Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Iii Sdn Pipilogot Pada Materi Penjumlahan Dan Pengurangan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Ahas Weros Popatoon, Dasa Ismaimusa, dan I Nyoman Murdiana Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa dalam materi penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas III SDN Pipilogot disebabkan karena kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran tersebut. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas III pada materi penjumlahan dan pengurangan SDN Pipilogot melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dilakukan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III Pipilogot dengan jumlah siswa 22 orang. Sebelum dilakukan tindakan pembelajaran pada siklus I. dilakukan pra tindakan yaitu memberikan tes awal pada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebagai dasar pembelajaran selanjutnya. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Desain yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model/desain Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri 4 tahap yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi/evaluasi dan (4) refleksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara sedangkan data kuantitatif dikumpulkan dengan teknik tes. Analisis data kualitatif menggunakan teknik analisis menurut Miles dan Huberman sedangkan data kuantitatif menggunakan teknik persentase yaitu ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal. Hasil penelitian menunjukan peningkatan hasil belajar matematika tentang penjumlahan dan pengurangan. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil pada siklus I 63,63%, siklus II 90,90%. Kata Kunci: Hasil Belajar, Penjumlahan dan Pengurangan I. PENDAHULUAN Penggunaan matematika (berhitung) dalam kehidupan manusia sehari-hari telah menunjukkan hasil nyata seperti dasar bagi ilmu teknik, misalnya perhitungan untuk antariksa, dan disamping dasar ilmu teknik metode matematis memberikan inspirasi kepada pemikiran di bidang sosial dan ekonomi dan dapat memberikan warna kepada kegiatan seni lukis, arsitektur, dan musik. Pengetahuan 136
matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan yang akhirnya bahwa matematika merupakan suatu kekuatan utama membentuk konsepsi tentang suatu hakekat dan tujuan manusia dalam hidupnya. Anak SD (Sekolah Dasar) di Indonesia umumnya berusia 7 sampai 12 tahun, mereka berada pada tahap operasional kongkrit. Berkaitan dengan pembelajaran matematika di SD, pada tahap ini anak sudah dapat mengelompokkan benda-benda kongkrit berdasarkan warna, bentuk dan ukurannya. Karena itu untuk mempelajari matematika khususnya di SD memerlukan media yang dapat meransang tumbuhnya motivasi anak untuk menyukai pelajaran matematika dalam hal ini berhitung. Anak usia SD adalah usia yang dipengaruhi oleh dunia bermain. Maka untuk mengajarkan matematika di SD, apa salahnya dilibatkan dengan dunianya. Media belajar matematika di SD bisa menggunakan kelereng, lidi atau batu kerikil, yang berupa benda-benda kongkrit yang bisa digunakan anak dalam bermain dan anak yang tidak merasa asing. Fenomena yang terjadi di SDN Pipilogot khususnya kelas III, sebagian siswa merasa kesulitan dalam pelajaran matematika khususnya penjumlahan dan pengurangan bilangan. Pokok bahasan pengerjaan penjumlahan dan pengurangan begitu banyak dan luas, sedangkan alokasi waktu yang disediakan sangat terbatas.untuk mengatasi masalah tersebut maka seorang pengajar harus mampu memilih metode dan media pembelajaran yang tepat, menarik dan menyenangkan, serta didukung oleh guru yang profesional, sarana pendidikan yang bermutu, peran orang tua dan masyarakat. Ada anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan baik itu di kelas rendah atau kelas tinggi. Pada hakekatnya suatu ilmu atau pelajaran itu tidak menakutkan dan tidak sulit untuk dipelajari, tergantung bagaimana cara anak tersebut menangkap dan mempelajarinya. Anak atau siswa yang cenderung tidak menyukai salah satu pelajaran di sekolah, bahkan sampai takut, akan mengalami gangguan dalam prestasi belajarnya. Pelajaran matematika di sini sering menjadi momok yang ditakutkan. Kasus-kasus seperti ini banyak 137
dijumpai di sekolah. Faktor yang menyebabkan siswa di SDN Pipilogot kesulitan menerima materi yang disampaikan gurunya, karena guru kurang dalam menggunakan media dalam proses belajar mengajar. Memang tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar tetapi hasil dari didikan ajaran itu jangan hanya dilihat dari nilai akhir tetapi juga proses yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan dan tujuan yang ingin dicapai. Faktor yang mempengaruhi aktivitas belajar anak untuk meningkatkan prestasi belajar, diantaranya adalah penggunaan model pembelajaran yang dianggap tepat dan mampu mendukung proses belajar mengajar.penulis cenderung memilih model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Pembelajaran untuk pengerjaan soal-soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dan sarana bermain dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) diharapkan siswa dapat meningkatkan aktivitas yang memungkinkan siswa saling berbagi dengan sesama teman tentang materi yang telah dipelajari sehingga dapat meningkatkan prestasi dan pada akhirnya meningkatkan hasil belajar. Dilihat dalam latar belakang di atas, maka penulis akan melakukan penelitia dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN Pipilogot Pada Materi Penjumlahan dan Pengurangan melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas III pada materi penjumlahan dan pengurangan SDN Pipilogot melalui model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). II. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian tindakan kelas (PTK), dengan ciri utamanya adalah adanya tindakan yang berulang dan metode utamanya adalah refleksi diri yang bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran, yang direncanakan 2 siklus. 138
Desain Penelitian Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan secara bersiklus mengacu pada model/desain Penelitian Tindakan Kelas. Secara garis besar dapat dilihat pada gambar yang mengacu pada model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tanggart (Wardhani, 2007:421). Refleksi Identifikasi Masalah Observasi Sklus I Perencanaan 1 Pelaksanaan Hasil Refleksi Refleksi Observasi Sklus II Perencanaan II Pelaksanaan Gambar 1. Desain Penelitian (Wardhani, 2007:421) Keterangan: : Kegiatan : Hasil Kegiatan : kegiatan berlangsung secara bersamaan : urutan pelaksanaan kegiatan Setting dan Subyek Penelitian Waktu Penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada September sampai Nopember 2014. Penelitian dilaksanakan di SDN Pipilogot Kabupaten Banggai Kepulauan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III di SDN Pipilogot Tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah anak 22 orang siswa Analisis Data dst 139
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sesudah pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah 1) mereduksi data 2) menyajikan data dan 3) verifikasi data / penyimpulan. (Arikunto, 2002:34). Analisis data kualitatif dilakukan selama dan sesudah penelitian dilakukan di kelas dan dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data dan penympulan atau verifikasi data. 1) Reduksi data: dalam tahap ini dilakukan penyelidikan dengan memfokuskan dan menyederhanakan data mulai dari awal penelitian sampai dengan penarikan kesimpulan. Hasil reduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan penglolahan selanjutnya. 2) Paparan data: dalam tahap ini dilakukan penyusunan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penggambaran tindakan. 3) pada kegiatan ini: dilakukan pembuatan kesimpulan atau informasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dan hasil tindakan. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan, diadakan penelitian tindakan yang berorientasi dalam pembelajaran. Indikator kuantitatif dalam pembelajaran ini dinyatakan berhasil apabila hasil belajar siswa kelas III SDN Pipilogot dalam kemampuan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat mencapai daya serap individu lebih dari atau sama dengan 70%, dan ketuntasan belajar klasikal mencapai lebih dari atau sama dengan 80% III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pratindakan Sebelum dilaksanakan tindakan kelas, terlebih dahulu dilakukan pra tindakan yang meliputi tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa tentang materipenjumlahan dan pengurangan. Dari hasil analisis tes pra tindakan diperoleh skor rata-rata 59,6 dengan presentase ketuntasan klasikal 37,50 % dan daya serap kiasikal hanya mencapai 59,06 %. Dari 22 siswa yang mengikuti tes, hanya 4 siswa yang tuntas belajar atau mencapai daya serap 70 %. Kesimpulan bahwa hasil yang didapatkan dari pratindakan jauh dari ketuntasan klasikal. 140
Hasil Pelaksanaan Siklus I Setelah diketahui hasil observasi data awal di mana daya serap individu masih berada nilai kurang dari 70% dan ketuntasan klasikal masih 4 orang atau 59,06 % sedangkan yang belum tuntas 7 orang atau 63,63%. Dari hasil observasi awal tersebut di adakan tes perbaikan-perbaikan strategi pengajaran yang baik untuk meningkatkan hasil yang dicapai tersebut. Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan. Pengamatan didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang dalam RPP pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap guru dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I No Aspek Yang Dinilai Kategori Penilaian 1 2 3 4 1 Kegiatan Awal a) Menyampaikan salam b) Mengabsen c) Apersepsi 2 Kegiaatan inti a) Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa b) Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi c) Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan d) masalah Memotivasi siswa bertanya dan menjawab e) Mengadakan umpan balik 141
