BABI PENDAHULUAN 1.1 La tar Belakang Masalah Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan mempengaruhi kedua pihak untuk memaksimumkan kesejahteraan masingmasing. Kekhawatiran pemegang saham berkaitan dengan kendali atas sumber daya perusahaan yang dipegang manajer, sehingga ada kemungkinan manajer akan mengambil keputusan yang merugikan pemegang saham atau melakukan tindakan-tindakan yang memanfaatkan sumber daya perusahaan untuk kesejahteraan sendiri. Pemegang saham berusaha mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pengawasan terhadap manajer. Biaya yang ditanggung pemegang saham untuk mengawasi manajer, yang dikenal dengan monitoring cost sangat besar. Menurut Jensen (1986) salah satu cara untuk memperkecil biaya pengawasan yang ditanggung oleh pemegang saham adalah dengan melibatkan pihak ketiga dalam pengawasan tersebut. Keterlibatan pihak luar akan mempersempit ruang gerak manajer untuk melakukan tindakan-tindakan dan mengambil keputusan yang menguntungkan dirinya sendiri. Perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang diputuskan dan nilai perusahaan jangka panjang. Set kesempatan investasi (investment opportunity set) 1
memmjukkan investasi perusahaan atau opsi pertumbuhan. Set kesempatan investasi (los) sendiri merupakan satu kombinasi antara aktiva riil dan opsi investasi dimasa depan (Myers, 1977) atau secara teoritis los merupakan model rasio yang menggambarkan ukuran gabwjgan peluang tumbuh dan nilai perusahaan. Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditwjjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukwjg oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntllilgan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok indutrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable). Berdasarkan pengertian tersebut para peneliti telah mengembangkan proksi pertumbuhan perusahaan menjadi IOS sesuai dengan tujuan dan jenis data yang yang tersedia dalam penelitiannya. Selanjutnya los ini dijadikan sebagai dasar WJtuk menentukan klasifikasi pertumbuhan perusahaan dimasa depan apakah suatu perusahaan tersebut masuk dalam klasifikasi tumbuh ataukah tidak tumbuh. Sedangkan WJtuk penilaian los banyak alternatifproksi yang dipergunakan.antara lain (1) proksi berbasis harga, proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai perusahaan olah karena itu proksi ini sangat bergantung pada harga saham (Hartono, 1999). Proksi yang digunakan dalam penelitian antara lain adalah rasio market to book value of equity, Tobin's Q, rasio firm value to property, plant and equipment dan rasio firm value to depreciation. (2) proksi berbasis pada investasi yang tinggi secara positif berhubwjgan dengan los perusahaan, 2
menurut Kallapur dan Trombley, 2001 bahwa semakin tinggi los maka sama tingginya dengan investasi yang dikonversi menjadi asset yang dimiliki. Proksi yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : rasio capital expenditure to book value asset, rasio capital expenditure to market value asset dan rasio investment to net sales. (3) Proksi berbasis pada varian, proksi mendasarkan pada ide bahwa pilihan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari returni dengan mendasarkan pada peningkatan asset (Kallapur dan Trombley, 2001 ). Proksi berbasis pada varian yang dipergunakan dalam penelitian antara lain : return dan beta asset. Beta asset dipergunakan untuk memuat proksi resiko dari los perusahaan (Skinner, 1993). Varian return dipergunakan untuk membuat proksi retrun dari los perusahaan (Gaver dan Gaver, 1993). (4) proksi gabungan dari proksi los individual. Altematif proksi gabungan los dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi measurement error yang ada pada proksi dengan rasio individual (Smith dan Watts, 1992; Gaver dan Gaver, 1993 ). Altematif proksi gabungan yang pemah dilakukan dengan menggunkan analisis sensitivitas seperti yang telah dilakukan Gaver dan Gaver, 1993, Smith dan Watts, 1992, Kallapur dan Trombley, 1999, Hartono (1999), dan Fijrianti (2000) dan dengan menggunakan common factor analysis untuk: memperolah factor score sebagai indek umum los (Gaver dan Gaver, 1993; Sami et. al, 1999; Kallapur dan Trombley, 1999; Fijrianti, 2000; Subekti, 2000). Beberapa tahun terakhir ini para peneliti akuntansi keuangan banyak yang mengembangkan penelitian tentang Investment Opportunity Set (los). Diawali dengan penelitian Smith dan Watts (1992) yang mengusulkan proposisi 3
