BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JATI PADA KERAWANAN LONGSORLAHAN DI SUB-DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

RISIKOBENCANA LONGSORLAHAN DISUB DAS LOGAWA KABUPATEN BANYUMAS

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

SILABUS SMA. Sumber Belajar

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

Ali Achmad 1, Suwarno 2, Esti Sarjanti 2.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS...EKO SETIAWAN,PEND. GEOGRAFI FKIP, UMP 2016

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KURIKULUM 2013 KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) MATA PELAJARAN GEOGRAFI

50. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR GEOGRAFI SMA/MA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model

KAJIAN KERAWANAN BANJIR DAS WAWAR. Sukirno, Chandra Setyawan, Hotmauli Sipayung ABSTRAK

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

SILABUS SMA. Sumber Belajar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

EVALUASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN MELALUI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RINGKASAN PROGRAM PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN ANGGARAN TAHUN 2013

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KEADAAN UMUM WILAYAH

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Berbasis Masyarakat untuk Hutan Aceh Berkelanjutan Banda Aceh, 19 Maret 2013

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Sebaran Flora dan Fauna Indonesia dan Dunia

ANALISIS DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN WAY KRUI TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh. Catur Pangestu W

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS KERUSAKAN DAN AGIHAN BANJIR LUAPAN SUNGAI WAWAR BAGIAN HILIR SUB DAS WAWAR DI KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

PERKEMBANGAN PERTANIAN LAHAN KERING SEBAGAI PENDORONG EROSI DI DAERAH ALIRAN CI KAWUNG

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

PEMETAAN TINGKAT BAHAYA EROSI DENGAN METODE USLE (UNIVERSAL SOIL LOSS EQUATION) BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) DI PULAU SAMOSIR

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat penting dalam mengungkapkan suatu fenomena, gejala, atau masalah dalam kajian geografis. Lokasi penelitian ini terletak di Sub-DAS Logawa dapat diketahui sebagai berikut: a. Letak Atronomis Secara asrtonomis Sub-DAS Logawa terletak antara 109 07 58,11 sampai 109 13 23,52 BT dan 7 27 08,53 sampai 7 27 08,53 LS. Luas keseluruhan Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa adalah 11.628,82 Ha. b. Letak Geografis Wilayah Sub-DAS Logawa terletak di Kabupaten Banyumas,. Wilayahnya mencakup tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Kedungbanteng, Kecamatan Cilongok, dan Kecamatan Karanglewas. Sub-Das Logawa mengalir dari puncak Gunungapi Slamet hingga bermuara di Sungai Serayu dengan panjang aliran mencapai kurang lebih 25 km. Sub-Das Logawa memiliki perbatasan hidrologi sebagai berikut:

- Sebelah utara : Igir Puncak Gunung Slamet - Sebelah selatan : Hilir Sungai Logawa - Sebelah timur : DAS Banjaran - Sebelah Barat : DAS Tajum B. Iklim Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca di suatu wilayah dalam satu periode tertentu. Klasifikasi iklim di Sub-DAS Logawa ditentukan dari data curah. Data curah hujan ini dapat digunakan dalam menentukan iklim di Sub-DAS Logawa. Curah hujan bulanan diambil dari stasiun pengukuran curah hujan Kecamatan Baturraden sepuluh tahun terakhir yaitu dari tahun 2004-2013 yang diperoleh dari Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Kabupaten Banymas. Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi 8 tipe iklim. Klasifikasi iklim yang digunakan oleh Schmidt-Ferguson didasarkan pada banyaknya bulan basah dan bulan kering selama rerata waktu tertentu, yaitu sebagai berikut. a. Bulan Basah bila curah hujan lebih dari 100 mm b. Bulan Lembab bila curah hujan 60 100 mm c. Bulan Kering bila curah hujan kurang dari 60 mm Kondisi iklim yang terdapat di Sub-DAS Logawa ditentukan berdasarkan data curah hujan. Tabel 4.1 menyajikan data curah hujan bulanan tahun 2004-2013 Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas.

