I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada

dokumen-dokumen yang mirip
PEREKONOMIAN INDONESIA

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

TINJAUAN KEBIJAKAN HARGA BERSUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK DARI MASA KE MASA Jumat, 30 Maret 2012

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. Pada umunya konflik merupakan suatu gejala sosial yang sering muncul

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

DPR TOLAK PEMBERIAN PINJAMAN KEPADA IMF

Perekonimian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal akhir-akhir ini membawa peranan yang sangat

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK TAHUN 2004 DAN PROSPEK TAHUN 2005

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Herdiansyah Eka Putra B

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

Otoritas Moneter di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada pertengahan tahun adalah awal dari krisis moneter kawasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Memahami Krisis Yunani. Oleh: Nicholas Cachanosky

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 225, dan Indeks FTSE 100 terhadap pergerakan Indeks LQ45 Periode

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN 1. Berbeda dengan Undang undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB II ISI. masyarakat indonesia harus bisa mempertahankan nilai uang negara kita yaitu Rupiah. A. PEMBAHASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. berdampak buruk kepada industri perbankan nasional, yang menyebabkan bankbank

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( )

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar.

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB II LATAR BELAKANG KEBIJAKAN KENAIKAN HARGA BBM PADA PEMERINTAHAN SBY-JK PERIODE

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

SISTEM MONETER INTERNASIONAL

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

KEBIJAKAN EKONOMI PADA MASA PEMERINTAHAN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO (SBY) DAN JUSUF KALLA TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi dibebarapa wilayah Asia, termasuk Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah membawa perekonomian Indonesia dibawah kendali Lembaga Moneter Internasional (IMF), dan pada minggu kedua bulan Juli 1997, kurs rupiah mengalami kejatuhan mendekati Rp.3.000; per dollar dari sebelumnya Rp. 2.432; Menghadapi kondisi nilai tukar rupiah yang semakin terpuruk dengan jumlah cadangan devisa yang semakin tergerus, pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintahan Soeharto akhirnya meminta bantuan teknis dan dukungan dana jangka panjang kepada IMF. Kunjungan tim IMF ke Indonesia pada tanggal 31 Oktober 1997 kemudian menghasilkan kebijakan IMF pertama di Indonesia dalam menangani krisis finansial yang terjadi pada Negara Indonesia. Surat kesediaan yang bertajuk Memorandum on Economic and Finance Policies (MEFP) disepakati oleh Menteri Keuangan Mar ie Muhammad dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Soedradjad Djiwandono. Sebagai timbal balik atas kesepakatan pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan yang terkandung dalam memorandum tersebut, IMF

2 mengumumkan janji paket bantuan finansialnya kepada pemerintah Indonesia sebesar 43 Milliyar U$ (Ishak Rafick, 2007 : 407). Melalui mekanisme inilah kemudian IMF memegang kendali atas kebijakan yang tidak hanya berkaitan dengan persoalan ekonomi, tetapi juga mencakup persoalan politik dan hukum di Indonesia. Jika pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan yang tidak sejalan dengan garis kebijakan yang mereka sepakati, maka IMF tidak segan-segan mengancam untuk tidak mencairkan pinjaman sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Tekanan-tekan yang diberikan IMF kepada pemerintahan Soeharto telah menyebabkan semakin parahnya kondisi krisis yang dihadapi Indonesia. Kebijakan anggaran ketat yang dijalankan oleh Soeharto atas saran IMF telah mengakibatkan banyak perusahaan di Indonesia yang mengalami kebangkrutan, termasuk perusahaan yang dimiliki keluarga Soeharto dan kroninya. Kebijakan penghapusan subsidi yang juga merupakan komponen yang ditekankan IMF telah berimbas pada kekacauan sosial dan kerusuhan. Pada Mei 1998, karena kesepakatan antara IMF dan Soeharto, pemerintah mencabut subsidi bahan pokok, dan menaikan harga minyak dan listrik. Kebijakan ini menyulut penolakan keras dari rakyat dan tak lama kemudian Soeharto mengundurkan diri dari kekuasaannya. Memanasnya intensitas ketegangan ekonomi politik domestik ini kemudian mengundang reaksi internasional berupa perubahan politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Indonesia, yang semakin mendorong kejatuhan Soeharto dari tampuk kekuasaan. Pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto mengambil keputusan untuk mengakhiri periode kekuasaannya di Indonesia yang telah berlangsung selama 32 tahun. (Zainuddin Djafar, 2006 : 145)

