BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang berkualitas baik pada jalur pendidikan formal, informal, maupun non formal, mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi (Enco Mulyasa, 2009: 5). Dikatakan lebih lanjut oleh Econg Mulyasa tentang pentingnya pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas perlu lebih ditekankan, karena berbagai indikator menunjukkan bahwa pendidikan yang ada belum mampu menghasilkan sumber daya sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kebutuhan pembangunan. Kegagalan pendidikan antara lain disebabkan oleh manajemen yang kurang tepat, penempatan tenaga yang tidak sesuai dengan bidang keahlian, dan penanganan masalah bukan oleh ahlinya, sehingga tujuan pendidikan nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui peningkatan mutu pada setiap jenis dan jenjang pendidikan belum dapat terwujud (Enco Mulyasa, 2009: 6). Berbagai upaya telah dilakukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya dengan membuka sekolah-sekolah unggulan. Sekolah unggulan dipandang sebagai salah satu alternatif yang efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan sekaligus meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang 1
mampu berfikir secara kritis dan logis sehingga akan mendorong perilaku yang proaktif dengan berfikir secara kreatif, mencipta dan inisiatif dan inovasi yang bermanfaat ( H. Hadiri Nawawi, 2005: 23). Untuk menciptakan sebuah sekolah yang efektif atau unggul memerlukan sebuah kurikulum yang baik dan membutuhkan guru-guru yang berkualitas tinggi serta dapat memanfatkan seluruh sumber daya sekolah secara optimal. Keterlibatan kepala sekolah, tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, guru dan penjaga sekolah harus secara aktif, karena semua sumber daya tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mampu menjadikan sekolah efektif atau unggul. Keefektifan atau keunggulan sekolah terletak pada kepemimpinan kepala sekolah dalam merancang pembangunan organisasi sekolah. Untuk merancang pembangunan sekolah yang efektif harus memiliki kualifikasi atau sertifikat kepala sekolah/madrasah pada jenis dan jenjang sebagai pendidikan yang sesuai dengan pengalamannya sebagai pendidik yang diterbitkan oleh lembaga yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pendidikan dan kompetensi seperti pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional atau (Permendiknas No.28 Tahun 2010) tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah atau Guru sebagai Kepala Sekolah. Dengan memiliki kompetensi dan kualifikasi seorang kepala sekolah diharapakan dapat memimpin suatu organisasi sekolah yang telah disusun, dapat melibatkan warga sekolah untuk berpartisipasi, dapat melibatkan setiap orang untuk memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai pelimpahan dan pendelegasiannya. Kunci utama untuk menjadikan sekolah efektif 2
atau unggul adalah keefektifan dalam pelayanan kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Searah dengan usaha peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) pemerintah mengeluarkan satu kebijakan otonomi daerah yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999, (Onisimus Amtu 2011: 91). Melalui undang-undang tersebut, pemerintah meletakkan kewenangan sebagian besar pemerintahan bidang pendidikan dan kebudayaan yang selama ini berada pada pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (kabupaten/kota). Dalam merealisasikan Undang-Undang tersebut, perlu dilakukan manajemen yang tepat dan pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor : 20 tahun 2003, (Onisimus Amtu 2011: 154), yang menuntut penataan manajemen dalam berbagai jalur dan jenjang pendidikan yang sebelumnya merupakan wewenang pusat. Dengan berlakunya otonomi daerah ini, kewenangan bergeser pada sekolah di bawah koordinasi dan pengawasan pemerintah daerah kota dan kabupaten. Pengelolaan pendidikan dengan memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas sering disebut sebagai Manajemen Berbasis sekolah (MBS) atau School Based Management(Enco Mulyasa 2011: 10-11). Dalam konteks Manajemen Berbasis Sekolah/MBS, sekolah dituntut untuk meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan orang tua siswa dalam 3
pengelolaannya guna meningkatkan kualitas dan efisiensinya. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) sebagai modal manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah baik guru, siswa, kepala sekolah, karyawan, orangtua siswa serta masyarakat untuk meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan nasional. Pemberdayaan kepala sekolah dapat diharapkan berperan sebagai Edukator, Manajer, Administrator, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator pendidikan (EMASLIM) (Enco Mulyasa 2009: 43). Kepala sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer kepala sekolah harus mampu mengelola agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal. Hal ini dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah jika didalam menjalankan tugas sebagai manajer mampu melakukan 5 macam kegiatan pokok seorang manajer yaitu: 1) perencanaan / planning; 2) Pengorganisasian / organizing; 3) pelaksanaan / actuating; 4) penganggaran / budgeting dan; 5) kontrol / controlling (Hadari Nawawi 2003 : 52), serta sebagai kepala sekolah harus mampu melakukan fungsi manajemen dengan baik yang meliputi: (1) perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan dan; (4) pengawasan. (Enco Mulyasa, 2009: 125-126). Sebagai seorang pimpinan, kepala sekolah perlu mengadopsi kepemimpinan transformasional, agar semua potensi yang ada di sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinan transformasional atau situasional sebagaimana didefinisikan (Soekarto Indrafachrudi, 2006: 51-54) adalah kemampuan seorang 4