Tabel 4.1 Tabel curah hujan bulanan tahun 2004-2013 Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas. Tahun Sumber : Laboratorium Pengendalian Hama Dan Penyakit Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas. Ratarata No Bulan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Januari 510 503 538 147 280 840 901 415 640 446 522,4 2 Pebruari 575 474 538 0 341 572 672 518 440 279 440,9 3 Maret 0 606 455 513 644 0 528 524 196 0 346,6 4 April 465 643 466 548 365 532 558 354 532 259 472,2 5 Mei 304 220 0 277 139 344 554 0 0 284 212,2 6 Juni 54 0 94 225 67 341 338 111 65 0 129,5 7 Juli 239 168 29 107 0 29 454 76 3 0 110,5 8 Agustus 0 87 0 23 61 0 369 0 0 0 54,0 9 September 185 513 0 17 0 45 904 0 0 0 166,4 10 Oktober 187 920 17 206 846 637 723 129 547 0 421,2 11 November 1357 670 230 458 565 948 554 938 782 0 650,2 12 Desember 1364 589 650 599 436 475 595 407 0 0 511,5 JUMLAH 5240 5393 3017 3120 3744 4763 7150 3472 3205 1268 4037,6 Bulan Basah 9 10 6 9 8 8 12 8 6 4 8,0 Bulan Lembab 0 1 1 0 2 0 0 1 1 0 0,6 Bulan Kering 3 1 5 3 2 4 0 3 5 8 3,4 Berdasarkan Tabel 4.1 data curah hujan bulanan tahun 2004-2013 di Kecamatan Baturraden curah hujan terbanyak adalah pada tahun 2010 sedangkan curah hujan paling sedikit adalah pada tahun 2013. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson mendasarkan pada banyaknya bulan basah apabila curah hujan >100 mm dan bulan kering apabila curah hujan <60 mm. Tabel 4.2 menyajikan data klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson.

Tabel 4.2 Klasifikasi Iklim Menurut Schmidt-Ferguson Tipe Iklim Nilai Q Keterangan A O < Q < 0,143 Sangat Basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak Basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak Kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat Kering H 7,000 < Q Luar Biasa Kering Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2008.. Berdasarkan tabel 4.2 klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson tipe iklim Kecamatan Baturraden adalah tipe iklim C atau Agak Basah, karena memiliki nilai Q = 0,43. dalam klasifikasi yaitu 0,333 < Q < 0,666. Gambar 4.1 menyajikan peta curah hujan Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas.

Gambar 4.1 Peta Curah Hujan Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

C. Kemiringan Lereng Lereng adalah kenampakan permukaan alam pada suatu beda tinggi, apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak lurus mendatar, akan diperoleh besarnya kelerengan (slope). Kemiringan lereng adalah faktor yang menentukan karakteristik topografi suatu daerah aliran sungai. Lereng adalah faktor yang sangat penting untuk terjadinya erosi karena menentukan besarnya kecepatan dan volume air larian. Kecepatan air larian yang besar umumnya ditentukan oleh kemiringan lereng yang tidak terputus dan panjang serta terkonsentrasi pada saluran-saluran sempit yang mempunyai potensi besar untuk terjadinya erosi alur dan erosi parit (Asdak, 2010). Wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki 5 kelas kemiringan lereng. Wilayah terluas adalah kelas kemiringan lereng >45% kategori sangat curam dengan luas 3.855,72 Ha, kemudian kelas kemiringan lereng 8-15% kategori landai dengan luas 3.443,46 Ha, dilanjutkan dengan kelas kemiringan lereng 15-25% kategori agak curam dengan luas 2.032,85 Ha, selanjutnya kelas kemiringan lereng 25-45% kategori curam dengan luas 1.179,54 Ha, serta dengan wilayah tersempit adalah kelas kemiringan lereng 0-8% kategori datar dengan luas 1.117,26 Ha. Tabel. 4.3 menyajikan data Klasifikasi kemiringan lereng di Sub- DAS Logawa dan Gambar 4.2. menyajikan peta kelas kemiringan lereng Sub- DAS Logawa.

