BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD / MI. 1. Ciri-Ciri Pembelajaran Matematika SD / MI. 7

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir. Karena

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan proses belajar mengajar didalam kelas, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semester ganjil tahun pelajaran pada mata pelajaran matematika,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia secara global dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

KTSP Perangkat Pembelajaran SMP/MTs, KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Mapel Matematika kls VII s/d IX. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. [[ 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CBSA PADA PESERTA DIDIK KELAS V.A SDN 18 LEMBAH MELINTANG Arjuni 1)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

Transkripsi:

4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Matematika Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat pula hubungannya dengan kata Sansekerta medhe atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelengensi (Andi Hakim Nasution, 1908:12). Dalam Kamus Pintar Bahasa Indonesia (1995: 183) proses artinya kegiatan atau runtut peristiwa. Oleh karena itu proses belajar matematika hendaknya dirancang secara bertahap, runtut, serta sistematis sehingga subjek yang belajar dapat memahami dan mempelajari materi matematika pada tahap selanjutnya serta dapat mengaplikasikan kepemecahan masalah baik dalam matematika itu sendiri maupun disiplin ilmu lainnya. Menurut Reys (1984) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Sedangkan menurut Klien (1973) bahwa matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi beradanya itu karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Sebagai pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus : abstrak, deduktif, konsisten, hierarkis dan logis.soedjadi (1999) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena obyek dasarnya abstrak,yaitu fakta,konsep,operasi dan prinsip.keabstrakan ini menyebabkan matematika tidak mudah dipelajarai dan akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika.ini berarti perlu ada jembatan yang menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga dan dapat lebih mudah dipahami Materi matematika yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tersebut dipilih dengan maksud untuk menumbuh kembangkan kemampuan pada diri siswa dan membentuk pribadi siswa sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan demikian matematika yang diajarkan tidak terpisah dari ciri-ciri matematika itu sendiri antara lain: (1) memiliki objek kejadian abstrak, (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Matematika berlandaskan kebenaran konsisten, artinya kebenaran suatu pernyataan tertentu didasarkan atas kebenaran terdahulu yang telah diterima. 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika Menurut standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. c) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 2.1.3 Metode Kooperatif Jigsaw a. Pengertian Metode Jigsaw Slavin (2005:246) Jigsaw adalah salah satu dari metode-metode kooperatif yang paling fleksibel. Trianto (2009:73) Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Metode pembelajaran koperatif learning tipe jigsaw merupakan cara pembelajaran kooperatif dimana siswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran serta dapat mengembangkan kerja tim dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian. Lie (2004:69) dalam teknik Jigsaw, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran lebih bermakna. Selain itu, siswa siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royongdan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan ketrampilan berkomunikasi. Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan pengertian Metode jigsaw merupakan cara pembelajaran kooperatif dimana siswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran serta dapat mengembangkan kerja tim dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi secara sendirian.

b. Kelebihan Metode kooperatif Jigsaw a. Melatih anak lebih aktif, kreatif dan berpikir kritis. b. Melatih anak untuk bertanggung jawab atas tugas yang dibebankan kepadanya. c. Memberikan banyak pengetahuan serta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca. d. Memunculkan proses analisis daripada hanya sekedar narasi sederhana. e. Melatih siswa untuk menyampaikan pendapat. Penerapan metode jigsaw dalam penelitian ini adalah siswa dibimbing guru dalam melakukan diskusi untuk menjelaskan peranan tokoh perjuangan kemerdekaan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. c. Langkah-Langkah Metode Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Trianto (2007: 56) langkah-langkah kegiatan pembelajaran kooperatif jigsaw yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama : mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok beranggotakan 4orang. Kedua : tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai yang ditugaskan. Ketiga : anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikannya. Keempat : selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok awal) dan tiap anggota lainnya mendengarkan penjelasan dari tim ahli. Kelima : tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. Keenam : masalah-masalah yang ditemukan dalam diskusi akan dibahas dengan Tanya jawab dan pemberian tugas. Ketujuh :siswa dengan bimbingan guru dapat menyimpulkan hasil pembahasan dengan baik.

