ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Pencegahan dan. Kebakaran. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UNJUK KERJA KOMPOR BERBAHAN BAKAR BIOGAS EFISIENSI TINGGI DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP

Lampiran 1 Hasil pengukuran nilai densitas terhadap peningkatan suhu (penelitian pendahuluan)

Cara uji jalar api pada permukaan bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Revisi SNI Daftar isi

BAB III PERANCANGAN.

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1. KARAKTERISTIK LEDAKAN [4]

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Studi Beasiswa Fasttrack. Studi Simulasi Kebakaran Bawah Tanah pada Transportasi Massal Berkecepatan Tinggi (Mass Rapid Transit)

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. No Jenis Pengujian Alat Kondisi Pengujian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II PERPINDAHAN PANAS DALAM PENDINGINAN DAN PEMBEKUAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

PENJALARAN KEBAKARAN PADA SUATU KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG AKIBAT SUMBER PANAS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1. Dr. Ridho Hantoro, ST, MT 2. Dyah Sawitri, ST, MT

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

BAB IV HASIL DAN ANALISA. 4.1 Perhitungan konsumsi bahan bakar dengan bensin murni

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. SAMPAH

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material utama yang banyak digunakan untuk

METODOLOGI PENELITIAN

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB 4 HASIL & ANALISIS

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

PROSES ADIABATIK PADA REAKSI PEMBAKARAN MOTOR ROKET PROPELAN

LAMPIRAN B PERHITUNGAN. 1 β

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan

BAB II LANDASAN TEORI

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB IV PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN ALAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

KARYA AKHIR PERANCANGAN MODEL ALAT PENGERING KUNYIT

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Saran. 159

Sidang Tugas Akhir - Juli 2013

PEMBUATAN ALAT UKUR KONDUKTIVITAS PANAS BAHAN PADAT UNTUK MEDIA PRAKTEK PEMBELAJARAN KEILMUAN FISIKA

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

02. Jika laju fotosintesis (v) digambarkan terhadap suhu (T), maka grafik yang sesuai dengan bacaan di atas adalah (A) (C)

ABSTRAK. Kata Kunci: Blok Bahan Pasangan Dinding, Agregat bekas, Aspal sisa, Kuat tekan. iii

Grafik CO Terhadap Putaran Mesin

PENGARUH VARIASI TINGGI BEBAN TERHADAP EFISIENSI KOMPOR MINYAK TANAH BERSUMBU

Analisa Teoritis Berat Jenis dan Panas Spesifik Gas Pembakaran Pada Ketel Uap Mini Model Horizontal Di Tinjau Dari Susunan Pipa (Tubes)

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

Transkripsi:

ROOM FIRES (KEBAKARAN DALAM RUANGAN) HENY TRIASBUDI, IR., MSC. FIRE SAFETY SPECIALIST

PENDAHULUAN Pertumbuhan api secara tipikal berlangsung dalam 4 tahap : Incipient (awal nyala api). Growth (api mulai membesar). Fully deeloped (api terjadi secara penuh). Decay (api mulai padam). (Lihat Gambar 1). Kebakaran dalam ruangan secara teoritis juga mengikuti tahap pertumbuhan api seperti di atas. Kebakaran dalam ruangan dibedakan menjadi: Kebakaran pre flashoer. Kebakaran post flashoer. (Lihat Gambar ). Perilaku kebakaran pre flashoer penting dalam mendesain keselamatan gedung dalam menghadapi kebakaran. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires

Gambar 1. Tahap Pertumbuhan Api. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 3

Gambar. Pre Flashoer dan Post Flashoer padatahap Pertumbuhan Api. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 4

PRE FLASHOVER FIRES Reaksi kebakaran memerlukan oksigen yang pada awalnya didapat dari udara dalam ruangan, tetapi karena kekurangan, oksigen diambil dari luar ruangan melalui bukaan (pintu/ jendela). Energi yang dihasilkan oleh kebakaran akan menarik udara dingin dari luar ke dalam fire plume dan mendorong produk kebakaran ke luar melalui bagian atas pintu Fire plume membawa produk kebakaran ke langitlangit, produk ini yang akhirnya membentuk lapisan atas panas. Ketebalan dan temperatur lapisan atas panas makin bertambah sesuai dengan pertumbuhan api. Lapisan bawah yang dingin sedikit demi sedikit dipanasi oleh percampuran dan radiasi panas dari lapisan atas panas. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 5

Pada saat plume mencapai langit-langit terjadi aliran gas panas secara radial yang disebut ceiling jet. Arah ceiling jet tergantung dari bentuk permukaan langit-langit. Volume asap dan gas panas di lapisan atas panas makin tebal, sehingga pada suatu saat produk kebakaran mengalir keluar melalui bagian atas pintu. Tebal lapisan panas atas tergantung dari ukuran, durasi kebakaran dan ukuran pintu atau jendela. Bahan pelapis dinding, lantai dan langit-langit secara signifikan mempengaruhi pertumbuhan api. Perhitungan kebakaran pre flashoer pada umumnya dilakukan dengan bantuan komputer karena memerlukan perhitungan yang rumit. Program yang sering digunakan: ASET, FIRE SIMULATOR, CFAST, FASTLite. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 6