Tabel 4.3 Klasifikasi Lereng No. Kelas Kemiriringan Kategori Luas Lereng lereng (%) Ha % 1. I 0-8 Datar 1.117,26 9,61 2. II 8-15 Landai 3.443,46 29,61 3. III 15-25 Agak curam 2.032,85 17,48 4. IV 25-45 Curam 1.179,54 10,14 5. V >45 Sangat curam 3.855,72 33,16 Jumlah 11.629,24 100,00 Sumber : Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan Lereng Sub-DAS Logawa (Suwarno dan Sutomo, 2014)

D. Jenis Tanah Jenis tanah merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada jenis tanah. Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas memiliki jenis tanah yang peka terhadap erosi. Jenis tanah Latosol Coklat merupakan jenis tanah terluas yang terdapat pada Sub-DAS Logawa dengan luas 9.077.22 Ha dengan kategori agak peka terhadap erosi, kemudian jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat dengan luas 1.923.09 Ha kategori peka terhadap erosi, dilanjutkan dengan jenis tanah Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu dengan luas 509.40 Ha kategori tidak peka terhadap erosi, serta jenis tanah dengan luas paling sempit adalah jenis tanah Asosiasi Andosol dengan luas 119.54 Ha kategori peka terhadap erosi. Tabel 4.4 menyajikan data jenis tanah yang terdapat di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.3 menyajikan peta jenis tanah Sub-DAS Logawa. Tabel 4.4 Jenis Tanah No. Luas Jenis Tanah Ha % 1. Asosiasi Glei Humus Rendah dan Aluvial Kelabu 509.40 4,38 2. Latosol Colat 9.077.22 78,06 3. Asosiasi Andosol 119.54 1,03 4. Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat 1.923.09 16,54 Jumlah 11.629,24 100 Sumber : Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

Gambar 4.3 Peta Jenis Tanah Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

E. Penggunaan Lahan Luasan penggunaan lahan di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas diambil dari data luas penggunaan lahan yang bersumber dari penelitian Tri Hendra, 2015 yang secara umum di kelompokkan menjadi 8, yaitu: a. Hutan Pengguanaan lahan hutan penyebarannya terdapat di bagian hulu Sub-DAS Logawa atau terletak di bagian utara Sub-DAS Logawa. Luas pengguanaan lahan Hutan di wilayah ini adalah 2.690,42 Ha, atau 23,13% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. b. Kebun Penggunaan lahan kebun terdapat di sebagian besar wilayah Sub-DAS Logawa. Kebun umumnya menempati daerah berkemiringan lereng landai sampai agak terjal. Penggunaan lahan kebun di wilayah Sub-DAS Logawa adalah seluas 3.309,33 Ha, atau 28,45% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. c. Permukiman Penggunaan lahan permukiman penyebarannya di setiap tempat, menempati daerah daerah perbukitan berelief halus hingga sedang, umumnya terkonsentrasi di sepanjang jalur jalan. Luas wilayah permukiman di wilayah ini adalah 1.884,66 Ha, atau 16,21% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. d. Rumput Pengguanaan lahan rumput di wilayah Sub-DAS Logawa adalah 17,96 Ha, atau 0,15% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa.

e. Sawah Irigasi Penggunaan lahan sawah irigas pada umumnya menempati daerah dataran dan pada kaki perbukitan. Luas wilayah sawah irigasi adalah 173,66 Ha, atau 1,49% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. f. Sawah Tadah Hujan Penggunaan lahan sawah tadah pada umumnya menempati daerah pada kaki perbukitan dan lereng perbukitan. Luas penggunaan lahan sawah tadah hujan adalah 2.527,06Ha, atau 21,73% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. g. Semak/Belukar Penggunaan lahan semak belukar terdapat di wilayah Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas adalah seluas 941,06 Ha, atau 8,09% dari dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. h. Tegalan Penggunaan lahan tegalan di Sub-DAS Logawa adalah 51,57 Ha, atau 0,44% dari luas wilayah Sub-DAS Logawa. Penggunaan lahan di Sub-DAS Logawa sebagian besar digunakan untuk Kebun dengan luas 3.309,33 Ha, terluas kedua adalah penggunaan lahan untuk Hutan dengan luas 2.690,42 Ha, dilanjutkan dengan penggunaan lahan Sawah Tadah Hujan dengan luas 2.527,06 Ha. Tabel 4.5 menyajikan luasan pengguanaan lahan di Sub-DAS Logawa dan Gambar 4.4. menyajikan peta penggunaan lahan Sub-DAS Logawa.

