BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. berupa uang/surat-surat berharga lainnya. hidup krama desa untuk menunjang pembangunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. untuk memotivasi individu-individu untuk mencapai keselarasan tujuan. Teori ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan perusahaan. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:1-2)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian pedesaan mempunyai peran sangat penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. meningkatnya pertanggung jawaban publik oleh perusahaan, maka konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berkeadilan dan mempercepat pembangunan daerah yang efektif dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis jasa keuangan yang dikelola oleh Desa Pekraman atau Desa Adat. Badan usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. sahamnya atau kepada pemilik perusahaan stakeholder. Salah satu cara untuk. keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal


BAB II KAJIAN PUSTAKA. berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KESEHATAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) STUDI KASUS PADA LPD DESA ADAT KEDONGANAN KUTA BADUNG TAHUN

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Peraturan Daerah Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 yang mana

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB I PENDAHULUAN. selama periode tertentu (Munawir, 2002:33). Rentabilitas suatu perusahaan dapat

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Kontribusi Lembaga Perkreditan Desa atau LPD dalam perekonomian

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pihak dan emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian perbankan dalam pasal 1 ayat 1 Undang-Undang No.10 Tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penyimpan, pemerintah dan masyarakat (Audhya, 2014). Profitabilitas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam kondisi sehat akan mampu menghadapi tingkat persaingan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Desa adat merupakan organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD) LPD di Bali mulai berkembang sejak tahun 1985 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 tertanggal 1 November 1984, yang lebih lanjut dikukuhkan kembali dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Daerah Tingkat I Bali No. 2 Tahun 1988 tertanggal 27 Januari 1988, dan telah diperbaharui kembali dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tanggal 12 September 2002 tentang LPD, bahwa untuk melestarikan dan meningkatkan kemandirian kehidupan desa pakraman dengan segala aspeknya, dipandang perlu mengadakan usaha-usaha memperkuat keuangan desa sebagai sarana penunjang melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD yang bergerak dalam usaha simpan pinjam. LPD adalah suatu nama bagi usaha simpan pinjam milik masyarakat desa pakraman yang berada di Provinsi Bali dan merupakan sarana perekonomian rakyat pedesaan. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002, LPD merupakan lembaga keuangan milik desa yang telah berkembang, memberikan manfaat sosial, ekonomi dan budaya kepada anggotanya, sehingga perlu dibina dan ditingkatkan kinerjanya dan dilestarikan keberadaannya. LPD bertujuan untuk membantu masyarakat desa dalam memecahkan masalah kelangkaan permodalan dan usaha pemupukan modal, untuk dikembangkan guna 14

meningkatkan usaha ekonomi rakyat, disamping juga untuk melestarikan keberadaan desa adat di seluruh Provinsi Bali. 2.1.2 Fungsi dan Tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Fungsi dan tujuan LPD sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali Nomor 8 Tahun 2002 adalah sebagai berikut. 1) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang terarah serta menyalurkan modal yang efektif. 2) Memberantas ijon, gadai gelap dan sejenisnya. 3) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan tenaga kerja di pedesaan. 4) Meningkatkan daya beli dan kelancaran lalu lintas pembayaran dan peredaran uang di desa. 2.1.3 Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan Keputusan peralihan Undang-Undang Perbankan No. 7 Pasal 58 tahun 1992 menyatakan bahwa Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan Kredit Desa (BKD), Badan Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan Kecamatan (LPK), Bank Karya Produksi Desa (BKPD) dan/atau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan undang-undang ini dengan memenuhi persyaratan tata cara yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Bentuk badan hukum Bank Perkreditan Rakyat sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 dapat berupa (Kasmir, 2009:48): 15

1) Perusahaan Daerah (PD). 2) Koperasi. 3) Perseroan Terbatas (PT). 4) Atau bentuk lain yang ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa LPD tidak menjadi bagian dari sistem perbankan karena LPD tidak mengajukan diri sebagai BPR. Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 8 Tahun 2002 juga telah menyatakan secara operasional LPD melakukan fungsi intermediasi keuangan layaknya sebuah BPR. 2.1.4 Kedudukan Desa Adat dalam Perkembangan LPD Menurut Dewi dan Suartana (2009:189) desa adat merupakan salah satu lembaga organisasi sosial yang bersifat tradisional. Desa adat memiliki beberapa hak otonomi. Salah satu diantaranya adalah otonomi dalam sosial ekonomi yang merupakan kekuasaan untuk mengatur hubungan antarkelompok masyarkat serta pengelolaan kekayaan desa adat. Kedudukan desa adat didalam perkembangan dan keberadaan LPD sangat strategis dalam pertimbangan sebagai berikut. 1) Desa adat merupakan lembaga tradisional yang telah mengakar dan dihormati oleh masyarakat pedesaan terutama adatnya. 2) Desa adat memiliki peraturan-peraturan yang telah disepakati dan dipatuhi, baik secara tertulis maupun belum. 3) Desa adat merupakan suatu lembaga tradisional yang bersifat kelompok yang didasarkan pada geografis adat yang sudah tentu interaksi sosial yang 16

