BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. 1. Proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata di

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I LATAR BELAKANG

JURNAL KETAHANAN NASIONAL. NOMOR XX (2) Agustus 2014 Halaman 49-57

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mengandalkan sektor pariwisata untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

Mandiri.PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka. kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

pengembangan pariwisata di kampung Sawinggrai bisa dijadikan sebagai buktinya.

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

BAB I PENDAHULUAN. daya hayati tropis yang tidak hanya sangat beragam tetapi juga unik. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

Besarnya dampak positif yang dihasilkan dari industri pariwisata telah mendorong setiap daerah bahkan negara di dunia, untuk menjadikannya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. kepada pengembangan sektor jasa dan industri, termasuk di dalamnya

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN Alasan Pemilihan Judul. Kebudayaan daerah merupakan aset yang cukup penting bagi pengembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki ribuan pulau. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

Sebagai desa wisata yang sudah beroprasi lebih dari 10 tahun, Desa Wisata Brayut memiliki jumlah wisatan asing dan lokal yang terus meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata sebagai sumber pendapatan tidak terkecuali di Indonesia. Pariwisata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata saat ini membawa pengaruh positif bagi masyarakat yaitu meningkatnya taraf

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain sektor migas

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Semenjak Reformasi terdapat beberapa perubahan kebijakan dalam paradigma pembangunan nasional, diantaranya adalah paradigma pembangunan yang bersifat terpusat (sentralistik) berubah menjadi desentralisasi melalui otonomi daerah. Pada saat ini pelaksanaan otonomi daerah telah melahirkan perubahan yang cukup signifikan, terutama berhubungan antarpelaku pembangunan, pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan. Kebijakan otonomi daerah melahirkan paradigma pembangunan yang akhir-akhir ini sering dilakukan dalam berbagai kesempatan baik ditingkat internasional, nasional maupun lokal adalah paradigma pemberdayaan masyarakat. Melalui paradigma ini masyarakat memiliki hak dan kesempatan untuk mengelola sumberdaya alam dalam rangka melaksanakan pembangunan. Hadirnya paradigma ini berinisiatif untuk mengubah kondisi dengan memberikan kesempatan kepada kelompok masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pembangunan. Di samping itu masyarakat diberi kesempatan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dari pemerintah maupun pihak lain. Merebaknya paradigma pemberdayaan tersebut sangat erat kaitannya dengan good governance (Sulistiyani,2004:75). Paradigma pembangunan nasional dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat tersebut dilaksanakan dalam segala bidang termasuk bidang 1

2 kepariwisataan sebagai salah satu sektor pembangunan yang diharapkan dapat menunjang laju pemerataan di bidang pengembangan ekonomi Indonesia. Dengan demikian sebagai pendorong laju pembangunan secara berkesinambungan, kepariwisataan dibebani dua sasaran yaitu sasaran dalam sosio-ekonomi dan sosio-budaya. Sebagai sasaran sosio-ekonomi, pariwisata berfungsi sebagai penerimaan devisa, pemerataan pendapatan masyarakat, dan pemerataan lapangan kerja, sedangkan sasaran sosio-budaya mendorong terpeliharanya kebudayaan nasional di daerah tujuan wisata baik yang bersifat material maupun immaterial, jadi usaha pembangunan kepariwisataan dan kebudayaan terdapat kaitan yang erat satu sama lain. Sasaran tersebut dapat dikatakan hubungan timbal balik di mana sasaran sosio-ekonomi dan sosio-budaya saling mendukung. Pembangunan kepariwisataan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat tersebut dapat terwujud apabila makna pembangunan pariwisata pada tingkatan praktis diinterprestasi ulang, dan bukan hanya bersifat ekonomik semata (economic oriented), tetapi juga bersifat sosial dan budaya. Berkaitan dengan itu maka diharapkan kepariwisataan akan memperkuat ketahanan sosial budaya masyarakat dan lebih luas lagi bagi bangsa dan negara. Ketahanan sosial budaya dapat diartikan sebagai suatu kondisi kehidupan dinamis masyarakat yang ditandai oleh terpenuhinya hak dan kebutuhan dasar, optimalnya pelaksanaan peranan dan tugas-tugas kehidupan pada setiap individu maupun kelompok, serta terselesaikannya masalah sosial melalui gerakan sosial yang dilandasi oleh nilai kebersamaan dan kesetiakawanan sosial (Einsadt dalam Soetarso, 1991). Ketahanan sosial mencakup aspek perilaku sosial masyarakat dan nilai-nilai sosial