No Tabel 4.5 Luasan Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa Luas Bentuk Penggunaan Lahan Hektar % 1 Hutan 2.690,42 23,13 2 Kebun 3.309,33 28,45 3 Permukiman 1.884,66 16,21 4 Rumput 17,96 0,15 5 Sawah Irigasi 173,66 1,49 6 Sawah Tadah Hujan 2.527,06 21,73 7 Semak/Belukar 941,06 8,09 8 Tegalan 51,57 0,44 Jumlah 11.629,24 100,00 Sumber : Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

Gambar 4.4 Peta Penggunaan Lahan Sub-DAS Logawa (Tri Hendra, 2015)

F. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Model Bahaya Erosi Model bahaya erosi yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model ikonik dalam bentuk dua dimensi yaitu peta. Model Ikonik adalah suatu model yang mempresentasikan satu aspek dunia nyata dengan menggunakan satu simbol atau ikon. Simbol atau ikon yang terdapat di dalam model bahaya erosi Sub- Daaerah Aliran Sungai Logawa adalah simbol area. Area-area yang dimaksud adalah area kategori bahaya erosi sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Peta model bahaya erosi digunakan untuk memprediksi terjadinya erosi pada daerah-daerah di Sub-DaerahAliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas. Gambar 4.5 menyajikan Peta Model Bahaya Erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas.

Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi Sub-DAS Logawa (Penelitian, 2016)

Berdasarkan Gambar 4.5 hasil overlay antara Peta Curah hujan, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng dan Peta Penggunaan Lahan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis (ArcView GIS 3.3) menghasilkan 5 kategori bahaya erosi. Luas masing-masing wilayah dengan kategori bahaya erosi secara berturut-turut adalah dimulai dari kategori erosi Tinggi dengan luas 3.640,56 Ha atau 31,31% dari total luas wilayah, kategori erosi Rendah dengan luas 3.071,79 Ha atau 26,41% dari total luas wilayah, kategori erosi Sedang dengan luas 2.986,86 Ha atau 25,68% dari total luas wilayah, kategori erosi Sangat Rendah dengan luas 1.866,24 Ha atau 16,05% dari total luas wilayah, dan kategori erosi Sangat Tinggi dengan luas 63,70 Ha atau 0,55% dari total luas wilayah. Tabel 4.6 menyajikan luasan kategori bahaya erosi di Sub-DAS Logawa Kabupaten Banyumas. Tabel 4.6 Luasan Kategori Bahaya Erosi Skor Kategori Luas (Ha) % < 116 Sangat Rendah 1.866,24 16,05 116 157 Rendah 3.071,79 26,41 158 198 Sedang 2.986,86 25,68 199 239 Tinggi 3.640,56 31,31 > 239 Sangat Tinggi 63,70 0,55 Jumlah 11.629,24 100 Sumber: Gambar 4.5 Peta Model Bahaya Erosi (Penelitian, 2016) 2. Pembahasan Berdasarkan data hasil pemodelan bahaya erosi menunjukkan bahwa wilayah Sub-DAS Logawa memiliki wilayah yang sebagian besar rawan erosi. Faktor yang mempengaruhi erosi di Sub-DAS Logawa adalah faktor penggunaan lahan, factor kelas kemiringan lereng, faktor jenis tanah dan faktor curah hujan.

Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sangat Tinggi adalah wilayah pada penggunaan lahan belukar/semak yang terletak pada kelas kemiringan lereng IV (25-45%), memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka pada erosi, dan terletak pada wilayah dengan curah hujan tinggi yaitu >4000 mm/thn. Wilayah yang memiliki kategori bahaya erosi Tinggi adalah wilayah pada penggunaan lahan hutan. Hutan adalah penutup lahan yang mencegah terjadinya erosi. Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya erosi adalah faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Penggunaan lahan hutan di Sub- DAS Logawa terletak pada kelas kemiringan lereng V (>45%), kemudian terletak pada jenis tanah Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat yakni merupakan tanah yang sangat peka pada erosi, dan curah hujan di wilayah ini yaitu >4000 mm/thn. Wilayah dengan kategori bahaya erosi Sedang terletak pada penggunaan lahan yang bervariasi, dengan kemiringan lereng >15% atau diatas lereng kelas III, memiliki jenis tanah Latosol Coklat dengan kategori agak peka terhadap erosi, serta curah hujan yang tinggi yaitu >3000 mm/thn. Wilayah dengan kategori erosi Rendah adalah wilayah yang terletak pada kemiringan lereng >8%, dan jenis tanah agak peka terhadap erosi yaitu tanah Latosol Coklat dan sebagian kecil jenis tanah Asosiasi Andosol yang peka terhadap erosi, terletak pada curah hujan 3000-4000 mm/thn, dan penggunaan lahan yang bervariasi. Wilayah yang masuk dalam kategori erosi Sangat Rendah adalah wilayah yang terletak pada penggunaan lahan yang bervariasi, terletak pada kelas kemiringan lereng <15%, memiliki jenis tanah yang agak peka terhadap erosi yaitu jenis tanah Latosol Coklat, dan terletak pada curah hujan tinggi yaitu 3000-4000 mm/thn.

Wilayah yang masuk dalam kategori bahaya erosi Sangat tinggi hingga Sangat Rendah tidak hanya dipengaruhi oleh oleh satu faktor saja, melainkan semua faktor yang menjadi parameter pendorong terjadinya erosi yakni dilihat dari jumlah skor total yang didapat dari masing-masing faktor. Berdasarkan tabel 4.7 faktor penyebab yang paling dominan terhadap kategori bahaya erosi adalah faktor penggunaan lahan dan faktor kemiringan lereng karena masing-masing memiliki nilai factor yang sangat bervariasi. Table 4.7 menyajikan contoh hasil penskoran kategori bahaya erosi. Penggunaan Lahan Sawah Irigasi (1) Permukiman (41) Belukar/Semak (30) Hutan (19) Tegalan (70) Jenis Tanah Latosol Coklat (30) Latosol Coklat (30) Latosol Coklat (30) Asosiasi Andosol Coklat dan Regosol Coklat (60) Latosol Coklat (30) Tabel 4.7 Contoh Hasil Penskoran Kelas Kemiringan Lereng 0-8% (20) 8-15% (40) 25-45% (80) >45% (100) >45% (100) Curah Hujan 3000-4000 mm/thn (40) 3000-4000 mm/thn (40) >4000 mm/thn (50) >4000 mm/thn (50) >4000 mm/thn (50) Sumber: Hasil Overlay Peta, Penelitian 2016 Kategori Sangat Rendah (91) Rendah (111) Sedang (190) Tinggi (229) Sangat Tinggi (250)

3. Validasi Model Bahaya Erosi Tabel 4.8 Validasi Model Bahaya Erosi NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 1 Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah Desa Jipang 2 Contoh kenampakan erosi pada kategori Sangat Rendah 3 Desa Dawuhan Wetan Contoh kenampakan erosi pada kategori Rendah 4 Desa Keniten Contoh kenampakan pada kategori Rendah

NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 5 Desa Kalikesur Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang 6 Desa Rancamaya Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sedang 7 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi Desa Sambirata 8 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Tinggi