terjadi sehari-hari menyebabkan bertambahnya rasa kesatuan dan kerjasama alamiah sebagai terwujudnya gotong royong yang terjalin erat. 4) Desa adat mempunyai kewajiban dan beban tanggung jawab yang cukup besar bila dibandingkan dengan hak yang dimiliki dan bantuan yang diperoleh dari pihak pemerintah daerah dan pusat. 2.1.5 Pengelolaan dan Kegiatan Usaha LPD Pengelolaan LPD dilakukan oleh pengurus, dimana pengurus bertanggung jawab kepada krama desa, dan di dalam melaksanakan dan mengelola LPD, pengurus dapat mengangkat karyawan dalam membantu kegiatan operasional lembaga. Pasal 7 Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali Nomor 8 Tahun 2002 yang saat ini sudah diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 tahun 2007 menyebutkan bahwa kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh LPD adalah sebagai berikut. 1) Menerima atau menghimpun dana krama desa dalam bentuk tabungan dan deposito. 2) Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif pada sektor pertanian, industri, atau kerajinan kecil, perdagangan, dan usaha-usaha lain yang dipandang perlu. 3) Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimal sebesar 100% dari jumlah modal, termasuk cadangan laba ditahan, kecuali batasan lain dalam jumlah pinjaman atau bantuan dana. 4) Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan Daerah dengan imbalan bunga bersaing dan pelayanan yang memadai. 17

LPD dilarang menanamkan modal pada perusahaan atau usaha milik anggota masyarakat atau milik perseorangan atau perusahaan berbadan hukum dimana pun (pasal 7 ayat 2). Larangan ini dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan usaha LPD yang terutama ditunjukkan untuk melayani usaha-usaha kecil di masyarakat desa. Ketentuan ini juga didasarkan pada pertimbangan penghindaran risiko ikut menanggung kerugian apabila perusahaan tempat menanam modal mengalami kerugian atau masalah lain yang dapat merugikan LPD. LPD hanya dapat menanamkan modalnya kepada usaha milik desa. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan lembaga keuangan dalam penghimpunan dana pihak ketiga, diantaranya yaitu: 1) kepercayaan masyarakat, 2) pendapatan masyarakat, 3) pelayanan lembaga keuangan, 4) ekspektasi tingkat bunga. 2.1.6 Tingkat Perputaran Kas Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai dari saat di mana kas itu diinvestasikan dalam modal kerja sampai kembali menjadi kas. Kas sebagai unsur modal kerja dengan tingkat likuiditas yang paling tinggi, menunjukkan semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan maka semakin rendah perputarannya. Hal ini mencerminkan adanya over investment dalam kas, begitu pula sebaliknya, jumlah kas yang relatif kecil akan menyebabkan diperolehnya tingkat perputaran kas yang tinggi. Perputaran kas juga 18

menunjukkan efisiensi penggunaan kas sehingga untuk mengetahui efisiensi penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya. Menurut Riyanto (2008:95) perbandingan sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover). Total penjualan dalam menghitung tingkat perputaran kas ini disamakan dengan total pendapatan. Formulasi perhitungannya adalah sebagai berikut: Tingkat Perputaran Kas = Total Pendapatan Rata-rata kas x kali..(1) 2.1.7 Pengertian Kredit Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah lepas dari masalah kredit. Menurut Stefan Arping (2004), pertumbuhan kredit menggambarkan tingkat volume kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga yang mampu memberikan peningkatan profitabilitas suatu lembaga keuangan. Sebagai lembaga keuangan, penyaluran kredit merupakan kegiatan utama. Kasmir (2009:97) mendefinisikan kredit menurut asal mulanya yaitu berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit maka berarti mereka memperoleh kepercayaan. Bagi pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali (Marliana dan Syahelmi, 2009:3). Menurut Siamat (2005:3), kredit merupakan pinjaman yang disertai janji untuk membayar kembali di masa yang akan datang. Sementara menurut Mahrinasari (2006:19) kredit adalah pemberian prestasi oleh satu pihak kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang akan datang disertai kontra prestasi berupa pendapatan bunga. 19

Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan kesepakatan atau perjanjian pinjam-meminjam antara pihak satu dengan pihak yang lain, dimana terdapat jangka waktu pengembalian kredit yang harus ditepati serta pihak peminjam wajib melunasi kewajibannya disertai dengan pemberian bunga kepada pihak yang memberikan pinjaman. 2.1.8 Tujuan dan Fungsi Kredit Suatu fasilitas kredit diberikan dengan memiliki tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan lepas dari misi bank terkait. Adapun beberapa tujuan utama pemberian suatu kredit (Kasmir, 2009:100), antara lain: 1) Mencari Keuntungan Untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut, terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini untuk menjamin kelangsungan hidup bank. 2) Membantu Usaha Nasabah Untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak peminjam akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3) Membantu Pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka akan semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. 20

Terkait dengan tujuan kredit, terdapat pula fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian, perdagangan, dan keuangan (Sarwedi, 2005:35) yaitu: 1) meningkatkan daya guna (utility) uang dan barang, 2) meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 3) salah satu stabilitas ekonomi, 4) menimbulkan gairah berusaha masyarakat, 5) kredit tanpa menciptakan alat pembayaran baru. Menurut Dodik Agung dan Gunarsih (2008:18) pemberian kredit bertujuan untuk memperoleh keuntungan dan untuk meningkatkan taraf hidup masyarkat. Berdasarkan Perda Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tujuan kredit yang diberikan suatu LPD mempunyai tugas, yaitu: 1) Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan pembangunan. 2) Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsi guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. 3) Memperoleh laba agar kelangsungan hidup lembaga keuangan terjamin dan dapat memperluas usahanya. 2.1.9 Macam-Macam Kredit Menurut Sudirman (2000:50), LPD menggolongkan kredit berdasarkan kolektibilitasnya menjadi 4 (empat) golongan sebagai berikut. 21

1) Kredit Lancar Suatu kredit digolongkan lancar apabila tidak ada tunggakan pokok atau bunga atau pembayaran pokok dengan bunga maksimal 3 (tiga) kali berturut-turut. 2) Kredit Kurang Lancar Suatu kredit digolongkan kurang lancar apabila menunggak pembayaran pokok atau bunga maksimal 6 (enam) kali berturut-turut. 3) Kredit Diragukan Suatu kredit digolongkan diragukan apabila menunggak pembayaran pokok atau bunga maksimal 9 (sembilan) kali berturut-turut. 4) Kredit Macet Suatu kredit digolongkan macet apabila terjadi penunggakan pembayaran pokok atau bunga lebih dari 9 (sembilan) kali berturut-turut. Kredit bermasalah akan berdampak negatif baik bagi kelangsungan hidup lembaga keuangan itu sendiri maupun bagi perekonomian negara (Meliyanti, 2005:4). Baik dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, biaya-biaya tambahan, dan dari segi profitabilitas sendiri kredit bermasalah akan berdampak pada penurunan profitabilitas. 2.1.10 Jenis-Jenis Kredit Menurut Kasmir (2009:103) kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat dapat dilihat dari berbagai segi, antara lain: 22

1) Dilihat dari segi kegunaannya (1) Kredit Investasi Biasanya digunakan untuk keperluan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. (2) Kredit Modal Kerja Digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. 2) Dilihat dari segi tujuan kredit (1) Kredit Produktif Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. (2) Kredit Konsumtif Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. (3) Kredit Perdagangan Kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli dalam jumlah besar. 23

3) Dilihat dari segi jangka waktunya (1) Kredit Jangka Pendek Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. (2) Kredit Jangka Menengah Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. (3) Kredit Jangka Panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. 4) Dilihat dari segi jaminan (1) Kredit dengan jaminan Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Intinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur. (2) Kredit tanpa jaminan Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha dan karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama ini. 24

5) Dilihat dari segi sektor usaha (1) Kredit Pertanian Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. (2) Kredit Peternakan Dalam hal ini untuk jangka waktu pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang kambing atau sapi. (3) Kredit Industri Yaitu kredit membiayai industri kecil, menengah atau besar. (4) Kredit Pertambangan Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah. (5) Kredit Pendidikan Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. (6) Kredit Profesi Diberikan kepada para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara. (7) Kredit Perumahan Yaitu untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan. 25

