ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

KONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seiring dengan perkembangan waktu selalu disertai dengan peningkatan

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

TUGAS AKHIR. Oleh: MELANIA DAMAR IRIYANTI L2D

PEREMPUAN DALAM PEMANFAATAN AIR SUNGAI KAPUAS KOTA PONTIANAK TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

TATA RUANG KOTA SOSIOLOGI PERKOTAAN ARIS MARTIANA

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

geografi Kelas X PENGETAHUAN DASAR GEOGRAFI I KTSP & K-13 A. PENGERTIAN GEOGRAFI a. Eratosthenes b. Ptolomeus

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI EVALUASI PERANAN KOTA KECIL PADA SISTEM PERKOTAAN SEPANJANG KORIDOR JALAN REGIONAL KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR L2D

GEOGRAFI. Sesi DESA - KOTA : 2. A. PENGERTIAN KOTA a. Peraturan Menteri Dalam Negeri RI No. 4 Tahun b. R. Bintarto B.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL RUTE ANGKUTAN UMUM PENUMPANG DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

RUANG TERBUKA SEBAGAI RUANG EVAKUASI BENCANA TSUNAMI (Studi Kasus: Daerah Rawan Tsunami Kabupaten Kulonprogo) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Banjir pasang (rob) merupakan peristiwa yang umumnya terjadi di

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN SURAKARTA. Gambar 1.1. Jaringan Transportasi Kota Surakarta dengan Kota Kota di Pulau Jawa Sumber : Widiyanto_2005,Analisis Penulis

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH DAN SIG (Studi Kasus: Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta)

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sjafrizal (2009), perencanaan pembangunan merupakan cara atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan infrastruktur jalan itu sendiri. Penyediaan infrastruktur jalan yang

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kota berkembang dari tempat-tempat pemukiman yang sangat sederhana hingga

KAJIAN PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DALAM RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA GORONTALO. Lydia Surijani Tatura Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memerintahkan untuk merancang Banjarbaru sebagai alternatif ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

METOPEN ANALISIS LOKASI & POLA RUANG

BAB I PENDAHULUAN. seiring perjalanan waktu, baik dimensi kenampakan fisik maupun non fisiknya.

EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D

BAB 1 PENDAHULUAN 1.-1 Latar Belakang

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. penduduk akan berdampak secara spasial (keruangan). Menurut Yunus (2005),

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

KAJIAN FENOMENA URBANISME PADA MASYARAKAT KOTA UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN RESAPAN AIR DI KELURAHAN RANOMUUT KECAMATAN PAAL DUA KOTA MANADO

5.2 Pengendalian Penggunaan Lahan dan Pengelolaan Lingkungan Langkah-langkah Pengendalian Penggunaan Lahan untuk Perlindungan Lingkungan

Transkripsi:

ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR Oleh: JEKI NURMAN L2D 099 429 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAK Perkembangan ruang kota merupakan sebuah bentuk dari proses dan perubahan sistem aktivitas kota, karena kota merupakan sebuah sistem (Yeates, 1979). Oleh karena itu, integrasi masing-masing komponen dalam sebuah sistem aktivitas kota sangatlah penting untuk mewujudkan sebuah keseimbangan dalam pertumbuhan ruang kota. Hal ini perlu diperhatikan khususnya dalam konteks kota yang wilayahnya terpisah oleh kondisi fisik alam, dalam hal ini adalah sungai. Secara umum, perkembangan aktivitas yang mempengaruhi perkembangan ruang perkotaan dipengaruhi oleh potensi SDA dan kondisi geografis kota (Yunus ; 120: 1999). Pada kota dengan kondisi geografis khusus, kota tepi sungai misalnya, komponen pengguna ruang dibentuk dari aktivitas yang berorientasi pada pemanfaatan potensi sungai. Sampai saat ini perkembangan ruang Kota Pekanbaru terbentur oleh kondisi dimana wilayah Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak. Jadi terdapat dua wilayah Kota Pekanbaru yaitu wilayah kota sebelah utara Sungai Siak dan wilayah kota sebelah selatan Sungai Siak. Perkembangan pemanfaatan ruang antara kedua sisi tersebut tidak seimbang, dimana wilayah selatan berkembang lebih cepat dari wilayah utara. Persebaran penduduk, sarana prasarana, pusat-pusat pertumbuhan dan investasi banyak yang tertarik ke arah kota bagian selatan, sehingga daerah kota sebelah utara Sungai Siak menjadi semakin sulit untuk berkembang. Akibatnya terjadi kesenjangan pertumbuhan kota yang dapat kita lihat pada pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru tersebut. Fenomena ini dapat memicu timbulnya disparitas pemanfaatan ruang antar kedua wilayah kota tersebut. Berdasarkan permasalah di atas, maka terdapat dua rumusan pertanyaan penelitian yaitu : Apa penyebab disparitas wilayah utara dan selatan Kota Pekanbaru dan bagaimana pengembangan ruang kota yang seimbang dan sesuai dengan karakteristik Kota Pekanbaru?. Sehingga studi ini bertujuan untuk menganalisis kondisi dan penyebab disparitas pemanfaatan ruang kota Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak. Data yang diperlukan secara garis besar meliputi kondisi fisik alam, aktivitas kota, zona dan struktur pemanfaatan ruang, fasilitas dan infrastruktur perkotaan, dan kebijakan penataan ruang. Analisis dalam penelitian ini meliputi analisis kondisi disparitas, analisis penyebab disparitas, dan analisis arahan pengembangan. Analisis kondisi dispartitas menggunakan metode analisis deskriptif komparatif yang meliputi analisis fisik alam,analisis infrastruktur dan fasilitas kota, analisis aktivitas, analisis zona dan struktur pemanfaatan ruang, dan analisis kebijakan penataan ruang. Analisis penyebab disparitas menggunakan metode analisis faktor, output dari analisis kondisi disparitas serta didukung oleh pendapat masyarakat. Selanjutnya analisis arahan pengembangan yang menggunakan analisis deskriptif dan mendapat input dari hasil analisis penyebab disparitas dan konsep/ teori pendukung.. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai dasar dalam merumuskan arahan pengembangan pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa kondisi disparitas pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak yaitu; kondisi fisik alam yang berawa bergambut serta wilayah utara yang lebih rawan terhadap banjir; kondisi persebaran infrastruktur fasilitas kota, aktivitas penduduk, dan pemanfaatan ruang kota yang terkonsentrasi pada wilayah selatan; dan terjadi kontradiksi antara kebijakan penataan ruang dengan implementasinya di lapangan. Berdasarkan kondisi tersebut dan dukung oleh analisis faktor, dan pendapat masyarakat didapatkan faktor-faktor penyebab disparitas pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak, yaitu; fisik alam, infrastruktur dan fasilitas kota, aktivitas penduduk dan kebijakan penataan ruang. Dari kondisi dan penyebab disparitas pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak diatas dan didukung oleh konsep dan teori yang didapat, maka dapat dirumuskan strategi pengembangan pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru sebagai bahan rekomendasi, yaitu; peningkatan kualitas fisik, peningkatan sistem transportasi, alternatif ruang terintegrasi dan peningkatan aspek administratif. Strategi di atas perlu dilakukan untuk meminimalisir kondisi disparitas pemanfaatan ruang Kota pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak. Key words: Disparitas Pemanfaatan Ruang Kota Ruang Kota Yang Terpisah oleh Sungai iii

