BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 7 PENUTUP. Visi Museum La Galigo belum menyiratkan peran museum sebagai pembentuk identitas Sulawesi Selatan sedangkan misi

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. merawat, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang bermakna penting bagi

MUSEUM BUDAYA DI PONTIANAK, KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul 1.2 Pengertian Judul

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VISI DAN STRATEGI PENDIDIKAN KEBANGSAAN DI ERA GLOBAL

BAB V KESIMPULAN. Sastra peranakan Tionghoa adalah produk budaya dan sosial dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya diyakini memiliki manfaat positif secara ekonomi dan

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Jember fashion..., Raudlatul Jannah, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

MUSEUM GEOLOGI BLORA

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia membutuhkan pendidikan dalam. hidupnya. Oleh karena itu, semua manusia di bumi pasti sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

MASYARAKAT DAN KESADARAN BUDAYA. Oleh: Resti Nur Laila, Atika Widayanti, Krissanto Kurniawan

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar. Peran strategis Kabupaten Banyuwangi dikarenakan letak Banyuwangi

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN. Matematika berasal dari bahasa Yunani adalah studi besaran, struktur,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. yang diresmikan pada tanggal 20 Mei 2006 bertepatan dengan hari. Shopping Center di jalan Panembahan Senopati Yogyakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

PEMANFAATAN ALAT PERAGA UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERMAKNA Oleh. Sri Wulandari Danoebroto

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB V PENUTUP. prespektif Identitas Sosial terhadap Konflik Ambon, maka ada beberapa hal pokok yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya ini dibuktikan dengan banyaknya pusat perbelanjaan dibangun

Identitas Kewarganegaraan. By : Amaliatulwalidain

BAB I PENDAHULUAN. vital dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai bentuk simbol, teorema, dalil,

BAB 4 KESIMPULAN. 69 Universitas Indonesia. Memori kolektif..., Evelyn Widjaja, FIB UI, 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lokasi yang direkomendasikan Peruntukan lahan Zoning plan Rencana tapak Zona skematik Arsitektur bangunan Tata pamer Program ruang MUSEUM BATIK

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Pada perancangan Islamic Center di Kepanjen ini, konsep-konsep yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

sebuah kursi, sikap berdiri ketika didepan lemari, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

KEMITRAAN SEKOLAH. Prof. Dr. Sodiq A. Kuntoro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan Hasil Kajian Penyusunan Model Perencanaan Lintas Wilayah dan Lintas Sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah yang cukup potensial. Pariwisata telah menjadi industri yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

nasib makhluk di muka bumi dan generasi berikutnya.

SINEMATEK TERPADU DI YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Logo, sebuah istilah sejak awal dari Bahasa Yunani logos sampai

BUDAYA KERJA UNTUK KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

Imaji Vol. 4 - No. 2/ Februari 2009 RESENSI BUKU

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN GEDUNG SENI PERTUNJUKAN DI SEMARANG LP3A TUGAS AKHIR 138

PELUANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN TABANAN BERDASARKAN KONDISI EKSISTING, KUALITAS SDM, PELUANG KERJA, DAN KEBUTUHAN SDM YANG SESUAI*)

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak gelombang reformasi bergulir wacana yang berkembang di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Cilacap merupakan kota yang terletak di sebelah selatan dari

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Latar belakang Sejarah pertumbuhan dan perkembangan fisik Kota Tarakan berawal dari lingkungan pulau terpencil yang tidak memiliki peran penting bagi Belanda hingga memasuki akhir abad ke-19 Masehi. Penemuan minyak hasil eksplorasi yang dilakukan tahun 1896 dan dilanjutkan kegiatan eksploitasi tahun 1899 menjadi landasan proses awal munculnya Kota Tarakan. Pertumbuhan dan perkembangan awal kota ini banyak dipengaruhi oleh aktivitas industri pertambangan minyak bumi. Menjadikan morfologi Kota Tarakan kurun waktu 1896 sampai 1940- an lebih dominan diwarnai oleh bangunan-bangunan sarana dan prasarana pertambangan minyak bumi. Kondisi ini kemudian Kota Tarakan mendapat citra sebagai kota minyak. Demikian julukan tersebut melekat dalam ingatan masyarakat ketika menyebut nama Tarakan yang diidentikkan dengan pulau minyak atau kota minyak. Citra Kota Tarakan di masa lalu tersebut mulai tidak banyak difahami masyarakat Tarakan yang sekarang sejalan dengan menurunnya tingkat aktivitas dan nilai produksi minyak bumi yang telah berjalan sejak tahun 1904. Mulai muncul sektor industri lain yang dianggap banyak menopang pendapatan asli daerah (PAD). terutama setelah Tarakan defenitif menjadi kota administratif. Kondisi ini kemudian mengimbangi dominasi peran sumber daya minyak bumi yang telah mengantarkan Tarakan dikenal sebagai kota minyak di masa lalu. Kondisi ini pula yang menjadi alasan Pemerintah Daerah Kota Tarakan mencoba memberi pencitraan baru. Kota Tarakan diarahkan sebagai kota pusat pelayanan, perdangan dan kota jasa. Hal ini menunjukkan pergeseran pemahaman dan penghargaan masyarakat terhadap sejarah kota ini. Sejarah Kota Tarakan di masa lalu telah menunjukkan satu dimensi identitas masyarakat di masa lalu yang penting artinya bagi kehidupan masyarakat Tarakan sekarang. Secara formal menunjukkan bahwa masyarakat Kota Tarakan hingga saat ini kurang memahami identitas mereka di masa lalu. Warisan budaya seperti apa yang

