Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Deskriptif Children Well-Being pada Korban Pelecehan Seksual yang Berusia 8-12 Tahun di Sukabumi

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Kelas VI Sekolah Dasar Full-Day Darul Ilmi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. jalur pantura Provinsi Jawa Barat yang memiliki luas wilayah km.

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak Jalanan di Rumah Sanggar Waringin Bandung

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Siswa-Siswi Kelas 6 di SD Sains Al-Biruni Bandung

Study Deskriptif Children Well Being Anak Penderita Leukimia All di Rumah Cinta Bandung

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Prosiding Psikologi ISSN:

Studi Deskriptif Mengenai Children Well-Being pada Anak Jalanan yang Bersekolah Usia 12 Tahun di Rumah Perlindungan Anak (RPA) Yayasan Bahtera Bandung

Studi Mengenai Domain-Domain Children Well Being pada Anak Panti Asuhan Usia 10 Tahun di Yayasan Al-Aisyiyah Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. ini laju informasi dan teknologi berjalan dengan sangat cepat. Begitu juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB 1 PENDAHULUAN. dewasa, anak juga memiliki harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being

Studi Deskriptif Domain Children Well Being pada Anak Usia 12 Tahun di Kelurahan Cicadas

BAB I PENDAHULUAN. keluarga tapi juga bagi kehidupan secara lebih luas. Pada dasarnya, anakanak

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 ini sejak pergantian Presiden lama kepada Presiden yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan seorang anak akan tergantung pada fungsi keluarganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan asset yang kelak akan menjadi penerus keluarga, menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

Subjective Well-Being Pada Guru Sekolah Menengah. Dinda Arum Natasya Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

2015 SUBJECTIVE WELL-BEING PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. dukungan, serta kebutuhan akan rasa aman untuk masa depan. Orang tua berperan

Studi Deskriptif Student Engagement pada Siswa Kelas XI IPS di SMA Pasundan 1 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

SUBJECTIVE WELL-BEING PADA PENARI STUDIO SENI AMERTA LAKSITA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Subjective well-being / Children well-being. ada teori yang secara khusus mengkaji well-being pada anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. acuan dalam penelitian ini karena teori Subjective Well-being sesuai dengan

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bandung merupakan salah satu kota besar dengan kemajuan dibidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

Subjective Well Being pada Ibu yang Memiliki Anak Tuna Rungu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

Kesejahteraan Psikologis pada Survivor Kanker di Bandung Cancer Society (BCS)

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dampak perubahan tersebut salah satunya terlihat pada perubahan sistem keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar lima tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 30 Desember 2005,

HUBUNGAN ANTARA RASA BERSYUKUR DAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA PENDUDUK MISKIN DI DAERAH JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun sesudahnya menyebabkan timbulnya berbagai masalah. Banyak industri yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. variabel bebas dengan variabel tergantungnya. selengkapnya dapat dilihat di lampiran D-1.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas : Terapi Kebermaknaan Hidup

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir masa kanak-kanak (late childhood) berlangsung dari usia enam

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya, menurut beberapa tokoh psikologi Subjective Well Being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

Hubungan Antara Coping Stress dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa Luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan fisik

Studi Mengenai Domain Children Well-Being pada Anak Usia 8 Tahun yang Tinggal di Daerah Dataran Banjir Babakan Leuwi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar seperti makan, minum, dan pakaian hingga kebutuhan untuk diakui

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya masyarakat, tanggung jawab penjagaan, perawatan, dan pengasuhan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagi tugas seperti mencari nafkah, mengerjakan urusan rumah tangga,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

MENINGKATKAN PENGEMBANGAN ASPEK EMOSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN ANAK

Psikologi Kepribadian I Teori Interpersonal Harry Stack Sullivan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

Transkripsi:

Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh Nelayan di Desa Karangsong Indramayu ¹Hemas Farah Khairunnisa, ²Fanni Putri Diantina 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No.1 Bandung 40116 e-mail : ¹hemasfarahk@gmail.com, ²fanni.putri@gmail.com Abstrak. Tugas perkembangan anak dalam fase late childhood menurut Havighurst dalam Hurlock (1980), terhambat untuk dipenuhi oleh anak usia sekolah di Desa Karangsong, dimana sebagian besar waktu yang dimiliki dihabiskan untuk bekerja sebagai buruh nelayan. Dampaknya beberapa anak tidak fokus untuk sekolah dan beberapa anak menjadi putus sekolah. Terdapat perbedaan penilaian atau evaluasi yang ditunjukkan anak buruh nelayan dalam memandang aspek kehidupannya. Penilaian dan evaluasi anak terhadap kesejahteraan hidupnya disebut children well-being. Children well-being adalah pemahaman mengenai persepsi, evaluasi dan cita-cita anak mengenai kehidupannya, (UNICEF, 2012). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data empiris mengenai gambaran children well-being sebagai kesejahteraan hidup anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu. Subjek penelitian ini yaitu 33 anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu dengan rentang usia 8-12 tahun. Hasil penelitian menunjukkan di 3 kelompok usia terdapat perbedaan pemaknaan kepuasan pada domain kehidupan. Pada usia 8 tahun domain paling tinggi adalah domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health, usia 10 tahun adalah domain satisfaction with area living in dan school satisfaction, dan usia 12 tahun adalah domain satisfaction with interpersonal relationship, satisfaction with the area living in, satisfaction with school, satisfaction with health dan personal satisfaction. Kata kunci: Children well-being, Pekerja Anak (Buruh Anak), Late childhood A. Pendahuluan Desa Karangsong merupakan desa yang memiliki Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan jumlah nelayan terbesar di Kabupaten Indramayu dan juga terbesar di Jawa Barat. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, pekerjaan sebagai nelayan atau buruh nelayan di Desa Karangsong ini bukan hanya dilakukan oleh orang tua atau orang dewasa melainkan anak-anak yang merupakan usia sekolah yang juga bekerja sebagai buruh nelayan. Dimana sebagian besar waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk bekerja di TPI Karangsong. Anak-anak ini bekerja dikarenakan penghasilan orang tua yang minim dan tidak mencukupi perekonomian keluarga. Usia anak-anak yang bekerja sebagai buruh nelayan dimulai dari anak usia 8 tahun hingga 12 tahun. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Desa Karangsong Indramayu ini, anakanak yang bekerja sebagai buruh nelayan terlihat tidak memperhatikan penampilan mereka; terlihat dari warna rambut yang kemerahan, memiliki kuku yang panjang dan hitam, dan baju yang juga terlihat lusuh, pada bagian celana terdapat noda hitam terkena oli sepeda, serta adanya coretan-coretan tinta pulpen, bahkan ada beberapa dari mereka yang tidak memakai alas kaki. Anak-anak buruh nelayan ini tampak berkeringat dengan kulit terbakar sinar matahari karena mereka banyak melakukan kegiatan di luar rumah (bekerja). Beberapa dari anak-anak buruh nelayan ini juga tidak pandai dalam berbahasa Indonesia, bahkan mereka tidak mengetahui berapa umur mereka. Hal-hal tersebut di atas sangat bertentangan dengan Konvensi PBB tentang Hak Anak Pasal 32, yaitu anak memiliki hak untuk dilindungi dari eksploitasi ekonomi dan dari melakukan pekerjaan yang berpotensi mengandung risiko bahaya atau mengganggu pendidikan anak. Apabila dilihat dalam tugas perkembangan, anak-anak usia 8-12 tahun termasuk ke dalam periode usia anak-anak akhir (late childhood). Periode usia anak- 87