2.1.11 Tingkat Perputaran Kredit Perputaran kredit merupakan perputaran piutang dalam periode tertentu. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang tertanam dalam piutang. Makin tinggi tingkat perputaran piutang menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sebaliknya kalau tingkat perputarannya rendah berarti ada kelebihan investasi dalam piutang sehingga semakin besar dana yang harus diinvestasikan dalam piutang untuk mempertahankan suatu tingkat penjualan kredit tertentu (Matrisyasi Dewi, 2010). Menurut Husnan dan Enny (2006:75) rasio tingkat perputaran piutang (receivable turnover) dapat dihitung dengan membagi total penjualan kredit selama periode tertentu yang berasal dari operasi dengan jumlah rata-rata piutang (average receivable). Rasio ini mengukur seberapa cepat piutang dilunasi dalam satu tahun. Semakin besar maka akan semakin baik karena penagihan piutang dilakukan secara cepat. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: Rata-rata Piutang = Piutang Awal + Piutang Akhir... (2) 2 Tingkat Perputaran Kredit = Total penjualan kredit Rata-rata piutang x kali..(3) 2.1.12 Pengertian Modal Sartono (2001:225) menyatakan bahwa modal dari segi perusahaan merupakan kewajiban kepada pemilik perusahaan, dan dari segi pemilik perusahaan modal adalah bagian hak pemilik atas kekayaan bersih perusahaan (harta dikurangi kewajiban). Sedangkan menurut Munawir (2001:17), modal 26

merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal, surplus, dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Modal merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan dan kemajuan LPD dan modal juga dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian akibat dari pergerakan aktiva yang pada dasarnya berasal dari sebagian besar dana pihak ketiga (Sudirman, 2000:91). Sehingga dalam hal ini LPD harus menyediakan modal minimum yang cukup menjamin kepentingan-kepentingan pihak ketiga. Karena adanya risiko tersebut maka LPD harus memperkokoh modalnya. Modal yang cukup menjadi penting karena modal berfungsi untuk (Sudirman, 2000:93): 1) Keperluan operasional. 2) Memenuhi aturan yang ditetapkan. 3) Melindungi atau menyerap kerugian. 4) Sebagai alat untuk mengukur besar kecilnya kekayaan yang dimiliki oleh pemegang saham. 2.1.13 Sumber Sumber Modal LPD Dalam Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali No. 8 Tahun 2002 disebutkan modal LPD terdiri dari: 1) Swadaya masyarakat sendiri/urunan krama desa. 2) Bantuan, baik dari pemerintah atau sumber lain yang tidak mengikat. 3) Laba yang ditahan, adalah laba LPD yang tidak dibagikan dalam bentuk cadangan umum dan cadangan tujuan (60% dari laba LPD). 27

2.1.14 Tingkat Kecukupan Modal Menurut Sudirman (2000:82), tingkat kecukupan modal merupakan perbandingan antara total modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Modal LPD yang cukup atau banyak menjadi sangat penting karena modal LPD dapat berfungsi atau memperlancar kegiatan operasional seluruh LPD, dimana investasi dan aktiva tetap sangat diperlukan dan untuk memperolehnya digunakan modal sendiri atau bukan dengan dana yang berasal dari masyarakat (Sudirman, 2000:93). Untuk menjaga kesehatan modal LPD, seyogianya modal sendiri yang berasal dari anggota masyarakat mengalami pertumbuhan seiring dengan pertumbuhan aset yang diharapkan (Ramantha, 2006:49). Pertumbuhan modal sendiri yang dimaksud adalah penambahan setoran langsung ke modal oleh masyarakat, baik berupa setoran maupun berupa bagian keuntungan yang dimasukkan sebagai modal. Tabungan masyarakat pada LPD yang setiap saat bisa ditarik dan tabungan berjangka (deposito) tidak termasuk dalam modal sendiri LPD. Jumlah modal yang ada dalam suatu LPD mencerminkan kemampuan menutup risiko kerugian LPD, yang menjadi persyaratan penting bahkan wajib untuk meningkatkan pertumbuhan LPD, dan jika pertumbuhan LPD meningkat dan kegiatan operasional lancar maka profitabilitas juga meningkat. Menurut Sudirman (2000:106) rumus untuk menghitung tingkat kecukupan modal adalah: Kecukupan Modal = Total Modal ATMR x 100%...(4) 28