mengenai asosiasi antara set peluang investasi/ investment opportunity set perusahaan dengan kebijakan pendanaan, dividend dan kompensasi. Adapun penemuan mereka menunjukkan bahwa perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang tinggi menggunakan hutang yang lebih kecil dalam struktur modalnya, kemudian membayar deviden yang lebih kecil kepada para investor dan memberikan kompensasi eksekutif yang lebih besar. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) yang mencoba melajutkan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Watts (1992). Hasil dari penelitiannya adalah perusahaan yang bertumbuh memiliki rasio debt to equity yang lebih rendah, kemudian devident yield yang lebih rendah lalu lebih membayar kompensasi eksekutif yang Iebih tinggi daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Smith dan watts (1992) dengan level industri yang sama. Baker (1993) yang menguji tentang set kesempatan investasi (los) terhadap realisasi pertumbuhan perusahaan pada masa berikutnya setelah nilai I OS dihitung serta bagaimana respon pasar dalam hal ini harga saham dipergunakan sebagai surgota. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Cahan dan Hossain (1996) yang mengaitkan set kesempatan investasi (los) dengan kebijakan disclosure, manajer-manajer perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi tinggi lebih termotovasi untuk mengungkapkan lebih banyak informasi yang berkaitan dengan prospek perusahaan dimasa datang, hal ini karena manajer tersebut berkomitmen terhadap hal-hal tertentu dan 4
membatasi pertimbangan manajerial dimasa datang yang berkaitan dengan aliran kas bebas yang dimiliki perusahaan. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Skinner ( 1993) yang mencoba menghubungkan set kesempatan investasil investment opportunity set dengan pilihan prosedur akuntasi dan kebijakan disclosure perusahaan. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Kallapur dan Trombley ( 1999) yang mengevaluasi berbagai proksi set kesempatan investasi (los) berdasarkan hubungannya dengan pertumbuhan sesungguhnya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sami et. al (1999) hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993). Penelitian ini mencoba menambah variabel barn mengenai kebijakan perusahaan (kebijakan leasing) dengan penambahan ukuran untuk kontruksi indeks los. Hasil dari penelitian ini adalah set kesempatan investasi (los) memiliki explanatory power yang lebih tinggi dalam hal kebijakan pendanaan, compensation dan leasing daripada dalam aspek deviden. Gul (1999) menunjukkan bahwa set kesempatan investasi berhubungan negatif dengan utang dan deviden, yaitu perusahaan dengan los tinggi memiliki akan membayar deviden Iebih sedikit dan memiliki tingkat utang yang lebih rendah. D'Souza dan Saxena (1999) menunjukkan bahwa set kesempatan investasi tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kebijakan deviden, hal ini mengkonfirmasi teori Miller dan Modigliani bahwa keputusan investasi tidak dipengaruhi oleh kebijakan deviden. 5
Dalam penelitian Vougt dan Vu (2000) meneliti aliran kas bebas dengan nilai perusahaan. Perusahaan yang memiliki aliran kas bebas tinggi cenderung membagikannya dalam bentuk deviden karena mendapatkan tekanan pasar. Lebih tepatnya pasar merespon positif dengan adanya pembagian deviden dari pada dilakukan reinvestasi. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fenn dan Ling (2001) menyatakan bahwa perusahan yang memiliki aliran kas bebas yang tinggi akan diikuti dengan nilai set kesempatan investasi yang rendah, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki aliran kas bebas yang rendah akan diikuti dengan set kesempatan investasi yang tinggi. Jones dan Sharma (2001) mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Gaver dan Gaver (1993) yakni hubungan tingkat deviden dan leverage memiliki hubungan yang negative terhadap set kesempatan investasi. Artinya deviden dan leverage yang tinggi dimiliki oleh perusahaan yang memiliki tingkat los yang rendah, begitujuga sebaliknya. Pada awal sebelumnya telah dijelaskan adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan investor sehingga menyebabkan pengaruh atas terbentuknya kebijakan perusahaan dan nilai perusahaan dimasa yang akan datang. Adapun kebijakan yang diambil oleh perusahaan salah satunya adalah bagaimana kebijakan atas distribusi aliran kas bebas, deviden dan bagaimana kebijakan perusahaan dalam hal pendanaan untuk kebutuhan investasi kedepan dan apa yang dilakukan oleh perusahaan dalam mendapatkan profitabilitas. Kebijakankebijakan tersebut akan dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada masa yang akan datang. Sekali lagi pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan 6
datang (los) tidak hanya dihitung dan dilihat dari asset yang dimiliki perusahaan saat ini saja tetapi juga bagaimana investasi yang dimiliki perusahaan (opsi investasi) dimasa yang akan datang. Kemudian untuk resiko perusahaan juga dapat berpengaruh terhadap reputasi dan nilai perusahaan baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya ada yang menunjukkan hasil berbeda dan penelitian ini mencoba menambah variabel resiko dan profitabilitas, sehingga topik dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh kebijakan pendanaan, dividend, aliran kas bebas, beta dan profitabilitas terhadap set kesempatan investasi (los) bagi perusahaan manufaktur di Indonesia 1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Apakah aliran kas bebas mempunyai pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 2. Apakah kebijakan deviden mempunyai pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 3. Apakah kebijakan pendanaan mempunyru pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 4. Apakah resiko sistematik (beta) mempunya1 pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 5. Apakah profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 7
6. Apakah aliran kas bebas, kebijakan deviden, kebijakan pendanaan, resiko sistematik (beta), dan profitabilitas secara simultan mempunyai pengaruh terhadap set kesempatan investasi (los)? 1.3 Tujuan Penelitian Atas dasar permasalahan dalam penelitian maka dapat diuraikan tujuan dalam penelitian ini sebagi berikut : 1. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh aliran kas bebas terhadap set kesempatan investasi (I OS) 2. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh kebijakan deviden terhadap set kesempatan investasi (los) 3. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh kebijakan pendanaan terhadap set kesempatan investasi (los) 4. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh resiko sistematik (beta) terhadap set kesempatan investasi (IOS) 5. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap set kesempatan investasi (los) 6. Untuk memperoleh bukti-bukti empiris dan menganalisis pengaruh secara simultan antara aliran kas bebas, kebijakan pendanaa, kebijakan deviden, resiko sistematik dan profitabilitas terhadap set kesempatan investasi (los) 8
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan Penelitian ini dapat menjelaskan bahwa aliran kas bebas, kebijakan deviden, kebijakan pendanaan, resiko sistematik dan profitabilitas apakah miliki pengaruh terhadap set kesemptan investasi (I OS) 2. Bagi objek penelitian Penelitian ini sangat penting karena menambah teori pada pasar modal Indonesia tentang aliran kas bebas (AKB), kebijakan deviden, kebijakan pendanaan, resiko sistematik (beta), profitabilitas serta set kesempatan investasi (los) perusahaan. Penelitian ini juga memperkuat pembuktian bahwa aliran kas bebas (AKB), kebijakan deviden dan kebijakan pendanaan, resiko sistematik (beta) dan profitabilitas dapat mempengaruhi set kesempatan investasi (los) perusahaan. 3. Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan dalam penelitian ini dapat menambah literature akademis, bahwa kajian proksi set kesempatan investasi (los) berbasis proksi gabungan dari los individual bisa relevan dengan nilai perusahaan dan peluang investasi yang dikaitkan dengan aliran kas bebas, kebijakan deviden, kebijakan pendanaan, resiko sistematik (beta) dan profitabilitas. 9