3 Akan tetapi, kejatuhan Soeharto tidak berarti berakhirnya tekanan IMF terhadap pemerintah Indonesia. Naiknya B.J. Habibie sebagai presiden menggantikan Soeharto, justru menjadi fase di mana kebijakan ekonomi pemerintah lebih diprioritaskan kepada restrukturisasi perekonomian Indonesia dengan menitikberatkan pada implementasi kondisionalitas IMF. Bahkan pada masa pemerintahan Habibie, Indonesia juga melakukan perubahan dalam hal pola pinjaman dengan IMF, dari pinjaman siaga (stand-by arrangement) dengan masa pengembalian 3-5 tahun menjadi fasilitas pinjaman yang diperluas (Extended Fund Facility) dengan masa pengembalian 4-10 tahun dari total pinjaman sebesar SDR 4,7 milyar (US$ 6,2 milyar) untuk sisa 26 bulan.(salomo Simanungkalit, 2002 : 16) Berubahnya pola pinjaman Indonesia dengan IMF ini bermakna bahwa Indonesia harus mengadopsi program penyesuaian struktural dalam jangka waktu yang lebih panjang dan dengan kondisionalitas yang lebih ketat. Terdapat dua tekanan IMF yang menonjol pada masa pemerintahan B.J. Habibie. Pertama, terkait dengan kasus Bank Bali, pada 13 Agustus 1999 IMF mendesak pemerintah Indonesia untuk secepatnya membongkar tuntas skandal Bank Bali. Bahkan pada 15 September 1999, dengan tegas IMF menyatakan bahwa skandal Bank Bali harus segera dituntaskan oleh pemerintah Indonesia, jika tidak IMF mengancam akan menghentikan pencairan pinjaman kepada Indonesia. berhubungan dengan persoalan skandal Bank Bali ini, hubungan pemerintah Indonesia dengan IMF sempat mengalami kemacetan. Pada 16 September 1999, IMF menangguhkan pengiriman misinya ke Indonesia meskipun masih akan terus memantau keadaan. (SalomoSimanungkalit, 2002 : 18) Kemudian IMF mengungkapkan kekecewaannya terhadap sikap pemerintah, terutama dalam hal pengungkapan kasus Bank Bali. Dalam hal ini Badan

4 Pemeriksa Keuangan, yang terus menahan-nahan dan menolak untuk mempublikasikan laporan lengkap hasil investigasi auditor internasional terhadap skandal Bank Bali. Kedua, berkaitan dengan kasus kekerasan di Timor Timur, pada 5 September 1999 secara terang-terangan IMF mengancam akan menghentikan pinjaman milyaran dollar AS untuk Indonesia jika pemerintah gagal menghentikan kekerasan di Timor Timur. IMF juga mengatakan akan segera mengirimkan tim investigasi ke Timor Timur untuk melihat kebutuhan ekonomi Timor Timur setelah wilayah itu memutuskan merdeka dari Indonesia. Terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai Presiden pada Oktober 1999 menandai kembali pulihnya hubungan Indonesia dengan IMF pasca kemandekan pada masa pemerintahan B.J. Habibie terkait dengan skandal Bank Bali. Namun demikian, membaiknya hubungan Indonesia dan IMF bukan berarti bahwa pemerintahan Abdurrahman Wahid dapat luput dari tekanan IMF dalam berbagai kebijakan ekonomi. Bahkan kebijakan Presiden Wahid untuk mempublikasikan hasil audit skandal Bank Bali tersebut juga tidak terlepas dari tekanan IMF. Pada bulan Februari tahun 2000 Presiden Abdurrahman Wahid mengumumkan rencana kenaikkan harga BBM dengan alasan merupakan bagian kesepakatan dengan IMF. Ia juga menyatakan bahwa Indonesia tidak akan membatalkan rencana kenaikan harga BBM tersebut karena hal ini dapat menghalangi upaya Indonesia untuk mendapatkan pinjaman dari Dana Moneter Internasional.

5 Reaksi protes dan unjuk rasa dari berbagai elemen masyarakatpun terjadi menentang upaya pemerintah untuk menaikkan harga BBM ini. Presiden Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pencabutan subsidi BBM harus dilakukan pemerintah karena kalau tidak pemerintah akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana pinjaman dari IMF. (The Jakarta Post, 22 Febuari 2000). Dari pernyataan Abdurrahman Wahid terkait dengan rencana kenaikkan harga BBM tersebut, terlihat jelas bahwa pemerintah Indonesia saat itu berada di bawah tekanan IMF untuk menghapuskan subsidi BBM jika pemerintah menginginkan pinjaman dari IMF dapat terus mengucur. Hal ini tentu saja memicu demonstrasi dan protes di berbagai daerah, menentang rencana kenaikkan harga BBM di tengah-tengah kondisi perekonomian rakyat yang belum stabil. Selain itu, DPR juga belum menyepakati usulan kenaikkan harga BBM oleh pemerintah yang berdasarkan rencana akan direalisasikan pada 1 April 2000. Bahkan dalam rapat antara Komisi VIII DPR RI dengan TIM Pokja Tarif Pemerintah pada 30 Maret 2000, mayoritas anggota dewan meminta pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM (Republika, 31 Maret 2000). Akhirnya, setelah muncul berbagai protes dan penentangan dari DPR, pemerintah menunda kenaikan harga bahan bakar minyak pada 1 April 2000. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa pemerintah memutuskan untuk menunda kenaikan harga BBM sampai mekanisme pemberian subsidi bisa dilakukan. (Republika, 1 April 2000). Akan tetapi, keputusan pemerintah untuk menunda kenaikan harga BBM ini tidak dapat dimaknai bahwa