ATMR = Nilai masing-masing aktiva x bobot risiko.(5) Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) menunjukkan nilai aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup. Bobot aktiva menurut risiko: 1) Kas, bobot 0%. 2) Tabungan/giro/deposito di bank, bobot 20%. 3) Pinjaman yang diberikan, bobot 100%. 4) Aktiva tetap, bobot 100%. 2.1.15 Pengertian Nasabah Nasabah merupakan masyarakat yang mempunyai kepentingan langsung dengan bank (Kasmir, 2005:208). Mereka pada umumnya para penyimpan uang baik dalam bentuk giro, deposito atau tabungan, para penerima kredit, penerima transfer uang, para perantara pedagang pasar modal. Sedangkan pengertian nasabah menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bab I Pasal 1 adalah sebagai berikut. 1) Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank (ayat 16). 2) Nasabah penyimpan adalah nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (ayat 17). 3) Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip-prinsip perbankan atau dipersamakan dengan itu, berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan (ayat 18). 29

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa nasabah adalah orang yang menjadi pelanggan bank yang mempunyai rekening simpanan dan pinjaman. Sesuai dengan pasal 7 Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 8 tahun 2002 maka yang menjadi nasabah LPD adalah krama desa setempat. 2.1.16 Badan Pengawas Kegiatan operasional LPD memerlukan pembinaan dan pengawasan. Pengawasan LPD dilakukan oleh badan pengawas yang diangkat dan diberhentikan oleh krama desa melalui paruman dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai kepala daerah. Badan pengawas ini mempunyai tanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugas pengawasan terhadap pengelolaan LPD. Menurut Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2008 tentang pengurus dan pengawas internal LPD pasal 9, menyebutkan bahwa: 1) Pengawas terdiri dari ketua dan sekurang-kurangnya dua orang anggota. 2) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijabat oleh Bendesa Pakraman. 3) Anggota pengawas dipilih oleh krama desa. 4) Ketua dan anggota pengawas tidak dapat merangkap sebagai pengurus LPD. Ada empat tanggung jawab fungsional yang harus dilaksanakan oleh seorang pengawas LPD, yaitu: 1) Fungsi Perencanaan. Dalam fungsi perencanaan, pengawas harus terlibat dalam menetapkan rencana operasi terintegrasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang, serta menganalisis dan mengkomunikasikan kepada semua pihak yang terlibat dalam manajemen LPD. Salah satunya yang disebut dengan progam kerja. 30

2) Fungsi Pengendalian. Dalam fungsi pengendalian, pengawas harus mengembangkan dan menetapkan norma-norma sebagai ukuran pelaksanaan dan dijadikan pedoman kepada manajemen dalam menjamin adanya penyesuaian hasil pelaksanaan dengan rencana yang ditetapkan, yang selanjutnya perlu diadakan analisis perbandingan antara pedoman dengan realisasi secara menyeluruh. 3) Fungsi Pelaporan. Dalam fungsi pelaporan, pengawas perlu menyusun, menganalisis, dan menginterpretasikan hasil-hasil yang dicapai oleh manajemen untuk selanjutnya dilaporkan dalam rapat rutin yang dilakukan secara periodik dan terprogram. Pengawas dan manajemen dapat mengevaluasi kegiatan-kegiatan secara bersama pula dapat memikirkan jalan keluar yang harus dilakukan apabila ditemukan kendala operasional di lapangan. 4) Fungsi Akuntansi. Dalam fungsi akuntansi, pengawas ikut merencanakan, menetapkan, dan memelihara sistem akuntansi pada semua jenjang usaha LPD agar terjamin kewajaran semua transaksi keuangan dengan syarat pengendalian intern yang baik. Fungsi ini meyakinkan pengawas bahwa semua transaksi yang terjadi di LPD telah dicatat tepat waktu, telah diotorisasi oleh orang yang berwenang dan dilaksanakan oleh orang yang tepat. 2.1.17 Pengertian Profitabilitas Simorangkir (2002:152) menyatakan bahwa profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Menurut Hermi (2004) 31

dalam Michell dan Megawati (2005:290) mengungkapkan laba diperoleh dari selisih antara harta yang masuk (pendapatan dan keuntungan) dan harta yang keluar (beban dan kerugian). Munawir (2007:33) menyatakan bahwa profitabilitas atau rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut. Harahap (2004:304) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Jadi, berdasakan pengertian-pengertian diatas, profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu dengan modal yang dimilikinya. Menurut Dian Meriewaty dan Yuli Setyani (2005:279) profitabilitas/laba dapat memberikan sinyal yang positif mengenai prospek perusahaan di masa depan tentang kinerja perusahaan. Dengan adanya pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun, akan memberikan sinyal yang positif mengenai kinerja perusahaan. Menurut Simorangkir (2002:152) laba merupakan tujuan dengan alasan sebagai berikut: 1) Laba yang cukup dapat dibagikan keuntungan kepada pemegang saham dan atas persetujuan pemegang saham sebagian dari laba disisihkan sebagai cadangan. 32