3 kemasyarakatan, yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian, suatu masyarakat dapat dikatakan memiliki ketahanan sosial apabila ada sinkronisasi antara perilaku sosial dengan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat tersebut. Dalam hal ini nilai-nilai sosial berfungsi sebagai landasan bagi masyarakat untuk berperilaku sosial sesuai dengan tugas dan peran sosialnya, nilai-nilai sosial tersebut sebagai filter masuknya pengaruh dari luar masyarakat yang mengancam pemenuhan hak dan kebutuhan dasar mereka (Suradi, 2005:47). Demikian pula suatu masyarakat dikatakan mempunyai ketahanan budaya apabila terdapat kemampuan mengembangkan kelestarian kebudayaan yang tidak hanya berfungsi sebagai identitas, namun menjadi norma penuntun sikap, perilaku, serta gaya hidup dari masyarakat daerah bersangkutan. Nilai-nilai tersebut mewujud dalam bentuk fisik seperti rumah adat, pakaian adat, upacara adat, maupun tari-tarian, dan yang berbentuk nonfisik seperti halnya falsafah-falsafah kehidupan (Lemhanas, 2009:-). Dengan demikian pembangunan pariwisata juga harus menitikberatkan pada kepentingan masyarakat (people oriented) dan nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme (Damanik, 2005:97). Wujud nyata dari proses pemberdayaan ini adalah peran aktif masyarakat setempat dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Dewasa ini para wisatawan mulai menggemari tempat wisata yang tidak hanya sekedar menyajikan keindahan alam saja tetapi lebih pada interaksi masyarakat. Oleh karena itu, saat ini mulai berkembang wisata alternatif yang menawarkan kegiatan wisata yang menekankan unsur-unsur pengalaman dan

4 bentuk wisata aktif yang menonjolkan ciri budaya lokal. Selanjutnya sejak tahun 2009 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dengan pendekatan pemberdayaan telah melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata. Pada tahun 2012 telah terdapat 569 desa yang dikembangkan menjadi desa wisata, dengan bantuan dana Rp 150 juta setiap desa dari target 960 desa yang akan dikembangkan menjadi desa wisata, sedangkan pada tahun 2014, ditargetkan terdapat dua ribu desa wisata. (http://www.budpar.go.id/budpar/asp/detil.asp?c=16&id=814 diakses tanggal 8 Desember 2012). Pengembangan desa wisata bertujuan untuk membentuk masyarakat yang sadar wisata melalui keterlibatan masyarakat dalam memahami potensi wisata di desanya sehingga dapat dimanfaatkan menjadi obyek wisata. Pengelolaan potensi desa wisata dengan baik diharapkan dapat mendorong pembangunan kepariwisataan yang berbasis masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata sangat menentukan perkembangan desa wisata. Secara ideal, kepariwisataan berbasis masyarakat atau community based tourism menekankan pada pembangunan pariwisata dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat (Demartoto, 2009:110). Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan desa wisata selain dapat untuk mengeksplorasi sumber daya yang dimiliki oleh desa, juga bertujuan untuk memberdayakan masyarakat secara sosial budaya, sedangkan dari sisi ekonomi, munculnya berbagai desa wisata yang mempunyai karakteristik khas telah menciptakan peluang-peluang usaha misalnya

5 homestay, angkutan wisata dan biro perjalanan sehingga mampu menciptakan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan penduduk setempat. Pembentukan desa wisata sebaiknya memang berjalan secara alami murni inisiatif dari warga, bukan bentukan dari pemerintah. Inisiatif tersebut akan menimbulkan perasaan memiliki dan berkepentingan dari masyarakat untuk pengembangan dan kemajuan desa selanjutnya. Pengembangan suatu proyek bersama seperti desa wisata akan mempererat cara hidup yang penuh kebersamaan di antara warga masyarakat karena terdapat kecenderungan masyarakat akan berupaya mendukung pengembangan desa wisata melalui kelompok-kelompok sosial masyarakat sebagai bentuk aktualisasi diri. Selanjutnya pengembangan desa wisata dapat terwujud dengan baik melalui kondisi sosial budaya yang kuat dengan tetap menjunjung kebersamaan di antara warga masyarakat melalui pendekatan kekeluargaan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial yang timbul. Kesadaran masyarakat untuk menjunjung tinggi kondisi sosial budaya setempat menciptakan ketahanan sosial budaya. Di lain pihak, pengembangan desa wisata dengan basis sosial-budaya ini, ingin menjawab kecenderungan wisatawan untuk mengenal dan menikmati suasana dan kebudayaan lokal. Potensi kekayaan budaya patut diperhitungkan dalam mengembangkan suatu daerah sebagai destinasi utama. Keanekaragaman potensi alam dan budaya telah dikenal masyarakat dunia, termasuk keterbukaan dan keramahan masyarakat, serta kekayaan kuliner dipercaya memberi andil besar bagi tumbuhnya minat wisatawan untuk datang berkunjung ke suatu daerah.