tepat dijadikan simbol untuk dilembagakan bersama tanpa melepaskan latar belakang sejarahnya. Termasuk Jenis museum yang dapat memainkan peran menghubungkan antara masa lalu dan masa sekarang serta harapan masa mendatang. Kota Tarakan dan masyarakat di dalamnya telah diperhadapkan pada realitas lingkungan yang terus mengalami perubahan, baik perubahan morfologi kota maupun kehidupan sosial masyarakat. Perubahan sosial bagi re-generasi yang mengambil alih peran pembangunan daerah kota ini, cenderung tidak memahami masa lalu mereka yang telah menjadi bagian pembentuk identitas diri dan lingkungannya. Mereka cenderung tidak lagi memiliki pijakan atau pegangan yang kuat dan mantap dalam memahami diri dan lingkungannya ditengah arus globalisasi. Kondisi masyarakat seperti ini mudah diombang-ambing. Kadang kala berujung meluasnya kesenjangan dan dapat menumbuhkan bibit perbedaan cara pandang terhadap diri dan lingkungannya. Tidak jarang perbedaan yang tidak dilandasi pemahaman kuat akan identitas menimbulkan hilangnya rasa percaya diri. Menimbulkan kerawanan yang dapat menyebabkan terjadinya konflik komunal sebagaimana telah terjadi di berbagai daerah di tanah air. Beberapa hal yang tidak dapat dilepaskan dari kondisi tersebut antara lain program pendidikan formal pada sekolah-sekolah di Tarakan tidak memiliki muatan historiogafi lokal. Selain itu juga belum ada museum yang dapat digunakan sebagai media pendidikan non formal yang berperan membangun dan memelihara identitas masyarakat Kota Tarakan ditengah perubahan sosial terus berjalan. Kenyataan ini sangat dimungkinkan identitas masyarakat Kota Tarakan di masa lalu semakin terlupakan. Fakta ini disadari atau tidak oleh masyarakat Tarakan mengisyaratkan pentingnya membentuk kembali identitas mereka melalui media museum sejarah. Terlepas dari kondisi dan perkembangan yang terjadi sekarang, upaya pembentukan identitas masyarakat tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah industri pertambangan minyak bumi. Industri ini telah berjasa dalam proses pembentukan Kota Tarakan. Kegiatan pertambangan minyak menjadi representasi memori kolektif masyarakat Kota Tarakan yang dapat dilembagakan sebagai peran museum. Peran museum dalam konteks ini adalah membantu memberi pemahaman masyarakat tentang masa lalu yang memiliki relevansi di dalam kehidupan