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara garis besar, kota terdiri atas dua komponen utama yaitu aktivitas dan ruang sebagai wadahnya. Menurut geografi regional, ruang dapat diartikan sebagai suatu wilayah yang mempunyai batas geografi, yaitu batas menurut fisik; sosial; atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah di bawahnya serta lapisan udara di atasnya (Jayadinata, 1999: 12). Ruang menurut UU No. 24 Tahun 1992 merupakan wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhkluk hidup lainnya hidup, melakukan kegiatan, serta pemeliharaan kelangsungan hidupnya. Dengan demikian ruang dapat diartikan sebagai wadah terjadinya interaksi antara makhluk hidup terhadap lingkungannya dengan tingkat interaksi tertentu. Interaksi ini akan membentuk karakteristik pemanfaatan ruang. Sistem pemanfaatan ruang pada dasarnya mengandung dua komponen utama yaitu komponen supply atau penyedia ruang, dan komponen demand atau pengguna ruang. Bentuk tata ruang yang terjadi adalah bentuk yang terjadi dari hasil interaksi komponen supply dan komponen demand, berupa tipe-tipe dan perbedaan struktur, sebaran, dan bentuk fisik ruang yang terjadi (Wijaya, 2003: 2). Salah satu bentuk interaksi ini dapat dilihat pada pemanfaatan ruang perkotaan yang merupakan hasil interaksi aktivitas ekonomi, sosial, budaya masyarakat perkotaan terhadap lingkungannya. Menurut Dickinson dalam Jayadinata (1992) kota adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan penduduknya bernafkah bukan petani. Pengertian lain, kota ialah dicirikan oleh adanya prasarana perkotaan seperti bangunan yang besar bagi pemerintahan, rumah sakit, sekolah, pasar, alun-laun dan taman yang luas serta jalan aspal yang lebar. Pemahaman seperti ini memberi perspektif terhadap bentuk bangunan kota (Koestoer, RH, dkk, 2001: 9). Kota juga dapat diartikan sebagai hasil kebudayaan yang dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan interaksi sosial masyarakat dan berperan sebagai pusat aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya (Bintarto, 1992: 30 ).

2 Pengertian di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan ruang kota dipengaruhi oleh aktivitas bertempat tinggal dan aktivitas non agraris. Apabila dikonversikan dalam bentuk penggunaan lahan, aktivitas penduduk perkotaan ini akan membentuk penggunaaan lahan permukiman, industri, serta perdagangan dan jasa. Secara umum, perkembangan aktivitas yang mempengaruhi pemanfaatan ruang perkotaan dipengaruhi oleh potensi SDA dan kondisi geografis kota (Yunus, 1999: 120). Pada kota dengan kondisi geografis khusus, kota tepi sungai misalnya, komponen pengguna ruang dibentuk dari aktivitas yang berorientasi pada pemanfaatan potensi sungai. Kota merupakan sebuah sistem (Yates; 1979). Perkembangan pemanfaatan ruang kota merupakan sebuah bentuk dari proses dan perubahan sistem aktivitas kota, sehingga integrasi masing-masing komponen dalam sebuah sistem aktivitas kota sangatlah penting untuk mewujudkan sebuah keseimbangan dalam pertumbuhan ruang kota. Hal ini perlu diperhatikan khususnya dalam konteks kota yang wilayahnya terpisah oleh kondisi fisik alam, dalam hal ini adalah sungai. Fenomena perkembangan pemanfaatan ruang kota kawasan tepi sungai di Indonesia sendiri dapat kita lihat pada kota-kota yang dilalui oleh sungai-sungai besar, salah satunya adalah Kota Pekanbaru yang dilalui oleh Sungai Siak. Pada mulanya Sungai Siak dijadikan pusat orientasi Kota Pekanbaru. Tetapi seiring dengan semakin berkembangnya kota tersebut dan daerah tepi sungai sudah semakin jenuh, maka terjadi perkembangan kota ke arah darat/ pedalaman. Perkembangan kota kearah darat/ pedalaman ini terjadi pada kedua sisi sungai. Akan tetapi perkembangan antara kedua sisi Kota Pekanbaru yang terpisah oleh Sungai Siak ini tidak seimbang. Salah satu sisi wilayah kota berkembang lebih cepat dari sisi wilayah kota lainnya. Wilayah sebelah selatan Sungai Siak yang didalamnya terdapat pusat pemerintahan berkembang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah sebelah utara. Seluruh aktivitas kota banyak yang tertarik ke arah pusat kota dan daerah pedalaman sekitarnya, sehingga daerah kota sebelah utara Sungai Siak menjadi semakin sulit untuk berkembang. Akibatnya terjadi kesenjangan pertumbuhan kota yang dapat kita lihat pada pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru tersebut. Kesenjangan pertumbuhan kedua sisi wilayah Kota Pekanbaru ini dapat kita lihat pada data-data statistik penduduk dan fasilitas yang dimiliki. Wilayah Kota Pekanbaru sebelah selatan Sungai Siak sampai sekarang telah memiliki 7 (tujuh) kecamatan, bandingkan dengan wilayah kota sebelah utara Sungai Siak yang hanya terdiri dari 2 (satu)