3 Kegiatan akhir a) Menyimpulkan b) Mengadakan post test a) Memberi tugas Berdasarkan Tabel 1 dapat diperoleh gambaran tentang kemampuan guru (peneliti) dalam melakukan proses pembelajaran pada siklus pertama di kelas III SDN Pipilogot. Hal ini bisa diketahui dari 11 komponen yang diamati 2 komponen yang bernilai kurang sementara yang bernilai cukup 4 dan bernilai baik sebanyak 5 komponen. Dengan melihat komponen guru dalam melaksanakan proses pelajaran perlu diperbaiki pada tahap kedua. Berdasarkan pengamatan dari teman sejawat diperoleh data hasil pengamatan aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengamatan Siswa Siklus I Penilaian No Aspek Yang Diamati 1 2 3 4 1 Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu 2 Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya 3 Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan 4 Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru 5 Siswa dinilai secara individu dan kelompok 6 Keaktifan 7 Ketepatan menyelesaikan tugas 8 Bertanya 9 Menjawab pertanyaan guru 10 Melakukan umpan balik pada guru 142
Berdasarkan hasil observasi yang ada pada tabel di atas tentang langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di atas juga memiliki 10 langkah kegiatan yang dijadikan sebagai sasaran observasi peneliti, pada data siklus pertama kesemua aspek (10 aspek) pembelajaran di atas 1 aspek yang berkategori kurang, 5 aspek yang sudah mendapatkan nilai cukup dan 4 yang sudah berkategori baik. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I No. Keterangan No. Keterangan Nilai Nilai T TT T TT 1 60% 12 60% 2 70% 13 80% 3 70% 14 70% 4 60% 15 80% 5 80% 16 70% 6 80% 17 90% 7 70% 18 60% 8 70% 19 60% 9 60% 20 70% 10 80% 21 70% 11 50% 22 60% Jumlah 750 7 4 Jumlah 770 7 4 Jumlah Skor 1520 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 69,09 Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 14 143
Jumlah siswa yang belum tuntas : 8 Tuntas Klasikal : 63,63%Belum tuntas Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I No Uraian Hasil Siklus I 1 Nilai rata-rata tes formatif 69,09% 2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 14 3 Persentase ketuntasan belajar 63,63% Dari tabel 3 dan tabel 4. di atas dapat dijelaskan bahwa dengan nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 14 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 70 hanya sebesar 63,63% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 80%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru. Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan Siklus I selama kegiatan belajar mengajar berlangsung diperoleh kekurangan-kekurangan yang harus direfleksikan pada Siklus II sebagai berikut: a) Kurangnya kesiapan dan kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. b) Perhatian siswa terhadap kegiatan belajar mengajar masih kurang. c) Sebagian siswa tidak menjawab pertanyaan yang diberikan. d) Motivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar masih kurang. Dengan demikian peneliti dan teman sejawat menyepakati bahwa keadaan tersebut harus dilanjutkan lagi dengan tindakan pada siklus II. Hasil Pelaksanaan Siklus II Berdasarkan hasil diperoleh pada siklus satu, maka di upayakanlah perbaikan-perbaikan motode kooperatif Think pair share (TPS). Meskipun hasil yang diperoleh sudah memperlihatkan peningkatan nilai, namun masih di 144
temukan beberapa siswa yang belum mencapai ketuntasan individu. begitu pula dengan ketuntasan klasikal baru memperoleh 63,63%, seiring tindakan penelitian pembelajaran dengan bimbingan belajar di lanjutkan pada siklus yang kedua untuk mendapatkan hasil yang lebih sempurna. Pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Pengamatan didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang dalam RPP pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap guru dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II No Aspek Yang Dinilai Kategori Penilain 1 Kegiatan Awal 1 2 3 4 a) Menyampaikan salam b) Mengabsen c) Apersepsi d) Memberi motivasi 2 1. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa 2. Guru menggali pengetahuan awal siswa 3. melalui Guru menjelaskan kegiatan demonstrasi aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan 4. Memotivasi siswa bertanya dan menjawab 5. Mengadakan umpan balik 3 Kegiatan akhir a) Menyimpulkan b) Mengadakan post test Berdasarkan Tabel 5 dapat diperoleh gambaran tentang kemampuan guru (peneliti) dalam melakukan proses pembelajaran pada siklus pertama di Kelas III SDN Pipilogot. Hal ini bisa diketahui dari 11 komponen yang diamati tidak satu pun yang bernilai kurang sementara yang bernilai cukup 2 komponen dan 145