masyarakat Tarakan sekarang ini. Salah satu contoh melalui industri pertambangan minyak telah berjasa dalam pembentukan Kota Tarakan. Menjadi penanda bagi sejarah terbentuknya kehidupan sosial masyarakat plural dan masyarakat multikultur. Ada dua aspek utama yang dapat disintesakan dan diperankan museum Pertama, melalui obyek material industri pertambangan minyak, museum menjadi media pembelajaran sejarah teknologi pertambangan minyak bumi di Indonesia khususnya di Tarakan. Kedua, museum sebagai media pemelihara identitas sekaligus menjadi media perekat masyarakat Tarakan. Peran museum sebagai media perekat terhubung pada penggambaran sejarah kemajemukan masyarakat Tarakan yang terbentuk bersama dengan permulaan aktivitas tambang minyak. penggambaran sejarah heterogenitas masyarakat agar generasi sekarang memahami hal tersebut. Memahami kemajemukan mereka sebagai bagian potensi pembangunan yang telah berjalan sejak proses awal pembentukan Kota Tarakan. Berkenaan dengan dua aspek pokok tersebut telah ditentukan tiga konsep tema penggambaran identitas masyarakat yang dapat dipresentasikan melalui museum. Pertama, konsep tema Tarakan pra pertambangan memberi pemahaman pada pengunjung latar belakang sejarah Tarakan sebelum adanya kegiatan pertambangan. Kedua, konsep tema mekanisme pertambangan minyak yang mempresentasikan proses kegiatan pertambangan sebagai awal konstruksi identitas masyarakat yang terhubung dengan aktivitas pertambangan. Aktivitas pertambangan minyak ini dimulai dari kegiatan eksplorasi, pengeboran, produksi, dan pendistribusian minyak. Ketiga, menyangkut tentang presentasi penggambaran kehidupan sosial pekerja tambang dan masyarakat non tambang melalui presentasi sarana sosial tertentu yang menunjukkan memori kolektif dan memori sejarah. Berpegang pada asumsi bahwa museum dalam menjalankan fungsinya dimungkinkan bagi masyarakat untuk membangun atau membentuk identitas mereka. Museum yang menerapkan konsep ide baru berfungsi sebagai institusi pendidikan sejarah yang diarahkan untuk membuat masyarakat menyadari identitas mereka, memperkuat identitas tersebut serta membangun kepercayaan diri terhadap pengembangan potensi masyarakat bagi pembangunan (Hauenschild (1988: 7).

Identitas masyarakat Tarakan dalam konteks ini adalah identitas yang dilekatkan pada masa lalu melalui kegiatan pertambangan minyak. Identitas tersebut menjadi simbol masyarakat tambang masa lalu dan menjadi bagian pembelajaran sejarah bagi masyarakat sekarang. Kegiatan industri pertambangan minyak yang dimulai sejak tahun 1896 merupakan titik awal terbentuknya identitas masyarakat Kota Tarakan. Mempresentasikan objek warisan budaya pertambangan minyak dan objek lain yang terkait, memungkinkan masyarakat lokal Tarakan dapat dibimbing dan diberi pemahaman menemukan jati diri dan lingkungan masa lalu mereka. Memahami diri dan perubahan lingkungannya bermula karena adanya aktivitas industri pertambangan minyak. Dengan demikian mereka khususnya masyarakat sekarang mampu menyadari keberadaannya yang dipersatukan oleh kegiatan pertambangan minyak. Memahami tentang bagaimana Kota Tarakan dibangun berawal dari sebuah lingkungan sepi menjadi kota industri tambang minyak. Mempresentasikan bagaimana pengunjung memahami masa lalu dengan mempolakan pemakaian masa lalu tersebut secara fisik, emosional dan imajinatif (Watson, 2007: 169). Dalam hal pemahaman bersama tentunya masyarakat Tarakan dapat mengakui dan menerima bahwa industri pertambangan minyak bumi telah menyebabkan terbentuknya Kota Tarakan. Menjadi konsensus dalam pembentukan identitas masyarakat yang dapat dirawat dan dilindungi di dalam museum. Menjadi simbol masa lalu sebagai pegangan bersama bagi masyarakat Tarakan apapun latar belakang mereka. Memahami terbentuknya heterogenitas mereka yang berkembang hingga sekarang karena kandungan potensi minyak bumi. Minyak bumi yang mempersatukan mereka dengan berbagai latar belakang diversitas etnis, agama dan budaya, yang selanjutnya memunculkan identitas baru. Tugas museum dalam hal ini adalah mengkomunikasikan hal tersebut agar masyarakat Tarakan yang sekarang memiliki kesadaran masa lalu daerahnya dibentuk dan dibangun oleh komunitas beragam tersebut. Sejarah demografi Kota Tarakan telah menunjukkan terbentuknya masyarakat multikultur. Masyarakat multikultur dimaksud mengacu pada masyarakat yang mengakui dan menghargai keberagaman dan perbedaan setiap kelompok atau