3 kecamatan. Wilayah kota sebelah utara hanya memiliki 13,85% jumlah penduduk dari total jumlah penduduk Kota Pekanbaru dengan tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah. Kemudian dilihat dari fasilitas pendidikannya, wilayah Kota Pekanbaru sebelah utara juga sangat sangat tertinggal jauh. Salah satu contohnya adalah hanya terdapat 1 (satu) SMU dari total 13 (tiga belas) SMU yang dimiliki oleh Kota Pekanbaru (Pekanbaru Dalam Angka, 2002). Hal ini mengakibatkan banyak penduduk kota sebelah utara yang bersekolah di wilayah kota sebelah selatan. Kesenjangan pertumbuhan ruang Kota Pekanbaru ini akhirnya akan menyebabkan timbulnya isu disparitas antar wilayah, akibatnya wilayah kota sebelah utara Sungai Siak semakin sulit untuk berkembang. Kesenjangan pertumbuhan ini juga terjadi hampir pada seluruh kota tepi air di Indonesia. Kota Pekanbaru sebenarnya mempunyai pusat pertumbuhan dimasing-masing wilayah kota yang terpisah oleh Sungai Siak. Sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru (RUTRK) tahun 2002-2006 Kota Pekanbaru dibagi menjadi 5 (lima) wilayah pengembangan. Wilayah kota sebelah selatan terdiri atas 3 (tiga) wilayah pengembangan, yaitu; WP I diarahkan untuk pemerintahan, perdagangan, jasa/perkantoran, industri kecil, pendidikan, perumahan; WP IV dan V diarahkan untuk perumahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, pertanian, industri, kawasan lindung, serta olahraga dan rekreasi. Sedangkan wilayah kota sebelah utara terdiri atas 2 (dua) wilayah pengembangan, yaitu; WP II dan WP III yang diarahkan untuk perumahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, pertanian, industri, kawasan lindung, serta olahraga dan rekreasi. Terdapat kesamaan fungsi antara WP IV dan V di wilayah kota sebelah selatan dengan WP II dan III di wilayah kota sebelah utara. Tetapi mengapa WP IV dan V di bagian selatan yang lebih maju daripada WP II dan III di selatan? Ini merupakan sebuah pertanyaan besar yang perlu dikaji lebih mendalam. Wilayah kota sebelah utara dan selatan sebenarnya sama-sama mempunyai kekuatan penarik yang khas. Wilayah kota sebelah selatan mempunyai pusat pemerintahan, sedangkan wilayah utara mempunyai pusat-pusat fasilitas yang jauh lebih baik dari fasilitas yang dimiliki oleh pemerintah karena dibiayai dan dirawat oleh perusahaan minyak terbesar di Riau yaitu Caltex Pacific Indonesia (CPI). Selain itu kedua wilayah kota juga telah dihubungkan oleh dua jembatan besar yaitu jembatan Siak I di bagian tengah dan jembatan Siak II di sebelah Barat. Seharusnya jembatan penghubung ini bisa menjadi salah satu alat untuk mendukung keseimbangan perkembangan antara wilayah kota sebelah utara