2) Laba merupakan penilaian keterampilan pemimpin. Pimpinan LPD yang cakap dan terampil umumnya dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar daripada pimpinan yang kurang cakap. 3) Meningkatkan daya tarik bagi pemilik modal (investor) untuk menanamkan modalnya dengan membeli saham yang dikeluarkan oleh pihak bank. Pada gilirannya bank akan mempunyai kekuatan modal untuk memperluas penawaran produk dan jasanya kepada masyarakat. Profitabilitas dari LPD tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi juga bagi golongan-golongan lain di masyarakat. Bila LPD berhasil mengumpulkan cadangan dengan memperbesar modal, akan memperoleh kesempatan meminjam dengan lebih luas atau besar karena tingkat kepercayaan atau kredibilitas meningkat. 2.1.18 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi LPD, besar kecilnya LPD dan lokasi LPD bukan merupakan faktor yang paling menentukan. Manajemen yang baik yang ditunjang oleh faktor modal dan lokasi merupakan kombinasi ideal untuk keberhasilan bank (Simorangkir, 2002:154). Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dari segi manajemen adalah balance sheet management meliputi asset dan liabilities management artinya pengaturan harta atau utang secara bersama. Inti assets management adalah mengalokasikan dana kepada berbagai jenis atau golongan earning assets yang berpedoman pada ketentuan berikut: 33

1) Asset itu harus cukup likuid sehingga tidak akan merugikan bila sewaktuwaktu diperlukan untuk dicairkan. 2) Asset tersebut dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pinjaman, tetapi juga masih memberikan earnings. 3) Usaha untuk memaksimalkan income atau investasi. Liabilities management berhubungan dengan peraturan dan pengurusan sumber-sumber dana yang pada dasarnya mengusahakan tiga hal yaitu: 1) Kecukupan dana yang masuk, tidak mengalami kekurangan yang dapat menghilangkan kesempatan (opportunity cost), tetapi juga tidak terlalu besar (melebihi kemampuan untuk menginvestasikannya). Jika sampai kelebihan tentu akan menyebabkan pembayaran bunga lebih besar dari pada yang seharusnya dan tentunya akan menurunkan tingkat profitabilitas kecuali dana itu dari giro tanpa bunga. 2) Bunga yang harus dibayar hendaknya masih pada tingkat yang memberikan keuntungan bank. 3) Diusahakan agar terdapat keseimbangan antara giro dan deposito antar demand deposit dan time deposit. Keseimbangan semacam ini perlu untuk menjaga likuiditas karena dengan time deposit adalah waktu yang dipastikan berapa lama dapat diinvestasikan dan kapan harus disediakan alat-alat likuid. 2.1.19 Tujuan dan Manfaat Profitabilitas Adapun tujuan dari profitabilitas (Kasmir, 2009:197) adalah: 1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 34

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. 5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. Selain tujuan diatas, profitabilitas juga mempunyai manfaat yaitu sebagai berikut: 1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. 2.1.20 Cara Menghitung Profitabilitas Menurut Sartono (2001:122) terdapat beberapa rumus yang digunakan untuk mengukur profitabilitas, antara lain: a. Gross Profit Margin = Penjualan-Harga Pokok Penjualan Penjualan x 100%...(6) 35

Rumus ini untuk mengetahui kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan laba kotor. Semakin tinggi profitabilitasnya berarti semakin baik. Tetapi perlu diperhatikan bahwa gross profit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin akan menurun begitu juga sebaliknya. b. Net Profit Margin = Laba Setelah Pajak Penjualan x 100%...(7) Apabila gross profit margin selama satu peiode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. c. Return On Investment = Laba Setelah Pajak Total Aktiva x 100%...(8) Return on investment atau return on asset menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. d. Return On Equity = Laba Setelah Pajak Modal Sendiri x 100%...(9) Return On Equity atau return on net worth mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan apabila proporsi hutang semakin besar maka rasio ini juga semakin besar. 36