bernilai baik sebanyak 5 komponen yang bernilai sangat baik 4 komponen. Berdasarkan pengamatan dari teman sejawat diperoleh data hasil pengamatan aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hasil pengamatan tersebut dapat di lihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Pengamatan Siswa Siklus II Kategori Penilaian No Aspek Yang Diamati 1 2 3 4 1 Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu 2 Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya 3 Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan 4 Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru 5 Siswa dinilai secara individu dan kelompok 6 Keaktifan 7 Ketepatan menyelesaikan tugas 8 Bertanya 9 Menjawab pertanyaan guru 10 Melakukan umpan balik pada guru Berdasarkan hasil observasi yang ada pada Tabel di atas tentang langkahlangkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di atas juga memiliki 10 langkah kegiatan yang dijadikan sebagai sasaran observasi peneliti, pada data siklus kedua kesemua aspek (10 aspek) pembelajaran di atas 1 aspek yang berkategori cukup, 4 aspek yang sudah mendapatkan nilai yang baik dan 5 aspek yang berkategori sangat baik. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar 146
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut Tabel 7. Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II No. Keterangan No. Keterangan Nilai Nilai T TT T TT 1 70 12 90 2 80 13 80 3 80 14 80 4 90 15 80 5 90 16 80 6 70 17 60 7 80 18 80 8 70 19 70 9 60 20 70 10 80 21 80 11 90 22 80 Jumlah 860 10 1 Jumlah 850 10 1 Jumlah Skor 1710 Jumlah Skor Maksimal Ideal 2200 Rata-Rata Skor Tercapai 77,72% Keterangan: T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Jumlah siswa yang tuntas : 20 Jumlah siswa yang belum tuntas : 2 Tuntas Klasikal :90,90% Tuntas Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II No Uraian Hasil Siklus II 1 2 3 Nilai rata-rata tes formatif Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar 77,72% 20 90,90% 147
Dari tabel 7 dan tabel 8 di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 77,72% dan ketuntasan belajar mencapai 90,90% atau ada 20 siswa dari 22 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan diinginkan guru dalam pembelajaran matematika. Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: 1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. 2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. 3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. 4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. Pada siklus II guru dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya yang dilaksanakan dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembahasan Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. 148
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, yaitu masing-masing siklus I 63,63% dan siklus II 90,90%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan. Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan yang paling dominan adalah memperhatikan penjelasan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar. Jika kita cermati bersama, hasil di atas dapat pula di katakan sebagai sebuah studi kasus, dimana dengan nyata memperlihatkan bahwa guru dalam menggunakan model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam proses pembelajaran yang dipadukan dengan keterampilan pembelajaran dapat memberikan pengaruh bagi peningkatan hasil belajar siswa. Penggunaan model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran, dapat menyalurkan pesan dan maksud kepada siswa sehingga menurut peneliti hal itu dapat merangsang pikiran, perasaan. serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran terjadi, tidak terdapat kekeliruan. tercipta interaksi dan komunikasi yang santai dan terarah. Hal-hal yang demikianlah membuat siswa menjadi senang sehingga mengikuti penuh proses pembelajaran. 149
Setelah memperhatikan hasil yang dicapai pada siklus II ini. tentunya tidak lagi dapat di duga tetapi dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan model Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran matematika dapat memberikan manfaat dan meningkatkan hasil belajar siswa. IV. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil perbaikan pembelajaran mata pelajaran matematika khususnya pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat melalui pembelajaran dapat diambil kesimpulan penjumlahan dan pengurangan dalam pembelajaran Matematika kelas III SDN Pipilogot meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari siklus I hanya 14 siswa dari 22 siswa (63,63%) yang tuntas sedangkan pada siklus II ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 20 siswa ( 90,90% ) dari 22 jumlah siswa. Saran Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peningkatan kualitas pembelajaran mutlak harus diupayakan semaksimal mungkin agar tercipta kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai tujuan pembelajaran secara optimal, yaitu dengan menciptakan pembelajaran yang di dalamnya merupakan kondisi atau keadaan yang dialami siswa atau di sekitar siswa sehingga siswa termotivasi untuk berpartisipasi atau terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga belajar siswa di kelas lebih optimal dan bermakna serta mudah dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas.2001. Didaktik / Metode Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wardani, (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 150