88 Hemas Farah Khairunnisa, et al. anak akhir ini memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus dilalui, yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri selaku makhluk biologis, belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat sehari-hari, belajar mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri), belajar mengembangkan sikap positif di kehidupan sosial. Namun, anak-anak yang bekerja menjadi buruh nelayan di Desa Karangsong ini menghabiskan lebih banyak waktu yang mereka miliki untuk bekerja dan berada di luar rumah. Mereka tidak seharusnya berada di luar rumah dan bekerja untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Anakanak buruh nelayan ini harus membagi waktu yang mereka miliki untuk belajar (baik di sekolah maupun di rumah), beristirahat, mengeksplorasi lingkungan dan bekerja, dengan begitu kesempatan yang mereka miliki untuk menjalankan tugas-tugas perkembangan yang seharusnya dilalui menjadi terbatas. Sehingga, tugas perkembangan yang seharusnya dilalui oleh anak-anak usia tersebut menjadi terhambat. Hal ini berbeda dengan anak-anak lain pada umumnya, mereka difokuskan hanya untuk belajar, beristirahat, dan mengeksplorasi lingkungan. Anak-anak lain pada umumnya tidak membagi waktu yang mereka miliki dengan bekerja, sehingga mereka dapat melalui tugas-tugas perkembangan pada usianya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris yang dapat menunjukkan gambaran mengenai children well-being sebagai kesejahteraan hidup anak yang bekerja sebagai buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu. B. Landasan Teori Penelitian ini menggunakan variabel children well-being yang diadaptasi dari konsep teori subjective well-being dari Diener dan dimodifikasi oleh UNICEF. Menurut Diener (2003), subjective well-being merupakan evaluasi subjektif seseorang mengenai kehidupan termasuk konsep-konsep seperti kepuasan hidup, emosi menyenangkan, fulfillment, kepuasan terhadap area-area seperti (pernikahan, pendidikan dan pekerjaan), dan tingkat emosi tidak menyenangkan yang rendah. Pada penelitian ini karena menggunakan subjek anak-anak sehingga istilah yang digunakan adalah children well-being. Evaluasi anak-anak mengenai kehidupan mereka dapat ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepuasan dalam kehidupannya secara keseluruhan atau pada domain-domain tertentu dalam kehidupannya. Domaindomain tersebut yaitu domain children well-being. Domain-domain children wellbeing diturunkan dari komponen kognitif subjective well-being yaitu evaluasi terhadap kepuasaan hidup (The Children s Society, 2013). Dimana pada delapan domain children well-being tersebut sudah terdapat di dalamnya komponen kognitif dan afektif. Domain tersebut diperoleh dari hasil penelitian Cassas (dalam UNICEF, 2012) yang menunjukkan bahwa terdapat delapan domain yang dianggap paling penting terkait dengan kesejahteraan anak. Domain-domain tersebut, yaitu (1) home satisfaction yaitu pemaknaan anak terhadap tempat tinggalnya (rumahnya), (2) satisfaction with material things yaitu pemaknaan anak terhadap benda-benda yang dimilikinya, (3) satisfaction with area living in yaitu pemaknaan anak terhadap area di lingkungan rumahnya, (4) satisfaction with interpersonal relationship yaitu pemaknaan anak terhadap hubungannya dengan orang-orang terdekat, (5) satisfaction time organization yaitu pemaknaan anak terhadap pengorganisasian waktu yang dilakukannya, (6) satisfaction with school yaitu pemaknaan anak terhadap sekolahnya, Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 89 (7) satisfaction with health yaitu pemaknaan anak terhadap kesehatannya, dan (8) personal satisfaction yaitu pemaknaan anak terhadap dirinya sendiri. Untuk tugas perkembangan anak usia late childhood menggunakan teori dari Havighurst (dalam Hurlock, 1980), yaitu belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, membentuk sikap yang sehat terhadap diri sendiri selaku makhluk biologis, belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, belajar mengembangkan konsep agama, ilmu pengetahuan, adat istiadat sehari-hari, belajar mengembangkan kata hati, belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi (bersikap mandiri), belajar mengembangkan sikap positif di kehidupan sosial. C. Hasil dan Pembahasan Tabel 3.1 Rekapitulasi Domain Paling Tinggi dan Rendah Usia 8, 10, dan 12 Tahun Domain Paling Tinggi Persentase Domain yang rendah Persentase Usia 8 tahun Sat. with interpersonal relationship Sat. with health Sat. with time organization 43% Usia 10 tahun Sat. with the area living in Sat. with school Sat. with time organization 41,2% Sat. with interpersonal relationship Sat. with the area living in Usia 12 tahun Sat. with school Sat. with time organization 44,4% Sat. with health Personal satisfaction Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