2.2 Penelitian Yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Hasil Penelitian Skripsi Siti Nurchasanah (2010) tentang Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Dengan Model Pembelajaran Jigsaw Tipe Dosien Dan Teknik Euclides Pada Siswa Kelas VI Sd Negeri 04 Jebed Tahun 2010/2011. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dengan penggunaan model pembelajaran Jigsaw tipe Dosien dan teknik Euclides dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada materi Faktor Persekutuan Terbesar (FPB) dan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) yang awalnya nilai rata-rata kelas pada siklus I 64,8 pada tindakan siklus II menjadi 79,5. Keterlibatan kerja sama dalam pada Siklus I sekitar 60% (masuk dalam kategori cukup), dan pada akhir siklus II naik menjadi 90% (masuk dalam kategori sangat baik). Keberanian bertanya atau menanggapi pertanyaan pada Siklus I sekitar 43% (masuk dalam kategori cukup), dan pada siklus II naik menjadi 86% (masuk dalam kategori sangat baik). Mulyanto (2007) JURNAL, Pendidikan Dasar Volume : V - Nomor : 7 - April 2007 penelitian yang berjudul Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan Di SD Paseh 1 Kabupaten Sumedang, menunjukkan bahwa penerapan Pendekatan Cooperative Learning Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Penguasaan Operasi Pecahan Di SD Paseh 1 Kabupaten Sumedang dapat disimpulkan (1) pendekatan cooperative learning teknik jigsaw dapat meningkatkan penguasaan operasi penjumlahan dan pengurangan pecehan tak senama di SD PASEH I Kabupaten Sumedang. (2) perbaikan pembelajaran matematika di SD dapat dilakukan melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan cooperative learning teknik jigsaw. (3) penggunaan pendekatan teknik jigsaw efektif meningkatkan kreatifitas guru. Isfa ati (2011) penelitian Skripsi yang berjudul Bagaimana Maningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Jasa Dan Peranan Tokoh Perjuangan Kemerdekaan Melalui Metode Jigsaw di kelas V SD Nganguk Kecamatan Kota Kabupaten Kudus. menunjukkan bahwa penerapan pendekatan kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS di kelas V SD Ngaguk Kecamatan Kota Kabupaten Kudus dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan materi menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Dari hasil penelitian tentang model pembelajaran kooperatif di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ini sangat baik untuk diterapkan guna meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa. Sehubungan dengan hasil penelitian tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan pembelajaran kooperatif JIGSAW dalam rangka Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw Pada Kelas V Semester 1 SD 6 Gondangmanis Kudus 2.3 Kerangka berpikir PBM Pembelajar Konvensional dengan metode ceramah (berpusat pada guru) Pola berpikir siswa abstrak ke konkret Perbaikan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif JIGSAW Hasil belajar dibawah KKM Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif JIGSAW 1. Mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok dan tiap-tiap kelompok beranggotakan 4orang. 2. Tiap anak dalam tim diberi bagian materi yang berbeda sesuai yang ditugaskan. 3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian atau sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) dan mendiskusikannya. 4. Selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompoknya masing-masing (kelompok awal) dan tiap anggota lainnya mendengarkan penjelasan dari tim ahli. 5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. 6. Masalah-masalah yang ditemukan dalam diskusi akan dibahas dengan Tanya jawab dan pemberian tugas. 7. Siswa dengan bimbingan guru dapat menyimpulkan hasil pembahasan dengan baik Observasi Penilaian proses belajar Tes Formatif Hasil belajar Penilaian hasil belajar KKM > 70 dan ketuntasan klasikal 80 %

Dalam kegiatan pembelajaran matematika optimalisasi kegiatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang digunakan. Dengan penggunaan strategi dan metode yang bervariasi maka akan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu diperlukan penanaman konsep dalam pembelajaran matematika sebagai dasar untuk bisa menyelesaikan masalah yang bervariasi Selama ini, pelaksanaan pembelajaran matematika siswa kelas V SD 6 Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus pada pada aspek FPB dan KPK masih belum optimal karena guru belum menggunakan pembelajaran FPB dan KPK yang bervariasi, media pembelajaran yang digunakan kurang optimal sehingga siswa kurang antusias, merasa takut, kurang tertarik dan cepat merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Dengan melihat data hasil belajar dan pelaksanaan pembelajaran tersebut perlu ditingkatkan kualitas pembelajaran FPB dan KPK sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Maka, peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Jigsaw dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw menekankan pada aktivitas siswa dalam kelompok dan kerjasama dengan memanfaatkan media pembelajaran yang telah disiapkan, diharapkan kualitas pambelajaran FPB dan KPK pada mata pelajaran matematika dapat meningkat. Sebab pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw ini melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, mempunyai tanggung jawab individual, membentuk hubungan positif, dan meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Selain itu, pembelajaran ini memungkinkan terciptanya kondisi yang kondusif bagi siswa untuk belajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan siswa, memotivasi siswa dalam belajar, memecahkan masalah, kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam kerja tim, dan komunikasi dengan guru sehingga pembelajaran dapat efektif. Hal ini akan dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas V dalam melakukan hitung mengenai FPB dan KPK.

2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian pada kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas V SD 6 Gondangmanis Kudus.