasi seoran gpasien stroke menjadi tidak berada tepat di tengah tetapi menjadi pindah di depan. Keseimbangan akan terganggu bila keadaan ini tidak segera diperbaiki. Bagi penderita stroke hanya mempunyai sekitar 4 bulan masa emas atau masa dimana peningkatan perbaikan pada stroke akan signifikan. Setelah lewat dari masa itu akan sulit untuk diperbaiki atau cenderung tetap. Apabila sudah menetap maka posture akan terlihat tidak bagus, kerja otot semakin berat, gerak fungsional terganggu. Peran fisioterapis dalam mencegah kelainan postur tersebut harus benar-banar diutamakan. Keberhasilan rehabilitasi selanjutnya ditentukan oleh kemampuan pasien saat bergerak. Latihan sensomotorik mutlak melibatkan gerakan. Gerakan akan optimal bila postur dalam kondisi dan posisi yang normal karena otot akan bekerja ringan bila postur pada kondisi normal. Centre of gravity atau pusat gravitasi adalah tolok ukur untuk menentukan normal atau tidak postur pasien. Bila pada posisi anatomis maka Centre of gravity berada tepat di tengah-tengah badan. Pada latihan stabilitas scapula ini tujuannya memulihakan pusat gravitasi berada di tengah sehingga postur akan normal. 3

4 Pada kenyataan di lapangan para fisioterapis masih saja hanya terfokus pada penguatan otot lengan. Latihan penguatan otot-otot lengan hanya dapat sedikit memperbaiki kemampuan meraih pada pasien stroke karena sebuah gerakan terjadi karena adanaya kerjasama berbagai otot secara sinergis. Ini tidak mungkin didapat kerjasama otot secara sinergis bila postur bandannya cenderung condong ke depan. Latihan tersebut hanya menjaga kwalitas otot agar tidak mengecil karena terlalu lama tidak bergerak. Tidak mungkin akan diperoleh kemampuan meraih secara optimal bagi pasien stroke apabila posisi centre of gravity atau pusat gravitasinya masih berada di depan. Seberapapun lamanya melakukan latihan penguatan otot lengan dengan beban berapun tetap saja tidak akan memperoleh hasil yang optimal dalam kemampuannya meraih. Sebuah gerakan merupakan serangkaian koordinasi berbagai otot dan sendi yang saling mendukung. Apabila terdapat postur yang tidak baik, maka berakibat gerakan tidak optimal walaupun diberikan penguatan otot apabila belum diperbaiki postur badannya. Langkah yang akan penulis lakukan yaitu latihan stabilitas scapula dengan metoda propioseptive neuromusculer facilitation untuk memperbaiki postur trunk pasien yang centre of gravity-nya ada di depan. Keseimbangan akan didapatkan bila latihan stabilitas scapula dengan metoda propioseptive neuromusculer facilitation (PNF) berhasil. Metode PNF adalah sebuah fasilitasi yang dapat menstimulasi syaraf serta memperbaiki otot, dan sendi secara bersama-sama. 4

5 Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai posisi. Definisi menurut O Sullivan (1999), bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama ketika saat posisi tegak. Selain itu menurut Ann Thomson (1994), berpendapat bahwa keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan tubuh dalam posisi kesetimbangan maupun dalam keadaan statik atau dinamik, serta menggunakan aktivitas otot yang minimal. Keseimbangan juga bisa diartikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity) terhadap bidang tumpu (base of support). Keseimbangan melibatkan berbagai gerakan di setiap segmen tubuh dengan di dukung oleh sistem musculoscleletal dan bidang tumpu. Kemampuan untuk menyeimbangkan massa tubuh dengan bidang tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan efisien. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu keseimbangan statis adalah kemampuan tubuh untuk menjaga kesetimbangan pada posisi tetap (sewaktu berdiri dengan satu kaki, berdiri diatas papan keseimbangan); keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk mempertahankan kesetimbangan ketika bergerak. Keseimbangan merupakan interaksi yang kompleks dari integrasi/interaksi sistem sensorik (vestibular, visual, dan somatosensorik termasuk proprioceptor) dan musculosceletal (otot, sendi, dan jaringan lunak lainnya) yang dimodifikasi/diatur dalam otak (kontrol motorik, sensorik, basal ganglia, cerebellum, area asosiasi) sebagai respon terhadap perubahan kondisi 5