90 Hemas Farah Khairunnisa, et al. 1. Subjek 8 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 8 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health. Anakanak buruh nelayan usia 8 tahun menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain interpersonal relationship, dimana mereka memiliki kepuasan dalam hubungan mereka dengan teman-teman, tetangga ataupun dengan orang lain di sekitar lingkungan mereka. Hal tersebut sesuai dengan ciri dan tugas perkembangan anak usia late childhood (Havighurst, dalam Hurlock 1980), anak usia ini merupakan usia bermain dan berkelompok, mereka masih belajar dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, memiliki minat dan kegiatan dalam bermain, sehingga banyak membentuk hubungan dengan orang-orang yang berada di lingkungan sekitarnya. Anak-anak pada usia ini juga mempelajari sikap memberi dan menerima dalam kehidupan sosial anak-anak sebaya. Mereka belajar bersahabat dengan orang-orang di sekitarnya dan mengembangkan suatu kepribadian sosial. Hal-hal tersebut mengakibatkan anak-anak buruh nelayan mampu membina keakraban dengan orang lain diluar lingkungan keluarga, bukan hanya dengan anak-anak sebayanya melainkan dengan orang-orang lain secara umum. Anak-anak buruh nelayan usia 8 tahun yang menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain health, merasa puas dengan kondisi kesehatan dan keadaan tubuhnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Beegle, et al (2009) di Vietnam yang mengatakan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari pekerja anak pada kesehatan anak. Hal tersebut diduga menjadi faktor yang menyebabkan anak-anak buruh nelayan tidak memperhatikan kesehatan mereka. Mereka merasa bahwa kondisi kesehatan mereka tidak bermasalah, tidak pernah mengeluhkan mengenai kondisi kesehatan mereka, dan tidak begitu khawatir dengan keadaan tubuh mereka, selagi mereka dapat berjalan dan mampu untuk menghasilkan uang, maka mereka menganggap bahwa keadaan tubuh mereka baik-baik saja. Hal tersebut didukung dengan data demografi, pendidikan ayah dari anak-anak buruh nelayan yang sebagian besar merupakan lulusan SD dan SMP dimana mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup banyak mengenai kesehatan, sehingga orang tua dari anak-anak buruh nelayan ini diduga tidak memberikan perhatian yang lebih pada pemahaman mengenai kesehatan. 2. Subjek 10 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 10 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with the area living in dan satisfaction with school. Anak-anak buruh nelayan usia 10 tahun menunjukkan perasaan puas di domain satisfaction with area living in, dimana mereka merasa puas dengan area di lingkungan rumahnya. Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 91 Menganggap bahwa di lingkungan sekitarnya terdapat cukup tempat untuk bermain, merasa aman ketika berjalan-jalan di lingkungan sekitar tempat tinggal, dan merasa puas dengan lingkungan tempat tinggalnya secara umum. Anak-anak buruh nelayan ini merasa bahwa di lingkungan tempat tinggalnya terdapat fasilitas yang cukup untuk bermain, seperti mereka dapat berenang di pantai, bermain bola di lapangan yang luas, dan berkeliling dengan menggunakan sepeda. Mereka merasa aman ketika bermain di lingkungan sekitarnya. Mereka juga merasa puas dengan lingkungan tempat tinggalnya secara umum. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian dari The Children s Society (2015) bahwa area bermain yang aman, bersih, dan menyenangkan menjadi faktor penting dalam menentukkan kepuasan anak terkait domain area living in. Anak-anak buruh nelayan usia 10 tahun menunjukkan perasaan puas yang tinggi di domain school satisfaction, merasa puas dengan sekolah mereka. Mereka merasa senang pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan mereka merasa aman bila berada di sekolah, tidak ada teman sekolahnya yang memusuhi ataupun memukuli mereka. Guru-guru di sekolah mereka juga selalu mendengarkan apa yang mereka bicarakan dan berlaku adil terhadap semua siswa di sekolah mereka. Hal tersebut sejalan dalam hasil laporan The Children s Society (2012) yang dikatakan bahwa sekolah dipandang sebagai komponen utama keseluruhan kesejahteraan anak-anak dan ada berbagai komponen pada kesejahteraan sekolah termasuk kepuasan dengan lingkungan sekolah, hubungan dengan guru dan anak-anak lain di sekolah, dan tugas sekolah dan belajar, pengalaman yang dialami di sekolah, dan keselamatan di sekolah juga merupakan masalah penting untuk kesejahteraan anak-anak. 3. Subjek 12 Tahun Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh pada subjek usia 12 tahun memaknakan puas terhadap kedelapan domain, dimana domain yang dominan dimaknakan puas dengan persentase sebesar adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship, satisfaction with the area living in, satisfaction with school, satisfaction with health dan personal satisfaction. Anakanak buruh nelayan di Desa Karangsong merasa bahwa mereka memiliki hubungan yang baik terhadap orang-orang yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Mereka memiliki banyak teman dan merasa senang dengan perilaku baik yang ditampilkan teman-temannya terhadap mereka. Mereka juga merasa senang dengan perilaku tetangga yang bersikap baik terhadap mereka. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa tugas perkembangan menurut (Havighurst, dalam Hurlock 1980), yaitu masa late childhood yang memang merupakan usia bermain dan berkelompok, memberikan kontribusi pada pemaknaan kepuasan di domain interpersonal relationship pada anak-anak buruh nelayan Desa Karangsong Indramayu. Penelitian dari The Children s Society (2012), dikatakan bahwa ada beberapa perbedaan yang menarik dalam pandangan anak-anak di daerah Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