Gambar 3. Tahap Awal Kebakaran dalam Ruangan. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 7

FLASHOVER Pada saat bertambah tingginya temperatur di lapisan atas panas, panas radiasi juga akan semakin tinggi mengenai seluruh benda yang ada dalam ruangan. Pada leel kritis panas radiasi, seluruh benda yang dapat terbakar dalam ruangan akan terbakar yang mengakibatkan meningkatkan secara cepat laju pelepasan panas dan temperatur. Kejadian transisi antara pre flashoer dan post flashoer ini disebut flashoer. Flashoer tidak mungkin terjadi di udara terbuka, hanya terjadi dalam ruangan. Flashoer akan terjadi bila panas dari kebakaran mencapai nilai kritis yang terkait dengan ukuran dari bukaan entilasi (pintu, jendela). 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 8

Untuk ruangan dengan satu jendela, nilai kritis pelepasan panas dihitung dengan persamaan Thomas: Q 0.007A 0. 378A fo t H Di mana: Q fo : panas pelepasan (MW) A t : luas permukaan dalam ruangan (m ) A : luas bukaan jendela (m ) H : tinggi jendela (m) 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 9

POST FLASHOVER FIRES Setelah flashoer, perilaku api berubah secara drastis. Aliran udara dan gas hasil kebakaran menjadi sangat turbulen. Temperatur sangat tinggi dan radiasi panas dalam ruangan menyebabkan seluruh permukaan benda padat yang dapat terbakar mengeluarkan sejumlah besar gas yang dapat terbakar di mana masih terdapat oksigen yang cukup. Kebakaran post flashoer dikendalikan oleh adanya entilasi, sehingga laju pembakaran tergantung pada ukuran dan bentuk bukaan entilasi. Pada kebakaran yang dikendalikan oleh entilasi, laju kebakaran dibatasi oleh udara dingin yang masuk dan udara panas yang keluar dari ruangan. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 10

Dalam ruangan dengan satu bukaan, Kawagoe membuat persamaan sebagai berikut: m 0. 09 A H Di mana: ṁ : laju kebakaran (kg/s) A : luas bukaan jendela (m ) H : tinggi jendela (m) Laju kebakaran yang dikendalikan entilasi: Q m ent H c Di mana: Q ent : laju pelepasan panas (MW) ṁ : laju kebakaran (kg/s) ΔH c : panas pembakaran (MJ/kg) 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 11

Durasi kebakaran: t E / Q b f ent Di mana: t b : durasi (s) E f : energi bahan bakar (MJ) Q ent : laju pelepasan panas (MW) Persamaan Law: m 0.18A H W / D 1 e 0.036 Di mana: W : panjang ruangan (m) D : lebar ruangan (m) e : eksponen (.7188) Ω : faktor bukaan Di mana: A t A / A H A t : Luas bukaan total (m ) 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 1

Faktor entilasi: F A H / A t Di mana: F : faktor entilasi (m 1/ ) Bukaan ganda (multiple openings): A 1H1 A H A H / A A1 A B1H 1 BH At l1l l1h r l Di mana: l 1 : panjang ruangan (m), B i : lebar jendela ke i (m) l : lebar ruangan (m), H i : tinggi jendela ke i (m) H r : tinggi ruangan (m), (Lihat Gambar 4). 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 13 H r

Gambar 4. Ruangan dengan Bukaan lebih dari satu. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 14

MENGHITUNG TEMPERATUR DAN DURASI KEBAKARAN Ada beberapa cara untuk menghitung temperatur dan durasi (waktu) kebakaran: secara manual menggunakan persamaan, rumus, menggunakan gambar grafik dan menggunakan komputer. Salah satu cara manual disampaikan oleh The Eurocode (EC1, 1994), yang menghasilkan perkiraan yang relatif lebih akurat. Untuk menghitung decay rate (laju pelapukan), rumus yang dibuat oleh Eurocode dianggap kurang akurat, rumus ini diperbaiki oleh Feasey dan Buchanan (000). 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 15

Gambar 5. Cura Waktu - Temperatur. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 16

Menurut Eurocode, persamaan untuk waktu kebakaran: T Di mana: T : temperatur kebakaran ( C) t* : durasi fiksius (jam) Disebut fiksius karena waktu (durasi) dalam rumus ini berlaku untuk semua bahan bakar, bukaan dan material pelapis dinding ruangan. e : eksponen (.7188) Durasi fiktif (Eurocode): t * 135 1 t d 0.34e F / 0.04 b /1900 0.t* 0.04e 1.7t* Di mana: t d : durasi kebakaran (jam), berlaku untuk kondisi khusus. sehingga lebih akurat. b : inersia termal (Ws 0.5 /m K) 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 17 0.47e 19t*