6 pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Abdurrahman Wahid tidak memenuhi sepenuhnya keinginan IMF. Namun demikian, pemerintah menunda implementasi kebijakan tersebut karena maraknya protes dan unjuk rasa dari masyarakat serta penentangan dari DPR. Keputusan Abdurrahman Wahid untuk menaikkan harga bahan bakar minyak kemudian semakin memperburuk citra dirinya di mata rakyat, sebagai presiden yang tidak memperhatikan persoalan ekonomi yang tengah dihadapi rakyat. Setelah sebelumnya pada pertengahan tahun 2000, meskipun tidak terbukti, Abdurrahman Wahid tersangkut skandal korupsi bernilai trilyunan rupiah. Kemudian pada bulan Februari dan April tahun 2001, DPR menyampaikan kecaman kepada Presiden Abdurrahman Wahid atas dugaan korupsi dan inkompetensi. Abdurrahman Wahid menyatakan bahwa tuduhan tersebut tidak beralasan dan mengabaikan tuntutan agar ia mengundurkan diri. Krisis politik kemudian semakin memanas pada akhir Juli 2001, terutama ketika Abdurrahman Wahid mengeluarkan dekrit untuk membekukan DPR. Akan tetapi para petinggi polisi dan TNI menolak untuk mentaati dekrit presiden tersebut. Akhirnya pada tanggal 23 Juli 2001, Majelis Permusyawaratan Rakyat melakukan sidang darurat untuk menurunkan Abdurrahman Wahid dari kursi kepresidenan dan digantikan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri.

7 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasai adalah sebagai berikut : 1. Adanya konflik antar elite pemerintahan di Indonesia menjadi penyebab timbulnya konflik hubungan antara IMF dengan pemerintahan Abdurahman Wahid seperti panasnya hubngan antara lembaga legeslatif dan eksekutif 2. Konflik hubungan yang terjadi antara IMF dengan Pemerintah Indonesia terlihat ketika IMF menunda pencairan bantuan keuangan kepada pemerintah Indonesia 3. Situasi-situasi dalam negeri seperti penolakan terhadap IMF dalam mengatasi krisis ekonomi di Indonesia serta intervensi asing pada masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid menambah beban pemerintahan Abdurahman Wahid serta menciptakan hubungan yang kurang harmonis antara pemerintah Indonesia dengan IMF 4. Kondisi ekonomi Indonesia tidak hanya dipengaruhi faktor internal dalam negeri saja, tetapi faktor eksternal seperti takanan dan kepentingan asing ikut mempengaruhi juga 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan pembatasan pada faktor-faktor internal dan eksternal konflik hubungan International Moneter Foundation (IMF) dengan pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid tahun 1999 2001. Hal ini dilakukan agar penelitian ini tersusun sebagaimana tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti.

8 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah pada uraian diatas, maka peneliti merumuskan masalah pada penelitian ini adalah : Faktor-faktor internal dan eksternal apa saja yang menyebabkan adanya konlik hubungan antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan munculnya konflik hubungan antara IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid 1.6 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai sumbangan tulisan mengenai sejarah ketatanegaraan Indonesia 2. Memberikan informasi dan gambaran yang jelas mengenai hubungan IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Tema yang diambil dalam penelitian ini adalah hubungan IMF dengan pemerintah Indonesia pada masa Presiden Abdurahman Wahid. Penelitian ini berkaitan dengan mata kuliah Sejarah Nasional Kontemporer. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu ilmu politik dan ilmu ekonomi, sesuai dengan tema yang diambil, dengan harapan peneliti dapat menjelaskan hubungan antara kebijakan politik dan ekonomi pemerintah

9 pada saat itu. Adapun skup temporalnya meliputi sepanjang kurun waktu 1999 2001, sedangkan skup spacialnya meliputi masa pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid. Sumber data yang mendukung tema dalam penelitian diharapkan diperoleh di Perpustakaan Unila, Perpustakaan Daerah Lampung, toko-toko buku, internet, dan penelitian ini dilakukan pada tahun 2011. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif karena data-data yang diperoleh kebanyakan berupa tulisan-tulisan, dokumen-dokumen, dan arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek yang diteliti. Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu sejarah.