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini dilaksanakan dengan mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian tentang faktor faktor yang mempengaruhi profitabilitas sebelumnya pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa diantaranya sebagai berikut: 1) Budayasa I Made (2008) menggunakan variabel penelitian tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, struktur finansial, dan tingkat perputaran kredit yang disalurkan sebagai variabel bebas sedangkan variabel terikat adalah rentabilitas ekonomis. Kesimpulan dari penelitian Budayasa adalah tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, struktur finansial, dan tingkat perputaran kredit yang disalurkan berpengaruh secara serempak pada rentabilitas ekonomis. Dari analisis secara parsial menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, struktur finansial, dan kredit yang disalurkan berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penggunaan variabel tingkat perputaran kas. Persamaan lainnya adalah lokasi penelitian, dimana sama-sama menggunakan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan variabel bebasnya yaitu efektivitas pengelolaan hutang, struktur finansial, dan tingkat kredit yang disalurkan serta penggunaan variabel terikatnya yaitu rentabilitas ekonomis. Perbedaan lainnya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan periode 2005 2007 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006 2010. 37

2) Diah Prasintya Oktarina Dewi Ni Putu (2010) menggunakan variabel penelitian tingkat perputaran kredit, kecukupan modal, komposisi pendanaan, dan lingkup operasional sebagai variabel bebas sedangkan variabel terikat adalah profitabilitas. Kesimpulan dari penelitian Diah Prasintya Oktarina Dewi Ni Putu adalah tingkat perputaran kredit, kecukupan modal, komposisi pendanaan, dan lingkup operasional berpengaruh secara serempak pada profitabilitas. Dari analisis secara parsial menunjukkan bahwa tingkat kecukupan modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan tingkat perputaran kredit, komposisi pendanaan dan lingkup operasional tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah pada penggunaan variabel tingkat perputaran kredit dan tingkat kecukupan modal sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikat. Persamaan lainnya adalah lokasi penelitian, dimana samasama menggunakan Kota Denpasar sebagai lokasi penelitian. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan variabel bebasnya yaitu komposisi pendanaan dan lingkup operasional. Perbedaan lainnya yaitu penelitian sebelumnya menggunakan periode 2005 2009 sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006 2010. 3) Matrisyasi Dewi Ni Putu (2010) menggunakan variabel penelitian pertumbuhan perusahaan, tingkat perputaran kas, jumlah nasabah, leverage management dan spread management sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikatnya. Kesimpulan penelitian Matrisyasi 38

Dewi adalah tingkat pertumbuhan perusahaan, tingkat perputaran kas, jumlah nasabah, leverage management dan spread management secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Variabel pertumbuhan perusahaan, tingkat perputaran kas dan jumlah nasabah secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel leverage management dan spread management secara parsial berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penggunaan variabel tingkat perputaran kas dan jumlah nasabah sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikat. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan variabel bebasnya yaitu pertumbuhan perusahaan, leverage management dan spread management. Perbedaan lainnya adalah pada lokasi dan periode penelitian. Penelitian sebelumnya berlokasi di Kabupaten Badung Selatan sedangkan penelitian ini berlokasi di Kota Denpasar. Penelitian sebelumnya menggunakan periode 2005 2009, sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006 2010. 4) Swastini Ni Komang (2010) menggunakan variabel tingkat penyaluran kredit, efektivitas pengelolaan hutang, ukuran perusahaan, jumlah nasabah, dan tingkat pendidikan badan pengawas sebagai variabel bebas dan rentabilitas sebagai variabel terikatnya. Kesimpulan penelitian Swastini Ni Komang adalah tingkat penyaluran kredit, efektivitas pengelolaan hutang, ukuran perusahaan, jumlah nasabah, dan tingkat pendidikan badan pengawas secara serempak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. Tingkat 39

penyaluran kredit dan efektivitas pengelolaan hutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. Sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan, jumlah nasabah dan tingkat pendidikan badan pengawas secara parsial tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penggunaan variabel jumlah nasabah dan tingkat pendidikan badan pengawas sebagai variabel bebas. Sedangkan perbedaannya pada penggunaan variabel bebasnya yaitu tingkat penyaluran kredit, efektivitas pengelolaan hutang dan ukuran perusahaan serta penggunaan variabel terikatnya yaitu rentabilitas. Perbedaan lainnya adalah pada lokasi dan periode penelitian. Penelitian sebelumnya berlokasi di Kecamatan Denpasar Timur, sedangkan penelitian ini berlokasi di Kota Denpasar. Penelitian sebelumnya menggunakan periode 2005 2009, sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006 2010. 5) Yenny Sumaryanthi (2010) menggunakan variabel penelitian pertumbuhan kredit, komposisi pendanaan, tingkat suku bunga, dan jumlah nasabah sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikatnya. Kesimpulan penelitian Yenny Sumaryanthi adalah pertumbuhan kredit, komposisi pendanaan, tingkat suku bunga, dan jumlah nasabah secara serempak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Variabel komposisi pendanaan, tingkat suku bunga, dan jumlah nasabah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan variabel pertumbuhan kredit secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah 40