pemimpin dalam bekerja dengan dan/atau melalui orang lain untuk menstransformasikan secara optimal sumber daya organisasi yang langka dalam rangka mencapai tujuan yang bermakna sesuai degan target capaian yang telah ditetapkan. Seorang kepala sekolah mampu menerapkan kepemimpinan transformasional jika mampu mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur, sehingga semua unsur yang ada di sekolah seperti guru, siswa, pegawai serta orang tua dan masyarakat bersedia ikut berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan sekolah. Penerapan kepemimpinan transformasional harus memiliki ciri jiwa kepemimpinan pendidikan untuk masa depan. Jiwa kepemimpinan pendidikan masa depan harus memiliki karakteristik kepemimpinan, yaitu 1) kepemimpinan kepala sekolah yang visioner; 2) kepemimpinan yang efektif dalam penentuan kebijakan; 3) ketepatan kepala sekolah sebagai pemimpin dalam mengambil keputusan; 4) pendelegasian dan; 5) sikap demokratik yang dikembangkan kepala sekolah dalam mempimpin pembelajaran (Syaiful Sagala, 2009: 120). Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan visioner akan memiliki kemampuan pemimpin untuk mencetuskan ide atau gagasan suatu visi selanjutnya melalui dialog yang kritis dengan unsur pimpinan lainnya merumuskan masa depan organisasi yang dicita-citakan yang harus dicapai melalui komitmen semua anggota organisasi melalui proses sosialisasi, tranformasi, implementasi gagasangagasan ideal oleh pemimpin organisasi (Wahyudi, 2009: 25). Sedangkan kepala sekolah yang efektif menurut Tiong (1997) memiliki ciri-ciri berikut: 1) adil dan 5
tegas dalam mengambil keputusan; 2) membagi tugas secara adil kepada guru; 3) menghargai partisipasi staf; 4) yang memahami perasaan guru; 5) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan; 6) terampil dan tertib; 7) berkemampuan dan efisien; 8) memiliki dedikasi dan rajin; 9) tulus dan ikhlas; dan 10) percaya diri (Syaiful Sagala, 2009: 120). Jiwa kepemimpinan yang demokratis mampu mengambil suatu bentuk keputusan berdasarkan musyawarah dan mufakat. Pemimpin menghormati dan menghargai pendapat tiap-tiap guru dan memberikan kesempatan kepada guruguru untuk mengembangkan secara inisiatif dan daya kreatifnya. Pemimpin mendorong guru-guru dalam hal mengembangkan keterampilan bertalian dengan usaha-usaha mereka untuk mencoba suatu metode yang baru (Soekarto Indrafachrudi, 2006: 21). Persoalan yang muncul dalam kepemimpinan kepala sekolah saat ini adalah belum adanya upaya peningkatan profesionalisme seperti yang diharapkan seperti apa yang telah disebutkan di atas. Kemampuan manajerial kepala sekolah merupakan faktor penting dan strategis dalam kerangka peningkatan kualitas dan kemajuan sekolah yang dipimpinnya. Dengan kemampuan manajerial, baik kemampuan teknik, kemampuan hubungan kemanusian, maupun kemampuan konseptual yang memadai diharapkan kepala sekolah mampu menggerakan seluruh potensi Madrasah termasuk dapat memacu peningkatan kualitas kinerja profesional para guru di sekolah tersebut. Dengan kinerja guru yang berkualitas, maka proses pembelajaran akan berlangsung dengan optimal. 6
Sekolah yang sehat memiliki kultur organisasi sekolah yang baik. Sekolah dikatakan sehat bila terdapat dorongan dan semangat yang tinggi. Moral kerja yang tinggi jika kepala sekolah, guru dan staf selalu bekerja dengan semangat yang tinggi, sangat antusias, bergairah, dan sebagainya. Selanjutnya sekolah sehat bila sekolah itu terhindar dari tekanan-tekanan berbagai pihak. Semangat kerja, antusiasisme, motivasi, dan sebagainya akan dapat diciptakan dengan baik jika sekolah mempunyai seorang pemimpin yang mampu mengelola dan memanajemeni dengan baik lembaganya. Perubahan struktur dan jenis tenaga yang diperlukan oleh pasar tenaga kerja merupakan satu sumber inspirasi bagi kepala sekolah dan guru untuk membuat keputusan-keputusan inovatif. Kepemimpinan dalam kontek sekolah lebih menekankan pada terjadinya hubungan antara personil sekolah serta menciptakan iklim kebersamaan dan saling memiliki yang ditandai dengan rasa kebersamaan dalam bekerja. Dalam kondisi seperti itu akan tercipta hubungan yang harmonis diantara seluruh personil sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Staf Tata Usaha, Siswa, dan lain-lain). Keberhasilan pimpinan menggerakkan bawahan sangat tergantung kepada kemampuannya mempengaruhi bawahannya agar mau berkerja dengan baik. Kepemimpinan merupakan faktor penentu yang paling dominan dalam usaha organisasi untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya. Berdasarkan berbagai permasalahan di atas, observasi yang di lakukan di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta menginformasikan jumlah kepala sekolah SMK Negeri sebanyak 7 orang. Para kepala sekolah sedang mengalami beberapa hal penting, yaitu: 7