Durasi kebakaran (Eurocode): t 0.00013E / d Di mana: t d : durasi kebakaran (jam) E : energi total bahan bakar (MJ) A H Laju pelapukan menurut Feasey dan Buchanan: dt dt dt dt ref F / 0.04 b /1900 Di mana: dt/dt : laju pelapukan (decay rate) ( C/jam) (dt/dt) ref : laju pelapukan referensi (Lihat Gambar 6) t d : durasi kebakaran (jam) b : inersia termal (Ws 0.5 /m K) 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 18

Gambar 6. Laju Pelapukan Referensi. 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 19

Contoh Soal 1: Dengan menggunakan rumus Flashoer Thomas, hitung laju pelepasan panas (heat release rate) yang dibutuhkan untuk menimbulkan flashoer dalam ruangan ukuran 6 m x 4 m tinggi 3 m dengan 1 jendela ukuran tinggi m, lebar 3 m. Penyelesaian: Luas permukaan dalam ruangan = A t 6 4 6 3 4 3 108 m Luas jendela = A BH Laju pelepasan panas = fo At l1l l1h r l 3 m 6m Q 0.007A 0. 378A Q fo 0.007 108 0.378 6 3. 96MW t H H r 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 0

Contoh Soal : Hitung laju pelepasan panas (heat release rate) yang dikendalikan oleh entilasi untuk menimbulkan kebakaran post flashoer dalam ruangan ukuran 6 m x 4 m tinggi 3 m dengan 1 jendela ukuran tinggi m, lebar 3 m, bila kayu yang terbakar dalam ruangan panas pembakarannya 16 MJ/kg dan densitas energi beban kebakaran 800 MJ/m. Penyelesaian: Laju kebakaran = m 0.09A H 0.09 6 0.781kg / s Laju pelepasan panas = Qent m H c 0,78 16 1. 5MW 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 1

Energi total = E f e f Af 800 6 4 1900MJ Durasi kebakaran = tb E f / Qent 1900 /1.5 1536s 5. 6menit 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires

Contoh Soal 3: Dengan menggunakan persamaan Law, hitung laju pelepasan panas (heat release rate) yang dikendalikan oleh entilasi dan durasi kebakaran dalam ruangan ukuran 6 m x 4 m tinggi 3 m dengan 1 jendela ukuran tinggi m, lebar 3 m yang terletak pada bagian panjang ruangan. Penyelesaian: Faktor bukaan = A t A / A H 1/ 108 6 / 6 1m Laju kebakaran = m m 0.18 6 6 / 4 0.18A H W / D 1 e 0.0361 1 e 0.657kg / s 0.036 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 3

Laju pelepasan panas = Qent m H c 0,657 16 10. 5MW Durasi kebakaran = tb E f / Qent 1900 /10.5 189s 30. 5menit 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 4

Contoh Soal 4: Dengan menggunakan data dan hasil perhitungan pada contoh soal 1, dan 3, hitung durasi dan maksimum temperatur kebakaran dalam ruangan dengan menggunakan persamaan parametrik. Ruangan dibangun dengan bahan beton. Karakteristik beton: Konduktifitas termal, k = 1.6 W/m K Densitas, ρ = 300 kg/m 3 Panas spesifik, c p = 980 J/kg K Penyelesaian: Inersia termal beton = b kc Faktor entilasi = F A p H / 1.6 300 980 A t 6 /108 1900Ws 0.079m 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 5 0.5 1/ / m K

Beban bahan bakar total = E e f Af 800 4 1900MJ Durasi kebakaran parametrik = t d A H 0.00013 1900 / 6 / 0.00013E / t d 0.94 jam 17. 6menit Durasi fiksius = t * F / 0.04 0.079 / 0.04 td 0.94 1. 15 b /1900 1900 /1900 jam 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 6

Temperatur maksimum = T T 135 1 0.34e 0.t* 0.04e 1.7t* 0.57 0.09 0 C 135 1 946 0.47e 19t* Durasi kebakaran t d = 17.6 menit, kurang dari 30 menit, maka laju pelapukan referensi, (dt/df) ref = 65 C/jam. (Lihat Gambar 6). Laju pelapukan = dt dt dt dt ref F / 0.04 b /1900 65 0.079 / 0.04 1900 /1900 Waktu penurunan temperatur = 946/878 = 1.08 jam. Durasi total dari flashoer sampai api padam = 0.9 + 1.08 = 1.37 jam (1 jam 0 menit). 11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 7 878C / jam

11/0/015 Heny Triasbudi/ Room Fires 8