6 internal dan eksternal. Dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti, usia, motivasi, kognisi, lingkungan, kelelahan, pengaruh obat dan pengalaman terdahulu. Begitu kompleknya untuk menyatakan bahwa pasien post stroke tersebut keseimbangannya baik atau buruk. Apabila centre of gavity bagus maka keseimbangan juga akan bagus. Postur yang tidak normal disebabkan karena gangguan pada otot dan persendian. Pada penderita stroke yang mana mengalami gangguan syaraf sehingga mengganggu aktivitas otot, maka menyebabkan kontrol pada otot terganggu bahkan terputus tidak terkendali oleh syaraf. Hal ini berdampak buruk pada postur tubuh yang akan mengalami perubahan postur tubuh yang cenderung condong ke depan. Keadaan ini membuat centre of gravity atau pusat gravitasi menjadi tidak berada tepat di tengah tetapi berpindah ke depan. Akibat dari pindahnya centre of gravity ke depan mengakibatkan gangguan keseimbangan dan kerja otot menjadi berat serta gerakan fungsional terganggu dan yang pasti tidak adanya kemampuan meraih. Serangan stroke mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. Syaraf pusat yang bertugas mengontrol setiap gerakan, tidak optimal lagi fungsinya. Gambaran gangguan fungsional ini antara lain gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, gangguan kontrol postur, gangguan sensasi, dan gangguan refleks gerak. Dari berbagai gangguan tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan aktivirtas fungsional. Untuk mencapai sebuah tujuan yaitu memperbaiki gangguan-gangguan di atas, 6

7 maka seorang fisioterapis harus memperbaiki semuanya atau tidak boleh hanya terfokus pada anggota gerak atas dan bawah saja. Kebanyakan dari para fisioterapis hanya terfokus pada anggota gerak atas dan bawah saja, sehingga hanya akan membuat postur salah. Apabila gerak fungsional tercipta tapi tidak memperbaiki postur maka kerja otot untuk menghasilkan sebuah gerakan tersebut terasa lebih berat dibandingkan bila postur pada kondisi yang benar. Hal ini menyebabkan kelelahan pada pasien post stroke dan membuat pola tidak benar karena ada gerakan kompensasi dari otot-otot di sekitarnya. Kontrol postur, gerakan volunter dan involunter diatur oleh pengontrol postur yang terdapat pada otak. Pada penderita post stroke pengontrol postur ini terganggu sehingga badannya cenderung condong ke depan. Kondisi ini menyebabkan keseimbangan terganggu dan juga membuat otot saat bekerja membentuk sebuah gerakan akan lebih berat tugasnya. Sedangkan gerakan yang dikeluarkan pengontrol gerak di otak terbagi menjadi dua jenis, yaitu gerak volunter dan involunter. Gerakan ini diatur di daerah korteks assosiasi pada otak. Pada bagian inilah biasanya terjadi gangguan sehingga menyebabkan gerakan tidak normal. Gerakan tidak akan optimal tanpa dukungan keseimbangan tubuh, postur, serta kestabillan tubuh yang baik. Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas dan bawah berfungsi mempertahankan kestabilan dan postur pada saat berdiri dan dalam berbagai posisi tubuh. Kestabilan akan terjadi apabila peran otot-otot postural bekerja secara optimal mempertahankan postur dan kestabilan sebagai respon dari perubahan 7

8 postur, perubahan titik tumpu, respon terhadap gaya gravitasi bumi, dan alignment tubuh. Pengertian otot bekerja secara optimal yaitu mampu mengontrol gerak dan kekuatannya antara otot agonis dan antagonis bekerja secara sinergi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesimbangan yaitu gaya gravitasi bumi, pusat gravitasi atau centre of gravity (CoG), garis gravitasi atau line of gravity (LoG), dan bidang tumpu atau base of support (BoS). Pengertian dari centre of gravity adalah kemampuan seseorang dalam mempertahankan keseimbangan dalam berbagai posisi dikarenakan tubuh menjaga centre of gravity tetap berada pada area batas stabilitas. Pengertian dari line of gravity yaitu garis khayal yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Pengertian bidang tumpu atau base of support (BoS) yaitu hubungan antara tubuh dan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu maka tubuh akan seimbang dan apabila semakin besar atau semakin luas bidang tumpu maka semakin seimbang. Dari alasan-alasan yang telah penulis sebutkan di atas maka sangatlah penting bahwa kestabilan scapula perlu diperbaiki agar tercipta keseimbangan sehingga gerak menjadi lebih mudah dilakukan karena kerja otot yang ringan. Apabila hanya penguatan otot lengan maka tidak akan bisa memperbaiki postur tubuh yang cenderung condong ke depan sehingga bila postur jelek maka gerakan fungsional pun sulit diperoleh oleh pasien. Selain itu latihan stabilitas scapula yang membuat postur menjadi baik, sehingga berbagai latihan-latihan selanjutnya akan mudah dilakukan oleh 8