NO GAMBAR KETERANGAN TEMPAT 9 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi Desa Melung 10 Validasi Model pada kategori bahaya erosi Sangat Tinggi Sumber: Penelitian, 2016 G. Implementasi Dalam Pembelajaran Penelitian tentang Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemodelan Bahaya Erosi Di Sub-Daerah Aliran Sungai Logawa Kabupaten Banyumas dapat digunakan sebagai pengetahuan tambahan dalam kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran Geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Penelitian ini dapat digunakan sebagai materi tambahan dalam pembahasan Kompetensi Dasar dalam Satuan Pendidikan SMA/MA. Kompetensi Dasar yang dimaksud dalam mata pelajaran Geografi adalah pada kelas X tentang penerapan materi Penelitian Geografi dan pada kelas XII tentang penerapan materi Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis. Tabel 4.9 menyajikan Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar kelas X dan Tabel 4.10 Menyajikan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kelas XII: Tabel 4.9 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas X Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Mengolah, menalar dan menyaji 4.2 Menyajikan contoh penerapan dalam ranah konkret dan ranah langkah langkah penelitian abstrak terkait dengan geografi dalam bentuk laporan pengembangan dari yang observasi lapangan. dipelajarinya di sekolah secara 4.7 Menyajikan contoh penerapan mandiri, dan mampu mitigasi dan cara beradaptasi menggunakan metode sesuai terhadap bencana alam di kaidah keilmuan. lingkungan sekitar. Sumber : Silabus SMA Kelas X Tabel 4.10 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Kelas XII Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3. Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi engetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 1.1 Menghayati keberadaan dirinya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa untuk mendalami kajian ilmu dan teknologi Penginderaan Jauh, peta, serta Sistem Informasi Geografis (SIG). 4.2 Menunjukkan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik serta Sistem Informasi Geografis (SIG). 3.2 Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan, kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana. 4.2 Menyajikan contoh hasil analisis penerapan dasar-dasar pemetaan dan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kehidupan seharihari. Sumber : Silabus SMA Kelas X

Pentingnya seorang Guru harus dapat menguasai semua materi dan memiliki pengetahuan yang luas. Seorang Guru dalam menyampaikan materi khususnya pada mata pelajaran Geografi harus baik, tepat, meyakinkan dan menarik untuk mempermudah para siswa dalam menangkap materi yang disampaikan. Dalam Kurikulum 2013 peserta didik dituntut agar lebih aktif dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Semakin maju teknologi pada saat ini dan saat yang akan datang seorang Guru wajib untuk dapat menguasai dan mengikuti arus kemajuan teknologinya. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran peserta didik khususnya dalam mata pelajaran Geografi. Penerapannya adalah saat peserta didik mempelajari kompetensi dasar menyajikan contoh penerapan langkah langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan bagi kelas X (sepuluh) dan menyajikan contoh hasil analisis SIG dalam bentuk peta meskipun kebanyakan dalam SMA belum dikenalkan secara mendalam mengenai SIG. Penerapan langkah langkah penelitian geografi dalam bentuk laporan observasi lapangan memudahkan peserta didik dalam membuat sebuah laporan penelitian, dengan mengetahui sistematika laporan penelitian.peserta didik ditugasi untuk mengamati sejumlah laporan yang bersifat penelitian geografi atau diminta untuk membaca artikel dari jurnal ilmu geografi.peserta didik ditugasi membaca buku teks tentang metode penelitian geografi untuk memahami sifat studi, pendekatan, metode analisis, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data geografi, serta publikasi hasil penelitian geografi. Kemudian peserta didik membuat pertanyaan mengenai sejumlah laporan penelitian geografi yang telah

diamati dan kemudian peserta didik wajib memberikan kesimpulan dari apa yang telah diamati. Dalam penerapannya Sistem Informasi Geografis (SIG) Peserta didik secara individu diberikan tugas untuk membuat sebuah peta perjalanan dari rumah menuju ke Sekolah dengan seperti itu peserta didik dtugasi untuk menganalisis informasi apa saja yang didapatkan setelah melakukan perjalanan dari rumah ke sekolah, ataupun secara berkelompok untuk berdiskusi menyajikan contoh hasil analisis penerapan informasi geografis melalui peta dasar dan peta tematik mencari informasi yang terdapat pada peta, dapat pula masing-masing peserta didik diberikan tugas untuk menggambar peta secara manual sesuai dengan ketentuan-ketentuan kartografi.