golongan tertentu di dalam berinteraksi. Mengutamakan konsep keterbukaan, kesetaraan diversitas etnis dan kultural yang melahirkan konsep baru sebagai pegangan bersama. Berbeda dengan faham monokultur yang memegang prinsip buruk narsisme dan cenderung mengembangkan arogansi, tidak pekah terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaanya sendiri. Kenyataan masa lalu masyarakat Kota Tarakan menunjukkan bahwa sifat monokultur tidak berkembang dalam kehidupan mereka. Baik pada periode awal pembentukan kota maupun dalam perkembangannya kemudian, bahkan hingga sekarang. Sebuah prestasi yang menjunjung tinggi pemahaman perbedaan etnis, agama dan golongan telah berakar sejak masa awal kegiatan pertambangan minyak. Sungguh sangat penting untuk tetap dirawat dan dikomunikasikan menjadi bagian dalam pesan (message) museum. Museum dalam konteks ini memposisikan diri sebagai cultural bridge. Menghubungkan kepentingan pemahaman masa lalu melalui warisan budaya pertambangan minyak untuk kehidupan sekarang dan harapan masa depan mereka. 6.2 Saran Beberapa kota di Indonesia pada proses pembentukannya memiliki karakteristik tersendiri sebagai penanda identitas masyarakat di dalamnya. Namun sebagian besar penanda identitas semacam ini dalam perkembangannya kemudian cenderung tidak bertahan lama. Hal ini menjadi bahan renungan atas realitas yang terjadi mengingat kepentingan kebutuhan masyarakat akan pemahaman masa lalu yang berguna dalam kehidupan sekarang. Tidak juga dimediasi melalui museum untuk menghubungkan pemahaman masyarakat terhadap latar belakang sejarah mereka. Museum yang didirikan untuk tujuan tersebut di Indonesia terlihat tidak sebanding dengan kebutuhan pemahaman masyarakat terhadap identitas mereka dirawat dan dilindungi dalam museum. Permasalahan semacam ini menjadi penting bagi museum untuk mengkonsepkan tentang apa yang seharusnya dilembagakan dalam membantu pemenuhan kepentingan sejarah masyarakat Kota Tarakan. Sementara itu masyarakat dan lingkungan mereka terus mengalami transformasi ditengan era globalisasi. Disatu sisi pembangunan masyarakat dan lingkungnnya

merupakan agenda tetap bagi Pemerintah Daerah Kota Tarakan. Namun disisi lain pembangunan tersebut diharapkan berkelanjutan tanpa menghilangkan identitas masyarakat yang dilekatkan pada masa lalu melalui industri pertambangan minyak. Tanpa adanya industri pertambangan minyak, Tarakan tidak akan menjadi kota pada akhir abad ke-19 Masehi. Maka sewajarnya perhatian terhadap historiografi lokal industri pertambangan minyak bumi sebagai ikon pemersatu masyarakat Kota Tarakan. Penjelasan konsep tema display yang telah dirumuskan dengan merujuk pada warisan budaya pertambangan minyak sebagai bentuk representasi identitas masyarakat Kota Tarakan di masaa lalu, masih diperlukan kajian lebih lanjut. Masih dibutuhkan kajian museologi dengan pendekatan interdisipliner, agar dapat dirumuskan konsep pesan selain yang telah dijelaskan. Memahami lebih dalam aspek penting yang dikomunikasikan sesuai kebutuhan masyarakat Tarakan sekarang. Hasil penelitian yang telah dilakukan masih sebatas jawaban pertanyaan alasan penting adanya museum sejarah di Tarakan. Termasuk warisan budaya yang dapat dipresentasikan dalam membantu masyarakat memahami identitas mereka yang dilekatkan pada masa lalu. Hasil peneltian ini jika dihubungkan dengan konsep komunikasi museum (pameran) masih terbatas pada penjelasan gagasan konsep ide. Penjelasan tahapan selanjutnya seperti fase pengembangan dan pelaksanaan masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan meluaskan aspek yang memungkinkan dapat dikomunikasikan melalui pameran. Termasuk penggunaan pendekatan interdisipliner yang berhubungan dengan ilmu selain arkeologi, sejarah dan sosiologi juga disiplin ilmu geologi, geografi dan ilmu lingkungan. Budaya materi pertambangan minyak Tarakan yang telah dijelaskan dan dianggap sebagai representasi identitas masyarakat Kota Tarakan di masa lalu sebagian besar berupa struktur. Tersebar di berbagai lokasi kawasan wilayah kota lama Tarakan yang secara akumulaif juga menunjukkan karakteristik Tarakan sebagai kota tambang minyak. Kondisi ini mengisyaratkan dan lebih memungkinkan presentasi display objek koleksi tidak dibatasi oleh ruang (bangunan). Dengan demikian penggambaran identitas masyarakat melalui display objek benda materi