Pertama, harus melakukan perubahan secara fleksibel dalam aspek-aspek berikut: 1) konsep pengelolaan sekolah yang sentralistik menjadi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS); 2) Kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau KBK (Kurikulum berbasis Kompetensi) selanjutnya menjadi kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan); 3) perubahan paradigma pengelolaan pendidikan yang mengharuskan keterlibatan warga sekolah terutama guru dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Kedua, dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan melalui efektifitas sekolah, dan mengoptimalkan pemanfaatan segenap sumber daya pendidikan di sekolah. Hal ini memerlukan kerja keras kepala sekolah dalam menginspirasi dan memotivasi guru sebagai ujung tombak proses pembelajaran. Untuk kemajuan pendidikan SMK di kota Yogyakarta sebagai berikut: Tabel. 1 Kelulusan Tahun 2010/2011 N0 Angka Perolehan Tahun lulusan 2009/2010 Tahun lulusan 2010/2011 01 Rata-rata Nilai US dan UN 7, 07 % 8,53 % 02 Angka mengulang kelas 165 0rang 1,21 % 03 Angka melanjutkan 147,79 % 185,21 % 04 Angka kelulusan 92,79 % 94,96 % 05 Jumlah Guru 813 orang 944 0rang Sumber: Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011 Ketiga adanya program peningkatan mutu, yaitu Sekolah Berstandar Nasional (SBI). Untuk melaksanakan program-program tersebut diperlukan kepala sekolah yang mempunyai kompetensi dan motivasi kerja yang tinggi. Keempat, adanya program pemerintah kota untuk menciptakan unggulan- 8
unggulan dari setiap sekolah, baik unggul dalam bidang akademis, maupun unggulan non akademis). Dengan demikian diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan pelaksanaan, mengevaluasi dan mengendalikan program kegiatan sekolah yang tidak hanya menjalankan program kegiatan belajar saja di sekolah. B. Identifikasi Masalah Keberhasilan kepemimpinan kepala sekolah SMK di kota Yogyakarta sangat tergantung pada banyak hal. Setiap usaha bersama diperlukan kepemimpinan dan pemimpin-pemimpin yang mampu mengefektifkan setiap langkah kegiatannya. Oleh karena itu berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta analisis yang dilakukan terhadap masalah-masalah yang terkait dengan keefektifan kompetensi kepala sekolah SMK di kota Yogyakarta, maka tidak terlepas dari beberapa hal sebagai berikut: 1. Untuk informasi yang terkait tentang kompetensi manajerial kepala sekolah sudah berjalan dengan baik. 2. Selalu ada motivasi atau dorongan terhadap bawahan (guru dan staf tata usaha terkait dengan kualitas kinerja dan motivasi berprestasi). 3. Kesepakatan atau komitmen kepala sekolah terhadap peningkatan mutu pendidikan atau sekolah selalu ditingkatkan. 4. Selalu ada penciptaan suasana kerja yang nyaman di sekolah. 9
5. Selalu dikembangkan kemampuan komunikasi kepala sekolah guna menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. 6. Kemampuan kepala sekolah dalam menangani berbagai permasalahan yang timbul di sekolah selalu ditingkatkan. 7. Kepribadian atau integritas kepala sekolah dalam menjalankan tugas-tugas kepala sekolah selalu ditingkatkan. 8. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran disekolah sudah dilaksanakan secara baik sesuai dengan Standar kompetensi manajerial kepala sekolah. C. Pembatasan Masalah Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang diidentifikasi di atas dan terbatasnya waktu, dana dan tenaga, maka penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal keefektifan sekolah yaitu: Keefektifan kompetensi manajerial kepala sekolah. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dijelaskan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan yaitu seberapa besar keefektifan kompetensi manajerial kepala sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Kota Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keefektifan kompetensi manajerial kepala Sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri Kota Yogyakarta. 10
F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat antara lain: 1. Memberikan kontribusi yang berdaya guna secara teoritis, metodologis dan empiris bagi kepentingan akademis dalam bidang ilmu pendidikan khsususnya administrasi pendidikan terutama dalam bidang kompetensi manajerial kepala sekolah yang dapat berkontribusi terhadap kinerja kepala sekolah guna peningkatan efektifitas sekolah. 2. Dapat dijadikan suatu pola dan strategi dalam meningkatkan kinerja kepala sekolah sebagai pengelola ditingkat satuan pendidikan yang profesional dalam meningkatkan efektifitas sekolah. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan: 1. Informasi bagi para pengelola pendidikan dalam upaya memperbaiki meningkatkan dan mengembangkan kinerja kepala sekolah dalam meningkatkan efektifitas sekolah. 2. Bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam merencanakan, melaksanakan, menempatkan dan melakukan pengawasan serta mengevaluasi kinerja kepala sekolah, sehingga dapat memperbaiki dan menyempurnakan serta meningkatkan efektifitas sekolah sesuai dengan tujuan program yang sudah ditentukan. 11