9 pasien. Apabila berbagai gerakan sudah mudah dilakukan maka bisa menunjang teori plastisitas otak yang mana otak dapat dibentuk kembali sesuai dengan latihan yang diberikan secara tertur, sistematik dan rutin maka bila diterapkan pada penderita pasca stroke yang mengalami berbagai gangguan seperti yang penulis sebut di atas maka ada sebuah harapan baru bagi penderita stroke untuk pulih kembali. Bagian yang rusak pada otaknya akan digantikan fungsinya oleh bagian otak di sebelahnya. Gangguan postur yang tidak benar ini dikarenakan otot-otot tidak bekerja optimal karena adanya gangguan neurologis. Kondisi ini berakibat pada menurunnya kwalitas portur seorang penderita stroke. Masalah tidak berhenti sampai di sini, masih ada satu lagi yang cukup mengkhawatirkan yaitu ganguan postur yang abnormal sehingga menyebabkan gangguan postur, koordinasi, stabilitas otot menurun dan gangguan keseimbangan. Ini diakibatkan postur tubuh tidak dalam kondisi bagus akibat melemahnya kekuatan otot karena syaraf pusat terganggu. Penulis mengatakan cukup berbahaya karena bila keseimbangannya dan kestabilannya tidak bagus maka beresiko terjatuh. Apabila masih muda, mungkin terjatuh dilantai hanya mengalami luka luar, tetapi menjadi berbahaya jika penderita stroke sudah tua dan mempunyai riwayat osteoporosis. Bila ada pasien yang demikian, saat terjatuh bisa dipastikan patah tulang. Kemungkinan yang lain bila jatuh dalam posisi terduduk, juga membahayakan karena mengakibatkan kompresi lumbal yang berakibat penjepitan syaraf. Bila ini terjadi maka pasien akan lemas kakinya atau lebih parah lagi bisa mengalami kelumpuhan. Oleh karena itu penulis memandang bahwa 9

10 keseimbangan dan kestabilan otot pada pasien stroke harus secepat mungkin dipulihakan mengingat resiko-resikonya cukup banyak. B. Identifikasi Masalah Stroke adalah gangguan neuromusculosceletal yang terjadi karena adanya gangguan vaskularisasi pada otak. Kondisi demikian mengakibatkan gangguan neuromusculosceletal pada syaraf motorik dan sensorik penderita. Dikarenakan terganggunya syaraf motorik mengakibatkan gangguan gerak pada anggota gerak atas dan bawah. Apabila dibiarkan maka akan berkembang menjadi keluhan-keluhan lain yang akan memperparah kondisi pasien. Gangguan postur adalah yang selalu dialami setiap pasien pasca stroke. Salah satu gangguan postur akibat stroke yaitu ketidakstabilan scapula sehingga postur badan cenderung condong ke depan. Ini mengakibatkan kerja otot menjadi berat sehingga gerakan fungsional sulit didapat. Sebuah gerakan terjadi berkat kerjasama berbagai otot secara sinergis. Sebagai tujuan dari dilakukannya tindakan fisioterapi pada pasien pasca stroke yang mengalami ketidakstabilan scapula yaitu memperbaiki otot-otot penstabil scapula, sendi dan menstimulasi syaraf agar didapatkan kestabilan scapula. Harapan dari tindakan latihan stabilitas scapula dengan metode propioseptive neuromuscular fasilitation atau PNF tersebut yaitu diperolehnya kestabilan scapula sehingga postur badan menjadi benar sehingga gerakan fungsional akan mudah didapat dengan kerja otot yang ringan. 10