pertambangan minyak dapat dilakukan di dalam ruangan (di dalam gedung) dan di luar ruangan. Konsekuensi dari bentuk display koleksi semacam ini mengisyaratkan bentuk museum yang didirikan adalah museum situs pertambangan. Museum situs atau museum situs pertambangan ini tentu harus didirikan di dalam situs atau dekat dengan kawasan situs. Pertimbangan ini tidak hanya didasarkan pada pendisplay-an koleksi dalam konteks aslinya sehingga mudah difahami pengunjung, tetapi karakteristik objek pertambangan minyak itu sendiri. Objek kolam pembuangan sisa minyak (minyak lantung) misalnya, jika ditempatkan dalam ruangan sangat berbeda jika didispaly pada konteks aslinya. Pengunjung lebih mudah memahami objek ini jika berada di lokasi aslinya dan pengunjung dapat mengamati dan mencium bau minyak mentah yang terkumpul dalam kolan tersebut. Pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh pengunjung melalui presentasi semacam ini tentu tidak dapat diperoleh jika objek yang sama didisplay dalam ruangan. Demikian juga objek lainnya seperti menara pengeboran, tangki pengumpul dan tangki penampungan minyak mentah serta separator. objek ini lebih mudak difahami pengunjung jika didisplay dalam konteks primernya. Bagian dari konsep museum situs adalah membangun museum di dalam kawasan atau sekitar situs. Jika demikian maka fungsi utama museum yang dibangun di dalam kawasan situs lebih bersifat melengkapi informasi koleksi yang ada di luar ruangan. Di samping itu juga sebagi bentuk penyelamatan benda yang sifatnya dapat dipindahtempatkan (moveable) dan rawan dengan kerusakan atau hilang. Jadi antara koleksi yang dipamerkan di dalam ruangan dan yang di luar ruangan sifatnya saling menunjang. Lebih memungkinkan pengunjung melakukan tindakan mengingat, mengenang dan mengalami dapat dilakukan pada bentuk museum semacam ini. Memori kolektif masyarakat yang selanjutnya ditetapkan sebagai memori sejarah tidak hanya pada sarana kerja pertambangan, tetapi juga dapat digambarkan melalui sarana sosial. Sarana sosial pertambangan ini juga lebih memungkinkan didisplay di luar ruangan. Seperti perumahan pekerja tambang, gedung In the Oli dan gedung pajak. Mempresentasikan objek seperti ini pada lokasi semula tidak hanya

mendekatkan pada lingkungan aslinya dan lebih mudah dimengerti, tetapi sekaligus mempertahankan keaslian bangunannya. Beberapa bangunan perumahan pekerja tambang dapat didisplay pada konteks awalnya dengan memberi prioritas menetapkan satu tipe bangunan pada setiap kompleks untuk dijadikan koleksi. Tipe dimaksud seperti bangsal panjang, perumahan permanen untuk pekerja golongan atas dan golongan bawah. Melalui bentuk pendirian museum situs pertambangan ini menunjukkan bahwa koleksi di luar ruang dapat saja berada pada titik tertentu. Tergantung pada ruang objek tersebut berada. Maka sesungguhnya bagian dari koleksi museum situs pertambangan ini menempati titik tertentu yang sekarang dikategorikan sebagai kawasan kota lama Tarakan. Kota lama Tarakan merupakan karakteristik kota yang memperlihatkan ciri kota industri modern. Kota industri pertambangan minyak bumi yang dibangun sekitar tahun 1896 bertepatan dengan awal eksplorasi minyak di Pulau ini. Kegiatan inilah yang kemudian dapat dijadikan dasar konstruksi identitas masyarakat Kota Tarakan yang dilekatkan pada masa lalu. Sekarang telah menjadi memori kolektif yang penting untuk digambarkan kembali melalui museum sejarah, yakni melalui museum situs pertambangan minyak. Konsekuensi lainnya dari pendirian museum situs pertambangan di Tarakan adalah menetapkan kawasan situs atau situs kawasan kota lama Tarakan. Ini adalah bagian yang harus diwujudkan sebelum rancangan pendirian museum dilakukan. Karena penempatan bangunan museum idealnya berada dalam zona kawasan pengembangan. Permasalahan yang utama yang dihadapi sekarang adalah belum adanya payung hukum baik penetapan objek bangunan yang dilindungi maupun penetapan kawasan situs serta mintakat kawasan situs dimaksud. Untuk pendirian museum dimaksud perlu melakukan langkah awal antara lain sebagai berikut: 1. Melakukan penetapan objek/bangunan dan kawasan situs kota lama Tarakan oleh instansi terkait. 2. Menentukan pembagian (mintakat) kawasan untuk kepentingan perlindungan dan pengembangan sumber daya budaya. Termasuk pendirian museum situs yang mendukung fungsi pengembangan pariwisata.