92 Hemas Farah Khairunnisa, et al. perkotaan dan pedesaan. Anak-anak di daerah pedesaan yang kurang puas dengan fasilitas lokal tetapi tampaknya menjadi sedikit lebih mungkin untuk merasa aman dan memiliki kebebasan di daerah mereka. Hal ini sejalan dengan hasil perhitungan data, bahwa anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun ini meskipun mereka tinggal di daerah pesisir pantai, jauh dari fasilitas umum dan akses menuju kota yang dapat dikatakan tidak begitu dekat. Mereka merasa puas dengan lingkungan tempat tinggal mereka secara umum, dimana lingkungan tempat tinggal mereka memiliki tempat bermain yang cukup sehingga dapat melakukan hal-hal yang menyenangkan dengan teman-teman. Mereka juga merasa aman ketika berjalan di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain satisfaction with school, merasa puas dengan sekolahnya. Anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong Indramayu merasa senang pergi ke sekolah, hal ini dikarenakan mereka merasa aman bila berada di sekolah, tidak ada teman sekolahnya yang memusuhi ataupun memukuli mereka. Guru-guru di sekolah mereka juga selalu mendengarkan apa yang mereka bicarakan dan berlaku adil terhadap semua siswa di sekolah mereka. Mereka juga merasa senang terhadap hal-hal yang telah dipelajari di sekolah. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain health merasa puas dengan kondisi kesehatan dan keadaan tubuhnya. Mereka juga merasa bahwa kondisi kesehatan mereka tidak bermasalah, mereka tidak pernah mengeluhkan mengenai kondisi kesehatan mereka. Mereka juga tidak begitu khawatir dengan keadaan tubuh mereka, selagi mereka dapat berjalan dan mampu untuk menghasilkan uang, maka mereka menganggap bahwa keadaan tubuh mereka baik-baik saja. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Beegle, et al (2009) di Vietnam yang mengatakan bahwa tidak ada efek yang signifikan dari pekerja anak pada kesehatan anak. Sehingga, dapat dikatakan bahwa anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong tidak begitu khawatir dengan kondisi fisik dan kesehatannya. Anak-anak buruh nelayan usia 12 tahun menunjukkan perasaan puas di domain personal satisfaction, merasa puas dengan keadaan dirinya sendiri. Mereka memiliki rasa percaya diri, mengenai kehidupan secara keseluruhan. Mereka merasa puas, bahagia, dan aktif dalam menjalankan kehidupannya seharihari. Mereka juga merasa puas dan bahagia mengenai keadaan dirinya saat ini ataupun hidup mereka di masa yang akan datang, sehingga mereka tidak memiliki rencana untuk mengubah kondisi yang terjadi di dalam kehidupannya. Hal ini sejalan dengan hasil laporan The Children s Society (2012), memiliki penilaian yang positif terhadap diri sendiri menjadi hal yang penting untuk menilai kesejahteraan pada anak. Anak-anak perlu untuk melihat diri mereka secara positif, dan pantas untuk dihormati oleh orang dewasa maupun anak-anak lainnya. Hal-hal lain yang mendukung kepuasan pada domain personal adalah bagaimana anak menilai penampilan mereka, apakah mereka merasa terganggu, dan apakah Volume 2, No.1, Tahun 2016