11 Pasien pasca stroke mengalami gangguan pada otot-ototnya yang tidak dapat bergerakan secara normal atau menjadi lemah. Kemampuan meraih tidak lepas dari kekuatan otot untuk menggerakkan lengan melakukan gerak fungsional meraih. Bila kekuatan otot lemah maka tidak akan terjadi gerakan yang full range of motion atau gerakan penuh lingkup gerak sendi. Oleh karena itu penulis ingin membandingkan apakah latihan stabilitas scapula dengan proprioceptive neuromuscular facilitation lebih baik dari pada penguatan otot secara konvensional dalam meningkatkan kemampuan meraih pada pasien pasca stroke. Hampir di setiap tempat pelayanan kesehatan, khusunya pelayanan fisioterapi jarang diberikan tindakan latihan stabilitas scapula untuk tujuan agar tercipta kestabilan pada scapula yang diharapkan akan membuat postur badan pada keadaan normal yaitu centre of gravity tepat berada di tangah. Hal ini terjadi karena kurangnya annamnesa, assesment, dan inspeksi pada pasien stroke. Banyak yang mengira bahwa dengan penguatan otot secara konvensional saja dapat memperbaiki gangguangangguan yang dialami pasien pasca stroke terkait gerak dan fungsinya. C. Perumusan Masalah Berdasarkan dari batasan-batasan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 11

12 1. Apakah latihan stabilitas scapula dengan metoda proprioceptive neuromuscular facilitation dapat meningkatkan kemampuan meraih? 2. Apakah latihan penguatan otot lengan secara konvensional dapat meningkatkan kemampuan meraih? 3. Apakah latihan stabilitas scapula dengan metoda propriocetive neuromuscular facilitation lebih baik dari pada latihan penguatan otot secara konvensional dalam meningkatkan kemampuan meraih? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umun Untuk mengetahui apakah latihan stabilitas scapula dengan metoda proprioseptive neuromuscular facilitation lebih baik dari pada latihan penguatan otot secara konvensional dalam meningkatkan kemampuan meraih. 2. Tujuan Khusus a) Untuk mengatahui apakah latihan stabilitas scapula dengan metoda propriosetive neuromuscular fasilitation dapat meningkatkan kemampuan meraih. b) Untuk mengetahui apakah latihan penguatan otot lengan secara konvensional dapat meningkatkan kemampuan meraih. E. Manfaat Penelitian a) Manfaat Bagi Pengembang Ilmu 12

13 Dengan mendapatkan hasil penelitian ini beserta evidance basenya maka penelitian ini dapat menjadi metode atau teknik baru dalam penanganan fisioterapi, sehinggga ilmu fisioterapi berkembang. Hasil dari penelitian ini dapat disebar luaskan pada para peserta didik ilmu fisioterapi melalui perkuliahan atau seminar dan workshop. Teknik ini dapat juga dikembangkan lagi melalui penelitian-penelitian selanjutnya. Sebagai contoh dapat dikembangkan pada penderita non stroke, seperti kasus-kasus musculoskeletal, pediatri, geriatri, dan lain-lain. Peneliti yakin bahwa metode ini dapat digunakan pada kasus apa saja yang berkaitan dengan postur badan dan keseimbangan. b) Manfaat Praktis Dalam Pelayanan Dapat diterapkan pada pasien stroke di rumah sakit, klinik atau saat home visit yang mengalami gangguan postur dan keseimbangan. Dapat ditambahkan tindakan ini dalam praktek sehari-hari sehingga program fisioterapi akan lebih cepat mendapatkan hasil yaitu perbaikan postur dan keseimbangan. Setelah postur dan keseimbangan bagus maka akan menjadi mudah diberikan program selanjutnya dan perkembangan pasien signifikan. Jika pasien lebih cepat memperoleh perbaikan maka target masa emas yang hanya sekitar 4 bulan dapat dipenuhi. c) Manfaat Bagi Institusi Sebuah institusi pelayanan kesehatan akan mendapatkan penilaian dari pasien setelah mengetahui apa hasil yang didapat 13

14 pasien setelah menjalani serangkaian program fisioterapi. Apabila hasil yang didapatkan memuaskan maka sebuah institusi pelayanan kesehatan akan mendapat nilai plus dari pasien. Dengan melihat hasil penelitian dan evidance basenya maka peneliti merasa yakin bahwa akan bermanfaat mempercepat program fisioterapi. d) Manfaat Bagi Pendidikan Sebagai hasil penelitian yang terbukti efektif maka institusi pendidikan mendapatkan sebuah referensi terbaru yang dapat dimasukkan dalam kurikulum pendidikan fisioterapi. Perkembangan ilmu fisioterapi yang disalurkan kepada para mahasiswa melalui institusi pendidikan atau perkuliahan akan terdukung oleh hasil penelitian ini. e) Manfaat Bagi Peneliti Peneliti bisa mengetahui bahwa rehabilitasi postur dan keseimbangan pada pasien stroke akan lebih efektif apabila menggunakan metode latihan stabilitas scapula. Peneliti dapat membandingan antara yang memakai latihan stabilitas scapula dengan yang tidak memakai latihan stabilitas scapula. 14