pada penggunaan variabel jumlah nasabah sebagai variabel bebas dan profitabilitas sebagai variabel terikat. Sedangkan perbedaannya adalah pada penggunaan variabel bebasnya yaitu pertumbuhan kredit, komposisi pendanaan, dan tingkat suku bunga. Perbedaan lainnya adalah pada lokasi dan periode penelitian. Penelitian sebelumnya berlokasi di Kabupaten Gianyar Bagian Selatan sedangkan penelitian ini berlokasi di Kota Denpasar. Penelitian sebelumnya menggunakan periode 2005 2009, sedangkan penelitian ini menggunakan periode 2006 2010. 2.3 Rumusan Hipotesis 2.3.1 Pengaruh tingkat perputaran kas pada profitabilitas Perputaran kas yang meningkat menyebabkan penyediaan dana dalam bentuk pinjaman dapat dioptimalkan sehingga menambah efisiensi dari keuangan yang nantinya akan dapat meningkatkan profitabilitas. Semakin tinggi tingkat perputaran kas maka semakin baik, karena menunjukkan semakin efisiensi penggunaan dalam perusahaan (Riyanto, 2008:95). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : tingkat perputaran kas berpengaruh signifikan pada profitabilitas. 2.3.2 Pengaruh tingkat perputaran kredit pada profitabilitas Periode perputaran piutang atau terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayaran. Menurut Stefan Arping (2004), pertumbuhan kredit menggambarkan tingkat volume kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga yang mampu memberikan peningkatan profitabilitas suatu lembaga keuangan 41

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: H2 : tingkat perputaran kredit berpengaruh signifikan pada profitabilitas. 2.3.3 Pengaruh tingkat kecukupan modal pada profitabilitas Tingkat kecukupan modal merupakan perbandingan antara total modal dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR). Jumlah modal yang ada dalam suatu LPD mencerminkan kemampuan menutup risiko kerugian LPD, yang menjadi persyaratan penting bahkan wajib untuk meningkatkan pertumbuhan LPD, dan jika pertumbuhan LPD meningkat dan kegiatan operasional lancar maka profitabilitas juga meningkat. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suadnyana (2002) di BPD Bali, dengan hasil tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3 : tingkat kecukupan modal berpengaruh signifikan pada profitabilitas. 2.3.4 Pengaruh jumlah nasabah pada profitabilitas Nasabah merupakan sumber pendapatan bank (Kasmir, 2008:182). Sumber pendapatan utama dari LPD juga berasal dari transaksi nasabahnya, sehingga besar kecilnya profitabilitas juga ditentukan oleh jumlah nasabah yang dimilikinya. Penelitian mengenai jumlah nasabah juga dilakukan oleh Matrisyasi Dewi (2010) yang menunjukkan hasil bahwa nasabah berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas LPD di Kabupaten Badung Selatan Periode 2005-2009. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: 42

H4 : jumlah nasabah berpengaruh signifikan pada profitabilitas. 2.3.5 Pengaruh tingkat pendidikan badan pengawas pada profitabilitas Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa, badan pengawas dibentuk baik oleh desa adat maupun pemerintah Provinsi Bali, yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap LPD. Badan pengawas bertujuan untuk mengawasi kegiatan pengelolaan LPD agar tetap berjalan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku. Penelitian Akadita Putra (2010), menunjukkan bahwa komposisi badan pengawas yang diukur dari tingkat pendidikannya berpengaruh terhadap profitabilitas LPD. Hal tersebut menyebabkan LPD yang diawasi melakukan kegiatan operasional menjadi lancar sesuai dengan prosedur. LPD yang menjalankan usaha dengan lancar akan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat terkait dengan penyimpanan dana mereka sehingga laba yang diperoleh maksimal. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikembangkan hipotesis penelitian sebagai berikut: H5 : tingkat pendidikan badan pengawas berpengaruh signifikan pada profitabilitas. 43