Studi Deskriptif Children Well-Being pada Anak yang Bekerja sebagai Buruh 93 pendapat mereka didengarkan oleh orang dewasa, menjadi kunci paling penting dari kesejahteraan anak. Selain itu, kebebasan untuk memilih juga menjadi hal penting dalam menentukan kepuasan anak. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh bahwa ketiga usia ini memaknakan tidak puas yang rendah pada domain time organization, dimana anakanak buruh nelayan ini merasakan ketidakpuasan mengenai pengorganisasian waktu luang yang dimilikinya. Anak-anak yang menunjukkan kepuasan yang rendah di dalam domain ini merasa tidak puas mengenai waktu mereka, karena mereka menganggap waktu yang mereka miliki sangatlah terbatas, mereka tidak memiliki waktu untuk membantu mengerjakan tugas-tugas di rumah, mengerjakan PR, menonton TV, dan bermain. Berbeda dengan anak-anak lain yang tidak bekerja, mereka dapat dengan mudah untuk mengatur waktu mereka untuk bermain dan belajar, sehingga mereka dapat melalui salah satu tugas perkembangan anak pada masa late childhood. Tugas perkembangan anak pada usia ini yaitu anak belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan, dan anak belajar ketrampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung (Havighurst, dalam Hurlock 1980). Sedangkan, pada anak-anak buruh nelayan, mereka memiliki tuntutan dalam membagi waktu yang mereka miliki untuk bermain, belajar dan bekerja. Sehingga, mereka merasa kesulitan dalam mengorganisasikan waktu mereka. Berdasarkan hasil laporan dari The Children s Society (2012) mengenai promoting positive well-being for children, dikatakan bahwa keseimbangan dalam menggunakan dan mengatur waktu sama pentingnya, penting baik untuk anak-anak ataupun orang dewasa. Sehingga, individu yang memiliki keseimbangan dalam menggunakan waktu akan memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi. Anak-anak buruh nelayan di Desa Karangsong menunjukkan pemaknaan yang rendah pada domain time organization karena mereka tidak memiliki keseimbangan dalam menggunakan waktu yang mereka miliki. Mereka memiliki tuntutan untuk dapat membagi waktu, sehingga mereka merasa kesulitan dengan penggunaan waktu mereka. D. Kesimpulan Anak-anak buruh nelayan menunjukkan kepuasan yang tinggi pada kedelapan domain children well-being, dimana dari hasil persentase menunjukkan kepuasan anak di delapan domain berada di atas 50%. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 8 tahun adalah pada domain satisfaction with interpersonal relationship dan satisfaction with health. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 8 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap hubungan dengan orang-orang terdekat mereka dan kesehatan fisik mereka. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 10 tahun adalah pada domain satisfaction with area living in dan domain school satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 10 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap area di lingkungan rumahnya dan terhadap sekolahnya. Kepuasan yang paling tinggi pada anak buruh nelayan usia 12 tahun adalah pada domain (1) satisfaction with interpersonal relationship, (2) satisfaction with the area living in, (3) Psikologi, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

94 Hemas Farah Khairunnisa, et al. satisfaction with school, (4) satisfaction with health dan (5) personal satisfaction. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek usia 12 tahun ini merasakan kepuasan yang tinggi terhadap hubungan dengan orang-orang terdekatnya, area di lingkungan rumahnya, sekolahnya, kesehatannya, dan keadaan dirinya sendiri. Sedangkan, kepuasan yang rendah dirasakan pada ketiga usia tersebut adalah pada domain time organization. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh subjek ketiga usia ini merasakan kepuasan yang rendah terhadap pengorganisasian waktu luang yang mereka miliki. Daftar Pustaka Diener, Ed., Lucas, Richard E & Oishi, Shigero. (2003). Personality, culture, and subjective well being: emotional and cognitive evaluation of life. Annual Reviews of Psychology. Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. (edisi ke-lima). Jakarta: Erlangga. The Children s Society. (2012). The Good Childhood Report 2012. London : The Children s Society. Diunduh pada Januari 2012 dari : http://www.childrenssociety.org.uk. (2013). The Good Childhood Report 2012. London : The Children s Society. Diunduh pada Januari 2012 dari : http://www.childrenssociety.org.uk UNICEF. (2012). Children s well-being from their own point of view. Spain: Universitat de Giroha. Volume 2, No.1, Tahun 2016