6 Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu destinasi wisata, memiliki fokus pengembangan pariwisata berbasis alam dan budaya. Sebagai perwujudan pariwisata berbasis alam dan budaya maka saat ini di Daerah Istimewa Yogyakarta telah dikembangkan 80 (delapan puluh) desa wisata dengan 38 (tiga puluh delapan) desa wisata berada di Kabupaten Sleman. (http://jttcugm.wordpress.com/2010/10/05/puluhan-desa-wisata-di-yogyakartabelum-layak-dikunjungi/ diakses tanggal 12 Nopember 2013). Pengembangan pariwisata berbasis budaya dengan mengembangkan potensi desa wisata dengan mengangkat potensi sosial budaya seperti mengoptimalkan kekayaan alam yang ada, mengembangkan kesenian tradisional yang hampir punah dan mengembangkan nilai-nilai budaya/tradisi luhur rakyat sebagai modal dan aset pariwisata dipercaya dapat memperkuat ketahanan sosial budaya setempat. Masyarakat akan bersemangat lagi untuk menggali identitas budaya setempat untuk diwariskan kepada generasi muda, dan generasi muda memiliki media untuk mengekspresikannya dalam kegiatan desa wisata. Antusiasme wisatawan akan memberikan semangat tersendiri bagi penduduk setempat untuk lebih bekerja keras lagi dalam menyajikan potensi kebudayaan daerahnya sendiri. Jika sudah demikian, sektor pariwisata dapat berkembang dengan baik dan kebudayaan setempat dapat tetap terpelihara. Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil suatu dimensi yang lebih khusus yaitu menganalisis tentang Pemberdayaaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya, studi di Desa Wisata Brayut

7 Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan topik tersebut, didasarkan atas pertimbangan bahwa desain dan implementasinya dapat memberikan gambaran tentang proses pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan desa wisata dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya. Selain itu, Kabupaten Sleman memiliki kurang lebih 38 (tiga puluh delapan) desa wisata yang siap dikunjungi wisatawan dengan berbagai karakteristik desa wisata yang unik namun tidak lebih dari setengahnya yang benar-benar aktif bahkan 15 (lima belas) diantaranya saat ini dalam kondisi mati suri dan sulit untuk dibangkitkan kembali. Keterpurukan desa wisata ini diantaranya karena sumber daya manusia, lemahnya pengemasan sehingga kurang dikelola dengan baik dan profesional, salah menajemen dan kelembagaan, keterbatasan promosi serta kurangnya fasilitas umum untuk akses kunjungan (Harian Kedaulatan Rakyat, Selasa, 31 Januari 2012). 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas terkait dengan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya, maka dapat dirumuskan permasalahan mendasar sebagai berikut : 1) Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata terjadi, khususnya di Desa Wisata Brayut Pandowoharjo Kecamatan Sleman? 2) Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat

8 melalui pengembangan desa wisata, khususnya di Desa Wisata Brayut Pandowoharjo Kecamatan Sleman? 3) Bagaimana implikasi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata terhadap ketahanan sosial budaya terutama di Desa Wisata Brayut Pandowoharjo Kecamatan Sleman? 1.3 Tujuan Penelitian Mencermati permasalahan pokok di dalam penelitian yang dirinci dalam pertanyaan penelitian, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian yaitu: 1) Untuk memahami proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata. 2) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata Brayut. 3) Untuk mengidentifikasi implikasi pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata terhadap ketahanan sosial budaya. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1) Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan akan memperkaya wacana diskusi mengenai pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya masyarakat setempat. 2) Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pengambil kebijakan baik sebagai masukan dalam menetapkan strategi, langkah

9 maupun cara yang dapat dilakukan untuk memberdayakan masyarakat melalui pengembangan desa wisata. 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat telah banyak dilakukan, namun penelitian terkait dengan pengembangan desa wisata diantaranya sebagai berikut : 1) A. Faidlal Rahman (2009) dalam penelitian yang berjudul, Pemberdayaan Masyarakat melalui Pengembangan Desa Wisata Kembang Arum. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitiannya adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan dan hasil pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata. Peneliti dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata lebih baik diterapkan dalam bidang atraksi dan akomodasi. 2) Supartini (2011) dalam penelitian yang berjudul, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Potensi Desa Wisata Ketingan Tirtoadi Mlati Kabupaten Sleman DIY. Peneliti mengamati proses pemberdayaan dan upaya penguatan kelembagaan dalam pemberdayaan masyarakat, dan berkesimpulan bahwa proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh LPMD (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Ketingan) adalah dengan dibentuknya organisasi desa wisata dan dilengkapi dengan Tim Pengelola untuk meningkatkan serta mengembangkan kegiatan warga guna peningkatan kesejahteraan.